Rati Apriani Bab 1-4
Rati Apriani Bab 1-4
PROPOSAL
Dianjurkan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Sidang Proposal
Di susun Oleh :
Rati Apriani Bangun
NIM. AK.1.16.044
PENDAHULUAN
cepat pada tahun 2020, diprediksi jumlah lansia sudah menyamai jumlah balita, karena
menurut data WHO sebelas persen dari 6,9 milyar penduduk dunia adalah lansia. Lansia
adalah salah satu kelompok yang mana kelompok atau populasi tersebut berisiko (population
at risk) yang semakin lama semakin meningkat jumlahnya.Jumlah lansia di dunia saat ini
diperkirakan sekitar 500 juta orang dengan usia rata-rata 60 tahun dan akan meningkat
tahap akhir dari suatu proses kehidupan, UU No.13/Tahun 1998 yang menjelaskan tentang
kesejahtraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah yang dimana seseorang berusia lebih dari
60 tahun (Dewi,2014). Proses penuaan sangat berdampak pada berbagai aspek kehidupan,
baik kesehatan, ekonomi, sosial. secara kesehatan, semakin bertambahnya umur seseorang
maka semakin rentan terjadi berbagai keluhan fisik contohnya seperti lansia, baik karena
faktor alamiah karena penurunan daya tahan fisik ataupun karena penyakit.
Secara ekonomi, lansia lebih dipandang sebagai beban potensi, karena dianggap
sudah tidak produktif dan hidupnya harus ditopang dengan generasi yang lebih muda. Serta
secara sosial, lansia sering di presepsikan ssecara negatif, dan sering dipandang tidak banyak
Keluhan kesehatan yang paling tinggi yaitu keluhan dari penyakit yang merupakan
penyakit yang tidak menular, kronik, dan degeneratif menurut data Riskesdas (2013) dalam
Indofatin (2014, p.5) terdapat beberapa penyakit yang sering di derita lansia yang berusia 65-
74 tahun yaitu di antaranya Hipertensi (57,6%), Atritis (51,9%), Stroke (46,1%), Diabetes
Melitus (4,8%), Jantung Koroner (3,6%), Kanker (3,9 %), Batu Ginjal (1,2%). Dampak yang
terjadi dari berbagai penyakit tersebut, akan sangat mempengaruhi kehidupan lansia yang
menyebabkan kesejahteraan lansia menurun mengancam akan terjadinya cemas yang tinggi.
Lansia akan mengalami kemunduran sel – sel karena proses penuaan yang dapat
berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit
terutama penyakit degeneratif. Semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia maka akan
dapat menimbulkan masalah yang cukup komplek baik itu fisik maupun psikososial, dan
yang paling banyak yang terjadi pada lansia adalah seperti kesepian, perasaan sedih, depresi,
dan kecemasan. Kecemasan atau ansietas ini adalah salah satu kegagalan dimana seseorang
Perubahan kondisi anatomis pada lansia sering terjadi peningkatan tekanan darah tinggi yaitu
dimana tekanan darah melebihi batas normal dan akan menimbulkan keluhan seperti
lainnya(South,2014). Perubahan fungsi tubuh yang berhubungan dengan lansia adalah salah
satunya terjadi pada sistem kardiovaskuler. Perubahan sistem kardiovaskuler ini disebabkan
oleh penurunan elastisitas arteri dan kekakuan pada aorta, sehingga terjadi pengapuran dan
penyempitan di sepanjang pembuluh darah. akan memicu kerja jantung memompa lebih cepat
Data WHO 2015 menunjukkan bahwa terdapat 1,13 miliar orang di dunia mendetita
penyakit hipertensi, yang dimana artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
hipertensi. Dan setiap tahunnya di perkirakan ada 9,4 juta orang yang meninggal akibat
hipertensi. Menurut perkembangan yang terjadi saat ini penyakit hipertensi menjadi masalah
global karena prevalensinya terus mengalami peningkatan sejalan dengan perubahan gaya
hidup seperti merokok, obesitas (pola makan), aktivitas fisik. Jika dikelompokkan
berdasarkan umur (31,6%) terdapat pada di umur 31-44 tahun, umur 45-55 tahun (45,3%),
dan 55-64 tahun ke atas (55,2%) (Riskesdas 2018). Hipertensi adalah salah satu masalah
kesehatan yang cukup berbahaya di seluruh Dunia, karena hipertensi merupakan salah satu
faktor utama, yang akan mengarah kepada penyakit kardiovkaskuler seperti serangan jantung,
gagal jantung, yang dimana pada tahun 2016 penyakit jantung dan stroke menjadi dua
penyebab kematian utama yang terjadi di Dunia (WHO,2018). Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) di Indonesia hipertensi merupakan salah satu penyakit
tidak menular tertinggi, hal ini dibuktikan oleh peningkatan hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah yaitu dari (25.8%) tahun 2013 menjadi (34,1%) pada tahun 2018.
Penyakit hipertensi salah satu penyakit yang paling sering dialami lansia, karna berhubungan
dengan terjadinya perubahan fungsi tubuh yang terjadi pada lansia, dan lansia akan
mengalami penyempitan pembuluh darah dan akan berpengaruh terhadap peningkatan kerja
jantung. Selain itu pada lansia tekanan darah juga bisa berubah karna gaya hidup sehingga
terjadi hipertensi.
Hipertensi atau biasa disebut juga dengan tekanan darah tinggi yaitu peningkatan
tekanan darah yang sistoliknya diatas batas normal yang lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastoliknya lebih dari 90 mmHg ( Ferri, 2017). (Das, 2010 dikutip dalam Sujatha &
Judhi,2014). Mengatakan hipertensi termasuk penyakit kronis penyakit ini tidak dapat
disembuhkan, penyakit hipertensi hanya mampu dicegah dan distabilkan dengan cara
memodif faktor yang akan menimbulkan terjadinya hipertensi. Oleh karena itu penyakit
hipertensi tidak hanya berpengaruh terhadap fisik saja, tetapi juga akan mempengaruhi
kondisi psikologis seseorang. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi yaitu
faktor nutrisi, usia, genetik, kelamin, faktor pola hidup, psikologis (Bumi,2017).
Faktor nutrisi yaitu memodifikasi diet terbukti menurunkan tekanan datah pada
penderita hipetensi, prinsip yang dianjurkan adala dengan cara gizi harus seimbang yaitu
membatasi mengkonsumsi garam, gula, sayuran, buah, makanan rendah lemak jenuh. Faktor
usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yang tidak dapat diubah. Karena
semakin bertambahnya usia maka semakin besar risiko terjadinya hipertensi. Hal tersebut
tersebut terjadi karena adanya perubahan struktur pembuluh darah seperti penyempitan
lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga
meningkatkan tekanan darah. Faktor genetik adalah salah satu faktor risiko terjadinya
hipertensi yang tidak bisa diubah. Resiko terkena hipertensi akan lebih tinggi dan lebih
mudah terjadi pada orang dengan keluarga yang punya riwayat hipertensi. Faktor jenis
kelamin yaitu salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yang tidak dapat diubah. Laki-laki
adanya dugaan laki-laki banyak memiliki gaya hidup yang kurang sehat kalo dibandingkan
dengan perempuan. Akan tetapi, hipertensi pada perempuan akan terjadi peningkatan setelah
usia menopause. Faktor gaya hidup juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan lansia, jika
gaya hidup tidak sehat akan menyebabkan resiko terjadinya penyakit hipertensi, contohnya
seperti makanan, aktifitas fisik, merokok. Faktor psikologis yang berupa kecemasan sangat
mempengaruhi peningkatan tekanan darah, yang dimana akan terjadi kondisi emosional yang
tidak stabil juga dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi. (Healthy
Selain masalah fisik, hipertensi juga menyebabkan masalah psikiologis pada lansia,
dimana lansia merasa takut dan cemas akan penurunan fungsi tubuh karena penyakitnya,
yang menyebabkan keterbatasan fisik. (Subekti,2015). Penelitian oleh Kretchy et al., 2014
dan Liao et al., 2014 Mengemukakan bahwa penyakit hipertensi dapat menyebabkan
adanya penyakit kronis yang mengidap seseorang, salah satu contohnya seperti penyakit
Hipertensi. Penyakit ini rawan terjadi pada lansia karena adanya penurunan fungsi organ,
oleh sebab itu lansia akan merasakan cemas dengan penyakit yang di deritanya (Kemenkes
dampak yang sangat buruk, adapun beberapa dampak hipertensi yaitu stroke, infark miokard,
gagal ginjal,dan ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kebalinya ke jantung
Dilihat dari fenomena hipertensi ini sangat rumit dan banyak di derita oleh lansia,
segala cara dan upaya dalam melakukan penanganan. Oleh sebab itu penanganan hipertensi
harus dilakukan secara optimal, tepat, dan efisien. sedikit menyerah dengan keadaan,
sehingga harapan untuk sembuh bagi mereka sangat kecil. Kondisi lansia yang mengalami
hepertensi dapat membaik dan dapat stabil kembali, akan tetapi faktor-faktor psikologis
lansia sangatlah berpengaruh pada proses penanganan hipertensi. Dan keterbatasan fisik yang
dialami lansia membuat lansia mengalami kecemasan karena berbagai penyakit yang
dideritanya tak kunjung sembuh bahkan semakin memburuk. Sehingga harapan lansia untuk
sembuh kembali sangatlah sedikit, hal seperti inilah pada akhirnya yang menyebabkan lansia
Cemas merupakan suatu stresor atau pencetus stres sebagai stimulus yang akan
dipersepsikan oleh manusia sebagai suatu ancaman tantangan yang membutuhkan tenaga
ekstra untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor itu salah satunya yaitu psikologis
(fisik) dimana fisik sering terganggu (muncul penyakit) dan akan memberi efek yang nyata
dikelompokkan dalam beberapa tingkatan diantaranya yaitu kecemasan ringan (Mild anxiety),
kecemasan sedang (Moderate anxiety) dan kecemasan berat (Severe anxiety). Menurut
kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang lebih waspada serta meningkatkan ruang
persepsinya. Tingkat kecemasan sedang menjadikan seseorang untuk terfokus pada hal yang
dirasakan penting dengan mengesampingkanaspek hal yang lain, sehingga seseorang masuk
dalam kondisi perhatian yang selektif tetapi tetap dapat melakukan suatu hal tertentu dengan
lebih terarah. Tingkatan kecemasan berat dapat menyebabkan seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang lebih terperinci, spesifik serta tidak dapat berpikir tentang
perihal lain.
perubahan situasi yang dirasakan seseorang dapat menimbulkan rasa khawatir, takut, gelisah,
dan rasa tidak tentram dari dalam diri maupun dari luar diri yang dinamakan kecemasan.
Kecemasan dapat terjadi kepada siapa saja, termasuk seseorang yang yang menghadapi suatu
masalah baru ataupun tantangan dalam kehidupan termasuk lansia. Dampak cemas yang
dialami lansia jika berkepanjangan akan menyebabkan terjadinya penurunan aktifitas fisik
dan status fungsional menurun, presepsi tentang kesehatan yang buruk,menurunnya kepuasan
cemas seseorang dapat meningkat dan dapat juga menetap, meskipun tidak ada situasi yang
betul-betul mengancam, ketika terjadi kecemasan yang berlebihan, akan memiliki dampak
merugikan yang terjadi pada pikiran serta tubuh seseorang, sehingga akan menyebabkan
seseorang tidak peduli terhadap dirinya sendiri (Heningsih,2014). Jika hipertensi dibiarkan
berkepanjangan akan menyebabkan dampak buruk bagi lansia, yaitu bisa menyebabkan
komplikasi penyakit seperti stroke,gagal jantung, dan gagal ginjal dan jika tidak ditangani
dengan cepat bisa menyebabkan kematian, Jika lansia mengalami hipertensi penyakit ini
dapat menyebabkan gangguan psikologis pada lansia yaitu kecemasan. Menurut teori
Kretchy salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah karena adanya penyakit
kronis yang di derita seseorang, seperti penyakit hipertensi. Penyakit ini rawan terjadi pada
lansia karna penurunan fungsi organ, oleh sebab itu lansia akan merasakan cemas dengan
penyakit yang di deritanya(Penelitian oleh Kretchy et al., 2014 dan Liao et al., 2014).
Berdasarkan Fenomena tersebut bisa dilihat bahwa penyakit hipertensi dapat
menyebabkan dampak buruk hingga bisa berdampak fatal jika tidak ditangani. Meskipun
hipertensi tidak dapat kembali sembuh seperti normal, hipertensi bisa di stabilkan. Maka dari
itu perlu ditekan untuk menurunkan keparahan dari hipertensi, salah satu caranya yaitu
menekan atau memperbaiki salah satu faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah faktor
Cemas pada lansia dengan hipertensi akan meningkatkan curah jantung dan resistensi
pembuluh darah perifer, maka akan menstimulasi kerja saraf simpatis, dan akan terjadi reaksi
di dalam tubuh, seperti meningkatnya ketegangan otot, denyut jantung meningkat, dan ketika
denyut jantung meningkat maka tekanan darah juga ikut meningkat ( Saputri,2010).
Sedangkan cemas secara umum pada lansia dapat menyebabkan penurunan aktifitas fisik,
status fungsional, penurunan sistem yang sangat berpengaruh meningkatkan tekanan darah
yang dapat menyebabkan hipertensi. Dan apabila cemas tidak ditangani dapat menyebabkan
tekanan darah semakin meningkat dan akan menyebabkan komplikasi penyakit seperti stroke,
gagal jantung, gagal ginjal, serta kematian akibat tekanan darah yang tinggi. Sehingga perlu
dikaji tingkat cemas pada lansia agar dapat ditangani secara dini.
Alasan peneliti mengangkat judul ini dari faktor psikologis yaitu cemas, karena dari
kesekian faktor psikologis masih bisa di tangani dengan perubahan seperti gaya hidup,
nutrisi, karena hipertensi penyakit seumur hidup, yang dimana jika seseorang sudah terkena
hipertensi tidak dapat disembuhkan secara normal hanya bisa di stabilkan. Meskipun lansia
penderita hipertensi melakukan pola hidup baik, nutrisinya baik, tetapi jika lansia terus-
menerus cemas dengan penyakit yang dideritanya maka akan terus memicu peningkatan
tekanan darah sehingga ditakutkan lansia akan mengalami peyakit komplikasi dari hipertensi
seperti stoke, gagal jantung dan bisa menyebabkan kematian . sehingga peneliti tertarik
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti
merumuskan masalah Apakah ada Hubungan Hipertensi dengan Tingkat Kecemasan Pada
Lansia
Hasil literature review ini bisa digunakan sebagai acuan bagi para pemangku
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit melalui Kepala
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Batasan lansia bervariasi sesuai yang dikemukakan oleh para ahli. Lansia adalah
kegagalan tersebut berkaitan dengan penurunan daya kemampuan hidup individu serta
Lansia merupakan tahap akhir dari suatu proses kehidupan, UU No.13/Tahun 1998 yang
menjelaskan tentang kesejahtraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah yang dimana
seseorang berusia lebih dari 60 tahun (Dewi,2014) Lansia akan mengalami penurunan
dan perubahan fisik, psikologis, sosial dan saling berhubungan satu dengan yang lain,
sehingga lansia akan mengalami masalah fisik, psikologis, dan jiwa (Cabrera,2015).
Lansia juga dapat diartikan sebagai kegagalan atau menurunnya jaringan untuk
memperbaiki diri serta gagal dalam melakukan fungsi normalnya, oleh sebab itu tidak
2.1.1Klasifikasi Lansia
sebagai berikut:
5. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia lebih dari 90 tahun.
2.1.2 Proses Penuaan
perubahan. Penuaan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu contohnya
adalah faktor genetik yang melibatkan DNA dalam proses perbaikan respon stres
pemasukan kalori serta berbagai macam penyebabj stres dari luar, seperti radiasi
atau bahan –bahan kimiawi, kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi aktivitas
metabolisme maka terjadi kerusakan sel, sehingga akan terjadi proses penuaan
(Suryano,et.al,2016).
Menurut Miller (1995) dan Tamber, S dan noorkasiani (2009) faktor yang
a. Psikologis
Dari aspek psikologis di kenal isu yang erat hubungannya dengan lansia dari teori
yang timbulnya depresi, gangguan kognitif, stres dan koping, serta komponyg h en
yang berperan adalah penyesuaian diri yang terdiri dari pembelajaran, memory,
b. Biologis
Manusia semakin lama dan semakin tua dan proses penuaannya bukan karna
c. Sosial
lingkungan aman dan bebas dari penyakit maka akan meningkatkan status
kesehatan.
d. Nutrisi dan makanan
e. Stres
penuaan secara degeneratif yang dampaknya kan terliha pada perubahan diri
a. Perubahan Fisik
sangat sulit mengerti kata-kata. 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun.
sinar, karna kornea lansia lebih terbentuk spesies, lensa juga lebih
b. Perubahan mental
Gejala-gejala memory suka di kaitkan dengan keadaan yang
c. Perubahan psikososial
d. Perubahan psikologis
mereka dalam menghadapi proses menua yang mereka alami. Pada lansia
sudah lanjut usia, mereka juga seringkali dianggap terlalu lamban dan
reaksi mereka juga dianggap lamban serta bertindak dan berpikir yang
menurun, akibat dari daya ingat lansia menurun dan dan lupa sampai pikun
lansia yaitu: kognisi, moral dan konsep diri. Kognisi adalah proses input
gambaran dari perasaanya di masa lampau. Dan penuaan tidak selalu dapat
tidak dianggap, oleh sebab itu lansia menjadi pendiam dan menarik diri,
psikososial.
seluruh Dunia, karena hipertensi merupakan salah satu faktor utama, yang akan
yang dimana pada tahun 2016 penyakit jantung dan stroke menjadi dua penyebab
yang terjadi pada sistem peredaran darah dan ini sering terjadi pada lansia, dengan
keadaan dimana tekanan darah sistolik berada diatas 150 MmHg dan tekanan darah
diastoliknya lebih dari 90 MmHg, Tetapi tekanan darah sistolik 150-155 masih
(Smeltzer, et, al. 2012) terdapat empat derajat klasifikasi tekanan darah sistolik
a. Hipertensi primer
hipertensi ini memiliki penyebab yang belum diketahui. Penyebab yang belum
jelas atau belum diketahui tersebut sering dihubungkan dengan faktor gaya
hidup yang kurang sehat. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling
b. Hipertensi sekunder
lain seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, atau penggunaan obat tertentu
(Bumi 2017). Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri , jantung, atau
sekunder, yaitu hipertensi akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal
atau penyakit endokrin. Contohnya obesitas pada dada dan perut , intoleransi
glukosa , wajah bulat seperti bulan , punuk kerbau. Penyakit tiroid dan
tanda yang khas. Besar perut mungkin mengidikasikan stenosis arteri renalis
2014) :
: (Aspiani, 2014).
1. Genetik
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–
3) Diet
volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
5. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar
b. Hipertensi sekunder
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
Tanda dan gejala yang biasa ditimbulkan pada penderita hipertensi menurut
belakang dan didada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan
terletak pada pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari vasomotor tersebut
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar
kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
menyebabkan adanya sutu vasokontriktor yang kuat. Hal ini merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal yang mengakibatkan volume intravaskuler. Semua faktor
dan fungsi pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi
hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
potensi menimbulkan masalah atau kerugian kesehatan biasa disebut faktor risiko.
Pada kejadian hipertensi, faktor risiko dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor
risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. (Bumi, 2017)
Faktor risiko kejadian hipertensi yang tidak dapat diubah terdiri dari usia, jenis
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yang tidak dapat
diubah. Pada umumnya, semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula risiko
darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi kaku dan
penelitian, terdapat kecenderungan bahwa pria dengan usia dari 45 tahun lebih rentan
c. Merokok
Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya hipertensi.
Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai
atau penumpukan lemak pada pembuluh darah, merokok dapat memperparah kejadian
hipertensi dan berpotensi pada penyakit generative lain seperti stroke dan penyakit
jantung. Rokok mengandung berbagai zat berbahaya seperti Nikotin misalnya ,zat ini
dapat diserap oleh pembuluh darah kemudian diedarkan melalui aliran darah ke
seluruh tubuh, termasuk otak . Akibatnya otak akan berekasi dengan memberikan
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin. Hormon inilah yang akan
untuk bekerja lebih berat sehingga bisa terjadi stroke. Selain itu, karbonmonoksida
yang terdapat dalam rokok diketahui dapat mengikat hemoglobin dalam darah dan
besi dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen. Dalam hal ini
jantung memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup dalam organ dan jaringan
e. Keturunan
Keturunan atau genetic juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
hipertensi yang tidak dapat diubah. Risiko terkena hipertensi akan lebih tinggi pada
orang dengan keluarga dekat yang memiliki riwayat hipertensi. Selain itu, faktor
keturunan juga dapat berkaitan dengan metabolism pengaturan garam (NaCl) dan
f. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yang
tidak dapat diubah. Dalam hal ini, pria cenderung lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa pria
memiliki gaya hidup yang kurang sehat jika dibandingkan dengan wanita. Akan
usia menopause. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang
Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat di rubah
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Genetik
Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi
6) Dyslipidemia
7) Stress
2.2.9 Penatalaksanaan
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi gaya
1. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
3. Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan
Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan
tekanan darah.
3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan
5. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok
b.Terapi farmakologis
1. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam dan
darah.
2. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah dan
tekanan darah.
darah.
2.2.10 Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani, 2014)
otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
bekuan.
Cemas merupakan suatu stresor atau pencetus stres sebagai stimulus yang
membutuhkan tenaga ekstra untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor itu
salah satunya yaitu psikologis (fisik) dimana fisik sering terganggu (muncul
penyakit) dan akan memberi efek yang nyata sebagai presipitasi terjadinya
kecemasan (Donsu,2017).
Ansietas adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan
oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu untuk
serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak terhadap
kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu ansietas atau
aspek bahaya – bahaya dari luar seperti misalnya melihat atau mendengar
3. Kecemasan moral adalah jenis kecemasan yang timbul dari perasaan sanubari
2. 3.3 Etiologi
sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
Biologi
melibatkan struktur anatomi dalam otak. Dan aspek biologis ini yang
Psikologis
Stuart & Laraia (2005) yang dikutip dalam Donsu (2017) mengatakan
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego.
Sosial Budaya
serta lingkungan.
Menurut Sutejo (2018), tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah
cemas, khawatir, firaat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersinggung, pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut,
pasien mengatakan takut bila sendiri atau pada keramaian dan banyak orang,
tetapi tetap dapat melakukan suatu hal tertentu dengan lebih terarah.
tidak dapat berpikir tentang perihal lain serta akan memerlukan banyak
lain.
kepribadian.
2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
& Rini Risnawita, S, 2014: 145- 146) menyatakan terdapat dua faktor yang
yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami kecemasan serta
permaslaahannya.
inspirasi.
c. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini terjadi
d. Status Kesehatan
e. Faktor Pekerjaan
ekstra untuk mempertahankan diri. Faktor pencetus ini bisa dari internal
1) Biologi ( fisik )
terganggu secara fisik oleh penyakit maupun secara fungsional berupa aktifitas
sehari-hari yang menurun. Menurut Stuart & Laraia (2005) oleh Donsu (2017)
2) Psikologis
perceraian, dilema etik, pindah kerja sedangkan ancaman internal yang terkait
peran yang baru dalam berkeluarga sebagai istri, suami atau sebagai ibu baru.
3) Sosial Budaya
ekonomi yang kuat akan susah mengalami stress dibandingkan dengan orang
yang mempunyai status ekonomi yang rendah. Secara tidak langsung akan
BAB atau Diare, Ketegangan otot Sakit kepala, serta merasa tidak berdaya
lain :
yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang
2. Simtom kognitif
masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau
belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
Simtom motorik
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,
individu dan merupakan usaha untuk melindungidirinya dari apa saja yang
alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang
antara lain :
tidak cemas, 1-3 cemas ringan, 4-6 cemas sedang, 7-9 cemas
2014).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pendekatan Systematic Review. Literatur Review adalah sebuah metode sistematis yang
secara kritis dengan melalui pengumpulan data-data mengenai hasil-hasil penelitian yang
sudah dilakukan oleh para peneliti dan praktisi (Okoli & Schabram, Ring, Ritchie,
Mandara & Jepson, 2011). Systematic review adalah ringkasan hasil dari banyak
penelitian yang memakai metode kuantitatif (Melnyk & Fineout, 2011). Penelitian ini
akan menggunakan sumber data berdasarkan temuan peneliti dari jurnal-jurnal ilmiah
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, serta
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang akan ditetapkan oleh peneliti
penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variable
dependen (terikat). Variabel independen ( bebas) adalah variabel yang menjadi sebab
variabel yang menjadi akibat dari adanya variabel independen (Sugiyono, 2016).
3.2.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi atau
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jurnal yang berkaitan dengan
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan
penelitian ini adalah jurnal hasil penelitian dengan topik hubungan hipertensi
teoritis (Theoritical Sampling) yaitu sampel yang merujuk pada teori- teori yang
“Kecemasan”, “Hipertensi”,
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri subyek penelitian yang akan diteliti (Nursalam,
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri subyek penelitian yang tidak sesuai dengan
kriteria yang diinginkan oleh peneliti dan tidak layak menjadi sampel penelitian
dan Indonesia.
Menurut Nursalam (2017) analisa data adalah proses yang dilakukan secara
sistematis terhadap data yang diperoleh. Dalam Penelitian ini peneliti akan
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses) flow diagram sebagai
berikut:
umur, ras, gender ataupun penyakit klinis yang dijadikan subyek penelitian.
hipertensi.
Kata kunci yang digunakan dalam mencari data pada penelitian ini adalah
3. Tentukan teknik pencarian yang akan digunakan, dapat secara manual melalui
c. # digunakan sebagai pengganti nol, yaitu satu karakter atau lebih di tengah
kata.
dahulu.
7. Metode citation style yang biasa digunakan (ex: APA style, AMA style, MLA
text, diterbitkan dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, dan original
article.
correlation dengan rancangan cheklist for cross sectional studies yang harus
diisi oleh peneliti dengan memberi tanda ceklis sesuai atau tidaknya dengan
dan artikel yang tidak relevan untuk dilakukan analisa lebih lanjut.
Ekstrasi data yang dilakukan jika semua data yang memenuhi syarat
yang telah diklasifikaskan dari semua data yang ada, setelah proses
screening dilakukan maka hasil dari ekstrasi data dapat diketahui pasti dari
jumlah awal data yang dimiliki dengan memenuhi syarat untuk selanjutnya
kegiatan dalam penelitian yang melibatkan pihak peneliti dan pihak diteliti
3.6.1 Palgiarisme
penelitian sampai akhir dari penelitian yang dijalankan, karena hal ini
Dalam proses ini peneliti tidak boleh melakukan pemalsuan data untuk
3.6.3 Misconduct
dibuat(Nursalam,2017).
3.7.1 Lokasi
Data penelitian ini didapatkan dari hasil pencarian Pubmed dan Google
Scholar.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2020 hingga bulan Juni 2020.
Daftar Pustaka
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D.(2014). Comunity dan public health nursing
promoting the public’s health (8th Ed.). Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.
Bloch, M. J. 2016. Worldwide Prevalence of Hypertension Exceedes 1.3 Billion. Journal of
The American Society of Hypertension, 10 (10): 753-754.
Bumi,M. (2017). Berdamai Dengan Hipertensi. Cetakan 1. Jakarta Penerbit Buku Bumi
Medika.
Cabrera, A. J. 2015, Theoris Of Human Anging Of Molecules To Society. MOJ Immunology.
2(2).00041.
Darmojo.2013. buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta. Balai Penerbit FK
UI.
Donsu. J.D. L., (2017). Psikologi Keperawatan. Ypgyakarta: Pustaka Baru Pres.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta; Deepublish.
Efendi &Makhfudli. (2013) Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.
Ferri, F. F. 2017. Ferri’s Clinical Advisor 2017: 5 books in 1. Philadelphia: Elsevier, Inc.
Femmy, P I. (2011). Prevalensi dan Determinan Hipertensi Di Posyandu Lansia Wilayah
Kecematan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2010.
Healthy Tadulako Journal (adhar Arifuddin, A. Fahira Nur)
Heningsih. 2014. Gambaran Tingkat Ansietas Pada Lansia Di Panti Werdha Dharma Bhakti
Kasih Surakarta. Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Kusuma Husada, Surakarta.
Infodatin. (2014). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta : Kemenkes RI
Kholifah, S. N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik Jakarta: Kemenkes
RI Pusdik SDM Kesehatan
Kretchy et al.2014. Mental health in Hypertension: assesing symtoms of anxiety, depression
and stress on anti-hypertensive medication adherence. International Journal of Mental
Health Systems, Volume 8, Issue 25. Diperoleh pada tanggal 16 januari 2015.
Liao et al. 2014. Prevalence and Related Risk Factors Of Hypertensive Patiens With Co-
Morbid Anxiety And/Or Depression In Community: A Cross Sectional Study.
Zhonghua Yi Xue ZaZhi,Volume 7; 94(1):62-6. Diperoleh pada tanggal 4 Februari
2015.
Melnyk, B. M., & Fineout-Overholt, E. (2011). Evidence-based practice in nursing &
healthcare: a guide to best practice (2nd ed). Philadelphia: Wolters
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.
Ridwan.,Widodo, D., Widiani, E,. (2017) Hubungan Hipertensi Denggan Tingkat Kecemasan
pada Lansia di Posyandu Permadi Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang. Nursing News, Vol.2.No. 3.
Ring, Jepson, Ritchie. (2011). Methods Of Synthesizing Qualitative Research Stusies For
Health Technology Assessment. Int J Technol Assess Health Care. 2011
Oct;27(4):384-90. doi: 10.1017/S0266462311000389
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian RI tahun 2018.