Anda di halaman 1dari 22

TUGAS TERSTRUKTUR

Nama Mahasiswa : Lufthi Amallikariana


NIM : 191081022
Prodi : D-III Kebidanan Tk II
Semester : III
Mata Kuliah : Askeb Menyusui dan Nifas
Dosen Pengampu : Asmaurika Pramuwidya M. Kes

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


(KELUARGA BERENCANA )

Topik : Keluarga Berencana (KB)


Hari/Tanggal : Rabu , 15 Juli 2020
Waktu : 10.00 WIB
Penyaji : Lufthi Amallikariana
Tempat : Gedung Serbaguna Desa Kubu Kec. Kubu Kab. Kubu Raya

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran mampu
memahami dan mengerti tentang KB.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran diharapkan dapat:
a. Menjelaskan kembali pengertian KB dengan tepat
b. Menyebutkan 3 dari 5 jenis KB dengan tepat
c. Menyebutkan 3 dari 5 keuntungan dan kerugian KB dengan tepat
d. Menyebutkan 3 dari 5 efek samping KB dengan tepat

B. SASARAN
Semua PUS dan WUS yang ada di Gedung Serbaguna Desa Kubu Kec. Kubu Kab.
Kubu Raya

C. GARIS BESAR MATERI


1. Pengertin KB
2. Jenis KB
3. Keuntungan KB
4. Efek samping KB
5. Komplikasi KB
D. PELAKSANAAN KEGIATAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 10 menit Pembukaan - Menyampaikan salam
- Perkenalan diri
- Menjelaskan tujuan
- Apersepsi
2 30 menit Pelaksanaan - Menjelaskan dan
menguraikan materi
- Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya
- Menjawab pertanyaan
peserta yang belum
jelas
3 10 menit Evaluasi - Feedback
- Memberikan reward
4 10 menit Penutup - Menyimpulkan hasil
peyuluhan
- Mengakhiri kegiatan
(salam)

E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. MEDIA
1. Leaflet

G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Moderator : Ayu Manista
2. Penyaji : Lufthi Amallikariana
3. Notulen : Anna Imutni
4. Observer : Dina Cantikya

H. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap
digunakan.
b. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah siap dipakai. Alat yang dipakai
yaitu laptop, alat peraga, dan poster.
c. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dalam bentuk
makalah dan akan disajikan dalam bentuk poster tuntuk mempermudah
penyampaian.
d. Undangan atau Peserta
Dalam penyuluhan ini yang diundang yakni pasangan suami istri.
2. Proses Penyuluhan
a. Kehadiran 80% dari seluruh undangan
b. 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
c. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan
peserta.
d. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan.
e. 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.

3. Hasil penyuluhan
a. Jangka Pendek
1) 60% dari peserta dapat menjelaskan pengertian KB dengan benar
2) 60% dari peserta dapat menyebutkan jenis KB dengan benar
3) 60% dari peserta dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian KB dengan
benar
4) 60% dari peserta dapat menjelaskan efek samping KB dengan tepat
b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai pentingnya menggunakan serta
memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi klien.
Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN

Sejarah Keluarga Berencana

A. DILUAR NEGERI

Upaya Keluarga Berencana mula-mula timbul atas prakarsa kelompok orang-orang


yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad XIX di
Inggris yaitu Marie Stopes (19880-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan di
kalangan buruh. Di Amerika Serikat dikenal dengan Margareth Sanger (1883-1966)
dengan program “birth control” nya merupakan pelopor KB Modern. Pada tahun 1917
didirikan National Birth Control League dan pada Nopember 1921 diadakan American
National Birth Control Conference yang pertama. Pada tahun 1925 ia mengorganisir
Konperensi International di New York yang menghasilkan pembentukan International
Federation of Birth Control League. Pada tahun 1948 Margareth Sanger turut aktif di
dalam pembentukan International Committee on Planned Parenthood yang dalam
konferensinya di New Delhi pada tahun 1952 meresmikan berdirinya International
Planned Parenthood Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan
Lady Rama Ran dari India sebagai pimpinannya. Sejak saat ituberdirilah perkumpulan-
perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang
merupakan cabang-cabang IPPF tersebut.

B. PERIODE PERINTISAN (1950 AN-1966)

Sejalan dengan perkembangan KB di luar negeri, di Indonesia telah dilakukan usaha


membatasi kelahiran secara tradisional dan bersifat individual. Dalam kondisi angka
kematian bayi dan ibu yang melahirkan di Indonesia cukup tinggi, upaya mengatur
kelahiran tersebut makin meluas terutama di kalangan dokter. Sejak tahun 1950-an para
ahli kandungan berusaha mencegah angka kematian yang terlalu tinggi dengan merintis
Bagian Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
Pada tahun 1957, didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana yang dalam
perkembangannya berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI), namun dalam kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan terbatas
mengingat PKBI, sebagai organisasi sosial yang bergerak dalam bidang KB masih
mendapat kesulitan dan hambatan, terutama KUHP nomor 283 yang melarang
penyebarluasan gagasan keluarga berencana (KB). Pada tahun 1967 PKBI diakui sebagai
badan hukum oleh Departemen Kehakiman.

C. PERIODE KETERLIBATAN PEMERINTAH DALAM PROGRAM KB NASIONAL

Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta diputuskan bahwa PKBI dalam


usahanya mengembangkan dan memperluas usaha keluarga berencana (KB) akan
bekerjasama dengan instansi pemerintah. Pada tahun 1967 Presiden Soeharto
menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa
pentingnya menentukan atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran
dalam keluarga sebagai hak asasi manusia. Pada tanggal 16 Agustus 1967, Presiden
Soeharto menyatakan dalam pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian
secara serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga
berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila”. Sebagai
tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra membentuk Panitia Ad Hoc yang
bertugas mempelajari kemungkinan program KB dijadikan Program Nasional.
Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden
No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang isinya antara lain:
1. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di dalam
masyarakat di bidang Keluarga Berencana
2. Mengusahakan segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri atas
unsur Pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11 Oktober 1968


mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang Pembentukan Tim
yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga Keluarga Berencana.
Pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)
dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968 dengan status sebagai Lembaga
Semi Pemerintah.

D. PERIODE PELITA I (1969-1974)

Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional


(BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala BKKBN adalah
dr. Suwardjo Suryaningrat. Pada tahun 1972 keluar Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai
penyempurnaan Organisasi dan tata kerja BKKBN yang ada. Status badan ini berubah
menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan dibawah Presiden.
Pada Periode Pelita I dikembangkan Periode Klinik (Clinical Approach) karena pada
awal program, tantangan terhadap ide keluarga berencana (KB) masih sangat kuat, untuk
itu pendekatan melalui kesehatan yang paling tepat.

E. PERIODE PELITA II (1974-1979) – ERA REFORMASI

Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai lembaga
pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan kebijaksanaan umum dan
mengkoordinasikan pelaksanaan program KB nasional dan kependudukan yang
mendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah serta mengkoordinasikan
penyelenggaraan pelaksanaan di lapangan. Periode ini pembinaan dan pendekatan
program yang semula berorientasi pada kesehatan ini mulai dipadukan dengan sektor-
sektor pembangunan lainnya, yang dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond
Family Planning).
Pada masa Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) ini dilantik Prof. Dr. Haryono
Suyono sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat yang
dilantik sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan baru antara
lain melalui Pendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan
masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi aktif tersebut
ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu selain sebagai
dinamisator juga sebagai fasilitator. Disamping itu, dikembangkan pula strategi
pembagian wilayah guna mengimbangilaju kecepatan program.
Secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal 28 Januari 1987 oleh
Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB Lestari di Taman Mini Indonesia
Indah. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye Lingkaran Biru (LIBI) yang
bertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.
Pada tahun 1992, ditetapkannya UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan Kependudukan,
maka kebijaksanaan dan strategi gerakan KB nasional diadakan untuk mewujudkan
keluarga Kecil yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan, penjarangan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Pada tahun 2009, diterbitkan Undang Undang No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah dari
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sebagai tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dimana BKKBN
kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan koordinasi.

KONSEP KELUARGA BERENCANA

A. BEBERAPA KONSEP TENTANG KELUARGA BERENCANA (KB)

KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran.
KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27). KB adalah proses
yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu
kelahiran. Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di samping itu KB
diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB, meliputi
sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak
langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat
kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera. Keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu individu untukmendapatkan objek – objek tertentu,
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan mendapatkan kehamilan yang diinginkan,
mengatur interval kehamilan, menentukanjumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri. Kontrasepsi adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan, alat yangdigunakan untuk menunda kehamilan dan
menjarangkan jarak kelahiran

B. RUANG LINGKUP PROGRAM KB

Menurut Handayani (2010:29), ruang lingkup program KB,meliputi:


1. Komunikasi informasi dan edukasi
2. Konseling
3. Pelayanan infertilitas
4. Pendidikan seks
5. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
6. Konsultasi genetik

C. MANFAAT USAHA KB DIPANDANG DARI SEGI KESEHATAN


Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan
yang dialami wanita.

D. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA


Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah
dan jarak anak serta waktu kelahiran. Adapun jenis - jenis akseptor KB, yaitu:

1. Akseptor Aktif
Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu
cara /alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali
Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan,
dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–
turut dan bukan karena hamil
3. Akseptor KB Baru
Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat /
obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
4. Akseptor KB dini
Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5. Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6. Akseptor KB dropout
Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan.

E. PASANGAN USIA SUBUR


Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25 - 35 tahun
atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid
atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan)

F. KONTRASEPSI
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”
atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah
menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara
sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka
yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks
dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,
usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen.
Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi:
1. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang
istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia
yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan.Kriteria
kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi,
artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa
ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang
cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR.
2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4
tahun.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi
karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4
tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
3. Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang
mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika
pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang
cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB.

Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:


a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. Efek samping yang merugikan tidak ada.
c. Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
f. Cara penggunaannya sederhana
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

G. MUTU PELAYANAN KB

Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan suatu unsur
penting dala upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi sebagaimana tercantum
dalam program aksi dari International Conference on Population and Development,
Kairo 1994. Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh
informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif,
terjangkau, dan akseptabel. Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria dalam
Keluarga Berencana perlu ditingkatkan, agar dapat mendukung kontrasepsi oleh istrinya,
meningkatkan komunikasi di antara suami istri, meningkatkan penggunaan metode
kontrasepsi pria, meningkatkan upaya pencegahan IMS, dan lain-lain. Pelayanan
Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain:
1. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
2. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan
3. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
4. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
5. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
6. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan
dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
8. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman bagi klien
9. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
10. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan.
11. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien

Dalam upaya meningkatkan keberhasilan program Keluarga Berencana diperlukan


petugas terlatih yang:

1. Mampu memberikan informasi kepada klien dengan sabar, penuh pengertian, dan
peka
2. Mempunyai pengetahuan, sikap positif, dan ketrampilan teknis untuk memberi
pelayanan dalam bidang kesehatan reproduksi
3. Memenuhi standar pelayanan yang sudah ditentukan
4. Mempunyai kemampuan mengenal masalah
5. Mempunyai kemampuan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengatasi
masalah tersebut, termasuk kapan dan kemana merujuk jika diperlukan
6. Mempunyai kemampuan penilaian klinis yang baik
7. Mempunyai kemampuan memberi saran-saran untuk perbaikan program
8. Mempunyai pemantauan dan supervisi berkala
9. Pelayanan program Keluarga Berencana yang bermutu membutuhkan:
10. Pelatihan staf dalam bidang konseling, pemberian informasi dan ketrampilan teknis
11. Informasi yang lengkap dan akurat untuk klien agar mereka dapat memilih sendiri
metode kontrasepsi yang akan digunakan
12. Suasana lingkungan kerja di fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap kemampuan
petugas dalam memberikan pelayanan yang bermutu, khususnya dalam kemampuan
teknis dan interaksi interpersonal antara petugas dan klien
13. Petugas dan klien mempunyai visi yang sama tentang pelayanan yang bermutu

Tabel Peran Petugas dalam pelayanan Keluarga Berencana

Metode KB Petugas
Dokter Bidan Perawat PLKB
Pil Kombinasi    
Pil Progestin    
Suntikan   K K
Progestin
Suntikan   K K
Kombinasi
Implan   K K
Tubektomi  K K K
Vasektomi  K K K
Kondom    
AKDR   K K
Kalender    
Metode    
Amenorea
Laktasi
Abstinensi    

Keterangan: K: hanya konseling dan merujuk


: Memberi pelayanan

Peran fasilitas kesehatan dalam pelayanan Keluarga Berencana


Metode KB Petugas
RS Puskesmas TT Puskesmas Posyandu
Pil Kombinasi    
Pil Progestin    K
Suntikan Progestin    
Suntikan Kombinasi    
Implan    K
Tubektomi   K K
Vasektomi    K
Kondom    
AKDR    K
Kalender    
Metode Amenorea    
Laktasi
Abstinensi    
Keterangan: K: hanya konseling dan merujuk
: Memberi pelayanan
H. SISTEM RUJUKAN

Sistem rujukan bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan, dan efisiensi


pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama
ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi
dan kegagalan penggunaan kontrasepsi. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu
system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara
vertikal maupun secara horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau dan rasional. Dengan pengertian tersebut, maka merujuk berarti meminta
pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten untuk
penanggulangan masalah yang sedang dihadapi. Tatalaksana dalam melakukan rujukan
medik, yaitu:
1. Internal antar petugas di satu Puskesmas
2. Antara Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
3. Antara masyarakat dan Puskesmas
4. Antara satu Puskesmas dan Puskesmas yang lain
5. Antara Puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya
6. Internal antara bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
7. Antara rumah sakit, laboratorium, atau fasilitas pelayanan lain dan rumah sakit,
laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain

Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam setiap rujukan tersebut


berjenjang dari yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas
pelayanan kesehatan nasional dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal
balik ke satuan fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional; serta
tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi

Jaringan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jenjang Komponen/ Unsur Pelayanan Kesehatan


(Hirarki)
Tingkat rumah tangga Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarganya
sendiri
Tingkat masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka
sendiri oleh Kelompok Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada,
Anggota RW, RT, dan masyarakat (Posyandu)
Fasilitas pelayanan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
kesehatan profesional Praktik Dokterk Swasta, Bidan, Poliklinik Swasta, dll
tingkat pertama
Fasilitas pelayanan Rumah Sakit Kabupaten, Rumah Sakit Swasta, Laboratorium
kesehatan profesional Klinik Swasta, dll
tingkat kedua
Fasilitas pelayanan Rumah Sakit Kelas B dan A serta Lembaga Spesialistik
kesehatan profesional Swasta, Laboratorium Kesehatan Daerah dan Laboratorium
tingkat ketiga Klinik Swasta

Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien ke


fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang
mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya
rujukan. Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus pula diberikan:
1. Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk
2. Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan
3. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
4. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat
ini dan riwayat sebelumnya serta upaya/ tindakan yang telah diberikan
5. Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien
6. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan harus
didampingi perawat/ bidan
7. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan segera
menerima rujukan klien
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan upaya
penanggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan
klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya terlebih dahulu memberikan:
1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan
2. Nasihat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi
3. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien
berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-saran upaya
pelayanan kesehatan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang
penggunaan kontrasepsi.

I. JENIS-JENIS KB
1. Kontrasepsi PIL
Kontrasepsi Pil adalah metode kontrasepsi hormonal yang digunakan
wanita,berbentuk tablet. Pada dasarnya kontrasepsi pil terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu pilkombinasi, pil yang mengandung progesteron dan pil yang mengandung
estrogen.Kontrasepsi Pil adalah salah satu kontrasepsi yang paling banyak
digunakan kontrasepsi pil mengandung hormon ekstrogen dan progesterone serta
dapatmenghambat ovulasi.Kontrasepsi pil ini harus diminum setiap hari secara
teratur.Uji klinis terhadap pil memperlihatkan angka kegagalan pada tahun pertama
2,7 5di Indonesia.
a. Jenis – jenis pil kombinasi ada 3 macam yaitu :
1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone
2) Estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon.
3) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
4) Estrogen/progesterone dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpahormon.
5) Trifasi : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
estrogen/progesterone dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon
b. Efektivitas
Pada pemakaian yang seksama, pil kombinasi 99 % efektif mencegah
kehamilan.Namun, pada pemakaian yang kurang seksama, efektivitasnya masih
mencapai 93 %.
c. Keuntungan
Keuntungan menggunakan kontrasepsi pil adalah dapat diandalkan
jikapemakaiannya teratur, meredakan dismenorea, mengurangi resiko anemia
mengurangi resiko penyakit payudara, dan melindungi terhadap
kankerendometrium dan ovarium.
d. Kerugian
Kerugian menggunakan kontrasepsi pil adalah harus diminum secara teratur,
cermat, dan konsisten, tidak ada perlindungan terhadap penyakit menular,
peningkatan resiko hipertensi dan tidak cocok digunakan ibu yang merokokpada
usia 35 tahun.
e. Indikasi
Indikasi penggunaan kontrasepsi pil adalah usia reproduksi, telah memiliki
anak, Ibu yang menyusui tapi tidak memberikan asi esklusif, ibu yang siklus
haid tidak teratur, riwayat kehamilan ektopik.
f. Kontra indikasi
Kontra indikasi pengguna kontrasepsi pil adalah ibu yang sedang hamil,
perdarahan yang tidak terdeteksi, diabetes berat dengan komplikasi, depresiberat
dan obesitas.
g. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja pil adalah dengan cara menekan gonadotropin releasing
hormon. Pengaruhnya pada hifofisis terutama adalah penurunan sekresi
luitenezing hormon (LH), dan sedikit folikel stimulating hormon.Dengan
tidakadanya puncak LH, maka ovulasi tidak terjadi. Disamping itu,
ovariummenjadi tidak aktif, dan pemasakan folikel terhenti beserta lendir sevik
mengalami perubahan, menjadi lebih kental, gambaran daun pakis menghilang
sehingga penetrasi sperma menurun.
h. Efek Samping
Efek samping kontrasepis pil Kombinasi adalah pertambahan berat
badan,perdarahan diluar siklus haid, mual, pusing dan amenorea.
i. Cara pemakaian
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus haid, dapat
juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya hari minggu, agar
mudah diingat lalu diminum terus – menerus pada pil yang berjumlah 28 tablet

2. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi Suntik adalah alat kontrasepsi yang mengandung hormon
progesterone dan ekstrogen, kontrasepsi ada ada 2 macam yaitu suntil yang sebulan
sekali (syclopen) dan suntik 3 bulan sekali (depo propera), akan tetapi ibu lebih suka
menggunakan suntik yang sebulan karena suntik sebulan dapat menyebabkan
perdarahan bulanan teratur dan jarang menyebabkan spoting.
a. Efektifitas
Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99 % dan 100 % dalam
mencegahkehamilan.Dan tinggat kegagalannya sangat kecil. Keefektifannya 0,1
– 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian.
b. Kerugian
Kerugian kontrasepsi suntik adalah perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak,
mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, efektivitasnya berkurang bila
digunakan bersamaan dengan obat epilepsi dan kemungkinan terjadi tumor hati.
c. Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sederhana setiap 8 sampai
12 mingggu, tingkat keefektivitasannya tinggi, tidak menggagu pengeluaran
pengeluaran asi.
d. Indikasi
Indikasi kontrasepsi suntik adalah usia reproduksi, telah mempunyai anak,
ibuyang menyusui, ibu post partum, perokok, , nyeri haid yang hebat dan ibu
yang sering lupa menggunakan kontrasepsi pil. (Saifuddi. 2003).
e. Kontra indikasi
Kontra indikasi kontrasepsi adalah ibu yang dicuriagai hamil, perdarahan
yangbelum jelas penyebabnya, menderita kanker payudara dan ibu yang
menderita diabetes militus disertai komplikasi.
f. Efek samping
Efek samping kontrasepsi suntik adalah sakit kepala, kembung, depresi, berat
badan meningkat, perubahan mood, perdarahan tidak teratur dan amenore.
g. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja kontrasepsi suntik adalah menghalangi pengeluaran FSH dan
LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum, mengentalkan lendir serviks
sehingga sulit ditembus spermatozoa, perubahan peristaltik tuba fallopi
sehingga konsepsi dihambat mengubah suasana endometrium sehingga
tidaksempurna untuk implantasi hasil konsepsi
h. Jenis – jenis suntik
Jenis kontrasepsi suntik ada 3 macam yaitu depopropera yang berisi
progesterone asetat dan diberikan dalam suntikan 150 mg setiap 12
minggu.Noristerat berisi noresteron dan diberikan dalam suntikan 200 mg setiap
8minggu.syclopem diberikan melaui suntikan setiap 4 minggu.
i. Cara pemakaian
Cara pemakaian kontrasepsi suntik adalah melaui suntikan, dapat dilakukan
segera setelah post partum, setelah post abortus :Depopropera harus diberikan
dalam 5 haripertama haid, tidak dibutuhkankontrasepsi tambahan dan selajutnya
diberikan setiap 12 minggu. Noristerat harus diberikan pada masa mestruasi,
tidak dibutuhkan kontrasepsitambahan setelah itu diberikan setiap 8
minggu.Cyclopem diberikan melaui suntikan setiap 4 minggu

3. Kontrasepsi Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam bawah kulit, yang
memiliki keefektivitas yang cukup tinggi, dan merupakan kontrasepsi jangka
panjang 5 tahun serta efek perdarahan lebih ringan tidak menaikan tekanan
darah. Sangat efektif bagi ibu yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
a. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja implant adalah dapat menekan ovulasi, membuat
getah serviks menjadi kental, membuat endometrium tidak siap menerima
kehamilan. Dengan konsep kerjanya adalah progesteron dapat mengahalangi
pengeluaranLH sehingga tidak terjadi ovulasi dan menyebabkan situasi
endometrium tidaksiap menjadi tempat nidasi.
b. Jenis – jenis
Jenis – jenis kontrasepsi susuk adalah : Norplan dari 6 batang silastik
lembutberongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di
isi dengan36 mg levonolgestrel dengan lama kerjanya 5 tahun. Implanon
terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira – kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3-keto desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun. Jedenadan indoplan Terdiri dari 2 batang yang di isi
dengan 75 mg levonolgesterdengan lama kerjanya 3 tahun.
c. Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi implant adalah dipasang selama 5 tahun,
control medisringan, dapat dilayani di daerah pedesaan, penyulit tidak
terlalu tingggi, biaya ringan.
d. Kerugian
Kerugian kontrasepsi implant adalah terjadi perdarahan bercak,
meningkatnyajumlah darah haid, berat badan bertambah, menimbulkan
acne, dan membutuhkan tenaga yang ahli untuk memasang dan
membukanya.
e. Indikasi
Indikasi kontrasepsi implant adalah wanita usia subur, wanita yang
inginkontrasepsi jangka panjang, ibu yang menyusui, pasca keguguran
f. Kontra indikasi
Kontra indikasi kontrasepsi implant adalah ibu yang hamil, perdarahan
yang tidak diketahui penyebabnya, adanya penyakit hati yang berat,
obesitas dan depresi.

g. Efek samping
Efek samping kontrasepsi implant adalah nyeri , gatal atau infeksi pada
tempatpemasangan, sakit kepala, mual, perubahan moot, perubahan berat
badan, jerawat, nyeri tekan pada payudara, rambut rontok.
h. Waktu pemasangan
Waktu pemasangan yang baik dalam pemasangan implan adalah :
Setiap saatselama siklus haid hari ke – 2 sampai hari ke- 7 tidak diperlukan
metodekontrasepsi tambahan. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini tidak terjadi kehamilan, bila insersi setelah hari ke – 7 siklus haid,
klien janganmelakukan hubungan seksual atau menggunakan kontrasepsi
lainnya untuk 7 hari saja. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan
pasca persalinan insersi dapat dilakukan setiap saat, bila menysui penuh,
klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain. Waktu yang paling
untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra
ovulasi dari siklushaid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan.
i. Cara pemasangan
Cara pemasangan implant adalah :
1) Mempersiapkan pasien yaitu dengan menganjurkan pasien
membersihkanlengan yang akan dipasang.yaitu lengan yang jarang
digunakan.
2) Gunakan cara pencegahan infeksi.
3) Pastikan kapsul – kapsul tersebut berad sedikit 8 cm diatas lipatan siku
di daerah media lengan.
4) Suntikan lidokain sebanyak 0,5 ml lalu lakukan insisi yang kecil, hanya
sekedar menembus kulit.
5) Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil.
6) Kemudian masukkan implant secara perlahan – lahan sampai semu
implant masuk kedalam bawah kulit.
7) Kapsul pertama dan keenam harus membentuk sudut 750
8) Kemudian cabut trokar perlahan, kemudian bersihkan luka insisi
dengan bethadine setelah itu tutup dengan kain kasa. (Sifuddin. 2003).
j. Cara pencabutan
Cara pencabutan implant adalah :
1) Desinfeksi daerah yang akan di insisi.
2) Suntikkan lidocain 5cc.
3) Insisi diperdalam dan jaringan ikat lemak melekat pada kapsul implant.
4) Tangan kanan mendorong implant kearah insisi
5) Tangan kiri memegang arteri klem untuk menjepit kapsul implant
6) Keluarkan kapsul implant satu – persatu.
7) Setelah selesai bersihkan luka insisi, jahit jika luka terlalu dalan
ataulebar agar tidak terjadi perdarahan

4. Kontrasepsi IUD
IUD adalah suatu benda kecil dari plastic lentur, kebanyakan mempunyai
lilitan tembaga yang dimasukkan kedalam rahim. IUD adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan kedalam rahim yang megandungtembaga.Kontrasepsi ini sangat efektif
digunakan bagi ibu yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung
hormonal dan merupakan kontrasepsi jangka panjang 8 -10 tahun.Tetapi efek dari
IUD dapat menyebabkan perdarahan yanglama dan kehamilan ektopik. Angka
kegagalan pada tahun petama 2,2%.
a. Jenis – jenis IUD
IUD ada beberapa macam yaitu : Lippe lopp yang terbuat dari plastic,
berbentuk huruf S. TCU – 380A adalah alat yang berbentuk T, yang dililit
tembaga pada lengan horizontal dan lilitan tembaga memiliki inti perak pada
batang. Sof – T adalah IUD tembaga yang berbentukmirip rongga uterus.
Multiload 375, kawat tembaga yang dililit pada batangnya dan berbentuk 2/3
lingkaran elips. Nova T mempunyai inti perak pada kawat tembaganya pada
batang dan sebuah lengkung besar pada ujung bawah.Levonogestrel adalah alat
yang berbentuk T mempunyai arah merekat padalengan vertical.
b. Keuntungan
Keuntungan pemakaiankontrasepsi IUD adalah : Dapat segera aktif setelah
pemasangan. Metode jangkapanjang, tidak mempengaruhi produksi asi. Tidak
mengurangi laktasi. Kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas.Dapat di
pasang segera setelah melahirkan. Meningkatkan kenyamanan hubungan suami
istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan. Menurut PKMI. 2007
keuntungan IUD ada beberapa hal, yaitu : Sangat efektif 0,6 - 0,8 kehamilan /
100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian. IUD dapat segera aktif
setelah pemasangan.Metode jangka panjang (8 – 10 tahun pemakaian). Tidak
mempengaruhi hubungan seksual. Tidak ada efek samping hormonal. Tidak
mempengaruhi kualitas dan volume asi. Dapat digunakan hingga menopause.
Tidak ada interaksi dengan obat – obatan.
c. Efek Samping
Efek samping adalah akibat yang ditimbulkan atau reaksi yang disebabkan
oleh benda asing yang masuk kedalam tubuh dan tidak diharapkan. Efek
samping IUD antara lain : Haid lebih banyak dan lama. Saat haid terasa sakit.
Perdarahan spoting. Terjadinya pedarahan yang banyak. Kehamilan insitu
d. Indikasi
Yang merupakan indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah : Wanita yang
menginginkan kontrasepsi jangka panjang. Multigravida. Wanita yang
mengalami kesulitan menggunakan kontrasepsi lain.
e. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja IUD adalah mencegah terjadinya pembuahan dengan
penghambatan bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma
yang mencapai tuba fallopi dan menonaktifkan sperma. Mekanisme kerja IUD
adalah menghambat bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma
yang mencapai tuba fallopi, menonaktifkan sperma, menebalkan lendir serviks
sehingga menghalangi pergerakan sperma. Mekanisme kerja IUD adalah dapat
menimbulkan reaksi radang pada endometrium dengan mengeluarkan leokosit
yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma.IUD yang mengandung
tembaga juga dapat menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfase alkali,
memblok bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yang
mencapai tuba fallopi dan menonaktifkan sperma. IUD dapat menimbulkan
infeksi benda asing sehingga akan terjadi migrasi leokosit, makrofag dan
menimbulkan perubahan susunan cairan endometrium yang akan menimbulkan
gangguan terhadap spermatozoa sehingga gerakannya menjadi lambat dan akan
mati dengan sendirinya. (Manuaba. 2008). IUD bentuk insert, contohnya lippes
loop, menimbulkan reaksi benda asingdengan terjadinya migrasi leokosit,
limfosit dan makrofag. Pemadatan lapisanendometrium menyebabkan gangguan
nidasi hasil konsepsi sehingga kehamilan tidak terjadi
f. Kerugian
Kerugian pemakaian kontrasepsi IUD adalah : Menstruasi yang lebih banyak
dan lebih lama. Infeksi dapat terjadi saat pemasangan yang tidak steril. Ekspulsi
(IUD yang keluar atau terlepas dari rongga rahim). Sedangkan kerugian
pemakaian kontrasepsi IUD adalah : Haid menjadi lebih lama dan banyak.
Perdarahan spoting (bercak – bercak). Kadang – kadang nyeri haid yang hebat,
perlu tenaga terlatih untuk memasangkan dan membuka IUD.
g. Kontra Indikasi
Yang merupakankontra indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah : Wanita
yang sedang hamil. Wanita yang sedang menderita infeksi alat genitalia.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui. Wanita yang tidak dapat menggunakan
kontrasepsi IUD. Wanita yang menderita PMS. Wanita yang pernah menderita
infeksi rahim. Wanita yangpernah mengalami pedarahan yang hebat.
h. Waktu Pemasangan
Waktu pemasangan IUD yang antara lain : Bersamaan dengan menstruasi,
Segera setelah menstruasi, Pada masa akhir masa nifas, Bersamaan dengan
seksio secaria, Hari kedua dan ketiga pasca persalinan,Segera setelah post
abortus.
i. Waktu Pencabutan
Waktu pencabutan IUD yang baik antara lain : Ingin hamil lagi, Terjadi
infeksi, Terjadi perdarahan, Terjadi kehamilan insitu.
j. Jadwal Pemeriksaan Ulang
Setelah dilakukan pemasangan IUD maka ibu harus melakukan jadwal
pemeriksaan ulang antara lain :
1) Dua minggu setelah pemasangan
2) Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
3) Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
4) Setiap enam bulan sekali sampai satu tahun
5) Jika ada keluhan
k. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan karena pemasangan kontrasepsi IUD yaitu :
1) Perforasi, sering terjadi saat pemasangan dengan disertai ras sakit sehingga
perlu dibuka segera dan dilakukan observasi terhadap infeksi atau
perdarahan infeksi dapat menimbulkan kehamilan ektopik karena pernah
memakai IUD
2) Abortus infeksi. Pemasangan IUD tanpa diketahui telah terjadi kehamilan
dapat menimbulkan perdarahn yang banyak karena terjadi peningkatan
aliran darah menuju uterus dan mudah terjadi infeksi sampai abortus serta
sepsis.

5. Kontrasepsi Mantap
Kontap adalah kontrasepsi permanen yang digunakan untuk mencegah
kehamilan. Kontap ada 2 macam yaitu tubektomi yang digunkan pada wanita dan
vasektomi yang digunakan pada pria. Keunggulan kontap adalah merupakan
kontrasepsi yang hanya dilakukan atau dipasang sekali, relatif aman. Angka
kegagalan kontap pada pria 0,1%-0,5 5 dalam tahun pertama sedangkan kegagalan
pada kontap wanita kurang dari 1% perseratus setelah satu tahun pemasangan.
Kontap adalah alat kontrasepsi mantap yang paling efektif digunakan, aman
danmempunyai nilai demografi yang tinggi. Kontap ada 2 macam yaitu tobektomi
yang dilakukan pada wanita dan vasektomi yang dilakukan pada pria.
6. Tubektomi
Tubektomi adalah satu – satunya kontrasepsi yang permanent.metode ini
melibatkan pembedahan abdominal dan perawatan di rumah sakit yang melibatkan
waktu yang cukup lama.
a. Efektivitas
Tubektomi ini mempunyai efektivitas nya 99,4 % - 99,8 % per 100
wanitapertahun. Dengan angka kegagalan 1 – 5 per 100 kasus
b. Keuntungan
Keuntungan tobektomi adalah efektivitas tinggi, permanen, dapat segeraefektif
setelah pemasangan.
c. Kerugian
Kerugian tobektomi adalah melibatkan prosedur pembedahan dan anastesi,
tidak mudah kembali kesuburan.
d. Indikasi
Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah mempunyai anak, wanita
yang tidak menginginkan anak lagi.
e. Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak setujuan terhadap operasi dari salah satu
pasangan, penyakit psikiatik, keadaan sakit yang dapat meningkatkan resiko saat
operasi.
f. Efek samping
Efek samping tubektomi dalah jika ada kegagalan metode maka ada
resikotinggi kehamilan ektopik, meras berduka dan kehilangan.

7. Vasektomi
Vasektomi adalah pilihan kontrasepsi permanent yang popular untuk
banyakpasangan.Vasektomi adalah pemotongan vas deferen, yang merupakan
saluranyang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis ke vesikula
seminalis.
a. Efektivitas
Vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif.Angka
kegagalanlangsungnya adalah 1 dalam 1000, angka kegagalan lanjutnya adalah
antara 1dalam 3000.
b. Keuntungan
Keuntungan adalah metode permanent, efektivitas permanen,
menghilangkankecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan,
proseduraman dan sederhana
c. Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak mampuan fisik yang serius, masalah
urologi,tidak didukung oleh pasangan.
d. Efek samping
Efek samping adalah infeksi, hematoma, granulose sperma.
8. Kondom
Kondom adalah suatu selubung atau sarung karet yang dipasang pada penis
( kondom pria) atau vagina ( kondom Wanita) pada saat senggama. Kondom
pertama kali dipakai untuk menghindari terjadinya penularan penyakit kelamin
terbuat dari karet tipis ( Lateks).
a. Cara kerja:
1) Barier penis sewaktu melakukan coitus
2) Mencegah pengumpulan sperma pada vagina
b. Efektifitas
1) Gagal karena kondom yang bocor atau kurangnya kedisiplinan pemakai.
2) Kondom hanya digunakan untuk sekali pakai
3) Pakailah kondom manakala penis sudah ereksi penuh
4) Sarungkan dan tinggalkan sebagain kecil dari ujung kondom untuk
menampung sperma
5) Kondom yang mempunyai kantong kecil diujungnya,jepit ujung kondom
sehingga yakin tidak ada udara
6) Gunakan lubrikan ketika vagina kering untuk mencegah pergesekan atau
sobeknya kondom
7) Keluarkan penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan tahan
sisi kondom untuk mencegah tertumpahnya sperma ke dalam atau dekat
vagina
8) Simpan kondom ditempat yang kering dan sejuk
9) Jangan memakai Vaselin sebagai pelumas karena dapat merusak karet
10) Periksa kondom setelah senggama untuk melihat adanya kerusakan ataukah
masih utuh atau tidak
c. Keuntungan
1) Memberi perlindungan terhadap PMS
2) Tidak menggangu kesehatan klien
3) Murah dan dibeli secara umum
4) Tidak perlu pemeriksaan medis
5) Tidak mengganggu produksi ASI
6) Metode kontrasepsi sementara
d. Kerugian
1) Angka kegagalan cukup tinggi ( 3-15 kehamilan per 100 wanita pertahun)
2) Perlu dipakai pada setiap saat hubungan seksual
3) Mungkin mengurangi kenikmatan hubungan seksual
4) Memerlukan penyediaan setiap kali hubungan seksual
e. Indikasi
1) Seseorang yang memerlukan kontrasepsi sementara
2) Pasangan yang ingin menjarangkan anak
3) Pasangan yang mengkhawatirkan efek samping metode lain
4) Klien yang pernah atau sedang menderita PMS termasuk AIDS
5) Wanita hamil dengan atau punya resiko menderita PMS selama hamil
f. Efek Samping
1) Pernah dilaporkan kondom yang tertinggal di vagina
2) Infeksi ringan
3) Reaksi alergi terhadap kondom karet
DAFTAR PUSTAKA

Prijatni, Ida dan Sri Rahayu. 2016. Modu; Bahan Ajar dan Cetak Kebidanan
Kesehatan Rproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta Selatan. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Hlm 109-114

Anda mungkin juga menyukai