Anda di halaman 1dari 88

ANALISIS MOTIF BANTUAN LUAR NEGERI

AMERIKA SERIKAT KE AFGHANISTAN PASCA PENYERANGAN 9/11


(NINE ELEVEN ATTACK) TAHUN 2002-2016

(Skripsi)

Oleh

Hayjamanahazzahwa Putri Ahmad

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK

ANALISIS MOTIF BANTUAN LUAR NEGERI


AMERIKA SERIKAT KE AFGHANISTAN PASCA PENYERANGAN 9/11
(NINE ELEVEN ATTACK) TAHUN 2002-2016

Oleh

HAYJAMANAHAZZAHWA PUTRI AHMAD

Penelitian pada skripsi ini bertujuan untuk menganalisis peran Amerika


Serikat dalam memberikan bantuan kepada Afghanistan pasca penyerangan
terorisme ke gedung WTC pada 11 September tahun 2001. Penelitan ini memiliki
tujuan untuk menemukan permasalahan kepentingan nasional Amerika Serikat
dalam bantuan yang diberikan pasca terjadinya penyerangan yang diduga
memiliki motif dibalik pemberian bantuan tersebut. Penelitian ini menggunakan
teori kepentingan nasional, teori bantuan luar negeri, dan dibantu penggunaan
konsep foreign policy US yang merupakan konsep penunjang pada penelitian
terkait dengan bantuan Amerika Serikat. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dekrisptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan studi
pustaka. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis melalui data sekunder.
Teknis analisis yang digunakaan dalam penelitian yaitu reduksi data, triangulasi,
tracing process, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Hasil dari
penelitian ini yaitu adanya motif pemberian bantuan AS melalui USAID yang
diterima Afghanistan pada 2002-2016 yaitu motif kemanusiaan, motif politik
melalui kepentingan nasional AS New Great Anti- Terrorist Game, dan motif
ekonomi. Berdasarkan ketiga motif yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa
motif keamanan merupakan motif yang dominan dalam pemberian bantuan luar
negeri AS ke Afghanistan tahun 2002-2016 baik berupa bantuan dana hibah
ataupun dana pinjaman, yang kemudian berkaitan dengan memberikan ruang bagi
investor asal AS dapat masuk dan menjadikan Afghanistan sebagai tujuan
perluasan pasar dan menguasai SDA Afghanistan.

Kata kunci: Motif Keamanan, Bantuan Luar Negeri, Kepentingan Nasional,


Amerika Serikat, Afghanistan.
ABSTRACT

ANALYSIS OF UNITED STATES FOREIGN ASSISTANCE MOTIVES


TO AFGHANISTAN POST-ATTACK 9/11 (NINE ELEVEN ATTACK)
2002-2016

By

HAYJAMANAHAZZAHWA PUTRI AHMAD

The research in this paper aims to analyze the role of the United States in
providing assistance to Afghanistan after the attack on terrorism to the WTC
building on September 11, 2001. This research aims to find problems in the
United States national interest in assistance provided after the attack allegedly has
a motive behind the assistance. Theory that used in this research are theory of
national interest, the theory of foreign aid, and is assisted by the use of the concept
of US foreign policy which is a supporting concept in research related to the
assistance of the United States. The type of research that used in this research is a
descriptive qualitative using data collection techniques and literature studies.
Analysis technique that used in this research are data reduction, triangulation,
tracing process, data presentation, and conclusion. The outcomes of this research
are the motive for providing US assistance through USAID received by
Afghanistan in 2002-2016 namely humanitarian motives, political motives trough
US national interests through the New Great Anti-Terrorist Game, economic
motives. From that three motives, it can be concluded that the security motive is
the dominant motive in giving US foreign aid to Afghanistan in 2002-2016 in the
form of grants or loan funds, which are then related to providing space for US
investors to enter and make Afghanistan as a destination for market expansion and
control of the natural resource of Afghanistan.

Keywords: Security Motives, Foreign Aid, National Interest, United States of


America, Afghanistan.
ANALISIS MOTIF BANTUAN LUAR NEGERI
AMERIKA SERIKAT KE AFGHANISTAN PASCA PENYERANGAN 9/11
(NINE ELEVEN ATTACK) TAHUN 2002-2016

Oleh

HAYJAMANAHAZZAHWA PUTRI AHMAD

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL

Pada

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis Hayjamanahazzahwa Putri Ahmad.

Lahir di Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 1996

sebagai anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari

pasangan Bapak Ahmad Rizal dan Ibu Monalisa.

Pendidikan Formal yang penulis tempuh dimulai dari

Taman Kanak-Kanak Tunas Mekar Indonesia Bandar

Lampung tahun 2000-2002, Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Rawa Laut tahun

2002-2008, Sekolah Menengah Pertama di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung

pada tahun 2008 dan lulus di tahun 2011. Selanjutnya, pada tingkat Sekolah

Menengah Atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2011 dan lulus

di tahun 2014.

Penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan terdaftar

sebagai mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur masuk

SNMPTN. Penulis aktif dalam beberapa kegiatan, seperti terlibat dalam kegiatan

FUNCAMP, Panita Khusus dalam Musyawarah Besar Jurusan, dan PSMNHII-30

di Jurusan Hubungan Internasional. Pada Agustus tahun 2018, penulis

berkesempatan melakukan kegiatan magang di Kementerian Luar Negeri,

Direktorat Kerjasama Intra Kawasan dan Antar Kawasan Amerika Eropa; dan

berkesempatan untuk menjadi bagian dari perencanaan berlangsungnya ASEM


Transport Ministers’ Meeting (TMM) ke 4 di Bali pada September 2017 yang

dihadari oleh menteri transportasi dari negara-negara di kawasan Asia dan Eropa.
MOTTO

Doa, Usaha, Ikhtiar, Tawakal.

- Hayjamanahazzahwa Putri Ahmad -


PERSEMBAHAN

Allah SWT,
Terima kasih atas segala kekuatan, segala rezeki dan atas segala kemudahan yang
telah engkau berikan kepadaku hingga dapat menyelesaikan karya tulis ini

Ku persembahkan karya sederhana ini untuk pihak yang selalu mendoakan dan
tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan kasih sayangnya

Kedua orang tuaku

Bapak Ahmad Rizal dan Ibu Monalisa

Saudariku

Luthfiah Azzahra Sania Ahmad

sebagai tanda bakti dan cinta kasihku,

Serta Almamaterku :

Universitas Lampung

Yang telah memberikanku banyak pengalaman hidup selama aku belajar di

jurusan Hubungan Internasional


SANWACANA

Alhamdulillahirabil’alamin, puji syukur atas keridhoan Allah SWT yang

senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Motif Bantuan Luar Negeri

Amerika Serikat ke Afghanistan Pasca Penyerangan 9/11 (Nine Eleven

Attack) Tahun 2002-2016”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW atas cahaya kebenaran yang dibawa oleh beliau.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan

studi dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna sebagai bentuk adanya keterbatasan

kemampuan serta sebagai motivasi untuk lebih baik dan terus belajar kedepannya.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembacanya dan sebagai

perkembangan penelitian dalam kajian ilmu sosial dan ilmu politik khususnya

pada ilmu hubungan internasional.

Penulis menyadari pula bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak

lepas dari berbagai hambatan dan kesalahan, namun dapat terselesaikan dengan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan rasa terimakasih kepada:


1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
yang selalu memberikan motivasi, kritik dan saran, serta dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku Pembimbing Utama yang
telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikiran dan juga
memberikan banyak sekali masukan, saran yang membangun serta
bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dan membantu
dalam proses pembelajaran mengenai tema yang saya ambil lebih baik
lagi. Terimakasih Bapak Aman.
4. Mba Gita Karisma, S.IP., M.Si., selaku pembimbing kedua saya yang telah
senantiasa memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing saya.
Terimakasih Mba Gita atas saran judul skripsi, saran dalam pengerjaan,
kritik, dan motivasi yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik, Mba Gita memiliki peran penting dalam
pembuatan skripsi saya dari awal hingga akhir. Serta terimakasih Mba Gita
sudah menjadi sosok ibu dan teman yang baik untuk saya dan teman-
teman bimbingan “anak bunda” yang lain.
5. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B., selaku dosen pembahas yang telah
meluangkan waktu, memberikan kritik dan saran. Terimakasih Bapak
Suripto, selain sebagai dosen pembahas Bapak Suripto juga memiliki
kontribusi penuh dalam perbaikan skripsi saya menjadi lebih baik dan
tersturktur. Masukan dan saran perbaikan yang sangat bermanfaat dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Kepada dosen-dosen jurusan Hubungan Internasional. Terimakasih untuk
memberikan ilmu yang bermanfaat.
7. Kepada kedua orang tuaku tercinta, terimakasih banyak Ayah dan Bunda,
terimakasih telah membesarkan saya dan memberikan segalanya tanpa
kenal balasan baik moril, materil, dan selalu mengupayakan anak-anaknya
menjadi seseorang yang lebih baik. Terima kasih sudah menunggu dengan
sabar sampai penulis dapat menyelesaikan studi ini. Terimakasih juga atas
doa-doa yang telah dipanjatkan untuk kemudahaan dan kelancaraan dalam
menyelesaikan skripsi dan perkuliahan ini. Terimakasih atas nasihat,
motivasi, saran, dukungan, semangat, serta selalu mengingatkan untuk
segera menyelesaikan skripsi.
8. Kepada adik kesayangan satu-satunya, Luthfiah Azzahra Sania Ahmad,
yang memiliki peranan penting dalam pengerjaan skripsi ini untuk selalu
mendukung dan memberikan pertolongan jika saya kesulitan dalam
melakukan hal teknis dalam pengerjaan skripsi ini. Terimakasih telah
menjadi teman yang baik untuk selalu mendengarkan keluh kesah saya
dalam pengerjaan skripsi ini.
9. Kepada Ombai dan Akas terimakasih banyak telah membesarkan saya dan
memberikan segalanya tanpa kenal balasan baik moril maupun materil.
Terima kasih sudah menunggu dengan sabar sampai penulis dapat
menyelesaikan studi ini. Terimakasih juga atas nasihat, motivasi, saran,
dukungan, doa-doa yang telah dipanjatkan untuk kemudahaan dan
kelancaraan dalam menyelesaikan skripsi dan perkuliahan ini.
10. Kepada Rachmad Septiawan, SH, MH., terimakasih sudah menjadi
penyemangat penulis untuk segera menyelesaikan perkuliahan ini.
11. Kepada Wilma Dewasuti, S.Hub.Int., Ria Aulia Mediana, S.Hub.Int., dan
Luky Kurniawati, S.Hub.Int. terimakasih sudah selalu siap membantu saya
ketika kesulitan saat proses pengerjaan skripsi ini dalam situasi apapun.
Terimakasih kepada Novinka Dian Malino, S.Hub.Int. dan Sheila
Magdalena, S.Hub.Int., teman spombob-ku yang telah menghibur dalam
situasi apapun serta selalu sabar dalam menghadapi sifat saya yang kurang
menyenangkan dalam segala hal, terlebih membantu dalam penelitian ini.
Terimakasih semua teman terbaikku selalu mendengarkan keluh kesah dan
selalu mendukung dalam melakukan kebaikan.
12. Kepada teman satu bimbingan Anak Bunda, terimakasih banyak Amalia
Reski Palendra, S.Hub.Int., Putri Dumora, S.Hub.Int., Yolanda Dwi Putri,
S.Hub.Int., yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi saya dan
memotivasi saya untuk menyelesaikannya dengan baik.
13. Kepada rekan-rekan kerja penulis di Satker SNVT Pernyediaan
Perumahan Provinsi Lampung, terutama Mba Tika, Mba Nur, Bik Ika,
Mba Yuyun, Mba Besta. Terimakasih sudah memberikan canda tawa dan
cerita-cerita yang menghibur. Terimakasih juga untuk selalu mengingatkan
saya dalam mengejar gelar sarjana dengan secepat mungkin.
14. Kepada Fitria Ulfa, SH. selaku sahabat dari SMA hingga sekarang dan
Siska Dwi Azizah Warganegara, SH, MH. selaku sepupu dan juga teman
yang selalu bersedia membantu penulis. Terima kasih sudah menjadi orang
yang memotivasi penulis agar cepat menyelesaikan perkuliahan.
15. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan jurusan HI 2014 dalam
menempuh perkuliahan, semoga kita dapat mencapai kesuksesan di jalan
yang baik dan benar, terimakasih telah memberikan pengalaman dan
pelajaran hidup selama berkuliah di HI.
16. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan, doa, mengapresiasi, memberikan pengalaman dan
pelajaran hidup, saya ucapkan terimakasih. Semoga Allah S.W.T
membalas seluruh kebaikan kalian, dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.

Bandar Lampung, 09 Agustus 2019

Penulis,

Hayjamanahazzahwa Putri Ahmad


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7


2.1. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 7
2.2. Landasan Konseptual .................................................. ...................... 15
2.2.1. Kepentingan Nasional (National Interest) ................................ 15
2.2.2. Bantuan Luar Negeri (Foreign Aid) ........................................... 17
2.2.3. Foreign Policy US...................................................................... 21
2.3. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 23

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 27


3.1. Tipe Penelitian .................................................................................. 27
3.2. Fokus Penelitian ................................................................................ 28
3.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 28
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 28
3.5. Teknik Analisis Data ......................................................................... 29

IV. GAMBARAN UMUM ........................................................................... 33


4.1. Sejarah Bantuan Luar Negeri AS (Berdirinya USAID) .................... 35
4.2. Hubungan AS dan Afghanistan ........................................................ 48
4.2.1. Sejarah Bantuan USAID ke Afghanistan .................................. 51
4.2.2. Bentuk Bantuan USAID ke Afghanistan .................................... 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 59


5.1. Bantuan USAID ke Afghanistan tahun 2002-2016 .......................... 61

i
5.1.1. Bantuan Dana Hibah AS melalui USAID ke Afghanistan pada
Tahun 2002-2016 ....................................................................... 64
5.1.2. Bantuan Dana Pinjaman AS melalui USAID ke Afghanistan pada
Tahun 2002-2016........................................................................ 84

5.2. Motif dalam Pemberian Bantuan Luar Negeri USAID untuk


Afghanistan Tahun 2002-2016 ......................................................... 89
5.2.1. Motif Kemanusiaan .................................................................... 90
5.2.2. Motif Politik Melalui Kepentingan Nasional AS melalui New
Great Anti-Terorrist Game ......................................................... 98
5.2.3. Motif Ekonomi ........................................................................ 109

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 118


6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 118
6.2. Saran ................................................................................................. 119

KETERBATASAN PENELITIAN........................................................ 121


DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kategori Bantuan dalam USAID ................................................................ 20

4.1. US Foreign Assistance 1946-2016 ............................................................... 57

5.1. Jumlah Bantuan Hibah Jangka Waktu 2002-2016 ...................................... 81

5.2. Jumlah Bantuan Pinjaman Jangka Waktu 2002-2016 .................................. 86

5.3. Pemberian Bantuan Luar Negeri AS melalui USAID yang Mengandung

Motif Kemanusiaan ....................................................................................... 93

5.4. Dominasi Bantuan Keamanan Jangka Waktu 2002-2016 ...........................104

5.5. Persentase Jumlah Bantuan Luar Negeri AS melalui USAID Kurun Waktu

2002-2016 ....................................................................................................114

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 26

iv
DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1. Bantuan AS ke Beberapa Kawasan di Dunia Tahun 1949-1952 ............. 39

5.1.1. Bantuan Ekonomi AS ke Afghanistan Tahun 2002-2016 ........................ 78

5.1.2. Bantuan Keamanan AS ke Afghanistan Tahun 2002-2016 ................... 80

v
DAFTAR SINGKATAN

ADB : Asian Development Bank

AIOC : The Azebaijan International Operating Company

ANA : Afghan National Army

AS : Amerika Serikat

ASSF : Afghanistan Special Security Force

CIA : Central Intelligence Agency

CPC : The Caspian Pipeline Consotium

CT : Counterterrorism

DAC : Development Assistance Committee

DEA : Drug Enforcement Agency

DOD : Department of Defense

GDP : Gross Domestic Product

GNI : Gross National Income

GWOT : Global War on Teror

HDI : Human Development Index

IDA : International Development Association

IMET : The International Military and Educational Training Program

IMF : International Monetary Fund

ISI : Inter-Service Intelligence

NATO : North Atlantic Treaty Organization

vi
OECD : The Organisation for Economic Co-operation and Development

OEF : Operation Enduring Freedom

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

TAA : Training, Advising, Assisting

TAPI : Tukrmenistan, Afghanistan, Pakistan, India

USAID : United States Agency for International Development

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bantuan luar negeri AS telah masuk ke Afghanistan sejak tahun 1979 yang

ketika itu di negara Afghanistan masih terdapat pengaruh dari Soviet yang ingin

menguasai Afghanistan.1 Ketakutan AS akan menyebarnya pengaruh Komunis di

kawasan Asia Selatan dan Asia Tengah, menjadikan AS cepat bertindak dengan

mendekatkan diri melalui negara Pakistan selaku negara yang memiliki peran

penting dalam kebijakan kuasa atas Afghanistan ketika itu. Dalam mencegah

pengaruh fundamentalis dan komunisme, Presiden AS saat itu Jimmy Carter

mengeluarkan kebijakan untuk menyediakan peralatan militer, menyalurkan

bahan makanan dan bantuan dalam bentuk lainnya (1980).2

Adapun alasan mengapa AS memberikan bantuan ke Pakistan dikarenakan

adanya hubungan Pakistan dengan Taliban3. Taliban menguasai hampir 90%

wilayah Afghanistan dan pemerintahan Afghanistan hampir sepenuhnya berada di

tangan Taliban. Kelompok Taliban menjadi kelompok yang dianggap penting bagi

Pakistan karena memiliki dua struktur kekuatan militer yang mampu menjaga

1
Abdul Halim Mahally, 2006, “Menjarah Negeri Muslim”, hlm. 53
2
Dennis Kux, “The United States and Pakistan”, 1947-2000, hlm. 247
3
Taliban merupakan sebuah kelompok pelajar yang menuntut ilmu agama dan juga diajari senjata
dalam Jihad
2

relasi perdagangan dengan negara di Asia Tengah dan menjadi tameng bagi

negara Pakistan.4 Pertama, pasukan Taliban berisikan anggota yang berasal dari

puluhan madrasah di perbatasan Pakistan-Afghanistan yang menjadi kekuatan

milisi Taliban sejak awal. Kedua, kekuatan militer Taliban berasal dari bekas

komunis yang bergabung untuk balas budi atas pemberian bantuan ketika terjadi

pemberontakan oleh komunis itu sendiri di tahun 1990-an.5 Pemberian bantuan

AS kepada Pakistan melalui Badan Intelijen yang kemudian disalurkan, dianggap

mampu untuk meminimalisir pengaruh Uni Soviet di Afghanistan.

Hubungan antara negara AS dan negara Afghanistan pada awalnya

merupakan bentuk kerja sama dalam bidang pertahanan yang berfokus kepada

minimalisasi pengaruh dari Uni Soviet dengan mendukung dan memberi bantuan

militer serta bantuan ekonomi bagi pemerintahan yang anti-Soviet.6 Namun dalam

pemberian dukungan dan bantuan tersebut tidak sepenuhnya diterima dengan baik

oleh penduduk dikawasan tersebut, sehingga hal tersebut menjadi sebab

munculnya gerakan-gerakan radikal sebagai realisasi dari aktivitas jihad untuk

menghapuskan pengaruh barat di kawasan Asia Tengah.

Adapun serangan teroris yang dilakukan negara kawasan Asia Tengah

khususnya Afghanistan yaitu dengan memberikan pelatihan dan mempersenjatai

pemberontak Somalia yang ketika itu membunuh 18 tentara Amerika di

Mogadishu tahun 1993, kemudian mereka melakukan pemboman pada pelatihan

Garda Nasional AS di Riyadh tahun 1995 dan mereka mengebom truk yang

kemudian menghancurkan Khobar Towers yang merupakan sebuah kediaman

4
Abdul Halim Mahally, Op. Cit., hlm. 51
5
Ibid.
6
R.M. Savory. “Christendom Vs. Islam: Interaction And Co-Existence”. Diakses dari
http://www.monthly-renaissance.com/issue/content.aspx?id=513 pada 14 Maret 2018
3

militer Amerika Serikat di Dharan tahun 1996, termasuk juga serangan 11

September tahun 2001 yaitu pengeboman gedung WTC di New York .7

Telihat dari penjelasan di atas bahwa AS sebagai Negara superpower8

sering sekali mendapatkan target serangan terorisme internasional. Hal tersebut

menimbulkan upaya self-defense9 AS dengan mengeluarkan kebijakan kampanye

melawan terorisme di seluruh dunia. Terlebih lagi ketika terjadinya peristiwa

runtuhnya WTC dan Pentagon yang menjadi lambang dari kekuatan sistem

pertahanan negaranya seolah memperlihatkan lemahnya strategi keamanan

nasional (national security) AS dan kegagalan dalam memberikan rasa aman

kepada rakyatnya. Besarnya peristiwa runtuhnya Gedung WTC yang dinyatakan

sebagai sebuah tragedi nasional, memunculkan sebuah pernyatan dari Presiden AS

ketika itu Presiden Bush yang disebut sebagai “Doktrin Bush” 10. Dalam

pernyataannya, terdapat dugaan negara AS terkait dengan serangan tersebut

mengarah kepada negara Afghanistan.

Setelah terjadinya serangan 11 September 2001 atau sering disebut

penyerangan 9/11 tersebut, hubungan diantara kedua Negara yaitu AS dan

Afghanistan menjadi buruk. Terutama disusul adanya cara AS memusnahkan aksi

terorisme di negara Afghanistan tepat pada tanggal 07 Oktober 2001, Amerika

Serikat memulai perang melawan teroris dengan mendeklarasikan “Global War

7
Ibid.
8
Pavlos Efthymiou, “The Emergence of the United States as a Global Power” diakses dari
https://www.saylor.org/site/wp-content/uploads/2013/05/HIST313-5.2-
UnitedStatesasaGlobalPower.pdf pada 16 Januari 2018
9
Self-defense adalah tindakan balasan yang dilakukan untuk membela keamanan dan
kesejahteraan negara dari bahaya. Penggunaan hak membela diri sebagai pembenaran hukum
untuk penggunaan kekuatan pada saat bahaya terdapat pada hukum yurisdiksi.
10
Doktrin tersebut menjelaskan bahwa AS akan menutup semua kamp-kamp teroris, berbagai
rencana teroris, dan menyeret mereka ke pengadilan.
4

on Teror” (GWOT) atau dapat dikenal dengan Counterterrorism (CT)11.12 Adapun

perang tersebut dijalankan melalui sebuah badan yaitu Operation Enduring

Freedom (OEF) yang berfokus di negara Afghanistan. OEF dibentuk dengan

beberapa tujuan seperti, penghancuran camp-camp teroris yang ada di

Afghanistan, menangkap pemimpin Al-Qaeda dan Taliban, serta penghentian

kegiatan teroris di Afghanistan.13

Aksi perang melawan terorisme oleh AS dilakukan dengan menginvansi

negara Afghanistan secara penuh seperti meluncurkan pesawat-pesawat pengebom

Amerika Serikat melalui serangan udara di Afghanistan. Selain invasi secara

penuh, serangan 11 September 2001 tersebut bagi AS dipandang sebagai serangan

terhadap seluruh anggota NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan NATO

menyatakan bahwa mendukung secara penuh kebijakan AS untuk menyelesaikan

ancaman terorisme tersebut.14

Adanya invansi dan penyerangan di bawah bendera NATO tersebut

menjadikan AS dapat memberikan pengaruh kepada negara Afghanistan.15

Namun, menariknya adalah AS tetap memberikan sejumlah besar bantuan yang

cukup besar dan hampir di setiap tahunnya semenjak terjadinya serangan 11

September 2001 kepada Negara Afghanistan terhitung pada tahun 2002 dan

Afghanistan telah menjadi prioritas dalam pemberian bantuan Amerika Serikat.

Ditahun 2002-2003 pasca penyerangan, badan bantuan USAID telah memberikan

11
Merupakan kesepakatan bersama dan upaya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah untuk
melawan dan memerangi teroris yang ditujukan kepada segala bentuk teroris islam internasional
yang telah menjadi perhatian seluruh dunia
12
Paul D. Williams, Security Studies an Introduction. New York: Routledge. 2008. Hlm 171
13
Ryan T. Williams.”Dangerous Precedent: America’s Illegal War In Afghanistan” , diakses dari
https://www.law.upenn.edu/journals/jil/articles/volume33/issue2/Williams33U.Pa.J.Int'lL.563
(2011).pdf pada 12 Februari 2018
14
Z. A. Maulani, 2002, Perang Afghanistan, hlm. 40
15
Afghan-US Relations, diakses dari
http://www.central-asia-program.org/index.php?en_afmusa_relations pada 12 Februari 2018
5

bantuan yang fokus nya kepada bantuan kemanusian, kontaterorisme, dan bantuan

rekonstruksi.

Kemudian pada tahun 2004-2009 pemberian bantuan dilakukan untuk

penyediaan layanan rekonstruksi dan stabilitasi, dengan total hampir $48 miliar

anggaran yang diberikan kepada Negara Afghanistan.16 Pada tahun 2010-2011,

badan USAID mengeluarkan anggaran bantuan paling besar dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya yaitu total $13.78 miliar dengan pemberian paling banyak

sekitar 85% di bidang security and peace sebesar $11.65 miliar.17

Fakta di atas memperlihatkan bahwa adanya kesenjangan hubungan antara

AS dan Afghanistan dengan ditandai adanya penyerangan dan kemudian muncul

sebuah itikad baik AS untuk memberikan bantuan luar negeri. Oleh karena itu

penelitian ini akan mengkaji lebih lanjut, apa sebenarnya motif dari Negara AS

yang pada awalnya menyerang dan menginvasi namun kemudian dalam tahun-

tahun berikutnya AS memberikan bantuan yang cukup besar.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang atas bantuan Amerika Serikat ke

Negara Afghanistan dalam memberantas terorisme yang ada di wilayah

Afghanistan, maka dapat ditarik rumusan masalah: Apa motif bantuan luar

negeri Amerika Serikat pasca penyerangan terorisme 9/11 tahun 2001?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Menganalisis peran Amerika Serikat dalam membantu Afghanistan

pasca serangan 9/11 tahun 2001.


16
Curt Tarnoff (specialist in Foreign Affairs). Afghanistan: U.S. Foreign Assistance. 2010, hlm. 1
17
Foreign Assistance in Afghanistan.
Diakses dari https://www.foreignassistance.gov/explore/country/Afghanistan pada 14 Maret 2018
6

1.3.2. Menemukan apa yang menjadi kepentingan nasional Amerika Serikat

dalam bantuan pasca serangan tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

memberikan manfaat sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis

dan dapat berkontribusi dalam memberikan pengetahuan kepada para

penstudi Hubungan Internasional untuk lebih mengetahui tentang

kebijakan luar negeri Amerika Serikat berupa pemberian bantuan luar

negeri ke negara Afghanistan.

1.4.2 Secara Praktis

a. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi, panduan

atau rekomendasi bagi Pemerintah Indonesia, peneliti atau praktisi

mengenai keterlibatan Amerika Serikat terhadap isu terorisme di

Negara Afghanistan.

b. Diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian

terdahulu terkait dengan bantuan luar negeri Amerika Serikat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan bagi penulis dalam

menggambarkan sebuah masalah atau isu yang akan dikaji dalam penelitian,

dengan tujuan menjadikan penelitian terdahulu sebagai referensi bagi penulis

untuk melakukan penelitian motif bantuan dan membantu membangun kerangka

pemikiran. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang dapat digunakan dalam

penelitian ini, yaitu :

Pertama, penelitian yang berjudul Righting the course? Humanitarian

intervention, the war on terror and the future of Afghanistan, yang ditulis oleh
18
Fatima Ayub dan Sari Kuovo pada tahun 2008. Dalam penelitian ini,

menyebutkan bahwa menilai dan menganalisis intervensi yang terjadi di

Afghanistan adalah hal yang tidak mudah. Invansi yang terjadi di Afghanistan atas

AS tidak dinilai sebagai sebuah intervensi kemanusiaan, melainkan sebagai cara

AS untuk membalas tragedi serangan yang dilakukan Afghanistan terhadap New

York dan Washington DC pada September 2001 lalu.

18
Ayub, F; Kouvo, S. Righting the course? Humanitarian intervention, the war on terror and the
future of Afghanistan. International Affairs. 84, 4, 641-657, July 2008.
8

Kebijakan awal AS terhadap Afghanistan adalah untuk memberantas

terorisme (kontraterorisme) dengan memerangi kelompok pemberontak Taliban

yang memberikan dampak cukup besar. Namun dengan melihat besarnya dampak

yang dihasilkan, menjadikan kebijakan kontraterorisme berubah menjadi sebuah

intervensi kemanusiaan.19 Adanya perubahan tersebut, menciptakan kebingungan

antara kebenaran hukum dan pembenaran politik di dalam konteks perang

melawan terorisme dan intervensi kemanusiaan. Pada penelitian ini, menjelaskan

bahwa suatu perang dikatakan sebagai intervensi harus diukur tidak hanya dengan

melihat seberapa banyak kekerasan yang terjadi, melainkan juga melihat besarnya

nilai pertahanan pemerintah dan juga nilai kesejahteraan penduduk. Karena,

didalam konteks kemanusiaan sebagian besar berfokus kepada rekonsiliasi yang

menjadi tanggung jawab untuk melindungi selama atau setelah terjadinya konflik.

Kedua, penelitian yang berjudul Afghanistan: US Policy and Post 9/11

Afghan War Scenario, yang ditulis oleh Dr. Imtiyas Gul Khan dalam jurnal tahun

2012.20 Dalam penelitian ini menjelaskan latar belakang lahirnya kebijakan AS

yang mendorong untuk menyerang negara Afghanistan. Selain itu, dalam jurnal

ini menjelaskan juga bagaimana cara AS dalam menyingkirkan rezim Taliban

serta tujuan dan kepentingan AS di Asia Selatan. Kebijakan AS di Afghanistan

tidak terlepas dari kepentingan negara AS itu sendiri, adapun hal yang mendorong

AS untuk mencapai kepentingan tersebut adalah keinginan negara AS

menghilangkan pengaruh Soviet di Afghanistan untuk kepentingan politik,

19
Ibid.
20
Dr. Imtiyaz Gul Khan, Afghanistan: US Policy and Post 9/11 Afghan War Scenario,
International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 4, April 2012.
Diakses dari http://www.ijsrp.org/research_paper_apr2012/ijsrp-apr-2012-37.pdf pada 23 Juli
2018
9

ekonomi dan strategis tertentu.21 Benturan kepentingan itu muncul dengan oposisi

AS terhadap pengaruh Soviet yang semakin besar di kawasan itu.

Terlihat bahwa meskipun ada penolakan formal, Amerika Serikat tetap

meluncurkan operasi rahasia untuk meningkatkan gerilyawan anti-Komunis di

Afghanistan setidaknya enam bulan sebelum tahun 1979 invasi Soviet. AS

memberikan beberapa dukungan rahasia kepada Mujahidin (kelompok militan)

untuk melawan Soviet, dan pada saat yang sama mengubah Afghanistan ke dalam

lingkup pengaruh AS. Besarnya pengaruh AS di Afghanistan tidak diterima

dengan baik oleh rezim di Afghanistan yang tidak suka dengan pengaruh tersebut,

sehingga menyebabkan adanya serangan besar 9/11. Di dalam penelitian ini juga

menjelaskan bagaimana pemerintahan AS menyikapi Afghanistan dengan

berbagai kebijakannya.

Ketiga, penelitian berjudul Aid as a tool against insurgency: Evidence

from contested and controlled territory in Afghanistan, yang ditulis oleh Renard

Sexton dalam bentuk artikel pada tahun 2016.22 Dalam penelitian ini, penulis

menjabarkan bahwa adanya pengaruh dari pemberian bantuan terhadap perilaku

pemberontak yang ada di Afghanistan terutama di wilayah yang sedang

berkonflik. Pemberian bantuan pembangunan memberikan efek yang sangat

penting dalam mengurangi kekerasan oleh pemberontak yang dengan kata lain

pemberian bantuan mampu menjadi alat perlindungan dalam menciptakan

perdamaian (kontrol militer).

21
Ibid.
22
Sexton, R. (2016). Aid as a tool against insurgency: Evidence from contested and controlled
territory in afghanistan. The American Political Science Review, 110(4), 731-749. Di akses dari
http://e-resources.perpusnas.go.id:2141/10.1017/S0003055416000356 pada 19 Juli 2018
10

Penulis juga menunjukkan bahwa jenis bantuan yang diberikan juga sangat

berpengaruh terhadap merubah perilaku pemberotak. Terdapat beberapa jenis

bantuan diantaranya yaitu bantuan kemanusiaan dan juga bantuan keamanan

(militer). Jenis bantuan kemanusiaan misalnya, bantuan kemanusiaan secara

menyeluruh tidak memiliki efek yang dapat mempengaruhi perilaku

pemberontakan. Sedangkan, bantuan yang ditujukan untuk pertahanan militer

yang pro-pemerintah, secara besar-besaran meningkatkan perilaku kekerasan

pemberontakan di wilayah yang diperebutkan.

Keempat, penelitian berjudul Donor Motives for foreign Aid, yang di tulis

oleh Subhayu Bandyopadhyay dan E. Katarina Vermann dalam jurnal yang terbit

pada tahun 2013.23 Melalui beberapa literatur, penelitian ini berusaha

menjabarkan apa yang melatarbelakangi negara pendonor dalam memberikan

bantuan dan melihat perubahan motif negara pendonor dalam menyediakan

bantuan luar negeri dari waktu ke waktu. Seperti AS sebelum Perang Dunia I,

bantuan luar negeri Amerika Serikat tidak pernah melakukan intervensi keuangan

sampai dengan Perang Dunia II, yang ketika itu bantuan luar negeri AS sebagian

besar melalui bantuan militer dan untuk pembangunan pasca perang. Fokus

bantuan AS melalui USAID adalah untuk menciptakan pasar bagi Amerika

Serikat dengan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan produksi di negara-

negara berkembang serta mengurangi ancaman komunisme dengan membantu

negara-negara di bawah pengaruh kapitalisme.

23
Subhayu Bandyopadhyay dan E. Katarina Vermann, Donor Motives for Foreign Aid, Federal
Reserve Bank of St. Louis Review, July/August 2013, 95(4), pp. 327-36. diakses dari
https://research.stlouisfed.org/publications/review/2013/09/06/donor-motives-for-foreign-aid/ pada
5 Juni 2018
11

Terlihat bahwa dua hal yang difokuskan selalu merujuk kepada motif

kemanusiaan dan adanya motif untuk mengembangkan pasar baru bagi barang-

barang AS. Negara-negara lain juga telah merubah cara mereka dalam

memberikan bantuan negaranya sesuai dengan sejarah negara mereka masing-

masing dengan menyesuaikan lingkungan yang terus berubah. Sebagai contoh,

sebagian besar bantuan luar negeri Perancis telah diarahkan ke negara-negara

bekas koloninya, sementara itu, kepentingan geopolitik telah menyebabkan

Jepang memberikan bantuan kepada negara-negara yang secara luas mendukung

kepentingan Jepang di dalam forum internasional. Oleh karena itu di dalam

penelitian ini dapat terlihat beberapa literatur yang membahas tentang motif

bantuan luar negeri dan adanya perbedaan diantara beberapa negara pendonor.

Kelima, penelitian berjudul American Foreign Aid: Recent Trends in

Goals and Allocation yang ditulis oleh Ana Carolina Bortolleto dalam jurnal yang
24
terbit pada tahun 2010. Dalam penelitiannya, dikatakan bahwa bantuan luar

negeri AS memiliki banyak tujuan yang berbeda dan cenderung berubah-ubah.

Pada masa Pemerintahan Presiden Bush, diidentifikasi bahwa terdapat tiga tujuan

strategis dari pemberian bantuan, yaitu: pertama, ekonomi, pertumbuhan,

pertanian dan perdagangan; kedua, kesehatan global dan; ketiga, demokrasi,

pencegahan konflik dan bantuan kemanusiaan.25

Seiring berjalannya waktu, bantuan luar negeri AS mengalami perubahan

dalam alokasi dan tujuan dalam pemberian bantuan luar negeri. Saat ini, bantuan

luar negeri AS terkonsentrasi kepada wilayah Timur Tengah dan Asia Selatan

24
Bortolleto, Ana Carolina (2010) "American Foreign Aid: Recent Trends in Goals and
Allocation," Social Sciences Journal: Vol. 10 : Iss. 1 , Article 7. Diakses dari
http://repository.wcsu.edu/ssj/vol10/iss1/7 pada 3 Juni 2018
25
Ibid. Hlm. 11
12

yang bertujuan untuk proses perdamaian dan melawan terorisme di kedua

wilayah.26 Adanya pemberian bantuan militer yang diberikan AS pasca Perang

Dunia dirasa semakin menjadi tanggung jawab AS selaku negara yang memiliki

pengaruh besar untuk meningkatkan perkembangan keamanan nasional. Adanya

ancaman terorisme pasca 9/11 juga menjadi latar belakang adanya perubahan

alokasi dan tujuan bantuan luar negeri AS.

Keenam, penelitian berjudul Foreign Aid as Foreign Policy Tool yang

ditulis oleh Clair Apodaca pada tahun 2017.27 Dalam penelitiannya, Clair

Apodaca mengatakan bahwa kebijakan luar negeri didefinisikan sebagai sebuah

alat bagi suatu negara untuk mencapai kepentingan atau tujuan negara pendonor

baik urusan domestik maupun internasional yang dilatarbelakangi oleh adanya

kepentingan strategi dan komersial negara pendonor. Negara memiliki beberapa

alat yang digunakan untuk mengeluarkan kebijakan luar negeri mereka,

diantaranya yaitu diplomasi, kerjasama dan perjanjian, perdagangan, kekuatan

militer dan juga melalui bantuan luar negeri. Bantuan luar negeri, menjadi salah

satu dari beberapa alat kebijakan yang memungkinkan adanya akses dan juga

pengaruh secara langsung terhadap negara penerima.

Selanjutnya, dikatakan dalam penelitian ini, bahwa bantuan luar negeri

juga menjadi sebuah mekanisme yang dirancang untuk merubah perilaku negara

penerima. Dalam pemberian bantuan luar negeri juga terdapat beberapa metode

yang dapat dilakukan negara pendonor untuk mencapai kepentingannya. Pertama,

metode bilateral yang sifatnya memungkinkan negara pendonor memiliki kontrol

26
Ibid. Hlm. 12-13
27
Apodaca, C. (2017-04-26). Foreign Aid as Foreign Policy Tool. Oxford Research Encyclopedia
of Politics. , diakses dari
http://politics.oxfordre.com/view/10.1093/acrefore/9780190228637.001.0001/acrefore-
9780190228637-e-332. pada 3 Juli 2018
13

secara penuh atas bantuan yang diberikan. Kedua, metode multilateral yang

sifatnya lebih murah, serta dianggap lebih memiliki tanggung jawab untuk tidak

menyalahgunakan bantuan. Berdasarkan kedua metode di atas, metode

multilateral dianggap memiliki nilai lebih.

Ketujuh, penelitian berjudul Who Gives Foreign Aid to Whom and Why?

yang ditulis oleh Alesina dan Dollar dalam jurnal yang terbit tahun 2000. 28 Dalam

penelitiannya, peneliti berusaha menjelaskan apa yang menjadi faktor penentu

mengapa sebuah negara memberikan bantuan yang cukup besar dan juga

menjelaskan kepada siapa bantuan itu diberikan. Adapun dilihat dari banyaknya

pemberian bantuan tiga negara besar (AS, Jepang, Prancis), sebagian besar dari

mereka memiliki motif untuk menyokong kepentingan nasional negaranya. AS

telah menargetkan sepertiga dari total bantuannya ke negara-negara Timur

Tengah, sedangkan berbeda dengan Prancis yang memberikan bantuan dalam

jumlah yang banyak kepada negara-negara bekas koloninya.29 Adapun

kepentingan dari pemberian bantuan, dijelaskan di dalam jurnal ini yaitu

kepentingan dari pemberian bantuan berpengaruh terhadap penyebaran demokrasi

(demokratisasi), serta keterbukaan pasar yang efektif dalam kepentingan strategis

negara, khususnya negara AS.30

Berdasarkan ketujuh literature review yang sudah dijelaskan di atas, fokus

penelitian terbagi ke dalam beberapa topik. Terdapat satu literatur review yang

membahas mengenai kebijakan AS pasca penyerangan 9/11 dan menjelaskan

beberapa tolak ukur dalam menilai kekerasan dapat dikatakan sebagai intervensi

28
Alesina, Alberto, and David Dollar. 2000. Who gives foreign aid to whom and why?. Journal of
Economic Growth 5(1): 33-63.
29
Ibid.
30
Ibid.
14

yaitu penelitian yang ditulis oleh Fatima Ayub dan Sari Kuovo (2008). Kemudian,

terdapat dua literatur yang membahas tentang adanya pengaruh dari pemberian

bantuan khususnya AS yang mampu merubah perilaku pemberontakan dilihat dari

tingkatan kekerasan yang terjadi di kawasan Afghanistan, selain itu dua tulisan ini

menekankan adanya latar belakang kepentingan strategi dan komersial negara

pendonor yaitu penelitian yang ditulis oleh Renard Sexton (2016) dan Clair

Apodaca (2017).

Selanjutnya, satu literatur review yang membahas mengenai kepentingan

dari kebijakan AS dan juga kepentingan AS di Asia Selatan yaitu ingin

menghilangkan pengaruh Soviet di Afghanistan untuk kepentingan politik,

ekonomi dan strategis tertentu yang ditulis oleh Dr. Imtiyas Gul Khan (2012).

Satu literatur review yang menjelaskan secara luas mengenai fokus dari bantuan

AS melalui USAID untuk menciptakan pasar bagi AS dengan mengurangi

kemiskinan dan meningkatkan produksi di negara-negara berkembang serta

mengurangi ancaman komunisme yang ditulis oleh Subhayu Bandyophadhyay &

E. Katarina Vermann (2013). Dua literatur review membahas mengenai perubahan

alokasi bantuan AS dan tujuan bantuan luar negeri AS berfokus untuk proses

perdamaian dan melawan terorisme di kedua wilayah yang ditulis oleh Ana

Carolina Bortotello (2010) dan Alesina dan Dollar (2000).

Berdasarkan kesimpulan ke-tujuh penelitian terdahulu di atas, terdapat hal-

hal yang membedakan penelitian terdahulu dan penelitian yang akan penulis

lakukan, yaitu penelitian ini lebih baru dari tulisan sebelumnya yang akan

berfokus kepada analisis pemberian bantuan dari tahun 2002-2017. Kemudian,

akan memperlihatkan bantuan yang lebih dominan sehingga akan merujuk kepada
15

kepentingan dari bantuan luar negeri AS yang diberikan ke Afghanistan pasca

penyerangan 9/11, dengan menggunakan teori atau konsep foreign aid dan

national interest.

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Kepentingan Nasional (National Interest)

Bantuan luar negeri dikatakan tidak hanya sebagai kebijakan negara,

melainkan juga sebagai alat kebijakan negara untuk mencapai kepentingan negara.

Adapun kepentingan nasional merupakan sebuah tujuan utama dari adanya


31
kebijakan yang dikeluarkan sebuah negara. Menurut pandangan kaum realis

(Morgenthau) konsep kepentingan nasional selalu berkaitan dengan hal kekuasaan

(power), dan kemampuan perekonomian tinggi yang mampu bersaing di dunia

internasional.32 Kaum realis juga beranggapan bahwa sifat negara sama dengan

sifat manusia yaitu ‘a limitless lust for power’ dalam artian selalu mencari

kesempatan dan ingin bersaing dalam mencapai kepentingan sebagai tujuan

utama.33

Kepentingan nasional juga termasuk dalam kepentingan masyarakat yang

dijalankan oleh pemerintah dan pemerintah yang bertanggungjawab dalam

merumuskan hingga memperjuangkan kepentingan tersebut. Kepentingan

nasional merupakan salah satu faktor yang mendasar dan penting dalam

mendorong suatu negara melakukan interaksi dengan aktor-aktor hubungan

31
Apodaca, C, Op. Cit.
32
Burchill, Scott. 2005. The National Interest in International Relations Theory.United
Kingdom.Palgrave Macmillan. Hlm. 35
33
Ibid.
16

internasional, sehingga adanya kepentingan nasional dapat mempengaruhi

perilaku suatu negara.

Hal-hal yang terkait dalam kepentingan nasional sering dilihat sebagai

tujuan awal dari kebijakan luar negeri.34 Konsep kepentingan nasional merupakan

konsep yang menjelaskan dan memahami perilaku internasional dan menjelaskan

perilaku luar negeri suatu negara. Menurut Nuechterlein, kepentingan nasional

dibagi menjadi 4, yaitu35:

1. Kepentingan Ekonomi: Kepentingan dimana pemerintah berupaya dalam

meningkatkan perekonomian negaranya dengan menjalin hubungan

ekonomi.

2. Kepentingan Pertahanan: Kepentingan yang bertujuan untuk melindungi

warga negara, wilayah, serta ancaman politik negara lain.

3. Kepentingan Tata Internasional: Kepentingan yang mempertahankan

sistem politik dan ekonomi internasional negara yang memberikan

keuntungan bagi negara tersebut.

4. Kepentingan Ideologi: Kepentingan untuk mempertahankan idelogi negara

dari ancaman ideologi negara lain.

Kaitan konsep kepentingan nasional dengan penelitian saya adalah,

kepentingan Amerika Serikat dalam memberikan bantuan ke Negara Afghanistan.

Sejarah hubungan kedua negara dapat dikatakan kurang baik jika dikaitan dengan

34
KJ. Holsti. International politics: a framework for analysis. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall;
1995. hlm. 129
35
D. Nuechterlein. (1976). National interests and foreign policy: A conceptual framework for
analysis and decision-making. British Journal of International Studies, 2(3), 246-266.
17

pemberian bantuan yang cukup besar, sehingga terlihat bahwa terdapat

kesenjangan dalam kedua hal tersebut.

2.2.2 Bantuan Luar Negeri (Foreign Aid)

Bantuan luar negeri didefinisikan sebagai pemberian uang yang diberikan

satu negara ke negara lain, dalam arti luas bantuan luar negeri didefiniskan

sebagai interaksi atau hubungan diantara negara pendonor dan negara penerima

yang berkaitan dengan pemberian bantuan berupa sumber daya seperti barang-

barang fisik, ataupun keuangan baik dalam bentuk hibah maupun pinjaman.36

Bantuan luar negeri dapat di kategorikan dalam berbagai bentuk, yaitu bantuan

pembangunan, bantuan militer, dan bantuan kemanusiaan. Berdasarkan berbagai

kategori tersebut, segala bentuk bantuan dimaksudkan untuk memberikan bantuan

dalam keadaan darurat atau untuk membantu pembangunan ekonomi suatu

negara. Pemberian bantuan luar negeri biasanya dilakukan oleh negara maju yang

memiliki kemampuan ekonomi yang baik serta mumpuni dan kemudian diberikan

kepada negara berkembang dengan berbagai tujuan. 37

Pemberian bantuan luar negeri ini dilakukan pemerintah dengan alasan

bantuan luar negeri merupakan kebijakan resmi atas dasar keputusan politik.

Terdapat enam motif secara historis yang dapat mempengaruhi keputusan donor

dalam mengalokasikan bantuan, yaitu38:

1. Untuk membantu mengatasi kebutuhan darurat;

2. Membantu penerima mencapai tujuan pembangunan (pertumbuhan dan

pengurangan kemiskinan);

36
Roger Riddell. 2007. Does Foreign Aid Really Work. Oxford University Press. Hlm. 18
37
Foreign Aid: What’s Foreign Aid? https://www.investopedia.com/terms/f/foreign-aid.asp
38
Roger Riddell. Op. Cit. hlm. 91
18

3. Menunjukkan solidaritas;

4. Memajukan kepentingan politik dan strategis nasional negara pendonor;

5. Membantu mempromosikan kepentingan komersial negara pendonor; dan

6. Karena adanya ikatan sejarah diantara negara pendonor dan negara

penerima.

Namun, dalam 10 tahun terakhir, motif dalam pengalokasian bantuan telah

bertambah dan difokuskan pada pengalokasian dana bantuan untuk menyediakan

dan memperkuat pasar global dan mengurangi dampak buruk dari kejahatan

global. Alasan motif di atas, adalah beberapa alasan yang kemudian merujuk pada

motif utama dalam pemberian bantuan luar negeri. Motif tersebut terdiri dari tiga

motif utama, yaitu39:

1. Motif Politik

motif politik secara umum diartikan sebagai dorongan yang dimiliki oleh

aktor dalam melakukan tindakan. Baik tindakan ini untuk membangun

citra mereka, mempertahankan kedudukan mereka atau menempatkan

mereka pada posisi-posisi tertentu.

2. Motif Moral atau humanitarian

Secara umum motif kemanusiaan diartikan dengan melihat status negara

seperti negara kaya memiliki rasa tanggungjawab kemanusiaan untuk

membantu negara yang lebih miskin.

3. Motif pembangunan (ekonomi)

Motif ekonomi biasanya memiliki alasan kuat bagi negara pendonor untuk

memudahkan masuknya atau akses negara pendonor dalam mencapai

39
Roger Riddell. Op. Cit.
19

tujuan mereka seperti menguasai sumber daya alam dan juga melakukan

ekspor impor.

Selain memiliki motif atau alasan dalam memberikan bantuan luar negeri

terdapat tujuan atau kepentingan yang juga memiliki penjelasan yang berbeda.

Menurut Lancester,40 terdapat lima tujuan utama dalam memberikan bantuan luar

negeri, yaitu :

1. Humanitarian (Kemanusiaan), tujuan kemanusiaan biasa ditunjukkan

kepada negara yang mengalami bencana alam dan menyebabkan jatuhnya

korban jiwa dalam jumlah besar, yang dialokasikan melalui NGO atau

LSM yang ada di suatu negara.

2. Commercial (Komersial), tujuan komersial berkaitan dengan adanya

perluasan pasar bagi negara pendonor.

3. Mitigating conflicts and managing post-conflict transitions (Mengurangi

konflik dan mengelola pasca konflik), Tujuan ini diutamakan untuk

membantu negara yang berkonflik pulih dari perang dengan cara

penghapusan ranjau, demobilisasi dan reintegrasi tentara, rekonstruksi,

mediasi konflik, dan membangun kembali lembaga-lembaga politik dan

hubungan sosial.

4. Developmental (Pembangunan infrastruktur), tujuan pembangunan ini

ditunjukkan untuk mendukung kemajuan ekonomi dan mengurangi

kemiskinan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.

40
Carol Lancester.2008.Foreign Aid: Diplomacy, Development, Domestic Politics. University of
Chicago Press. Hlm. 14-15
20

5. Diplomacy (Diplomatik), tujuan diplomatik dilakukan atas dasar hubungan

diantara negara pendonor dan penerima, untuk menjalin hubungan yang

baik diantara kedua negara.

Selanjutnya, terdapat indikator sebuah pemberian bantuan dalam USAID

yang terbagi menjadi dua kategori yaitu bidang ekonomi dan militer, sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Kategori Bantuan dalam USAID

Kategori Bantuan dalam USAID


No Ekonomi Militer
Biaya operasional Manajemen dan reformasi sistem keamanan
1
(Administration and Oversight) (Konflik, Perdamaian, dan Keamanan)
Multisector aid
2 Narcotics Control
(Trade and Development Agency)
Nonproliferation, Anti-Terrorism, Demining
3 General Environmental Protection
and Related Programs
Site preservation Department of Defense, Drug Interdiction
4
(Pelestarian Situs) and Counter-Drug Activities
Disaster Prevention and
5
Preparedness
Economic Support Fund
(Agriculture, Energy, Basic
Education, Transport and Storage,
Government and Civil Society,
Water Supply and Sanitation,
6 Maternal and Child Health, Family
Planning, Basic Health, Banking
and Financial Services, Program
Design and Learning, Trade Policy
and Regulations, HIV/AIDS,
Industry)
Sumber: USAID Data Query41

Menurut David Lumsdaine, bantuan luar negeri tidak dapat dijelaskan

berdasarkan hanya dalam aspek kepentingan ekonomi dan politik saja, karena

segala kegiatan dalam pemberian bantuan harus memiliki penjelasan yang tepat

tanpa ada kepentingan komersial negara pendonor dan kepentingan pribadi

41
USAID Data Query, diakses dari
https://explorer.usaid.gov/query?country_name=Afghanistan&fiscal_year=2016&transaction_type
_name=Obligations pada 23 Oktober 2018
21

nasional yang selalu menjadi alasan penting dalam mengalokasi bantuan.42

Sehingga dengan adanya penjelasan tujuan pemberian bantuan dan pembagian

kategori di atas dapat memudahkan penulis untuk menganalisis data dan

mendapatkan kesimpulan.

2.2.3 Foreign Policy US

Kebijakan luar negeri merupakan salah satu hal yang penting untuk

dirumuskan oleh setiap negara atau pemegang kekuasaan (stakeholder) dalam

setiap pengambilan keputusan yang kemudian akan digunakan untuk berhubungan

atau berinteraksi dengan negara-negara lain dalam segala aspek, baik aspek

ekonomi, sosial budaya, serta politik keamanan. Adapun disetiap terbentuknya

sebuah kebijakan, akan selalu berhubungan dengan mencapai kepentingan

nasional negaranya.

Foreign Policy memiliki kaitan dengan salah satu teori hubungan

internasional yaitu teori Neorealist. Dalam paham Neorealist, negara dianggap

sebagai aktor penting yang berwenang dalam mengambil keputusan yang

kemudian akan berkaitan dengan politik luar negeri suatu negara. 43 Setiap

kepentingan dan kebijakan luar negeri yang dibuat suatu negara, terjadi karena

adanya pengaruh dari sebuah sistem internasional yang ada saat itu. Oleh karena

itu sebuah kebijakan luar negeri yang di buat negara adalah untuk mencapai suatu

kepentingan yang dalam prosesnya dipengaruhi oleh sistem internasional. 44

42
Roger Riddell. Op. Cit.
43
Kenneth Waltz, Foreign Policy and Democratic Politics: The American and British Experience
(1967).
44
Ibid.
22

Terdapat beberapa pendekatan untuk menganalisis kebijakan luar negeri,

yaitu45:

1. Pendekatan Tradisional

Analisis ini berfokus kepada pembuat keputusan yang melibatkan

kebijakan eksternal pemerintah dengan mengetahui sejarah dan latar

belakang yang mendorong sebuah kebijakan dan kepentingan sebuah

negara.

2. Kebijakan Luar Negeri Komparatif

Diinspirasi oleh kaum behavioralist yang berambisi membangun teori

sistemik dan menjelaskan proses kebijakan luar negeri secara umum.

3. Struktur dan Proses Birokrasi

Analisis ini berfokus kepada pengambilan keputusan AS dalam masa krisis

dengan 3 cara komplementer yaitu : pendekatan aktor rasional, model

‘proses organisasi’, model ‘politik birokrasi’.

4. Proses Kognitif dan Psikologis

Analisis ini berfokus kepada pembuat keputusan individual seperti menilai

persepsi aktor.

5. Multilevel, multidimensional

Analisis ini menjelaskan bahwa tidak ada teori foreign policy yang dapat

meliputi semua aspek. Oleh karena itu analisis ini berfokus langsung pada

pembuatan keputusan kebijakan luar negeri.

6. Kaum Konstruktivis

45
Robert Jackson dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional; Teori dan
Pendekatan (Pustaka Pelajar, 2013). Hlm. 442-448
23

Konstruktivis memandang bahwa pembuatan kebijakan luar negeri sebagai

dunia yang intersubjektif.

AS sebagai negara besar tidak terlepas dari interaksi dengan negara-negara

lain yang akan melibatkan sebuah tujuan, strategi dan kerjasama. Dalam kebijakan

luar negerinya, AS menetapkan standar yang akan mengatur organisasi,

perusahaan, dan warga negara AS. Sebagaimana disebutkan di dalam Foreign

Policy Agenda of the Department of State bahwa kebijakan luar negeri ditujukan

untuk membangun dan mempertahankan dunia yang lebih demokratis, aman, dan

sejahtera.46

2.3. Kerangka Pikir

Dalam kerangka pikir, menjelaskan mengenai bagaimana pengaruh yang

dimiliki AS dapat mepengaruhi negara Afghanistan yang pada dasarnya kedua

negara tersebut terlibat dalam hubungan diplomatik yang baik ditandai dengan

adanya pemberian bantuan luar negeri, berupa bentuk kerjasama dalam bidang

keamanan sebelum terjadinya peristiwa penyerangan 9/11 di New York dan

Washington DC.

Penjelasan tersebut digambarkan bagaimana awal mula AS memberikan

bantuan luar negerinya terhadap Afganistan dalam konteks militer dan ekonomi

sehingga tujuan awal yang dilakukan AS dalam memberikan bantuan terhadap

Afghanistan adalah agar meminimalisir pengaruh yang diberikan Uni Soviet

terhadap Afghanistan. Bantuan tersebut lebih terpusat bagi pemerintahan yang

anti Soviet. Bantuan tidak serta merta diterima oleh negara Afghanistan,

46
US Department of State, diakses dari https://www.state.gov/s/d/rm/index.htm#mission pada 06
Sptember 2018
24

melainkan masih adanya upaya penolakan terhadap bantuan AS yang dilakukan

oleh Afganistan.

Pada 11 September 2001, AS diruntuhi masalah dengan adanya bencana

bom pada Gedung WTC yang ditenggarai merupakan aksi terorisme yang

dilakukan oleh kelompok islam radikal yaitu Taliban . Hal tersebut merupakan

doktrin yang dilakukan George Bush yang pada masa itu menjabat sebagai

presiden AS . Hubungan antara AS dan Afghanistan diperburuk dengan aksi yang

dilakukan oleh negara AS yaitu melakukan pemusnahan aksi terorisme dengan

mendeklarasikan GWOT yang tertuju pada negara Afghanistan pada 7 Oktober

2001. Dalam pemusnahan aksi terorisme tersebut AS melakukan invasi dibawah

bendera NATO, dengan begitu NATO menjadikan AS dapat memberikan

pengaruh kepada Afghanistan.

Setelah invasi tersebut dilakukan, AS melakukan pemberian bantuan

terhadap Afghanistan, yang dilakukan pada tahun 2002-2003 dan Afghanistan

menjadi prioritas bantuan AS yang diberikan melalui USAID yang berupa

bantuan kemanusiaan. kontraterorisme, dan rekonstruksi. Bantuan tersebut

berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Tujuan AS dalam memberikan bantuain ini

memiliki motif dibaliknya. Oleh karena itu untuk menemukan motif tersebut

maka dilakukan dengan melihat bagaimana proses bantuan luar negeri diberikan

dan kebijakan apa yang diberikan oleh negara pendonor.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini menggunakan dua konsep,

diantaranya:

1. Kepentingan Nasional (National Interest), yang di dalam konsep ini

terdapat beberapa kategori kepentingan yang dapat digunakan untuk


25

menganalisis apa yang menjadi alasan AS memberikan bantuan pasca

penyerangan yang dilakukan oleh Afghanistan.

2. Bantuan Luar negeri (Foreign Aid), dalam konsep ini terdapat bahasan

mengenai definisi bantuan luar negeri, kemudian motif dari adanya

pemberian bantuan luar negeri, serta tujuan dalam pemberian bantuan luar

negeri.
26

Kerangka pikir penelitian ini apabila digambarkan dalam bentuk skema

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Bantuan awal diberikan AS ke Afghanistan


dalam meminimalisir pengaruh Uni Soviet

Terjadi permasalahan 9/11 dan terdapat


“doktrin bush” menduga Afghanistan menjadi
salah satu dalang dibalik runtuhnya gedung
wtc

Penyerangan AS dalam memusnahkan aksi


terorisme di Afghanistan 0ktober 2001.

Nato membantu AS dalam menginvasi


Afghanistan sehingga besar pengaruh AS
terhadap Afghanistan.

Pemberian dana bantuan Proses Pembuatan


dilakukan kembali oleh AS Kebijakan pemberian
terhadap Afghanistan terhitung bantuan luar negeri AS
setelah invansi pemusnahan melalui USAID ke
teroris dilakukan tahun 2002. Afghanistan

2002-2003, Afganistan sebangai Kepentingan Nasional AS


negara prioritas penerima bantuan dalam pemberian bantuan
AS melalui USAID berupa luar negeri ke Afghanistan
bantuan kmanusiaan,
kontraterorisme, dan rekonstruksi.

2004-2009 sebesar $48

2010-2011 sebesar $13.78

Motif bantuan luar negeri AS pasca serangan


9/11 tahun 2001 terhadap Afghanistan.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


Sumber: Diolah oleh Peneliti
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Cresswell,

penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang mengeksplorasi suatu

permasalahan. Metode penelitian kulitatif menjadikan peneliti membangun

gambaran secara menyeluruh, menganalisis kalimat, memberikan laporan secara

rinci dari informan.47 Metode penyajian yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif deskriptif yang menggambarkan dan menganalisa suatu isu

menggunakan konsep yang relevan. Menurut Neuman, penelitian deskriptif adalah

penelitian yang menggambarkan isu dengan rinci serta mendokumentasikan

mekanisme atau proses kausal (sebab-akibat suatu permasalahan).48 Penelitian ini

akan menjelaskan suatu fenomena atau permasalahan yang terjadi secara umum

kemudian menganalisa alasan terjadinya permasalahan tersebut menggunakan

konsep yang relevan.

Berdasarkan definisi di atas, peneliti akan mendeskripsikan dan

menganalisa isu mengenai “Kepentingan Amerika Serikat dalam memberikan

47
Prof. Dr. Emzir, M.Pd. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja
Garfindo Perasada. Hlm.2
48
Neuman, W. Lawrence. 2014. Social Research Methods: Qualitative and Quantitave
Approaches. USA: Pearson. Hlm. 38
28

bantuan luar negeri ke Afghanistan” setelah terjadinya pasca penyerangan 9/11 di

WTC New York.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi penelitian kualitatif agar

peneliti tidak terjebak dalam beragam data yang didapatkan. 49 Penelitian ini akan

fokus terhadap kepentingan AS dalam memberikan bantuan luar negeri ke

Afghanistan setelah terjadinya penyerangan 9/11 di WTC New York, serta

kebijakan AS yang diberikan kepada Afghanistan setelah terjadinya penyerangan

9/11.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini akan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Menurut

Miles dan Huberman, data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang kaya,

dengan data kualitatif peneliti dapat mengikuti, memahami alur peristiwa serta

menjelaskan sebab-akibat dari suatu kasus.50 Jenis data yang digunakan adalah

jenis data sekunder dan data primer. Peneliti memperoleh data tersebut melalui

jurnal-jurnal ilmiah, buku, laporan tertulis, foto, dan dokumen berkaitan dengan

objek penelitian, serta data resmi dari badan bantuan AS.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data

yaitu:

49
Lexy, Moleong. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm.
237
50
Miles, Matthew. B dan A, Michael Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis. UK: Sage
Publication. Hlm.1
29

a. Studi Literatur, yaitu pengumpulan data dari sejumlah literatur seperti

buku, jurnal ilmiah, surat kabar, dan artikel.

b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dari sejumlah dokumen-

dokumen resmi. Dokumen resmi tersebut seperti data, pernyataan pers,

dan laporan dari badan pemerintahan yang berwenang Kementrian Luar

Negeri AS, Badan Bantuan USAID, serta data dari organisasi resmi terkait

penelitian. Data-data tersebut dapat diakses melalui internet.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan yang digunakan penulis untuk menganalisis adalah

analisis data sekunder. Analisis data sekunder merupakan analisis data yang sudah

tersedia sebelumnya. Menurut Miles dan Huberman menyatakan bahwa kegiatan

analisis terdiri dari tiga tahap yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.51 Terjadi secara bersamaan berarti

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang

saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum,

selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun

wawasan umum yang disebut “analisis”.52

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup

transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi.

Berdasarkan hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan, berikut

ini adalah teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti:

1. Reduksi Data

51
Miles, Matthew.B dan A, Michael Huberman. Op.cit, Hlm. 10-11
52
Ulber Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
30

Reduksi data merupakan suatu analisis yang mempertajam, memilih,

memfokuskan, membuang, serta menyusun data dengan suatu cara untuk

dapat menarik kesimpulan dan diverifikasi. Peneliti akan mengumpulkan data

mengenai bantuan apa saja yang diberikan AS yang kemudian akan

menyimpulkan kepentingan apa yang dibutuhkan AS dalam pemberian

bantuan luar negeri kepada Afghanistan. Penulis akan memilah data dan

menyingkirkan data yang tidak sesuai dengan fokus penelitian.

2. Triangulasi

Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik

Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Teknik

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian.53

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang

berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen54. Triangulasi ini selain

digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk

memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat

berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena

itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori 55. Pada

53
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Hlm. 330
54
Ibid
55
Ibid.
31

penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya

menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.

3. Tracing Process

Klasifikasi kasus dalam metode kualitatif salah satunya adalah

tracing process. Tracing merupakan sebuah mekanisme penyebab antara

kondisi dengan hasil yang diakibatkannya melalui analisis serangkaian

peristiwa dalam sebuah kasus.56 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

metode kualitatif lebih berfokus pada penggambaran, penjelasan dan

pemahaman atas suatu peristiwa dalam sejarah.

4. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua dalam

penelitian kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan infromasi

yang tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.57 Penyajian data dalam kualitatif dapat dilakukan

dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya

dirancang untuk menggabungkan infromasi yang tersusun dalam suatu

bentuk yang padu padan dan mudah diraih.

Peneliti akan menyajikan beberapa asumsi, konsep, definisi, serta deskripsi

mengenai informasi yang telah diklasfikasikan, diolah, dianalisis

kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif. Peneliti mengolah data

tersebut menggunakan konsep yamg relevan dengan penelitian.

5. Pengambilan Kesimpulan

56
Jack S. Levy. 2002. Qualitative Methods in International Relations. Ann Arbor: the University
of Michigan Press. Hlm. 131
57
Ibid. Hlm 340
32

Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan

yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat menjadi lebih terperinci.

Untuk mengarah pada kesimpulan ini tentunya berdasarkan dari hasil

analisis data, baik yang berasal dari hasil observasi maupun analisis

dokumen. Dalam tahap ini peneliti akan menarik kesimpulan dari data-data

yang telah ditelaah sebelumnya. Kesimpulan yang didapatkan digunakan

untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah, serta memperlihatkan

terpenuhi atau tidak terpenuhinya tujuan penelitian.


BAB IV

GAMBARAN UMUM

Gambaran umum pada penelitian ini di dalamnya menjelaskan dua negara

yang terlibat yaitu AS sebagai pendonor atau negara pemberi bantuan luar negeri

dan Afghanistan sebagai negara penerima donor serta USAID sebagai badan atau

lembaga yang berperan penting dalam pemberian bantuan luar negeri AS ke

Afghanistan. Gambaran umum objek penelitian pada bab ini dibagi menjadi dua

sub bab yaitu sejarah terbentuknya USAID dan hubungan AS – Afghanistan.

Sebagai awal dari gambaran umum, penjelasan mengenai kondisi negara

Afghanistan akan menjadi gambaran mengapa AS menjadikan negara Afghanistan

sebagai prioritas dalam pemberian bantuan.

Afghanistan merupakan salah satu negara yang dikelilingi pegunungan

yang berada di perbatasan antara kawasan Asia Tengah dan Asia Selatan (Land-

locked) dengan bagian Timur dan Selatan berbatasan dengan Pakistan yaitu

wilayah Kashmir, bagian Barat berbatasan dengan Iran, dan bagian Utara

berbatasan dengan negara-negara Asia Tengah yaitu Turkmenistan, Uzbekiztan,

dan Tajikistan. Afghanistan terbagi menjadi 34 provinsi. Kota dan ibukota

terbesar adalah Kabul, dengan luas daratan 652.864 km², negara tersebut memiliki

jumlah populasi sebanyak 31.108.077 jiwa. Kepadatan penduduk di negara


34

tersebut yaitu 47,7 orang per km² dengan tingkat pertumbuhan penduduk tahunan

sebesar 2,25%. 58

Total populasi di negara Afghanistan pada sektor utama mata pencaharian

yang dimiliki sebagian besar adalah pertanian (78,6%) berupa opium, gandum,

buah-buahan, dan kacang-kacangan, industri (5,7%) yaitu produksi batu bata, batu

bara, gas alam, dan tembaga skala kecil. Di luar dari pekerjaan tersebut

masyarakat bekerja pada sektor formal seperti bekerja pada parlemen

pemerintahan, dan non-formal masyarakat bekerja sebagai wiraswasta dan sektor

pertanian. Hanya sedikit masyarakat yang berpendidikan dan memiliki

keterampilan teknis di negara Afghanistan, sehingga tidak mampu untuk

membangun dan mempertahankan perekonomian di negara tersebut, sangat

sedikit sekali perusahaan yang ingin berinvestasi baik investasi swasta maupun

publik dan bahkan hampir tidak ada.

Kondisi seperti di atas, terlihat bahwa negara Afghanistan masih dalam

status sebagai negara berkembang yang termasuk ke dalam kelompok negara yang

memiliki pendapatan rendah (low income country) jika dilihat dari jumlah Gross

National Income (GNI) per-kapita kurang dari $ 995. Adapun GNI per-kapita

negara Afghanistan adalah sebesar $570 (2017).59 Selain rendahnya pendapatan

negara Afghanistan, banyaknya perdagangan narkotika dan konflik perebutan

kekuasaan atas wilayah juga masih sering terjadi. Status sebagai kelompok low

58
Afghanistan & Quick Fact, diakses dari
https://www.britannica.com/place/Afghanistan/Languages pada 23 Oktober 2018
59
GNI Per-Kapita Afghanistan, diakses dari
http://databank.worldbank.org/data/indicator/NY.GNP.PCAP.CD/1ff4a498/Popular-Indicators
pada 24 Oktober 2018
35

income country, menjadikan negara Afghanistan tidak terlepas dari permasalahan

kemiskinan, korupsi dan penipuan.60

4.1 Sejarah Bantuan Luar Negeri AS (Berdirinya USAID)

Di dalam bab ini akan menjelaskan mengenai bagaimana sejarah

pemberian bantuan hingga terbentuknya badan bantuan luar negeri USAID

dengan menganalisis beberapa periode sebelum terbentuknya badan bantuan

USAID. AS adalah sebuah negara yang dapat dikategorikan sebagai negara yang

memiliki kekuatan besar atau biasa disebut sebagai negara superpower. Status

negara maju, tingkat ekonomi yang tinggi, dan disertai dengan sumber daya

manusia yang mumpuni menjadi kriteria dari negara superpower.61 Dalam menilai

tingkat ekonomi yang tinggi, World Bank telah mengklasifikasikan62 negara

melalui besarnya Gross Domestic Product (GDP) yang dihasilkan negara disetiap

tahunnya. Klasifikasi perekonomian yang tinggi ditetapkan oleh World Bank

senilai lebih dari $12,615 per tahunnya63.

Nilai GDP negara AS setiap tahunnya dari tahun 1960-2016 lebih dari

$12,615 per tahunnya dan mengalami peningkatan sekitar 1,5% dari total per

tahunnya. Adapun total GDP tertinggi di tahun 2016 yaitu sebesar $18.624

Triliun.64 Oleh karena itu dengan nilai yang tinggi tersebut AS dapat dikatakan

sebagai negara yang memiliki tingkat ekonomi yang tinggi dan termasuk ke dalam

60
Afghanistan & Quick Fact, Op. Cit.
61
Pavlos Efthymiou, “The Emergence of the United States as a Global Power”. Loc.Cit.
62
Negara-negara telah dikelompokkan sebagai negara dengan pendapatan berpenghasilan tinggi,
berpenghasilan menengah , menengah atas dan berpenghasilan rendah.
63
Country Clasiffication, diakses dari
http://www.un.org/en/development/desa/policy/wesp/wesp_current/2014wesp_country_classificati
on.pdf pada 12 Maret 2018
64
United States GDP, diakses dari
https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?locations=US pada 12 Maret 2018
36

Major Developed Economies (G7)65. Melihat data di atas, secara global AS

merupakan negara adidaya yang terbesar di dunia dalam berbagai aspek yaitu

militer, ekonomi, budaya, dan politik.

AS sebagai negara superpower yang memiliki pengaruh besar terhadap

negara lain, memiliki konsekuensi untuk tetap menjaga citra negara-nya dengan

berperan aktif dalam memberikan bantuan luar negeri (foreign aid). Adapun AS

memberikan bantuan luar negeri pada tahun 2013 dari segi jumlah total sekitar $

13,3 miliar atau 0,15% dari besarnya GNP AS.66 Adapun bantuan tersebut

diberikan melalui sebuah badan yaitu United States Agency for International

Development (USAID).

USAID merupakan sebuah badan bantuan luar negeri AS yang termasuk

ke dalam lembaga pemerintahan yang bersifat independen. Lembaga bantuan ini

merupakan bagian dari undang-undang tentang bantuan luar negeri pada tahun

1961 dan menjadi salah satu instrumen dalam kebijakan luar negeri AS yang

diresmikan oleh John F. Kennedy (1961-1963).67 Sebagai Presiden ketika itu,

John F. Kennedy melakukan transformasi bagi AS dengan menyadari bahwa

perlunya menyatukan sebuah pembangunan yang merata serta adanya tanggung

jawab untuk memberikan bantuan kepada negara-negara asing untuk

pembangunan sosial dan ekonomi melalui sebuah lembaga (USAID).

Sesungguhnya, konsep pemberian bantuan internasional ini sebelumnya

sudah mulai terbentuk pasca Perang Dunia II sekitar tahun 1945. Adapun bantuan

pertama yang diberikan AS dilakukan oleh George C. Marshall sebagai Menteri

65
Group of Seven (G7) adalah blok informal demokrasi industry- Kanada, Prancis, Jerman,
Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat - yang bertemu setiap tahun untuk membahas
isu-isu seperti tata kelola ekonomi global, keamanan internasional, dan kebijakan Energi.
66
Loc. Cit. Afghanistan: U.S. Foreign Assistance. Hlm. 21
67
USAID Who We Are, diakses dari https://www.usaid.gov/who-we-are pada 27 Oktober 2018
37

Luar Negeri AS pada tahun 1947-1949, dengan menyediakan dana hibah lebih

dari $15 miliar untuk bantuan keuangan dan bantuan teknis kepada 17 negara di

kawasan Eropa, dalam menghindari krisis kemanusiaan dan untuk pemulihan

ekonomi pasca perang.68 Program pemberian bantuan tersebut disebut sebagai

Marshall Plan69 yang berupaya untuk membangun kembali infrastruktur yang

rusak akibat perang, memperkuat ekonomi, dan menstabilkan kawasan Eropa.

Rencana pemberian bantuan Marshall Plan ini sudah direncanakan sejak 05 Juni

1947 dan berakhir pada tahun 1951, tetapi pemberian bantuan kepada kawasan

Eropa masih belum melalui badan bantuan USAID.70

Program Marshall Plan ketika itu masih terdapat kepentingan nasional AS

yang bersifat politik, tidak hanya berusaha untuk membantu jutaan masyarakat

kurang mampu demi kesehatan dan kesejahteraan, tetapi AS menginginkan

kawasan Eropa menjadi negara yang kuat dan menjadikan kawasan Eropa sebagai

benteng dalam melawan negara adikuasa lain yaitu Uni Soviet (komunis).

Meskipun memiliki kepentingan nasional bagi negara AS, tetapi program

Marshall Plan ini telah memberikan impact yang baik bagi negara di kawasan

Eropa yang menerima dana bantuan. Program ini memberikan peningkatan dalam

pertumbuhan PDB di negara-negara penerima dana selama periode Marshall Plan

di laksanakan. Negara penerima dana telah meningkatkan jumlah PDB mereka

melampaui besarnya jumlah PDB sebelum terjadinya perang. Selain itu program

68
Marshall Plan, diakses dari https://www.history.com/topics/world-war-ii/marshall-plan-1 pada
20 Desember 2018
69
Marshall Plan adalah program ekonomi skala besar pada tahun 1947 - 1951 oleh Amerika
Serikat yang bertujuan membangun kembali kekuatan ekonomi negara - negara di Eropa setelah
Perang Dunia II usai.
70
Loc. Cit. USAID Who We Are
38

tersebut juga menghilangkan adanya hambatan perdagangan antar negara tetangga

di kawasan Eropa maupun negara lain.71

Setelah melihat keberhasilan adanya Marshall Plan ini, Presiden Harry S.

Truman (1945-1953) mengusulkan adanya program bantuan pembangunan

internasional pada tahun 1949 yang berfokus kepada dua tujuan, yaitu:

1. Menciptakan pasar untuk AS dengan mengurangi kemiskinan dan

meningkatkan produksi di negara berkembang.

2. Mengurangi ancaman komunisme dengan membantu negara-negara

makmur di bawah kapitalisme.

Adapun program bantuan tersebut disebut sebagai Point Four Program

tahun 1949 dan Mutual Security Act of 1951.72 Point Four Program ini memiliki

tujuan diantaranya yang pertama sebagai lembaga dukungan PBB dan lembaga-

lembaga terkait; kedua, menjadi lanjutan dari program-program sebelumnya untuk

pemulihan dunia dan membentuk program perjanjian perdagangan; ketiga,

memperkuat negara-negara yang membutuhkan kebebasan atas bahaya agresi

militer; keempat, membantu pengembangan daerah-daerah berkembang secara

ekonomi dengan menyediakan sumber daya teknis dan mendorong investasi

modal.73 Point Four Program memiliki wilayah prioritas dalam bantuan ilmiah

dan teknis yang di berikan ke wilayah Amerika Latin, Asia, Timur Tengah, dan

Afrika.74 Selanjutnya, Mutual Security Act of 1951 merupakan program yang

dibentuk dengan tujuan untuk memberikan bantuan militer, ekonomi, dan teknis

71
Ibid. Marshall Plan, Section 3
72
History of US Foreign Aid, diakses dari https://www.globalcitizen.org/en/content/united-states-
foreign-aid-history-trump/ pada 16 Januari 2019
73
The Point Four Program, diakses dari https://pdf.usaid.gov/pdf_docs/Pcaac280.pdf pada 16
Januari 2019
74
The Point Four Program, diakses dari https://www.history.com/this-day-in-history/truman-
announces-point-four-program pada 28 Januari 2019
39

kepada sekutu AS untuk melanjutkan langkah dalam mengendalikan pengaruh

komunisme secara global yang dimaksudkan bukan untuk berperang, melainkan

dibentuk untuk mencegah terjadinya peperangan.75

Pada tahun 1949 hingga tahun 1952, dalam menjalankan program yang

diusulkan oleh Presiden Harry S. Truman telah mengeluarkan dana sebesar

$6.813.953.000 dalam bidang ekonomi sebesar 20% dan militer sebesar 80% ke

beberapa kawasan di dunia yaitu Asia, Amerika Latin, Afrika dan Oceania dan

khususnya kawasan Eropa yang menjadi prioritas di kurun waktu tersebut.76

Berikut grafik gambaran jumlah bantuan AS ke beberapa kawasan yang

disebutkan di atas pada tahun 1949-1952 :

USD 6,000,000,000
USD 5,000,000,000
USD 4,000,000,000
USD 3,000,000,000
USD 2,000,000,000
USD 1,000,000,000
USD 0

Grafik 4.1. Bantuan AS ke Beberapa Kawasan Pada Tahun 1949-1952


Sumber : Diolah Oleh Peneliti

Seiring berjalannya waktu, hasil dari usulan rancangan tersebut menjadi

sebuah komponen penting dalam kebijakan luar negeri AS, berbagai organisasi

dibentuk untuk merancang lembaga USAID sampai akhirnya lahir lembaga

USAID pada tahun 1961. Terbentuknya USAID bersamaan dengan adanya

75
Mutual Security Act of 1951, diakses dari https://history.house.gov/Historical-Highlights/1951-
2000/The-Mutual-Security-Act-of-1951/ pada 16 Januari 2019
76
U.S. Overseas Loans and Grants, greenbook,
diakses dari https://www.usaid.gov/data/dataset/49c01560-6cd7-4bbc-bfef-7a1991867633 pada 17
Desember 2018
40

beberapa program dan klasifikasi jenis dana bantuan luar negeri AS,

diantaranya77:

1. Bantuan Dana Hibah (Grant Assistance)

Sebagian besar bantuan luar negeri AS melalui USAID diberikan sebagai

dana hibah (grant) dibandingkan dengan dana pinjaman (loan). Terdapat 6

bentuk kategori dalam dana hibah yang diberikan USAID kepada negara

penerima bantuan, yaitu :

- Cash Transfers (transfer tunai)

Merupakan dana hibah berupa uang tunai secara langsung diberikan

kepada pemerintah negara penerima bantuan. Dana tunai ini

diberikan untuk mendukung keseimbangan keuangan bagi

pengeluaran atau pembayaran di negara penerima bantuan. Dana ini

diberikan sebagai hadiah yang tujuannya untuk meningkatkan

kesejahteraan negara penerima dan tak terlepas oleh kepentingan

untuk membuka pasar bagi AS, seperti belanja barang-barang dari

AS, membayar hutang, atau digunakan sebagai dana pembangunan.

- Equipment and Comodities (peralatan dan komoditi)

Jenis bantuan ini diberikan dalam bentuk pemberian makanan,

sistem pertahanan (senjata), dan peralatan yang menunjang

pembangunan negara seperti generator, computer, dan buku

pelajaran.

- Economic Infrastructure (infrastruktur ekonomi)

77
Congressional Research Service, Diakses dari
https://www.everycrsreport.com/files/20180425_R40213_ce0e130cd0e7419a8b82b33c3565e84e9
2699727.pdf pada 15 Januari 2019 hlm. 23
41

Program bantuan ini pernah menjadi salah satu bagian penting dalam

program bantuan AS sebelum tahun 1970-an. Setelah tahun 1970-an,

pemberian bantuan pembangunan jalan, sistem irigasi, fasilitas

tenaga listrik sudah jarang diberikan oleh AS. Hanya akan terlihat

beberapa proyek-proyek yang lebih besar seperti pada tahun 1980-an

dan 1990-an AS membangun system air dan sanitasi utama di

perkotaan Mesir dan pembangunan sekolah, klinik kesehatan, jalan,

dan pembangkit listrik.

- Training (pelatihan)

Pengadaan pelatihan oleh USAID merupakan sebuah bagian penting

dari sebagian besar program bantuan lainnya. Seperti The

International Military and Educational Training Program (IMET)

bagi para perwira militer untuk menyatukan kekuatan negara-negara

yang bersekutu, kemudian bantuan pendidikan berupa pelatihan

teknis jangka pendek maupun jangka panjang, pelatihan anti-

narkotika atau anti-terorisme kepada aparat penegak hukum.

- Expertise (staff ahli)

Program bantuan ini merupakan program pemberian staf ahli untuk

sektor pemerintahan ataupun swasta seperti departemen keuangan,

bank multilateral yang semuanya di danai oleh USAID dengan

tujuan untuk membantu memperkuat dan membangun negara

penerima bantuan. Sebagian besar staff ahli adalah warga negara AS

dan telah dilatih oleh USAID selama bertahun-tahun.


42

2. Bantuan Dana Pinjaman (Loan Assistance)

Segala peraturan mengenai dana pinjaman ini berada di bawah undang-

undang bantuan luar negeri tahun 1961, dimana pemerintah dapat

menentukan syarat dan ketentuan bentuk bantuan apa yang akan diberikan.

Secara umum yang menjadi kriteria penting yang ditentukan sebagai syarat

untuk menjadi penerima dana pinjaman adalah dengan melihat kondisi

keuangan negara dan kemampuan dalam memenuhi kewajiban pembayaran.

Dalam pemberian bantuan dana pinjaman ini terdapat pengecualian untuk

beberapa program yang memang dirancang sejak awal untuk sepenuhnya

menjadi bantuan hibah seperti program kemanusiaan dan bantuan bencana.78

- Loan Composition

Jika dilihat secara keseluruhan 100% bantuan AS, dana pinjaman yang

diberikan AS hanya sekitar 32% dari total bantuan militer dan

ekonomi ditahun 1962 hingga tahun 1988. Kemudian, kebijakan

dalam pemberian dana pinjaman ditahun selanjutnya semakin

menurun secara substansial dari tahun 1989-2001, dana pinjaman

hanya sebesar 1% dari keseluruhan total alokasi bantuan. Hingga

tahun selanjutnya yaitu 2009, AS telah berusaha untuk tidak

memberikan bantuan berupa dana pinjaman. Hal ini terjadi atas

tekanan dan respon terhadap masalah hutang negara-negara

berkembang, sehingga pernyataan tersebut didukung oleh kongres

78
Ibid. hlm 25
43

serta cabang eksekutif yang mengatakan bahwa bantuan asing tidak

seharusnya menambah beban negara-negara berkembang.79

- Loan Guarantees

USAID memberikan pinjaman dengan menggunakan jaminan kredit

parsial untuk memobilisasi pembiyaan lokal di negara berkembang.

Adanya perjanjian jaminan ini mendorong pemberi pinjaman swasta

untuk memperluas ke wilayah yang belum atau kurang terlayani.

Adapun besaran bunga pada jaminan kredit ini rata-rata sebesar

1,75%.80

- Loan repayment

Dalam kebijakan pembayaran pinjaman, AS melalui International

Development Association (IDA) menetapkan bunga rata-rata sebesar

0,75% pada setiap negara yang telah diberikan dana pinjaman dengan

pembayaran pinjaman dimulai setelah 10 tahun dan harus sudah

dibayarkan dalam jangka waktu 40 tahun.81

Adanya klasifikasi dana bantuan, badan bantuan USAID sudah mulai

berkerja dan menjadikan peluang bagi bantuan pembangunan untuk

meningkat pesat sehingga pada tahun tersebut disebut-sebut sebagai “dekade

pembangunan”.82 Di tahun 1961-1970 dalam jangka 9 tahun, AS sudah

memberikan bantuan melalui lembaga USAID, dengan mengeluarkan

anggaran total sebesar $62.236.997.000 yang disalurkan ke beberapa kawasan


79
Ibid.
80
An Overview of USAID’s Credit Guarantees,
diakses dari https://www.usaid.gov/sites/default/files/documents/1870/1210-usaid-onepager-v5-
4_2.pdf pada 28 Januari 2019
81
IDA Grants versus IDA Loans - Bretton Woods Project,
diakses dari https://www.brettonwoodsproject.org/.../reform/takenforgranted pada 17 Januari 2019
82
Loc. Cit. USAID Who We Are
44

yang hampir sama di setiap tahunnya yaitu kawasan Asia, Amerika Latin,

Afrika, Oceania, dan Eropa.83 Bantuan yang diberikan AS dalam jangka

waktu 9 tahun tersebut lebih dominan pada aspek ekonomi dalam bidang

agrikultur, perdamaian, dan pembangunan negara di kawasan tersebut. Dana

bantuan ini dibagi menjadi dana hibah dan dana pinjaman, jika dilihat dari

total anggaran terhitung besaran pinjaman yang diberikan sebesar 35% dan

sisanya 65% adalah dana hibah.

Selanjutnya di tahun 1970, terjadi sebuah pergeseran fokus bantuan dari

program bantuan teknis dan modal kearah yang lebih mengutamakan pada

kebutuhan dasar manusia, yaitu: food and nutritions, population planning,

health, education, human resources development. Pada tahun 1970-1980,

dalam jangka 10 tahun pemberian dana bantuan mengalami sebuah

peningkatan hampir 30% dari jumlah di tahun sebelumnya yaitu menjadi

sebesar $91.458.566.000.84 Dana tersebut terbagi menjadi dana hibah sebesar

69% dan dana pinjaman sebesar 31% dari total pemberian bantuan dalam

kurun waktu tersebut. Alokasi dana bantuan tetap diberikan kepada kawasan-

kawasan yang sudah disebutkan sebelumnya, yang membedakan adalah

terdapat beberapa bantuan yang dialokasikan kepada badan pengendalian

obat-obatan terlarang dan badan yang menangani permasalahan pengungsian

(refugees), selain itu USAID juga berfokus kepada inisiatif anti-komunisme

secara global dan perdamaian di kawasan Timur Tengah.85

83
Loc. Cit. U.S. Overseas Loans and Grants, greenbook.
84
Ibid.
85
US Foreign Aid Since 1977, diakses dari
https://archive.nytimes.com/screenshots/www.nytimes.com/interactive/2011/10/04/us/politics/us-
foreign-aid-since-1977.jpg pada 19 Januari 2019
45

Kemudian, di tahun 1980, pemberian bantuan berubah fokus pada

menstabilkan mata uang dan sistem keuangan. Pada tahun 1980, USAID juga

mempromosikan prinsip-prinsip berbasis pasar untuk merekonstruksi

kebijakan dan institusi di negara berkembang. USAID juga menegaskan

kembali komitmennya untuk pertumbuhan ekonomi berbasis luas,

menekankan kesempatan kerja dan pendapatan melalui mata pencaharian

utama negara penerima bantuan dan perluasan pasar domestik. Pada tahun

1980-1990, dalam jangka 10 tahun AS mengeluarkan dana sebanyak

$143.589.969.763,86 yang menjadikan perbedaan dengan tahun lain adalah

dalam jangka tahun ini AS memberikan beberapa alokasi dana kepada

departemen perbendaharaan yang kemudian berkaitan dengan penekanan

kesempatan kerja dan pendapatan melalui pasar domestik. Dalam kurun

waktu ini pembagian dana berupa dana pinjaman dari tahun 1989 mulai

dikurangi menjadi sebesar 24% dan dana hibah meningkat menjadi sebesar

76%.

Adanya kebijakan pengurangan dana pinjaman ini dipengaruhi adanya

keinginan pemerintah AS yang bekerjasama dengan World Bank untuk

menyediakan dana yang lebih utama ditujukan pada investasi dalam sektor

sosial dalam bentuk hibah dibandingkan dengan dana pinjaman, hal ini

diperkuat dengan adanya tiga argumen menurut J. E. Sandford (2002),87

pertama, dengan meningkatnya pemberian dana hibah yang diberikan maka

tidak akan menambah beban hutang bagi negara miskin; kedua, pemberian

dana pinjaman kepada negara miskin merupakan hal yang tidak pantas jika
86
Loc. Cit. U.S. Overseas Loans and Grants, greenbook.
87
Sandford, J. E. (2002),‘World Bank: IDA Loans or IDA Grants?’, World Development, 30: 5,
hlm.741-762.
46

dialokasikan pada sektor sosial seperti pendidikan yang nantinya akan

memberikan efek jangka panjang; ketiga, dengan adanya pemberian dana

hibah yang memungkinkan tidak membebani negara penerima dengan

pembayaran pinjaman, maka akan memungkinkan adanya ruang lingkup

politik bagi negara donor seolah-olah untuk tujuan pembangunan.

Selanjutnya pada tahun 1990, prioritas utama USAID menjadi

pembangunan berkelanjutan atau membantu negara untuk meningkatkan

kualitas dan kesejahteraan hidup mereka sendiri. USAID merancang program

bantuan pembangunan negara dengan melihat kondisi ekonomi suatu negara.

Pada tahun sebelumnya, USAID menjadi peran utama dalam perencanaan dan

pelaksanaan program setelah runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989.

Program tersebut membentuk adanya demokrasi yang berfungsi sebagai

sebuah sistem pemerintahan yang bersifat ekonomi terbuka, berorientasi pasar

dan lingkungan sosial yang responsif. Pada tahun 1990-2000, dalam jangka

10 tahun terlihat peningkatan dalam jumlah dana yang diberikan AS kepada

negara-negara di berbagai kawasan sebesar 10% dari jumlah sebelumnya

yaitu sebesar $159.752.723.809 yang memiliki prioritas pada pemberian

bantuan bilateral berupa Economic Support Fund.88 Pada kurun tahun ini

pemberian bantuan dana hibah sebesar 99% dan dana pinjaman hanya

dikeluarkan AS sebesar 1% bahkan hampir tidak ada.

Selanjutnya pada tahun 2000-an, USAID menciptakan lebih banyak

evolusi dalam pemberian bantuan luar negeri yaitu dengan menyerukan

reformasi tentang bagaimana lembaga melakukan bisnis. Terlihat ketika

88
Loc. Cit. U.S. Overseas Loans and Grants, greenbook.
47

adanya perang Afghanistan dan Irak, USAID diminta untuk membantu kedua

negara dengan membangun kembali pemerintahan, infrastruktur, masyarakat

sipil dan layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. USAID mulai

membangun kembali dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal

dari alokasi pemberian bantuannya. Pada tahun ini juga USAID mulai

memberikan alokasi dana kepada departemen yang menangani permasalahan

non-proliferasi, anti-terorisme, dan penghapusan ranjau. Kemudian, USAID

juga ikut serta dalam permasalahan rehabilitasi pasca konsumsi obat-obatan

terlarang khususnya dikawasan Asia.89

Berdirinya USAID memiliki sejarah dan perjalanan panjang untuk

mencapai kesuksesannya, beberapa fokus badan bantuan USAID yang intinya

adalah untuk meningkatkan stabilitas global dengan mengatasi sebuah

masalah langsung kepada pemicu masalah, membuka pasar baru, membantu

negara lain yang mengalami krisis ekonomi berkepanjangan, membangun

kembali infrastruktur ataupun pemberian bantuan yang sifatnya untuk

kemanusiaan, dan juga untuk menangani sebuah isu, seperti contohnya isu

terorisme. Wilayah kerja USAID yaitu mencakup negara-negara yang di

dominasi dengan negara berkembang seperti Afrika, Eropa Timur, Eropa

Tengah, Amerika Latin dan Karibian, Timur Tengah, serta Asia, khususnya

Asia Tengah dan Asia Selatan yaitu negara Afghanistan.

Badan bantuan luar negeri AS, selama ini sudah memberikan bantuan

hampir setengah dari pendapatan negaranya untuk membantu negara-negara

miskin dan juga negara yang tertimpa musibah. AS dalam memberikan

89
Ibid.
48

bantuan lebih terfokus kepada negara-negara dengan status negara

berkembang dengan banyak konflik dan masalah di wilayahnya. Sehingga

dengan adanya pemberian bantuan melalui USAID, diharapkan dapat

menjadikan pembangunan negara dapat berlangsung dengan baik. Bantuan

luar negeri AS yang disalurkan melalui USAID dan berbagai agensi90 di

dalamnya biasanya berupa kebijakan bantuan yang ditujukan bagi negara-

negara berkembang untuk membantu kemampuan militer negara penerima

dan juga pembangunan ekonomi atau untuk tujuan kemanusiaan.

4.2 Hubungan Amerika Serikat dan Afghanistan

Hubungan yang terjalin antara AS dan Afghanistan dapat dikatakan

sebagai hubungan awal yang tujuannya adalah untuk mengurangi pengaruh

komunisme di Afghanistan pada tahun 1979 melalui Central Intelligence Agency

(CIA) AS yang kemudian memberikan pendanaan berupa peralatan militer, bahan

pangan, dan bantuan lainnya kepada badan Inter-Service Intelligence (ISI) milik

Pakistan alih-alih agar dapat mempertahankan kemerdekaan dan keamanan

negaranya.91 Tahun selanjutnya dari tahun 1980 hingga 1988, sepanjang tahun

tersebut AS masih tetap mendukung Afghanistan dalam memerangi pasukan Uni

Soviet. Pada tahun 1986, AS mulai memberikan pasokan peralatan militer seperti

rudal stinger, yang dimana alat tersebut memungkinkan dapat menembak jatuh

helikopter tempur pasukan Uni Soviet hingga tahun 1988 Afghanistan, AS, dan

90
Department of agriculture, Federal trade Commisions, Department of State, Department of
energy, Department of commerce, Department of Transportation, Overseas Private Investment
Corporation, dll.
91
Abdul Halim Mahally, 2006, “Menjarah Negeri Muslim”, hlm. 53-54
49

juga Uni Soviet menandatangani perjanjian damai dan Uni Soviet mulai menarik

pasukannya.92

Di tahun 1989, semua pasukan Uni Soviet sudah ditarik dan meninggalkan

Afghanistan, tetapi perang saudara di Afghanistan masih tetap berlanjut dan

berkaitan dengan keberadaan kelompok Taliban. Hingga tahun 1996 Taliban

berhasil menguasai Kabul dengan melarang perempuan untuk bekerja dan

memberlakukan hukum rajam sampai mati dan diamputasi. Walaupun

memberlakukan hukum yang keras, Taliban tetap diakui sebagai penguasa yang

sah oleh Pakistan dan Arab Saudi ketika itu, tetapi kemudian AS merasa

kehadiran Taliban akan memberikan dampak yang kurang baik untuk AS, karena

sejak 1993 hingga 1996 Taliban sudah menyerang pasukan AS dan markas

mereka dengan alasan tidak menyukai adanya pengaruh asing yang ada di negara

Afghanistan ketika itu.93

Kemudian pemicu konflik selanjutnya yang ada di negara Afghanistan

yaitu pada tahun 1999, yang ketika itu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa (DK-PBB) mengatakan bahwa sudah menetapkan adanya dua kelompok

di negara Afghanistan yang dikatakan sebagai entitas teroris yaitu kelompok Al-

Qaeda dan Taliban. Setelah penetapan bahwa kedua kelompok tersebut sebuah

entitas teoris, PBB menjatuhkan sanksi untuk pendanaan, perjalanan dan juga

pengiriman persenjataan bagi mereka.94

92
Afghanistan Profile, A chronology, diakses dari https://www.bbc.com/news/world-south-asia-
12024253 pada 28 Januari 2019
93
Ibid.
94
The US War in Afghanistan, diakses dari https://www.cfr.org/timeline/us-war-afghanistan pada
19 November 2018
50

Selanjutnya, pemicu konflik lainnya yaitu terjadi pada 9 September 2001,

Ahmad Shah Massoud sebangai komandan Aliansi Utara yang ketika itu termasuk

dalam koalisi anti-Taliban, dibunuh ketika Al-Qaeda menjalankan sebuah operasi.

Pembunuhan Massoud, pemimpin perang gerilya anti-Taliban merupakan sebuah

bencana bagi kelompok perlawanan anti-Taliban ketika itu. Sehingga seorang ahli

yang bernama Peter Bergen menyebutkan bahwa pembunuhan Massoud adalah

sebagai pintu untuk melakukan serangan kepada AS.95

Sampai pada puncak serangan terorisme 11 September 2011, Al-Qaeda

membajak empat pesawat komersial dan menabrakan pesawat-pesawat tersebut ke

Gedung World Trade Center di New York dan Pentangon di Washington, DC.

Pesawat keempat jatuh di sebuah ladang di Shankville, Pennsylvania dan hampir

tiga ribu orang tewas pada serangan pembajakan pesawat tersebut. Meskipun

Afghanistan merupakan basecamp dari kelompok Al-Qaeda, tidak satupun dari

sembilan belas anggota pembajak berwarga negara Afghanistan melainkan berasal

dari Mesir dan Arab Saudi.96

Setelah peristiwa tersebut AS mendeklarasikan perang melawan terorisme

dan mulai menginvasi Afghanistan dengan menandatangani undang-undang yang

mengesahkan adanya penggunaan kekuatan terhadap mereka yang bertanggung

jawab atas penyerangan 9/11. Adapun undang-undang tersebut menjadi alasan

hukum bagi keputusan Presiden George W. Bush dalam mengambil langkah besar

95
Ibid.
96
Ibid.
51

untuk memerangi terorisme dan membela camp penahanan di Teluk Guantanamo,

Kuba.97

Setelah terjadi penyerangan terorisme kepada AS, hubungan yang awalnya

baik berubah menjadi buruk akibat puncak serangan 9/11 tersebut. Hubungan

antara AS dan Afghanistan berawal dengan bentuk kerjasama dalam bidang

pertahanan negara atau militer dengan fokus meminimalisasi pengaruh dari Uni

Soviet dengan memberikan dukungan melalui bantuan militer bagi pemerintahan

yang anti-Soviet.98 Namun pemberian dukungan dan bantuan tidak sepenuhnya

diterima baik oleh penduduk di Afghanistan yang menjadi latar belakang

munculnya gerakan-gerakan radikal yang memiliki tujuan untuk menghapus

pengaruh barat di Afghanistan.

Munculnya gerakan-gerakan radikal menjadi pemicu dari rusaknya

hubungan AS-Afghanistan. Banyaknya penyerangan yang dilakukan Afghanistan

ke AS, menimbulkan upaya AS untuk mempertahankan negaranya dari serangan-

serangan tersebut dengan mengeluarkan kebijakan untuk melawan terorisme yang

ada di Afghanistan, dengan tujuan upaya tersebut dapat menyelesaikan

permasalahan ini. Namun, setahun setelah terjadi penyerangan yaitu tahun 2002,

AS memberikan banyak bantuan dana kepada Afghanistan, baik dalam bidang

ekonomi dan juga militer.

4.2.1 Sejarah Bantuan USAID ke Afghanistan

Bantuan luar negeri AS telah masuk ke Afghanistan sejak tahun 1979

yang ketika itu terdapat pengaruh dari Soviet (Komunis) yang ingin
97
Ibid.
98
Loc.Cit. R.M. Savory. “Christendom Vs. Islam: Interaction And Co-Existence”.
52

menguasai Afghanistan.99 Ketakutan AS akan menyebarnya pengaruh

Komunis di kawasan Asia Selatan dan Tengah, menjadikan AS cepat

bertindak dengan mendekatkan diri kepada Islamabad yang ketika itu sebagai

negara yang memiliki peran penting dalam kebijakan kuasa atas negara

Afghanistan tersebut. Dalam mencegah pengaruh fundamentalis dan

komunisme, Presiden AS ketika itu Jimmy Carter pada tahun 1980

mengeluarkan kebijakan untuk menyediakan peralatan militer, menyalurkan

bahan makanan dan bantuan dalam bentuk lainnya.100

Adapun alasan mengapa AS memberikan bantuan ke Pakistan

dikarenakan adanya hubungan Pakistan dengan Taliban101. Taliban yang

menguasai hampir 90% wilayah Afghanistan dan pemerintahan Afghanistan

hampir sepenuhnya berada di tangan Taliban. Kelompok Taliban menjadi

kelompok yang dianggap penting bagi Pakistan karena memiliki dua struktur

kekuatan militer yang mampu menjaga relasi perdagangan dengan negara di

Asia Tengah dan menjadi tameng bagi negara Pakistan.102

Hubungan antara negara AS dan negara Afghanistan pada awalnya

merupakan bentuk kerja sama dalam bidang pertahanan yang berfokus kepada

minimalisasi pengaruh dari Uni Soviet dengan mendukung dan memberi

bantuan militer serta bantuan ekonomi bagi pemerintahan yang anti-Soviet.103

Namun dalam pemberian dukungan dan bantuan tersebut tidak sepenuhnya

99
Loc. Cit. Abdul Halim Mahally, 2006.
100
Dennis Kux, “The United States and Pakistan”, 1947-2000, hlm. 247
101
Taliban merupakan sebuah kelompok pelajar yang menuntut ilmu agama dan juga diajari
senjata dalam Jihad
102
Abdul Halim Mahally, Op. Cit., hlm. 51
103
R.M. Savory. “Christendom Vs. Islam: Interaction And Co-Existence”. Diakses dari
http://www.monthly-renaissance.com/issue/content.aspx?id=513 pada 14 Maret 2018
53

diterima dengan baik oleh penduduk dikawasan tersebut, sehingga hal

tersebut menjadi sebab munculnya gerakan-gerakan radikal sebagai realisasi

dari aktivitas jihad untuk menghapuskan pengaruh asing di kawasan Asia

Tengah dan Asia Selatan.

4.2.2 Bentuk Bantuan USAID ke Afghanistan

Konsep bantuan luar negeri menurut James E. Anderson terdapat 4 konsep

utama dalam sebuah program bantuan luar negeri, yaitu104 :

1. Bantuan Hibah dan Program Ekspor Komoditi (ekonomi): Bantuan ini

mengacu kepada pembiayaan konsesional dalam upaya meningkatkan

perekonomian negara lain dengan menjalin hubungan ekonomi dan

kerjasama.

2. Bantuan Pertahanan (Militer): Bertujuan untuk melindungi warga

negara, wilayah, serta ancaman politik bagi negara lain sebagai

penerima bantuan.

3. Bantuan Teknis: Bantuan ini melibatkan transfer teknologi dan

keterampilan seperti pendidikan, pelatihan dalam menjalankan produksi

pertanian, serta pemberian bantuan dalam memperbaiki sanitasi di

negara penerima bantuan.

4. Bantuan Kemanusiaan: Bantuan ini diberikan dengan tujuan untuk

memberikan perlindungan dan bantuan pasca bencana alam atau situasi

tak terduga dan tentunya bantuan ini memiliki dampak jangka panjang.

104
James E. Anderson, 1984, Public Policy and Politics in America Second Edition, California:
Brooks/Cole Publishing Company Hlm. 390
54

Berbeda dengan konsep bantuan pada umumnya, USAID sebagai

sebuah badan bantuan luar negeri AS, dalam pemberian bantuannya hanya

terbagi menjadi dua kategori bantuan yang diberikan ke negara yang akan

menerima bantuan, yaitu kategori bantuan ekonomi dan kategori bantuan

militer dan di dalamnya terdapat dua jenis dana bantuan hibah (Grants) dan

dana pinjaman (Loans). Dalam kedua kategori tersebut selain jenis dana

bantuan, juga terdapat lebih dari 70 departemen, lembaga, sub-agen yang ikut

membantu USAID dalam memberikan bantuan ke negara-negara lain

khususnya Afghanistan.105

Selain 70 departemen yang membantu USAID, terdapat juga 10 sektor

tujuan bantuan luar negeri AS, yaitu106:

1. U.S. Global Development Lab (Laboratorium Pembangunan Global),

sektor ini memiliki tujuan untuk mempercepat sebuah pengembangan

atau pembangunan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

2. Agriculture and Food Security (Pertanian dan Pertahanan Pangan),

sektor ini pertanian dan ketahanan pangan berkaitan erat untuk

mencukupi kebutuhan pangan masyarakat yang produktif dan sehat.

Kerawanan pangan sering terjadi akibat adanya kemiskinan yang

memiliki dampak jangka panjang dan meningkatkan kerentanan

terhadap penyakit.

105
USAID History, diakses dari https://explorer.usaid.gov/about.html pada 02 November 2018
106
USAID What We Do, diakses dari https://www.usaid.gov/what-we-do pada 02 November 2018
55

3. Democracy, Human Rights dan Governance (Pemerintahan

Demokrasi dan Hak Asasi Manusia), sektor ini penting untuk

pembangunan berkelanjutan dan mewujudkan perdamaian abadi.

Berfokus kepada negara dengan Lembaga pemerintah yang kurang

efektif, seperti contohnya negara Afghanistan dengan kasus korupsi

merajalela serta aturan hukum yang lemah sehingga akan berdampak

pada tingginya resiko kekerasan atau perang.

4. Economic Growth and Trade (Pertumbuhan Ekonomi dan

Perdagangan), sektor ini memiliki pengaruh yang luas dan sangat

penting untuk pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan.

Tujuannya untuk menciptakan peluang bagi masyarakat kurang

mampu untuk meningkatkan standar hidup.

5. Education (Pendidikan), sector pendidikan berfungsi sebagai

instrument yang mendorong pembangunan dan dapat mengurangi

angka kemiskinan yang tinggi. Dengan meningkatkan rata-rata

Pendidikan tinggi di suatu negara, akan menambah setengah

persentase ke pertumbuhan GDP negara.

6. Environment and Global Climate Change (Lingkungan dan Perubahan

Iklim Global), sektor ini fokusnya untuk membantu masyarakat agar

lebih baik dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia.

7. Gender Equlity and Women’s Empowerment (Kesetaraan Gender dan

Pemberdayaan Perempuan), sektor ini berfokus kepada

mempertahankan keberadaan wanita, dengan memberikan jaminan

pendidikan yang tinggi. Karena, dengan adanya partisipasi wanita di


56

dalam politik atau pemerintahan sangat berpengaruh terhadap

kemajuan suatu negara.

8. Global Health (Kesehatan Global), sektor ini memiliki tiga prioritas

dalam membangun sistem kesehatan yang berkelanjutan di wilayah

miskin di dunia dengan cara, mencegah kematian anak dan ibu,

mengontrol epidemi HIV/AIDS, memerangi penyakit infeksi.

9. Water and Sanitation (Air dan Sanitasi), sektor ini memiliki tujuan

untuk meningkatkan akses ke air minum bersih dan layanan sanitasi

yang berkelanjutan, melindungi sumber daya air tawar, serta

memperbaiki tata kelola air dan pembiyaan.

10. Working in Crisis and Conflict (Bekerja dalam krisis dan Konflik),

sektor ini berfokus kepada negara yang mengalami bencana alam, dan

membantu menyelesaikan konflik negara yang terdapat konflik atau

ketidakstabilan potensial.

Terdapat lebih dari 70 sektor yang terlibat dan semua sektor bekerja

dengan efektif dan seimbang baik dalam bantuan ekonomi maupun militer.

AS sebagai salah satu negara maju memiliki tanggung jawab dengan

memberikan bantuan luar negeri kepada negara-negara lain yang

membutuhkan dan dengan adanya program pemberian bantuan luar negeri

tersebut akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan ekonomi, sosial dan

budaya negara AS. Berikut ini tabel yang akan menjelaskan besaran bantuan

AS ke Afghanistan:
57

Tabel 4.1. U.S. Foreign Assistance 1946-2016 ($US Millions)


Jenis
1946-2012 2013 2014 2015 2016 Total
Bantuan
USAID and
27,492.0 3,507.3 2,391.1 3,042.7 2,048.6 38,488.7
Predecessor
Department of
3,379.7 88.0 125.2 110.8 5.2 3,708.9
Agriculture
State
7,997.6 920.5 1,575.8 742.1 282.7 11,518.4
Department
Other
Economic 7,308.3 792.4 656.1 81.8 3.4 8,842.0
Assistance
Military
46,280.9 837.4 6,142.7 6,142.0 3,890.2 68,277.5
Assistance

Sumber : U.S. Overseas Loans and Grants Juli 1945 – September 2016107

Keterangan tabel: USAID and Predecessor mencakup Economic Support Fund,


Development Assistance, International Disaster & Famine Assistance, Transition
Initiatives, Department of Agriculture mencakup Commodity Credit Corporation
Fund, Food for Education, State Department mencakup Democracy Fund, Global
Health Programs, Narcotics Control, Refugee and Migration, Non-Proliferation,
Anti- Terrorism, Demining), Other Economic Assistance mencakup Department
of Commerce, Department of Defense Security Assistance, Department of Energy,
Department of Health and Human Service, Department of Homeland Security,
Department of Justice, Department of Transportation, Department of Labor,
Department of The Treasury, Peace Corps, Trade and Development Agency,
Military Assistance mencakup Cooperation Threat Reduction, Drug Interdiction
and Counter-Drug, Foreign Military Edutaion and Training, Peace Keeping
Operations, Other Military Assistance.
Program bantuan AS ke Afghanistan memiliki berbagai tujuan yang

dilaksanakan oleh berbagai aktor yang bekerja di berbagai sektor. Tujuan

utama dari program ini adalah untuk menstabilkan dan memperkuat

lingkungan ekonomi, sosial, politik, dan keamanan di negara Afganistan

sehingga dapat meminimalisir dukungan rakyat yang cenderung mendukung

kekuatan-kekuatan ekstremis (terorisme) di wilayah tersebut.

107
Obligations and Loan Authorization, diakses dari
https://www.usaid.gov/sites/default/files/documents/1868/USOverseasLoansGrantstheGreenBook
2013.pdf pada 11 Januari 2019, hlm. 115
58

Bantuan yang diberikan adalah bantuan-bantuan yang tergolong dalam

kategori bantuan ekonomi seperti, bantuan kemanusiaan, bantuan dalam

menanggulangi obat-obat terlarang, bantuan pembangunan, serta bantuan

makanan yang akan menunjang pendidikan di negara Afghanistan, dll.

Dimana sebagian besar dilaksanakan melalui USAID dan organisasi

internasional, mewakili sekitar 3% dari total bantuan sejak 2002. Komponen

selanjutnya yang tergolong kategori bantuan keamanan yaitu program

bantuan utama dalam kategori ini adalah kontra-narkotika, yang dilaksanakan

sebagian besar oleh departemen luar negeri dalam hubungannya dengan

Departemen Pertahanan (DOD), USAID, dan Drug Enforcement Agency

(DEA). Selanjutnya, terdapat bantuan dana dalam pemberian pelatihan militer

bagi pasukan militer Afghanistan dan adanya upaya menjaga perdamaian di

kawasan Afghanistan. Ini menyumbang sekitar 5% dari total bantuan sejak

2002.108

108
Loc. Cit. U.S. Overseas Loans and Grants, greenbook.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dengan judul “Analisis Motif Bantuan Luar Negeri

AS ke Afghanistan Pasca Penyerangan 11 September 2001 tahun 2002-2016”

maka terdapat beberapa kesimpulan yang diambil oleh penulis dalam penelitian

ini, diantaranya:

1. Bantuan luar negeri AS melalui USAID yang diterima oleh Afghanistan

kurun waktu 2002-2016 yaitu terdiri dari dua kategori bantuan yaitu

bantuan dana hibah dan dana pinjaman. Dalam pemberian bantuan luar

negeri AS melalui USAID pada tahun 2002-2016 juga mengalami

peningkatan dan memberikan dampak perkembangan bagi negara

Afghanistan ditandai dengan runtuhnya kelompok radikal (teroris) Taliban

dan Al-Qaeda sehingga masyarakat Afghanistan lebih terbuka kepada AS.

Selain itu bantuan luar negeri AS ini juga kemudian memberikan ruang

bagi para investor asal AS dapat masuk ke dalam Afghanistan dengan

menjadikan Afghanistan sebagai tujuan pasar.

2. Terdapat tiga motif dalam pemberian bantuan luar negeri AS melalui

USAID ke Afghanistan tahun 2002-2016. Ketiga motif tersebut yaitu motif


119

kemanusiaan, motif politik melalui kepentingan nasional AS melalui New

Great Anti-Terrorist Game, dan motif ekonomi. Motif terkuat yang

kemudian penulis dapat simpulkan adalah motif ekonomi yang dilakukan

melalui dominasi bantuan kemanan yang ditujukan untuk melancarkan

keuntungan dalam aspek ekonomi, hal ini terlihat dari jumlah bantuan AS

ke Afghanistan yang dominan kepadabantuan keamanan dan

pengalokasiannya berkaitan dengan tujuan utama AS menduduki

Afghanistan melalui sebuah kerjasama.

3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa di

dalam penelitian ini selain adanya motif ekonomi, motif politik dan

kemanusiaan, terdapat pula motif yang mengaitkan adanya rencana bagi

AS melalui motif kepentingan nasional New Great Anti-Terrorist Game

alih-alih untuk menguasai SDA negara Afghanistan melalui kerjasama

TAPI. Sedangkan penelitian lain menyebutkan bahwa AS memiliki

beberapa motif pemberian bantuan dengan tujuan untuk memperluar

pengaruh Demokrasi, memperluas pasar, dan mengintervensi Afghanistan

untuk ekspansi kekuasaan.

6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini

diantaranya :

1. Saran ini ditunjukkan kepada kedua negara yaitu AS sebagai pendonor dan

Afghanistan sebagai penerima bantuan. Saran pertama yaitu untuk

Afghanistan sebagai negara dunia ketiga adalah untuk selalu


120

mempertimbangkan segala jenis pemberian bantuan yang nantinya akan

memberikan dampak baik atau bahkan dampak buruk yang hanya

mementingkan keuntungan bagi beberapa pihak saja. Oleh karena itu

dalam hal ini, pemerintahan yang seharusnya lebih tegas dalam

menentukan kebijakan apa yang akan diberikan terkait penerimaan

bantuan dengan tujuan agar dapat mencapai stabilitasi negara dan

kemudian diharapkan pengalokasian bantuan juga akan merata hingga ke

wilayah-wilayah terpencil.

2. Bagi pemerintahan Afghanistan untuk tidak selalu bergantung kepada satu

negara pendonor serta pergunakan dana bantuan secara maksimal tanpa

adanya korupsi dana bantuan luar negeri tersebut. Dalam berhubungan

diplomatik, diharapkan pemerintah Afghanistan untuk tetap

mempertimbangkan kebijakan dan menstabilkan negara dalam berbagai

situasi agar kemudian dapat mengatasi masalah sekalipun dalam kondisi

terpuruk.

3. Kepada peneliti selanjutnya, dikarenakan adanya keterbatasan waktu serta

akses yang dimiliki penulis, diharapkan untuk lebih menggali penelitian ini

lebih maksimal agar dapat digunakan untuk kepentingan penelitian yang

akan datang.
121

KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini sebelumnya telah diupayakan oleh penulis secara maksimal,

namun dalam proses penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya:

1. Penelitian ini terdapat keterbatasan dalam mengakses dan menafsirkan

data bantuan luar negeri USAID yang diterima Afghanistan secara

keseluruhan.

2. Adanya keterbatasan waktu dalam mengakses data MoU (Memorandum of

Understanding) yang dilakukan AS dan Afghanistan untuk mendukung

beberapa poin-poin penting yang berkaitan dengan hubungan antara kedua

negara secara lebih rinci.

3. Penelitian ini hanya memaparkan beberapa indikator dalam setiap motif

yang dikaji.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Burchill, Scott. 2005. The National Interest in International Relations


Theory. United Kingdom. Palgrave Macmillan.
Gohari. M. J. 2000. The Taliban Ascent to Power. Karachi: Oxford
University Press.
Holsti, KJ. 1995. International politics: a framework for analysis.
Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall.
Jackson, Robert dan George Sorensen. 2013. Pengantar Studi Hubungan
Internasional; Teori dan Pendekatan. Pustaka Pelajar.
Jack S. Levy. 2002. Qualitative Methods in International Relations. Ann
Arbor: the University of Michigan Press.
Kux, Dennis. 1947-2000. The United States and Pakistan.
Lancester, Carol. 2008. Foreign Aid: Diplomacy, Development, Domestic
Politics. University of Chicago Press.
Lexy, Moleong. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mahally, Abdul Halim. 2006. Menjarah Negeri Muslim. Bekasi. Firma
Rodhesa.
Miles, Matthew. B dan A, Michael Huberman. 1994. Qualitative Data
Analysis. UK: Sage Publication.
Monbiot, George. 2001. Oil, Afghanistan and America’s Pipe Dream. The
Dawn.

Neuman, W. Lawrence. 2014. Social Research Methods: Qualitative and


Quantitave Approaches. USA: Pearson.
Prof. Dr. Emzir, M.Pd. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis
Data. Jakarta: Raja Garfindo Perasada.
R.M. Savory. 1976. Christendom Vs. Islam: Interaction And Co-Existence.
Cambridge University Press.
Sandford, J. E. 2002. World Bank: IDA Loans or IDA Grants?.World
Development.
Waltz, Kenneth. 1967. Foreign Policy and Democratic Politics: The
American and British Experience.

JURNAL:
Alesina, Alberto, and David Dollar. 2000. Who gives foreign aid to whom
and why?. Journal of Economic Growth 5(1): 33-63.
Apodaca, C. (2017-04-26). Foreign Aid as Foreign Policy Tool. Oxford
Research Encyclopedia of Politics
Ayub, F; Kouvo, S. Righting the course? Humanitarian intervention, the
war on terror and the future of Afghanistan. International Affairs. 84,
4, 641-657, July 2008.
Bortolleto, Ana Carolina (2010) "American Foreign Aid: Recent Trends in
Goals and Allocation," Social Sciences Journal: Vol. 10 : Iss. 1,
Article 7.
Curt Tarnoff (specialist in Foreign Affairs). Afghanistan: U.S. Foreign
Assistance. 2010.
Gul Khan, Dr. Imtiyaz, Afghanistan: US Policy and Post 9/11 Afghan War
Scenario, International Journal of Scientific and Research
Publications, Volume 2, Issue 4, April 2012.
Foreign Assistance in Afghanistan. Diakses dari
https://www.foreignassistance.gov/explore/country/Afghanistan
Nuechterlein, D. (1976). National interests and foreign policy: A
conceptual framework for analysis and decision-making. British
Journal of International Studies, 2(3), 246-266.
Efthymiou, Pavlos, “The Emergence of the United States as a Global
Power”
Ryan T. Williams.”Dangerous Precedent: America’s Illegal War In
Afghanistan”
Subhayu Bandyopadhyay dan E. Katarina Vermann, Donor Motives for
Foreign Aid, Federal Reserve Bank of St. Louis Review, July/August
2013, 95(4), pp. 327-36.
Sexton, R. (2016). Aid as a tool against insurgency: Evidence from
contested and controlled territory in afghanistan. The American
Political Science Review, 110(4), 731-749.
Peter M. Olson. 2015. Introductory Note To Security And Defense
Cooperation Agreement Between The United States Of America And
The Islamic Republic Of Afghanistan & Agreement Between The
North Atlantic Treaty Organization And The Islamic Republic Of
Afghanstan On The Staus Of Nato Forces And Nato Personnel
Conducting Mutually Agreed Nato-Led Activities In Afghanistan.
International Legal Materials 54.

SITUS RESMI:

Afghan-US Relations. Pada 12 februari 2018 melalui


<http://www.central-asia-
program.org/index.php?en_afmusa_relations>

An Overview of USAID’s Credit Guarantees. Pada 28 Januari 2019


melalui
https://www.usaid.gov/sites/default/files/documents/1870/1210-usaid-
onepager-v5-4_2.pdf>

Country Clasiffication. Pada 12 Maret 2018 melalui


<http://www.un.org/en/development/desa/policy/wesp/wesp_current/2
014wesp_country_classification.pdf>

Federal Grants. Pada 11 Februari 2019 melalui


< https://www.grants.gov/web/grants/learn-grants/grants-101.html>

GNI Per-Kapita Afghanistan. Pada 24 Oktober 2018 melalui


<http://databank.worldbank.org/data/indicator/NY.GNP.PCAP.CD/1ff
4a498/Popular-Indicators>

Human Development Report 1994. Pada 21 Mei 2019 melalui


<http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/255/hdr_1994_en_comp
lete_nostats.pdf>

IMF Loans for Afghanistan. Pada 15 Februari 2019 melalui


<https://www.imf.org/en/News/Articles/2016/07/21/15/07/NA072216
-IMF-Loan-for-Afghanistan-to-support-Inclusive-Growth>

United States GDP. Pada 12 Maret 2018 melalui


<https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?locations=
US>

U.S. Overseas Loans and Grants, greenbook. Pada 17 Desember 2018


melalui
<https://www.usaid.gov/data/dataset/49c01560-6cd7-4bbc-bfef-
7a1991867633>

US War in Afghanistan. Pada 23 April 2019 melalui


<https://www.cfr.org/timeline/us-war-afghanistan>

USAID Who We Are. Pada 27 Oktober 2018 melalui


<https://www.usaid.gov/who-we-are>

The Point Four Program. Pada 16 Januari 2019 melalui


<https://pdf.usaid.gov/pdf_docs/Pcaac280.pdf>

BERITA:

Afghanistan & Quick Fact. Pada 23 Oktober 2018 melalui


<https://www.britannica.com/place/Afghanistan/Languages>

Congressional Research Service. pada 15 Januari 2019 melalui


<https://www.everycrsreport.com/files/20180425_R40213_ce0e130c
d0e7419a8b82b33c3565e84e92699727.pdf>

Global Warfare. Pada 28 Maret 2019 melalui


<https://www.globalresearch.ca/we-re-going-to-take-out-7-
countries-in-5-years-iraq-syria-lebanon-libya-somalia-sudan-
iran/5166 >
Marshall Plan. Pada 20 Desember 2018 melalui
<https://www.history.com/topics/world-war-ii/marshall-plan-1>
Mutual Security Act of 1951. Pada 16 Januari 2019 melalui
<https://history.house.gov/Historical-Highlights/1951-2000/The-
Mutual-Security-Act-of-1951/>

OEC Afghanistan Export Import. Pada 23 April 2019 melalui


<https://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/afg/>

The Point Four Program. Pada 28 Januari 2019 melalui


<https://www.history.com/this-day-in-history/truman-announces-
point-four-program>

Top Donors in Afghanistan. Pada 22 Mei 2019 melalui


<https://infogram.com/top-five-aid-donors-to-afghanistan-
1g8djp99414opyw >

Anda mungkin juga menyukai