Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Wewenang dan Tanggung Jawab

Polri , Kejaksaan, KPK, dan Pengadilan Tindak


Pidana Korupsi

Dosen Pengampu : Akhmad Rizani.,S.KM.,M.PH

Disusun Oleh :

Fauziyah Renada Rahmi P07124119024

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEBIDANAN
SEMESTER 2 A
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah“Wewenang dan
Tanggung Jawab Polri, Kejaksaan, KPK, Dan Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi”

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis tidak lupa


mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas Makalah ini sehinggga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini. Dan tidak lupa juga
kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
membimbing kami.

Dalam penyusunan Makalah ini penulis berharap semoga Makalah


ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca
umumnya.

Banjarbaru,27 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2

A. Latar Belakang................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4

A. Kepolisian Republik Indonesia.......................................................................................0


B. Kejaksaan........................................................................................................................8
C. Komisi Pemberantasan Korupsi......................................................................................8
D. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.................................................................................9

BAB III HASIL PENGAMATAN.........................................................................................99

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................12
A. Kesimpuulan.................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia bahkan dunia terus menyoroti upaya Indonesia dalam


mencegah dan memberantas korupsi. Masyarakat dan bangsa Indonesia harus mengakui,
bahwa hal tersebut merupakan sebuah prestasi, dan juga harus jujur mengatakan, bahwa
prestasi tersebut, tidak terlepas dari kiprah KPK sebagai lokomotif pemberantasan dan
pencegahan korupsi di Indonesia, yang didukung oleh masyarakat walaupun dampaknya
masih terlalu kecil, tapi tetap kita harus berterima kasih dan bersyukur.
Berbagai upaya pemberantasan korupsi pada umumnya masyarakat masih dinilai
belum menggambarkan upaya sunguh-sunguh dari pemerintah dalam pemberantasan
korupsi di Indonesia. Berbagai sorotan kritis dari publik menjadi ukuran bahwa masih
belum lancarnya laju pemberantasan korupsi di Indonesia. Masyarakat menduga masih
ada praktek tebang pilih dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai bentuk
kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan segala daya dan
strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi dapat lebih cepat, dan selamat
tercapai. Selain itu, diperlukan dukungan yang besar dari segenap kalangan akademis
untuk membangun budaya anti korupsi sebagai komponen masyarakat berpendidikan
tinggi .

Sesungguhnya korupsi dapat dipandang sebagai fenomena politik, fenomena sosial,


fenomena budaya, fenomena ekonomi, dan sebagai fenomena pembangunan. Karena itu
pula upaya penanganan korupsi harus dilakukan secara komprehensif melalui startegi atau
pendekatan negara/politik, pendekatan pembangunan, ekonomi, sosial dan budaya.
Selama ini yang telah dan sedang dilakukan masih terkesan parsial, dimana korupsi masih
dipandang sebagai fenomena negara atau fenomena politik. Upaya pencegahan korupsi di
Indonesia juga harus dilakukan melalui upaya perbaikan totalitas system ketatanegaraan
dan penanaman nilai-nilai anti korupsi atau nilai sosial anti korupsi/Budaya Anti Korupsi
(BAK), baik di pemerintahan tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Polri dan Tugas serta wewenang nya?
2. Apa itu pengertian Kejaksaan dan Tugas serta wewenang nya?
3. Apa itu pengertian KPK dan Tugas serta wewenang nya?
4. Apa itu pengertian Pengadilan Tipikor dan Tugas serta wewenang nya?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa itu Polri dan tugas serta wewenangnya
2. Untuk mengetahui apa itu Kejaksaan dan tugas serta wewenangnya
3. Untuk mengetahui apa itu KPK dan tugas serta wewenangnya
4. Untuk mengetahui apa itu Pengadilan Tipikor dan tugas serta wewenangnya

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI)


1. Pengertian Polri
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan Polri
dalam kaitannya dengan Pemerintahan adalah salah satu fungsi pemerintahan negara
di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, yang bertujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggranya perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia.

Dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara Polri meruapakan alat negara


yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeligharanya keamanan dalam negeri. agar dalam
melaksanakan fungsi dan perannya diseluruh wilayah negera Republik Indonesia atau
yang dianggap sebagai wilayah negara republik Indonesia tersebut dapat berjalan
dengan efektif dan effisien, maka wilayah negara Republik Indonesia dibagi dalam
daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negra Republik
Indonesia, sebagaimana yang ditentukan dalam Peaturan Pemerintah wilayah
kepolisian dibagi secara berjenjang mulai tingkat pusat yang biasa disebut dengan
Markas Besar Polri yang wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia yang dipimpin oleh seorang Kapolri yang bertanggung jawab kepada
Presiden, kemudian wilayah di tingkat Provinsi disebut dengan Kepolisian Daerah
yang lazim disebut dengan Polda yang dipimpin oleh seorang Kapolda yang
bertanggung jawab kepada Kapolri, di tingkat Kabupaten disebut dengan Kepolisian
Resot atau disebut juga Polres yang dipimpin oleh seorang Kapolres yang
bertanggungjawab kepada Kapolda, dan di tingkat Kecamatan ada Kepolisian Sektor
yang biasa disebut dengan Polsek dengan pimpinan seorang Kapolsek yang
bertanggungjawab kepada Kapolres, dan di tingkat Desa atau Kelurahan ada Pos
Polisi yang dipimpin oleh seorang Brigadir Polisi atau sesuai kebutuhan menurut
situasi dan kondisi daerahnya.

6
2. Tugas dan Wewenang Polri

Kepolisin Negara Republik Indonesia mempunyai wewenang sebagaimana


diatur dalam pasal 16 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia:

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;


b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara
untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan;
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan;
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan
tindak pidana;
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri
sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk
diserahkan kepada penuntut umum; dan
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

7
B. KEJAKSAAN

1. Pengertian Kejaksaan

Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan


kekuasaan negara secara merdeka terutama pelaksanaan tugas dan kewenangan di
bidang penuntutan dan melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang penyidikan
dan penuntutan perkara tindak pidana korupsi dan Pelanggaran HAM berat serta
kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Pelaksanaan kekuasaan negara tersebut
diselenggarakan oleh:

a. Kejaksaan Agung, berkedudukan di ibu kota negara Indonesia dan daerah


hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara Indonesia. Kejaksaan Agung
dipimpin oleh seorang Jaksa Agung yang merupakan pejabat negara, pimpinan
dan penanggung jawab tertinggi kejaksaan yang memimpin, mengendalikan
pelaksanaan tugas, dan wewenang Kejaksaan Republik Indonesia. Jaksa Agung
diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
b. Kejaksaan tinggi, berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah hukumnya
meliputi wilayah provinsi. Kejaksaan Tinggi dipimpin oleh seorang kepala
kejaksaan tinggi yang merupakan pimpinan dan penanggung jawab kejaksaan
yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan wewenang kejaksaan di
daerah hukumnya.
c. Kejaksaan negeri, berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota dan daerah hukumnya
meliputi wilayah kabupaten/kota. Kejaksaan Negeri dipimpin oleh seorang kepala
kejaksaan negeri yang merupakan pimpinan dan penanggung jawab kejaksaan
yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan wewenang kejaksaan di
daerah hukumnya. Pada Kejaksaan Negeri tertentu terdapat juga Cabang
Kejaksaan Negeri yang dipimpin oleh Kepala Cabang Kejaksaan Negeri.

2. Tugas dan Wewenang Kejaksaan

UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. juga telah mengatur tugas dan
wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu:

a. Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

1) Melakukan penuntutan;
2) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
3) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;
4) Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang;

8
5) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

b. Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus
dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
negara atau pemerintah
c. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:

1) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;


2) Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
3) Pengamanan peredaran barang cetakan;
4) Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
dan negara;
5) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
6) Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan


dapat meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit atau
tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak mampu
berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan orang lain,
lingkungan atau dirinya sendiri. Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004
tersebut menetapkan bahwa di samping tugas dan wewenang tersebut dalam undang-
undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-
undang. Selanjutnya Pasal 33 mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan badan penegak
hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. Kemudian Pasal 34
menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum
kepada instalasi pemerintah lainnya.

3. Motto Kejaksaan

Tri Krama Adhyaksa, adalah doktrin Kejaksaan Indonesia:

a. Satya, yang artinya kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga, maupun kepada
sesama manusia.
b. Adhi, yang artinya kesempurnaan dalam bertugas dan berunsur utama
pemilikan rasa tanggung jawab, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
terhadap keluarga, dan terhadap sesama manusia.
c. Wicaksana, yang artinya bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku,
khususnya dalam pengetrapan kekuasaan dan kewenangan

9
C. KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

1. Pengertian KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk berdasarkan Undang-Undang


Nomor 30 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, KPK diberi
amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan
berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. KPK
dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari lembaga-
lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan Undang-Undang menyebutkan peran
KPK sebagai triger mechanism, yang berarti mendorong atau sebagai stimulus agar
upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya
menjadi lebih efektif dan efisien.

Adapun tugas KPK adalah berkoordinasi dengan instansi yang berwenang


melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi (TPK); supervisi terhadap instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan TPK; melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK; melakukan tindakan-tindakan
pencegahan TPK; dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan
negara.

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu:


kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan
proposionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK KPK
dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang ketua merangkap
anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota. Kelima pimpinan KPK
tersebut merupakan pejabat negara, yang berasal dari unsur pemerintahan dan unsur
masyarakat. Pimpinan KPK memegang jabatan selama empat tahun dan dapat
dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam pengambilan keputusan,
pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial. Pimpinan KPK membawahi empat bidang,
yang terdiri atas bidang Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, serta
Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat. Masing-masing bidang tersebut
dipimpin oleh seorang deputi. KPK juga dibantu Sekretariat Jenderal yang dipimpin
seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik
Indonesia, namun bertanggung jawab kepada pimpinan KPK.

10
2. Tugas dan Wewenang KPK
a. Koordinasi
Dalam menjalankan tugas koordinasi, KPK berkoordinasi dengan
instansi yang terkait dengan tugas pemberantasan dan pencegahan tindak
pidana korupsi. Antara lain: Kejaksaan, Kepolisian, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
Inspektorat Jenderal (Itjen), dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda).Dalam
melaksanakan tugas koordinasi itu, KPK berwenang:
1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
tindak pidana korupsi•Menetapkan sistem pelaporan dalam
kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
2) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi terkait;
3) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi; dan
4) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak
pidana korupsi.Dalam bidang penindakan, KPK melaksanakan
tugas koordinasi, terutama terhadap penanganan perkara tindak
pidana korupsi oleh Kepolisian dan Kejaksaan. Bentuk kegiatan
yang dilakukan sesuai ketentuan Pasal 50 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002
5) Menetapkan sistem pelaporan penanganan perkara dari
Kepolisian dan Kejaksaan ke KPK,
6) Meminta/mendapatkan informasi ke/dari Kepolisian dan
Kejaksaan tentang telah dilaksanakannya Penyidik perkara tindak
pidana korupsi dengan media informasi berupa penyampaian
Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) ke/dari
Kepolisian dan Kejaksaan,
7) Meminta/mendapatkan informasi ke/dari Kepolisian dan
Kejaksaan tentang perkembangan penanganan perkara yang telah
dilakukan Penyidikan
b. Supervisi
Sementara dalam melakukan supervisi, KPK melakukan pengawasan,
penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan
wewenang di bidang pemberantasan tindak pidana korupsi serta instansi yang
melaksanakan pelayanan publik.Berkaitan dengan pelaksanaan tugas
supervisi tersebut, KPK dapat mengambil alih penyidikan atau penuntutan
terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh
Kepolisian atau Kejaksaan. Pengambilalihan tersebut diperbolehkan, dengan
alasan sebagai berikut:
1) Laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak
ditindaklanjuti;
2) Proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut
atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan;•Penanganan tindak pidana korupsi
ditujukan untuk melindungi pelaku tindak pidana korupsi yang
sesungguhnya;
3) Penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi;

11
4) Hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur
tangan dari eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau
5) Keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau
kejaksaan, penanganan tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan
secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pelaksanaan kegiatan supervisi selama ini dilakukan dengan dua cara,
yaitu supervisi secara umum dan secara khusus.Supervisi secara umum
dilakukan terhadap penanganan kasus/perkara tindak pidana korupsi oleh
Kepolisian dan Kejaksaan.
Supervisi umum tersebut dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
koordinasi dengan jajaran Kepolisian dan Kejaksaan yang dilakukan per
wilayah provinsi. Pada saat itulah supervisi secara umum bisa diberikan
terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul, baik teknis maupun non
teknis yang dihadapi oleh jajaran Kepolisian dan Kejaksaan dalam
penanganan perkara di wilayahnya.
Supervisi secara khusus bisa dilakukan, baik atas permintaan dari
Kejaksaan/ Kepolisian maupun atas inisiatif KPK, terkait penanganan
perkara-perkara yang sedang ditangani oleh Kepolisian dan Kejaksaan.
Supervisi khusus ini dilakukan, jika Pimpinan KPK memiliki pertimbangan
bahwa perkara tersebut perlu mendapat supervisi secara khusus.

c. Penyelidikan
Penyidikan, dan PenuntutanDi samping melakukan tugas Koordinasi
dan Supervisi (Korsup) terhadap penanganan perkara dugaan tindak pidana
korupsi dengan Kepolisian dan Kejaksaan, KPK juga melaksanakan kegiatan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sendiri.Tetapi, tidak semua tindak
pidana korupsi bisa ditangani KPK. Berdasarkan Pasal 11 UU Nomor 30
Tahun 2002, kriteria korupsi yang bisa ditangani KPK adalah:
1) Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara Negara, dan
orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara
Negara;
2) Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau
3) Menyangkut kerugian Negara paling sedikit Rp1 miliar.

Jika terdapat tindak pidana korupsi yang berada di luar kriteria


tersebut, tentu saja KPK tidak berwenang menangani. Pembatasan ini
penting, agar tidak semua tindak pidana korupsi ditangani KPK. Tujuannya,
supaya KPK concern dalam menjalankan tugas dan fungsi penyelidikan,
penyidikan, penuntutan.Peran Stakeholders (Criminal Justice System)Selain
itu, yang tak kalah penting adalah, bahwa penyidik KPK tidak dibolehkan
menghentikan penyidikan (SP3). Seperti diatur dalam Pasal 40 UU No. 30
Tahun 2002, “Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak
berwenang mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan dan
penuntutan dalam perkara tindak pidana korupsi”.

12
d. Pencegahan
Analog dengan penyakit, memberantas korupsi tidak bisa dilakukan
hanya melalui tindakan kuratif (pengobatan). Tak kalah penting adalah tindakan
preventif, yakni segala upaya yang berkaitan dengan aspek pencegahan.Meski
terkesan kurang “menarik” atau kurang “atraktif”, namun sejatinya pencegahan
merupakan terapi yang cukup ampuh dalam pemberantasan korupsi.
Pemberantasan korupsi melalui pencegahan lebih bersifat “jangka panjang”,
karena antara lain terkait dengan penanaman nilai-nilai antikorupsi dan
pembentukan karakter.
Hal ini berbeda dengan upaya penindakan, yang lebih bersifat shock
therapy dan penumbuhan efek jera.Dalam menjalankan tugas pencegahan
tersebut, KPK berwenang melaksanakan langkah atau upaya pencegahan
sebagai berikut:
1) Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara Negara;
2) Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;
3) Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap
jenjang pendidikan;
4) Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi
pemberantasan tindak pidana korupsi;
5) Melaksanakan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;
6) Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Di antara berbagai kewenangan tersebut, pendaftaran dan pemeriksaan
terhadap LHKPN memiliki peran cukup strategis. LHKPN bisa menjadi media
kontrol bagi pejabat dan penyelenggara negara, karena bisa mencerminkan
berapa banyak penambahan kekayaannya pada saat menduduki jabatan publik
dalam rentang waktu tertentu.

D. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Pengadilan Tipikor)

1. Pengertian Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)


Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Pengadilan Tipikor) adalah Pengadilan
Khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum dan pengadilan satusatunya yang
memiliki kewenangan mengadili perkara tindak pidana korupsi yang penuntutannya
dilakukan oleh penuntut umum. . Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan satu-
satunya pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindak pidana korupsi.Pengadilan Tindak Pidana Korupsi akan dibentuk di setiap ibu
kota kabupaten/kota yang akan dilaksanakan secara bertahap mengingat ketersediaan
sarana dan prasarana.

2. Tugas Dan Wewenang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi


Berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara:

a. Tindak pidana korupsi;


b. Tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya adalah tindak
pidana korupsi; dan/atau
c. Tindak pidana yang secara tegas dalam undang-undang lain ditentukan
sebagai tindak pidana korupsi.

13
Khusus untuk Pengadilan Tipikor di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
mempunyai kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak
pidana korupsi yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia di luar wilayah negara
Republik Indonesia.

3. Hukum acara yang digunakan dalam pemeriksaan di sidang Pengadilan


Tindak Pidana Korupsi pada dasarnya dilakukan sesuai dengan hukum acara pidana
yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini. Kekhususan hukum
acara tersebut antara lain mengatur:

a. Penegasan pembagian tugas dan wewenang antara ketua dan  wakil ketua
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi;
b. Mengenai komposisi majelis Hakim dalam pemeriksaan di sidang pengadilan
baik pada tingkat pertama, banding maupun kasasi;
c. Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan perkara tindak pidana korupsi pada
setiap tingkatan pemeriksaan;
d. Alat bukti yang diajukan di dalam persidangan, termasuk alat bukti yang
diperoleh dari hasil penyadapan harus diperoleh secara sah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. Adanya kepaniteraan khusus untuk Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.  

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwasannya yang dimaksud


kepolisian adalah suatu badan yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
dan menjadi penyidik kriminal.
Selain Kepolisian, ada juga beberapa lembaga yang mencegah dan
memberikan tindakan atas aksi Korupsi seperti Kejaksaan, Komisi Pemberantasan
Korupsi dan juga Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Lembaga-lembaga inilah yang berwenang dalam menindak kasus korupsi yang
ada di negara Indonesia

B. Saran
Saran dari kelompok kami adalah Lembaga-lembaga diatas sebagai lembaga
yang menjalankan tugas sebagai memberantas korupsi di Indonesia yang serasa
sudah akut sehingga harus dikupas tuntas hingga ke akarnya, tapi dalam praktiknya
lembaga tersebut dihadapkan kepada persoalan persoalan yang menyulitkan atau
membuat lembaga-lembaga tersebut menjadi lemah dalam menjalankan tugas dan
wewenang nya .
Tentunya kita sebagai rakyat jangan hanya diam, tetapi kita juga harus aktif
dalam upaya pencegahan maupun ketika ada tindakan korupsi disekeliling kita,
minimal kita dapat menegur ataupun kita bisa melaporkan tindakan tersebut ke
pihak berwajib jikalau dirasa harus.

15
DAFTAR PUSTAKA

KPK. (2016). “Modul Kelembagaan KPK untuk Umum”. Jakarta: Direktorat Pendidikan dan
Pelayanan Masyarakat
https://id.wikipedia.org/wiki/Kejaksaan_Republik_Indonesia
https://pospolisi.wordpress.com/2012/11/03/tugas-dan-wewenang-polri/
Prakoso, Djoko. Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum. Jakarta :Bina
Aksara.1987

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_Tindak_Pidana_Korupsi#cite_note-
UU_Nomor_46_Tahun_2009_tentang_Pengadilan_Tindak_Pidana_Korupsi-1

http://masriadimuhammad.blogspot.com/2015/05/peran-dan-wewenang-polri-serta-jaksa.html

16

Anda mungkin juga menyukai