Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

2.1.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan

payudara, merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun

berdasarkan penemuan terakhir kaum pria pun bisa terkena kanker payudara

walaupun masih sangat jarang terjadi (Purwoastuti, 2008). Kanker ini mulai

tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan

ikat pada payudara ( El Manan, 2011).

Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang

tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara

(Mulyani & Rinawati, 2013). Kanker payudara juga merupakan benjolan atau

massa tunggal yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar, benjolan

ini keras dan bentuknya tidak beraturan (Olfah, Mendri & Badi’ah, 2013).

2.1.2 Faktor Resiko Kanker Payudara

Penyebab kanker payudara saat ini diduga akibat interaksi yang rumit dari

banyak faktor seperti faktor genetika, hormonal dan lingkungan (Diananda, 2009).

Penyebab pasti dari kanker payudara belum diketahui secara pasti karena

termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain

(Olfah, Mendri & Badi’ah, 2013).

Universitas Sumatera Utara


9

Ketika belum diketahui secara pasti penyebab kanker payudara, faktor-

faktor resiko tertentu dapat dikaitkan dengan penyakit tersebut. Faktor resiko

adalah sesuatu yang mempengaruhi kesempatan seseorang untuk mengidap suatu

penyakit, dalam hal ini penyakit kanker (Pamungkas, 2011). Pamungkas (2011)

membagi faktor resiko kanker payudara dalam 2 kelompok besar, yaitu faktor

resiko yang tidak dapat dihindari dan faktor resiko yang dapat dihindari.

1. Faktor resiko yang tidak dapat dihindari

a. Gender

Wanita dan pria dapat mengidap penyakit kanker payudara, perbandingan

antara wanita pengidap kanker payudara dibandingkan pria adalah 100:1.

b. Usia

Peluang mengidap kanker payudara akan bertambah seiring

bertambahnya usia seorang wanita. Sekitar 1 dari 8 penderita kanker payudara

invasif ditemukan pada usia dibawah 45 tahun, sedangkan 2 dari 3 ditemukan

pada usia lebih dari 55 tahun.

c. Genetik

Sekitar 5-10% kanker payudara dianggap erat kaitannya dengan

perubahan gen (mutasi) warisan pada gen-gen tertentu yang diwarisi dari

orangtua. Perubahan gen yang paling umum adalah gen BRCA 1 dan BRCA 2.

Pada sel normal, gen-gen ini membantu mencegah kanker dengan membuat

protein yang membantu menjaga sel-sel tersebut dari pertumbuhan secara tidak

normal. Wanita dengan mutasi BRCA 1 dan BRCA 2 warisan mempunyai

peluang hingga 80% berkembangnya kanker payudara selama kehidupannya.

Universitas Sumatera Utara


10

Selain mutasi dari gen BRCA, perubahan gen-gen lain mungkin juga mengarah

pada kanker payudara, seperti: gen ATM, pada saat normal membantu

memperbaiki DNA yang rusak; CHEK2, jika gen ini bermutasi maka akan

meningkatkan resiko kanker payudara 2 kali lipat; P53, selain meningkatkan

resiko terkena kanker payudara, jika gen ini bermutasi akan meningkatkan

beberapa kanker lainnya seperti leukemia, tumor otak dan sarkoma ( kanker

tulang dan jaringan konektif ); PTEN, gen ini normalnya membantu mengatur

pertumbuhan sel, jika gen ini bermutasi akan menyebabkan sindrom Cowden dan

juga pertumbuhan dalam sistem pencernaan, tiroid, uterus dan ovarium.

d. Sejarah Keluarga

Resiko kanker payudara akan menjadi lebih tinggi pada wanita yang

memiliki ikatan darah dengan keluarga yang pernah menderita kanker payudara.

e. Sejarah Pribadi akan Kanker Payudara

Wanita dengan kanker payudara pada satu sisi payudara, resikonya akan

meningkat 3-4 kali lipat akan terjadi pada payudara sisi yang lain atau bagian lain

dari payudara yang sama.

f. Ras

Wanita kulit hitam beresiko mengalami kanker payudara lebih besar

daripada wanita dengan kulit putih.

g. Tingkat Ketebalan Jaringan Payudara

Jaringan payudara yang tebal menandakan terdapatnya jaringan kelenjar

yang lebih banyak dan jaringan lemak yang sedikit. Jaringan payudara yang tebal

Universitas Sumatera Utara


11

beresiko lebih tinggi mengidap kanker payudara, Jaringan payudara yang tebal

juga akan menyulitkan dokter dalam pemerikaaan menggunakan mammogram.

h. Periode Menstruasi

Wanita yang mempunyai periode lebih awal (sebelum usia 12 tahun) atau

yang telah melalui perubahan kehidupan ( fase menopause ) setelah usia 55 tahun

mempunyai resiko terkena kanker payudara yang sedikit lebih tinggi. Mereka

mempunyai periode menstruasi yang lebih sehingga mempunyai lebih banyak

hormon estrogen dan progesteron.

i. Radiasi Payudara yang lebih dini

Peningkatan resiko bervariasi pada usia pasien saat dilakukan radiasi.

Resiko tinggi berkembangnya kanker payudara jika radiasi diberikan selama masa

remaja ketika payudara masih dalam proses perkembangan.

j. Kondisi Payudara Jinak Tertentu

Wanita yang didiagnosis mengalami kondisi payudara jinak tertentu

mungkin bisa meningkatkan resiko kanker payudara.

2. Faktor resiko yang bisa dihindari

a. Tidak Mempunyai Anak atau Mempunyai Anak pada Usia Tua

Wanita yang tidak mempunyai anak atau mempunyai anak saat usia lebih

dari 30 tahun dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Menjadi hamil lebih

dari satu kali dan pada usia produktif bisa mengurangi resiko kanker payudara.

Pada saat proses kehamilan, jumlah total siklus haid akan berkurang, sehingga

dapat mengurangi resiko kanker payudara yang dianggap karena total siklus haid

yang lama.

Universitas Sumatera Utara


12

b. Menggunakan pil pengontrol kehamilan

Wanita yang mengkonsumsi pil pengontrol kehamilan beresiko lebih

tinggi terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah

menggunakannya. Wanita yang berhenti menggunakan pil lebih dari 10 tahun

tampaknya tidak mempunyai peningkatan resiko.

c. Terapi Hormon Post-Menopause (PHT)

Terapi hormon post-menopause atau terapi penggantian hormon

digunakan untuk membantu mengurangi gejala-gejala menopause dan membantu

mencegah penipisan tulang. Ada 2 jenis PHT, yaitu PHT kombinasi (hormon

estrogen dan progesteron) dan PHT estrogen ( Estrogen Therapy (ERT) ).

Penggunaan PHT kombinasi dan ERT dalam jangka waktu yang lama (lebih dari

10 tahun) akan meningkatkan resiko kanker payudara.

d. Tidak memberikan ASI

Pemberian ASI dapat mengurangi resiko terjadinya kanker payudara

begitu sebaliknya jika tidak memberikan ASI dapat meningkatkan resiko kanker

payudara. Pemberian ASI akan mengurangi jumlah total periode menstruasi

seperti halnya kehamilan.

e. Mengonsumsi Alkohol

Mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker

payudara. Resiko akan meningkat sekitar 1,5 kali lipat bagi peminum yang

meminum 2-5 gelas per hari.

Universitas Sumatera Utara


13

f. Obesitas

Peningkatan resiko kanker payudara lebih tinggi, khususnya bagi wanita

setelah mengalami menopause dan jika perolehan berat badan tersebut terjadi

selama masa dewasa. Resiko tampaknya menjadi lebih tinggi jika ada lemak

ekstra di area pinggang. Alasannya, sebelum menopause, ovarium akan

memproduksi banuak estrogen dan jaringan lemak menghasilkan jumlah estrogen

yang kecil. Setelah menopause (ketika ovarium berhenti menghasilkan estrogen),

kebanyakan estrogen wanita berasal dari jaringan lemak.

g. Kurang olahraga

Olahraga dapat mengurangi resiko kanker payudara. American Cancer

Society mengungkapkan bahwa olahraga sedikitnya 45-60 menit dalam lima hari

atau lebih dalam seminggu dapat mengurangi kanker payudara.

Menurut Olfah, Mendri & Badi’ah (2013), faktor resiko pada pasien

dengan kanker payudara dapat dibagi menjadi resiko tinggi, resiko sedang dan

kemungkinan beresiko. a) Faktor resiko tinggi, antara lain : usia lanjut, anak

pertama lahir setelah berusia 30 tahun, ikatan keluarga dekat ( ibu, kakak, bibi

dari ibu ) menderita kanker payudara, riwayat tumor payudara dan diagnose

sebelumnya kanker payudara. b) Faktor resiko sedang, antara lain : Menstruasi

dini ( sebelum umur 12 tahun ), menopause lambat ( sesudah umur 50 tahun ),

penggunaan hormon pada gejala menopause, terkena radiasi berlebihan dibawah

umur 35 tahun, mempunyai riwayat kanker uterus, ovarium, dan kolon. c) Faktor

yang kemungkinan resiko, antara lain : Penggunaan reserpin prolaktin dalam

waktu lama, kegemukan, konsumsi lemak berlebihan, dan stress psikologik

Universitas Sumatera Utara


14

kronik. Penggunaan bra dan antikeringat, aborsi, susuk payudara, polusi,asap

rokok dan bekerja pada malam hari (Pamungkas, 2011).

2.1.3 Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Gejala awal kanker payudara berupa adanya benjolan di jaringan payudara

atau sekitarnya. Pada stadium awal, jika didorong dengan jari tangan, benjolan

bisa digerakkan secara mudah di bawah kulit. Sementara pada stadium lanjut,

biasanya benjolan melekat pada dinding dada maupun kulit sekitarnya dan

pinggiran benjolan tidak teratur. (El Manan, 2011)

Tanda dan gejala yang tampak pada penderita kanker payudara adalah

sebagai berikut (Purwoastuti, 2008): a) Adanya benjolan pada payudara yang

dapat digerakkan (stadium awal) atau tidak dapat digerakkan (stadium lanjut),

pada awalnya tidak terasa sakit; b) Benjolan tumbuh semakin besar, terasa nyeri

pada payudara; c) Benjolan berupa bunga kubis dan mudah berdarah; d) Bentuk

dan ukuran payudara mengalami perubahan; e) Mulai timbul luka dan lama tidak

sembuh pada payudara, serta puting susu seperti koreng dan masuk ke dalam; f)

Kulit payudara berkerut seperti jeruk (Peau d’Orange); g) Terkadang keluar

cairan, darah merah kehitam – hitaman atau nanah dari puting susu; dan h)

Metastase (penyebaran) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain.

Menurut Mulyani & Rinawati (2013), jika metastase (penyebaran) luas,

maka berupa: a) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal; b)

Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura; c) Penyebaran pada

paru-paru ditandai dengan batuk yang sulit untuk sembuh, terdapat penimbunan

cairan antara paru-paru dengan dinding dada sehingga akan menimbulkan

Universitas Sumatera Utara


15

kesulitan dalam bernafas; d) Nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang;

dan e) Fungsi hati abnormal.

Kadang kala, sebuah kanker payudara bisa menyebar di simpul-simpul

limfe ketiak dan menyebabkan sebuah benjolan atau pembengkakan disana, meski

sebelumnya tumor asli berada dalam jaringan payudara cukup besar dirasakan.

Simpul limfe yang membengkak juga harus dilaporkan kepada dokter

(Pamungkas, 2011).

2.1.4 Penatalaksanaan terhadap Kanker Payudara

Pengobatan terhadap kanker payudara dimulai setelah dilakukan

penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi penderita. Penatalaksanaannya

terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi, dan obat penghambat

hormone (El Manan, 2011).

Pembedahan dapat dilakukan dengan dua pilihan yaitu mastektomi dan

pembedahan breast conserving. Mastektomi adalah pembedahan dengan

melakukan pengankatan pada seluruh payudara sedangkan pembedahan breast

conserving hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya. Terapi

penyinaran digunakan untuk membunuh sel – sel kanker di tempat pengangkatan

tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening. Kemoterapi

menggunakan kombinasi obat-obatan guna membunuh sel – sel yang berkembang

biak dengan cepat atau menekan perkembangbiakkannya, dan obat penghambat

hormone digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh (El

Manan, 2011). Batasan stadium yang masih bisa dioperasi adalah stadium III A

Universitas Sumatera Utara


16

sedangkan terapi pada stadium III B dan IV adalah pengobatan paliatif (Olfah,

Mendri & Badi’ah, 2013).

2.2 Mastektomi

2.2.1 Pengertian Mastektomi

Mastektomi merupakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat

payudara ( Pamungkas, 2011 ). Mastektomi adalah operasi pengangkatan

payudara baik itu sebagian atau seluruh payudara ( Suyatno & Pasaribu, 2010 ).

Mastektomi adalah pemotongan melintang dan pengangkatan jaringan payudara

dari tulang selangka (superior) ke batas depan latissimus dorsi (lateral) ke rectus

sheath (inferior) dan midline (medial). Sebagai tambahan, ekor aksila (axillary

tail) dipotong (Lim, et al, 2009).

2.2.2 Jenis – Jenis Mastektomi

Pengobatan atau terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker

payudara antara lain pemberian kemoterapi (sitostatika ), radioterapi (penyinaran),

hormon, dan operasi pengangkatan payudara ( mastektomi ) (Purwoastuti, 2008).

Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada beberapa

faktor, yakni usia, kesehatan secara menyeluruh, status menopause, dimensi

tumor, tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya, stadium tumor dan

keganansannya, status reseptor hormon tumor, dan penyebaran tumor, apakah

telah mencapai simpul limfe atau belum (Pamungkas, 2011).

Setelah mengetahui faktor penentu dilakukannya jenis mastektomi

tertentu, maka berikut ini adalah beberapa jenis mastektomi yaitu:

Universitas Sumatera Utara


17

a. Mastektomi preventif ( Preventive Mastectomy )

Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy.

Pembedahan dilakukan pada wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker

payudara akibat faktor genetika atau risiko keturunan kanker payudara. Operasi

ini dapat berupa total mastektomi, pengangkatan seluruh payudara dan puting atau

subcutaneous mastectomy, pengangkatan payudara tetapi puting tetap

dipertahankan.

b. Mastektomi sederhana atau total ( Simple or Total Mastectomy )

Mastektomi sederhana atau total dilakukan dengan mengangkat payudara

berikut kulit dan putingnya, namun simpul limfe tetap dipertahankan.

c. Mastektomi radikal bermodifikasi (Modified Radical Mastectomy )

Mastektomi radikal bermodifikasi adalah pengangkatan seluruh payudara

beserta simpul limfe di bawah ketiak, sedangkan otot pektoral (mayor dan minor),

akan dipertahankan. Kulit dada dapat diangkat dan bisa pula dipertahankan,

kemudian diikuti dengan rekonstruksi payudara jika diinginkan.

d. Mastektomi radikal

Mastektomi radikal adalah pengangkatan seluruh kulit payudara, otot di

bawah payudara serta simpul limfe (getah bening).

e. Mastektomi parsial atau segmental ( lumpektomi )

Mastektomi parsial atau segmental dapat dilakukan pada wanita dengan

kanker payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial adalah terapi penyelamatan

payudara atau breast conserving therapy yang akan mengangkat bagian payudara

Universitas Sumatera Utara


18

dimana tumor berada. Prosedur ini biasanya akan diikuti oleh terapi radiasi untuk

mematikan sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa.

f. Kuadrantektomi (Quadrantectomy)

Kuadrantektomi adalah varian lain dari mastektomi parsial. Mastektomi

jenis ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk kulit dan

jaringan konektif. Pengangkatan beberapa atau seluruh simpul limfe akan

dilakukan dengan prosedur terpisah, dengan penyayatan simpul bawah ketiak (

axillary node ) dan biopsi simpul sentinel ( sentine node biopsy ).

Menurut El Manan (2011), jenis – jenis mastektomi ada 3, yaitu: 1)

Mastektomi simplek, pengangkatan seluruh jarinagan payudara tetapi otot di

bawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup

luka bekas operasi. Prosedur ini digunakan untuk mengobati kanker invasive yang

telah menyebar ke dalam saluran air susu. Bila dilakukan pembedahan breast

conserving, maka kanker sering kali kambuh; 2) Mastektomi simplek dan diseksi

kelenjar getah bening ataupun modifikasi mastektomi radikal, pengangkatan

seluruh jaringan payudara dengan menyisakan otot dan kulit, serta pengangkatan

getah bening ketiak; 3) Mastektomi radikal, pengangkatan seluruh payudara, otot

dada, dan jaringan lainnya diangkat.

Menurut Olfah, Mendri & Badi’ah (2013), jenis – jenis mastektomi adalah:

a. Lumpektomi

Lumpektomi adalah pemotongan kecil dan pengangkatan benjolan serta

kira – kira 1-2 cm jaringan yang sehat. Hanya bisa dilakukan jika benjolannya

kecil.

Universitas Sumatera Utara


19

b. Mastektomi sebagian

Mastektomi sebagian berarti pengangkatan benjolan dan lebih dari

seperempat payudara.

c. Mastektomi total

Pengangkatan seluruh payudara, yang tertinggal hanya otot – otot dada

dan benjolan getah bening.

d. Mastektomi radikal

Mastektomi radikal adalah pengangkatan benjol getah bening yang ada di

ketiak, otot dada dan dalam suatu mastektomi yang diperluas ata mastektomi

seuperradikal, simpul getah bening dalam payudara juga. Operasi ini telah

digantikan oleh mastektomi radikal yang telah dimodifikasi.

e. Mastektomi radikal yang sudah dimodifikasi

Pengangkatan payudara dengan meninggalkan otot payudara secara utuh.

f. Mastektomi subkutaneus

Pengangkatan payudara di bawah kulit dan dilakukan dengan memakai

implantasi silikon.

2.2.3 Komplikasi Pasca Mastektomi

Prosedur mastektomi menyebabkan banyak dampak komplikasi meskipun

teknik pembedahan terus mengalami perbaikan. Banyak dampak yang diterima

pasien post mastektomi seperti: lymphedema, pembentukan seroma, penurunan

mobiltas lengan dan kekuatan kompleks lengan, kesulitan yang berhubungan

dengan pasca operasi bekas luka (Winer, et al dalam Botwala, et al, 2013, dalam

Aini 2015).

Universitas Sumatera Utara


20

Selama ini komplikasi yang bersifat fisik masih tingi (10% - 50%).

Komplikasi fisik ini terutama dirasakan pada daerah bekas operasi lengan atas dan

lengan bawah (Van de Velde, et al, 1999 dalam Sudarto, 2002 dalam Aini, 2015).

Keterbatasan gerak bahu sedikitnya bisa muncul dalam 2 minggu immobilsasi.

Mobiltas lengan dan bahu adalah salah satu yang harus diperhatikan karena akan

berdampak pada aktivitas kehidupan sehari- hari penderita kanker payudara

(Delburck, 2007 dalam Aini 2015).

2.2.4 Rekonstruksi Payudara Pasca Mastektomi

Rekonstruksi payudara adalah jenis pembedahan bagi wanita yang telah

menjalani pengangkatan atau penghilangan payudara ( mastektomi ). Pembedahan

dilakukan untuk membuat payudara kembali seperti sebelumnya, baik dalam

bentuk atau ukuran. Puting dan areola juga bisa ditambahkan.

Tujuan dilakukan rekonstruksi payudara adalah: a) Menjadikan payudara

seimbang ketika menggunakan bra; b) Mendapatkan kembali kontur payudara

secara permanen; c) Menghindari upaya prostesis ( upaya menyesuaikan diri

dengan bra ) eksternal; d) Meningkatkan rasa percaya diri sehingga dapat

meningkatkan tingkat kehidupan sosial.

Rekonstruksi dapat dilakukan secara bersamaan setelah mastektomi atau

bisa dilakukan di kemudian hari. Rekonstruksi segera ( immediate reconstruction)

dilakukan pada saat yang sama setelah mastektomi dilaksanakan. Keuntungannya

adalah bahwa jaringan dada tidak akan ikut rusak pada saat menjalani terapi

radiasi atau mengalami luka parut serta mengurangi satu pembedahan. Sedangkan

rekonstruksi tertunda ( delayed reconstruction ) berarti rekonstruksi payudara

Universitas Sumatera Utara


21

akan dilakukan di kemudian hari. Sebagian wanita dinasihatkan untuk melakukan

terapi radiasi terhadap area dada setelah mastektomi. Namun, terapi radiasi yang

diberikan setelah pembedahan rekonstruksi payudara bisa menyebabkan

komplikasi.

Rekonstruksi payudara bisa menggunakan impalant silikon atau salin,

maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh yang lain atau kombinasi

keduanya. Penutup jaringan tersebut adalah bagian dari kulit, lemak dan otot

yang diambil dari punggung, perut, atau area lain pada tubuh untuk dipasang di

area dada.

2.3 Konsep Diri

2.3.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan

kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang

berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. (Dalami,

2009)

2.3.2 Komponen Konsep Diri

Konsep diri terbagi atas 5 komponen, adapun komponennya adalah sebagai

berikut:

a. Citra Tubuh (Body Image)

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan, dan pengetahuan individu

secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur,

Universitas Sumatera Utara


22

fungsi keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting,

make-up, lensa kontak, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun masa

sekarang. Citra tubuh dapat diartikan sebagai kumpulan sikap individu yang

disadari maupun tidak terhadap tubuhnya termasuk persepsi masa lalu atau

sekarang. Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra tubuh harus

realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya, ia

akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan

meningkat.

b. Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku

berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut

bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.

Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri dan

tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri akan

melahirkan harapan individu tentang dirinya saat berada ditengah masyarakat

dengan norma tertentu. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan

membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau

kondisi yang membuat bingung, ideal diri penting untuk mempertahankan

kesehatan dan keseimbangan mental.

c. Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri

atau cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.

Universitas Sumatera Utara


23

Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dari menganalisa seberapa

jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang

lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami

keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering

mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan. Harga diri

dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian.

d. Identitas Diri (Self Identity)

Identitas diri adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber

dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan

memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat

mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri.

Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan

konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi.

Karenanya konsep tentang identitas mencakup kontansi dan kontinuitas. Identitas

menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang

utuh dan unik.

e. Peran Diri (Self Role)

Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang

berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial, tiap individu

mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu.

Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh

keluarga, komunitas, dan kultur. Agar dapat berfungsi secara efektif dalam peran,

seseorang harus mengetahui perilaku dan nilai yang diharapkan, harus mempunyai

Universitas Sumatera Utara


24

keinginan untuk memastikan perilaku dan nilai ini, dan harus mampu memenuhi

tuntutan peran.

2.4 Kehilangan dan Berduka

2.4.1 Pengertian Kehilangan dan Berduka

Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu

yang sebelumnya ada dan dimiliki. Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan,

yaitu respons emosional normal dan merupakan suatu proses untuk memecahkan

masalah. Berduka dapat terjadi terhadap objek yang bersifat aktual, dipersepsikan,

atau sesuatu yang diantisipasi. Jika diperhatikan dari objeknya dapat berupa orang

yang berarti, lingkungan, aspek diri, atau aspek kehidupan.

Berduka merupakan respons terhadap kehilangan dengan karakteristik

sebagai berikut syok dan ketidakyakinan, sedih dan hampa bila mengingat

kembali kejadian kehilangan, menunjukkan perasaan tidak nyaman sering disertai

dengan menangis, keluhan sesak pada dada, tercekik dan nafas pendek,

mengenang orang yang telah pergi secara terus - menerus, mengalami perasaan

berduka serta mudah tersinggung dan marah.

2.4.2 Bentuk Kehilangan

Bentuk – bentuk kehilangan yang mungkin dialami individu adalah: 1)

Kehilangan orang bermakna, misalnya orang yang dicintai meninggal atau

dipenjara; 2) Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misalnya menderita suatu

penyakit, amputasi bagian tubuh, kehilangan pendapatan, dan kehilangan

kemampuan seksual; dan 3) Kehilangan milik pribadi, misalnya benda yang

berharga, uang atau perhiasan.

Universitas Sumatera Utara


25

2.4.3 Tahapan Proses Kehilangan dan Berduka

Kehilangan meliputi fase akut dan jangka panjang. Fase akut berlangsung

selama 4 sampai 8 minggu setelah kematian, yang terdiri dari 3 proses yaitu syok

dan tidak percaya, perkembangan kesadaran, serta restitusi. Sedangkan fase

jangka panjang berlangsung selama 1 sampai 2 tahun atau lebih lama.

Proses kehilangan terdiri dari 5 tahapan, yaitu penyangkalan (denial), marah

(anger), penawaran (bargaining), depresi (depression), den penerimaan

(acceptance). Setiap individu akan melalui tahapan tersebut, tetapi cepat atau

lamanya seseorang melalui tahapan tersebut bergantung pada koping individu dan

sistem dukungan sosial yang tersedia, bahkan ada stagnasi pada satu fase marah

atau depresi.

2.5 Studi Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai: 1) pengalaman subjektif atau pengalaman

fenomenologikal; 2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari

seseorang. Istilah ‘fenomenologi’ sering digunakan sebagai anggapan umum

untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek

yang ditemui, dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian

terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang (Moleong, 2016).

Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai perspektif filosofi dan

juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif. Fenomenologi

merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus pengalaman-

pegalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong, 2016).

Universitas Sumatera Utara


26

Sebagai bidang filsafat modern, fenomenologi menyelidiki pengalaman

kesadaran, yang berkaitan dengan pertanyaan seperti: bagaimana pembagian

anatara subjek ( ego ) dengan objek ( dunia ) muncul dan bagaimana sesuatu hal di

dunia ini diklasifikasikan. Para fenomenolog berasumsi bahwa kesadaran

bukanlah dibentuk karena kebetulan dan dibentuk oleh sesuatu hal lainnya

daripada dirinya sendiri. Sehingga fenomenologi dijadikan sebagai dasar teoritis

utama sedangkan interaksi simbolik, kebudayaan dan etnometodologi dijadikan

sebagai dasar tambahan yang melatarbelakangi secara teoritis penelitian kualitatif

(Moleong, 2016).

Didalam studi fenomenologi, sumber data utama berasal dari perbincangan

yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana

peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya.

Melalui perbincangan tersebut peneliti berusaha untuk menggali informasi

sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).

Berdasarkan dari cara pengambilan kesimpulan fenomena dari partisipan,

ada dua jenis yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretatif.

Fenomenologi deskriptif berfokus pada penyelidikan fenomena, kemudian

pengalaman seperti apakah yang terlihat dalam fenomena, sedangkan

fenomenologi interpretatif berfokus pada penafsiran dari suatu fenomena yang

dialami subjek penelitian (Polit & Beck, 2012). Dalam fenomenologi deskriptif

ada tiga tokoh dalam analisis data, yaitu Colaizzi (1978), Giorgi (1985), dan Van

Kaam (1959) (Polit & Beck, 2012).

Universitas Sumatera Utara


27

Menurut Lincoln & Guba (1985, dalam Polit & Beck, 2012) untuk

memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (trustworthiness) maka data

divalidasi dengan beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan untuk memvalidasi

adalah Credibility, Dependability, Confirmability, dan Transferability.

Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan

informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh

semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. Credibility

termasuk validitas internal. Cara memperoleh tingkat kepercayaan yaitu

perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat (prolonged engagement), ketekunan

pengamatan (persistent observation), triangulasi (triangulation), diskusi teman

sejawat (peer debriefing), analisis kasus negatif (negative case analysis),

pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy checks), dan

pengecekan anggota (member checking).

Transferability adalah kriteria yang digunakan untuk memenuhi bahwa hasil

penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat ditransfer ke subyek lain

yang memiliki topologi yang sama. Transferability termasuk dalam validitas

eksternal. Maksudnya adalah dimana hasil suatu penelitian dapat diaplikasikan

dalam situasi lain.

Dependability mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan

data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi

untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah

proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Teknik terbaik adalah audit trail

Universitas Sumatera Utara


28

yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas

peneliti..

Confirmability memfokuskan apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan

dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan

hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam

penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Confirmability merupakan

kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian.

Authenticity memfokuskan pada sejauh mana peneliti dapat menunjukkan

berbagai realitas. Authenticity muncul dalam penelitian ketika partisipan

menyampaikan pengalaman mereka dengan penuh perasaan. Penelitian memiliki

keaslian jika dapat mengajak pembaca merasakan pengalaman kehidupan yang

digambarkan, dan memungkinkan pembaca untuk mengembangkan kepekaan

yang meningkat sesuai masalah yang digambarkan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai