Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Keselamatan kerja mempunyai tujuan yang sangat luas karena menyangkut kehidupan
manusia yang juga menyangkut kesehatan kerja tenaga kerja. Dimana tenaga kerja bekerja
tidak hanya di atas tanah, di dalam tanah, di laut dan di udara, baik yang bersifat kecil
maupun besar, oleh karenanya tenaga kerja atau manusia membutuhkan terus menerus
keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka keselamatan dan
h. mencegah pemborosan tenaga manusia, modal, alat produksi dan waktu kerja,
i. menjamin ruangan kerja yang aman, nyaman, sehat dan suasana kerja yang baik,
yang pesat dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi yang ditandai dengan
tinggi serta bahan berbahaya. Hal tersebut disamping memberikan kemudahan proses
produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam bahaya di tempat kerja. Selain itu akan
1
terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang
berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut akan
Pada awal tahun 1980-an, untuk mendorong lahirnya berbagai konsep safety
ditempatkan setara dengan unsur lain dalam perusahaan atau organisasi. Kemudian
sendiri diperkenalkan konsep Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan (SMK3) yang
dikeluarkan oleh DEPNAKER (Departemen Tenaga Kerja) Republik Indonesia pada tahun
sepanjang tahun 2009 telah terjadi 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka
tersebut menurun sejak 2007 yang sempat mencapai 83.714 kasus dan pada 2008 sebanyak
58.600 kasus. Jika diasumsikan 264 hari kerja dalam setahun, maka rata-rata ada 17 tenaga
kerja mengalami cacat fungsi akibat kecelakaan kerja setiap hari dan faktor utama penyebab
kecelakaan kerja adalah perilaku dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman
(jamsostek.co.id).
yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan kerja. SMK3
bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Sistem Manajemen K3 adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi
2
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan pada
organisasi ataupun perusahaan yang ada di Indonesia didasari oleh Peraturan Pemerintah (PP)
20 tahun 2012 yang bereferensi pada ILO (International Labour Organization) OSH:2001
Guidelines on Occuptional Health and Safety Management System (OSH-MS) yang kemudian
standardisasi sesuai dengan OHSAS 18001:2007 dipublikasikan pertama kali oleh British
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Secara Filosofis
Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adl dan makmur.
2. Secara Keilmuan
mengancam pada waktu bekerja dengan bahan- bahan berbahaya maupun pada
lingkungan yang berbahaya. Pada umumnya alat-alat pelindung kerja kurang enak
dipakai, terasa mengganggu dan mengurangi efisiensi kerja. Tetapi demi keselamatan
kerja, perlu selalu ditekankan kepada para petugas mengenai pentingnya, penggunaan
khusus yang tidak dapat ditukar penggunaannya dari satu alat dengan alat yang
lainnya. Hal ini terutama pada alat pelindung pernafasan; sebagai contoh filter untuk
gas khlor tidak dapat dipakai untuk gas amoniak. Filter untuk debu tidak dapat
4
Dalam memilih alat pelindung diri yang akan digunakan, perlu diperhatikan
pengaruh bahan kimia terhadap tubuh baik lokal (efek yang ditimbulkan hanya pada
mempengaruhi organ lain yang tidak terkena). Organ yang sering terkena pengaruh
lokal bahan kimia terutama kulit, mata, hidung, bronkus dan jaringan paru-paru. Hal
lain yang perlu mendapat perhatian dalam memilih alat pelindung diri adalah sifat
a. Masker gas,
b. Safety shoes
e. Kacamata pelindung,
f. Safety Helmet.
dan tidak diharapkan. Tak terduga dalam hal ini karena tidak terdapat unsur
merupakan kecelakaan yang diakibatkan oleh keadaan dalam perusahaan. Dia juga
menyatakan bahwa kecelakaan yang terjadi pada pekerja dapat disebabkan beberapa
a. Perilaku kerja yang tidak aman atau Unsafe Human Act (88%)
5
Menurut National Safety Council (Jawatan Keselamatan Nasional Amerika
kecelakaan dan 25% dari kecelakaan tersebut disebabkan oleh tindakan tidak aman
(Unsafe Human Act). Ada 3 faktor utama yang memainkan peranan penting pada
Lingkungan kerja yang baik, dapat mempertinggi efisiensi kerja, faktor keadaan
a. House Keeping dan Layout tempat kerja seperti cara menempatkan mesin
tidak tepat, ruangan terlalu sempit, jalan lalu lintas dipakai untuk
menempatkan bahan baku, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak
pada tempatnya, pemeliharaan lemari, rak tempat buku, sisa-sisa bahan tidak
sempurna, lantai kotor dan licin sehingga orang dapat tergelincir, barang-
b. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat banyak debu
atau kelembaban yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak atau tidak
a. Kesalahan terletak pada mesin, semisal letaknya salah, tidak dilengkapi alat-
alat pelindung, alat-alat pelindung tidak dipakai dan desain tidak ergonomi.
b. Alat kerja yang telah rusak, terlalu tua dan alat-alat pelindung perseorangan
6
3. Keadaan Kerja Sendiri
a. Sikap yang tidak wajar, seperti terlalu berani, kurang sabar, kelalaian,
(SOP).
c. Kurang sehat fisik mental, seperti terdapat cacat pada badan, penyakit ayan
melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. Keadaan tersebut dapat berasal atau
dihasilkan dari manusia, lingkungan, peralatan dan bahan yang digunakan dalam
proses.
1. Bahaya Pemula (Initiating Hazards) yaitu bahaya yang menjadi awal bagi bekerjanya
bahaya penunjang dan bahaya primer. Misalnya instalasi listrik yang tidak terpasang
7
sempurna dapat mengakibatkan hubungan pendek yang dapat menjadi pencetus
kebakaran.
2. Bahaya Penunjang (Contributory Hazards) yaitu bahaya yang menunjang atau yang
3. Bahaya primer (Primary Hazards) yaitu bahaya yang langsung menjadi sebab
timbulnya cedera bahkan kematian, kerugian materi dan waktu kerja. (Anonim, 2002).
Dalam dunia kerja segala kendala harus dihindari dan dikendalikan, sementara
produktifitas optimal merupakan idaman setiap manajer karena dengan demikian maka
sasaran keuntungan akan dapat dicapai. Salah satu kendala dalam proses kerja adalah
penyakit. Kealpaan karena urusan pribadi dapat diatasi dengan relatif mudah. Akan tetapi
tidak masuk kerja karena penyakit membawa dua kali lipat kerugian bagi perusahaan,
kerugian dalam waktu kerja dan biaya untuk mengatasi panyakit tersebut. Bagi setiap
kerja ini mengacu pada penyakit akibat kerja dan peranan hiperkes selaku paramedis pada
perusahaan.
pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan nyaman. Tujuan
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia,
8
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi,
8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L.
Agar pelaksanaan K3 di suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat
menciptakan kondisi yang sehat dan selamat, maka perlu dibentuk organisasi K3 di dalam
struktur organisasi perusahaan. (Suma’mur 1989). Ada 2 (dua) macam organisasi K3, yaitu :
1. Organisasi Struktural
kerja
dari bahaya,
2. Organisasi Fungsional
produksi,
9
Menyelenggarakan pembinaan karyawan,
b. Badan K3
Tingkat Departemen/Bidang,
Tingkat Bagian/Seksi,
Tingkat Karyawan.
1. Bagi Perusahaan :
K3,
SMK3,
saing perusahaan,
10
i. Mencegah kerugian yang lebih besar kepada perusahaan,
2. Bagi Pemerintah :
a. Sebagai salah satu alat untuk melindungi hak karyawan di bidang K3,
Dasar hukum dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah :
87.
Kerja adalah setiap tempat kerja atau perusahaan yang memperkerjakan karyawan sebanyak
100 (seratus) orang atau lebih atau pekerjaan yang mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
11
2.4 OHSAS 18001:2007
bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang digunakan untuk
merupakan standarisasi global atas perubahan pedoman K3 yang dipublikasikan pertama kali
oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007. OHSAS 18001:2007 yang
dikembangkan oleh kurang lebih 43 (Empat Puluh Tiga) konsorsium yang terdiri dari
organisasi buruh, industri, pendidikan, kesehatan, dan organisasi lainnya yang ada di seluruh
dunia ini dibuat lebih kompatibel dengan standarisasi internasional lainnya seperti ISO
14001:2004 (Sistem Manajemen Lingkungan) dan ISO 9001:2000 (Sistem Manajemen Mutu)
Terdapat revisi definisi dan penambahan definisi baru pada istilah-istilah dasar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdapat pada OHSAS 18001:2007 yang membedakan dari
versi sebelumnya (OHSAS 18001:1999), seperti mengganti istilah “risiko yang dapat
ditoleransi” diganti menjadi “risiko yang dapat diterima”, makna kecelakaan dimasukkan
dalam definisi insiden, definisi potensi bahaya tidak lagi mencakup kerusakan properti atau
12
kerusakan lingkungan di tempat kerja, penambahan istilah “Evaluasi Kepatuhan” dan
sebagainya.
a. OHSAS 18002 Occuptional Health and Safety Management System – Guidelines for
(OSH-MS),
Use,
Auditing.
d. Mengganti istilah risiko yang dapat ditoleransi diganti menjadi risiko yang dapat
diterima,
f. Definisi potensi bahaya tidak lagi mencakup kerusakan properti atau kerusakan
13
g. Penggabungan sub-klausul 4.3.3 dan 4.3.4,
1. Kebijakan K3
8. Pendokumentasian,
9. Pengendalian dokumen,
Berikut ini tahapan- tahapan yang perlu dilakukan suatu perusahaan dalam
persyaratan K3,
manajemen K3,
13. Menetapkan dan menerapkan prosedur komunikasi internal dan eksternal terkait
K3,
konsultasi,
15
16. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian dokumen,
19. Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja K3,
persyaratan-persyaratan terkait K3
PERBEDAAN
16
mendapatkan bendera K3 (emas/perak)
berhasil dalam audit sertifikasi
Tidak ada ketentuan sanksi jika tidak Ada aspek/ketentuan sanksi terhadap
menerapkan pelanggaran
17
BAB III
3.1 Kesimpulan
dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan nyaman.
2. Penerapan SMK3 secara tepat memberikan manfaat baik bagi pemerintah maupun
perusahaan.
bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang digunakan untuk
4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan pada
organisasi ataupun perusahaan yang ada di Indonesia didasari oleh Peraturan Pemerintah
(PP) 20 tahun 2012 yang bereferensi pada ILO (International Labour Organization)
MS) yang kemudian secara sukarela organisasi ataupun perusahaan tersebut dapat
dipublikasikan pertama kali oleh British Standard Institute (BSI) pada April 2007.
3.2 Saran
diselenggarakan perusahaan.
18
2. Ditetapkannya segenap manajerial, penanggungjawab area dan supervisor pada sebagai
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/93189537/MAKALAH-SMK3#download
https://www.academia.edu/8029931/Sistem_Manajemen_Keselamatan_and_Kesehatan_Kerj
https://abunajmu.wordpress.com/2011/06/30/perbedaan-ohsas-dan-smk3/
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124112-S-5620-Pengembangan%20sistem-Literatur.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/4420/3/2TI05947.pdf
20