Anda di halaman 1dari 22

 

TUGAS  2  
5S Interconnection dalam Kerangka Perencanaan dan
Pengembangan Destinasi
 

NUZULPUTRA  (173112340450033)  

Program Studi Pariwisata


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Nasional
 
 
 
Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan orang karena dengan mengembangkan sektor
pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan
akan pariwisata semakin bertambah seiring dengan tingkat kebutuhan manusia yang semakin
bertambah dari tahun ke tahun.
Dalam GBHN 1999, termuat bahwa pembangunan kepariwisataan terus di tingkatkan dan di
kembangkan untuk memperbesar penerimaan devisa negara, memperluas dan meratakan
lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, memperkaya kebudayaan nasional, dan tetap mempertahankan
kepribadian bangsa demi terpilihnya nilai-nilai agama, mempererat persahabatan antar bangsa,
memupuk cinta tanah air, serta mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.
Jakarta yang memiliki potensi alam kurang yang baik karena terlalu padatnya penduduk disana
dan banyaknya kendaraan membuat potensi alam menurun, maka dari diperlukan suatu
kawasan yang bebas dari polusi untuk dijadikan tempat wisata. tetapi budaya yang sangat kaya
dan beragam merupakan salah satu faktor penarik para wisatawan, dengan daya dukung faktor-
faktor tersebut maka tentunya daerah ini sangat berpeluang untuk dikembangkan terutama
dibidang pariwisata. Pengembangan pariwisata memiliki nilai yang sangat strategi karena
menggunakan kebudayaan dan menjaga potensi alamnya, dan potensi kepariwisataan yang ada
menjadi kegiatan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja dan kemudian berimbas pada
kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan kawasan pariwisata tentunya tidak tumbuh begitu saja tanpa ada suatu usaha
yang dilakukan, oleh karena itu maka ketersedian sarana dan prasarana sangat dibutuhkan
untuk pengembangan sektor ini dan agar dapat menjadi salah satu sektor andalan. Namun,
Kualitas lingkungan merupakan bagian integral dari industri wisata. Bagi pengembang dan
penyelenggara kagiatan wisata, kualitas lingkungan harus mendapat perhatian

utama. Wisata adalah industri yang terkait dengan tujuan wisata dengan karakter-karakter
keindahan, keseimbangan, natural, kesehatan, dan kualitas lingkungan yang terjamin. Saat ini,
kata “lingkungan” sering muncul sebagai salah satu kunci sukses penyelenggara wisata. Dalam
pandangan yang terbatas, terminologi lingkungan banyak mengacu kepada hal-hal fisik
alamiah. Misalnya, bentang alam dan komponen fisik buatan manusia, seperti pos-pos
pengamatan, kolam renang buatan, atau bangunan-bangunan penunjang aktifitas wisata
lainnya. Dalam skala yang lebih luas, faktor sosial dan budaya juga dipertimbangkan sebagai
lingkungan integral industri wisata. Kualitas lingkungan meliputi kualitan bentang atau
 
 
 
 
pemandangan alamiah itu sendiri, yang kualitasnya dapat menurun karena aktifitas manusia.
Keindahan dan kenyamanan daerah tujuan wisata, seperti keindahan pemandangan alam,
sturuktur hidrologi almiah seperti air terjun dan sungai, air bersih, udara segar, dan
keanekaragaman spesies, kuailitasnya bisa memburuk karena aktifitas manusia, tidak
terkecuali aktifitas wisata itu sendiri. Menurut hukum permintaan wisata, kualitas lingkungan
merupakan bagian integral dari suguhan-suguhan alamiah. Dengan demikian, pemeliharaan
terhadap kualitas lingkungan menjadi syarat mutlak bagi daya tahan terhadap kompetisi
pemilihan tujuan wisata oleh wisatawan. Jika kualitas suatu daerah tujuan wisata menurun,
maka tempat tersebut cenderung diabaikan.
Kepariwisataan dipandang sebagai sesuatu yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang
melukiskan kepergian orang-orang didalam negaranya sendiri (pariwisata domestic) atau
penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu negara (pariwisata internasional). Secara
khusus kepariwisataan dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk memperkecil kesenjangan
saling pengertian diantara negara-negara sumber wisatawan dengan negara penerima
wisatawan, memupuk hubungan yang baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
teknologi dan berfungsi dapat membantu meningkatkan dan menumpuk hubungan tersebut
sehingga dengan demikian akan memperluas wawasan saling pengertian diantara bangsa-
bangsa. Negara-negara berkembang ada kecenderungan menjadikan cahaya matahari (sun),
pantai (shore),pasir (sand) dan bahkan seks yang dikemas dengan daya tarik seni budaya serta
keramahtamahan untuk menarik wisatawan datang berkunjung pada suatu daerah tujuan
wisata.
Perkembangan pariwisata di suatu daerah ataupun suatu negara akan terus meningkat
terus karena jumlah penduduk yang bertambah terus dari waktu ke watu. Di samping itu adanya
kecenderungan penduduk yang bertempat tinggal di kota makin lama semakin meningkat.
Pendapatan perkapita penduduk semakin lama semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan
peningkatan pembangunan ekonomi di banyak negara baik negara industri maupun negara
sedang membangun. Berdasarkan pemaparan tersebut, prospek pariwisata ke depan sangat
menjajikan bahkan sangat memberikan peluang besar bagi perkembangan pariwisata itu
sendiri. Disamping jumlah wisatawan mancanegara yang makin meningkat, saat ini pun telah
terjadi perunahan consumer-behaviour pattern atau pola konsumsi dari para wisatawan.
Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang
menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan, komunitas lokal, dan nilai-nilai sosial daerah
sehingga wisatawan menikmati kegiataan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan

 
 
 
 
masyarakat sekitar daerah pariwisata. Maka dari itu, pengelolaan pariwisata harus
memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
1.   Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal
dan special lokal yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan
lingkungan
2.   Preservasi,proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis
pengembangan Kawasan pariwisata
3.   Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal
4.   Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis kepada keunikan budaya dan lingkungan
lokal
5.   Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan
pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan
atau menghentikan aktivitas pariwisata jika melampaui batas lingkungan alam atau
aksesbilitas sosial walaupun disisi lain mampu meningkatkan pendapat masyarakat.

Pariwisata dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan pariwisata


berkelanjutan yang berbasis kepada masyarakat, dimana juga merupakan sebagai sebuah
pendekatan pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku
penting pariwisata berbasis masyarakat. Disamping itu perkembangan sosial politik,
permintaan wisata sangat peka terhadap keadaan sosial politik dan terhadap perubahan
mode perjalanan. Derah tujuan wisata mengalami ketidaktenangan politik atau gejolak-
gejolak dan kegoncangan sosial tidak akan menarik para wisatawan meskipun harga-harga
fasilitas wisata di tawarkan itu sangat murah.perkembangan transportasi, dengan
berkembanganya transportasi seperti pesawat terbang yang semakin canggih dan juga
kereta api yang semakin cepat, dipastikan akan membawa perubhaan pada wajah pariwisata
dunia. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pariwisata di masa depan adalah pemanasan
global dan pengkisian lapisan ozon. Dengan adanya global warming, mkaa permukaan air
laut akan naik pada akhirnya akan mempengaruhi garis pantai. Sedikit demi sedikit garis
pantai akan berkurang sehingga dengan berkurangnya garis pantai, keindahan pantai akan
berkurang sehingga dengan berkurangnya garis pantai, keindahan pantai akan hilang dan
tidak ada lagi tempat untuk para wisatawaan melakukan aktifitas di pantai.Pada masa yang
akan datang, khusunya wistawan yang berasal dari negara maju akan lebih kritis dan lebih
memilih dalam melakukan perjalanan wisata.

 
 
 
 
Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep alternative yang ada pada kutub yang
berlawanan dengan konsep pembangunan konvesional, karena pembangunan berkelanjutan
mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi ekologis, memenuhi
kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi generasi mendatang, pengurangan
ketidakadilan, dan peningkatan penentuan nasib sendiri bagi masyarakat setempat.
Pergeseran dari pariwisata massal (konvesional) menuju pariwisata alternative
yang lebih menekankan motivasi perjalanan yang berorientasi pada konsep pariwisata,
tujuannya untuk pengayaan wawasan, pengembangan diri, interaksi, dan penghargaan
terhadap lingkungan alam dan budaya lokal, semangat konservasi dan Kembali kea lam.
Trend tersebut mendorong perubahaan pola konsumsi wisata (costumer behaviour pattern)
dari 3S (sea,sand,sun) berkembang ke berbagai bentuk wisata alternative.
WTO mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang mencakup
ecological sustainability, social and cultural sustainability, dan economic sustainability,
baik untuk generasi yang sekarang maupun generasi yang akan datang. Pembangunan
pariwisata berkelanjutan diartikan sebagai proses pembangunan pariwisata yang
berorintasi kepada kelestarian sumber daya yang dibutuhkan untuk pengembangunan
pariwisata. Kegiataan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi syarat yaitu :
1.   Secara ekologisnberkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak
menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. Selain ity, konservasi
merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumber daya
alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata.
2.   Secara sosial dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan penduduk lokal
untuk menyerap uasaha pariwisata ( industri dan wisata ) tanpa menimbulkan
konflik sosial
3.   Secara kebudayaan dapat diterima, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi
dengan budaya wistawan yang cukup berbeda
4.   Secara ekonomis menguntungkan, yaitu keuntungan yang di dapat dari kegiatan
pariwisata dapat meningkatkan kesajahteraan masyarakat.

Konsep pembangunan berkelanjutan diadaptasikn untuk bidang pariwisata sebagai


model yang mengintegrasikan lingkungan fisik (place), lingkugan budaya (host community),
dan wistawan (visitors). Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam sustainable tourism
development terdiri dari :

 
 
 
 
1.   Lingkungan memiliki nilai hakiki yang juga bisa sebagai aset pariwisata.
Pemanfaatannya bukan hanya untuk kepentingan pendek, namun juga untuk
kepentingan generasi mendatang
2.   Pariwisata harus diperkenalkan sebagai aktivitas yang posistif dengan memberikan
keuntungan bersama kepada masyarakat, lingkungan, dan wisatawan itu sendiri.
3.   Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola segingga lingkungan
tersebut berkelanjutan untuk janhka panjang. Pariwisata harus tidak merusak sumber
daya.
4.   Aktivitas pariwisata dan pembangunan harus peduli terhadap skala alam dan karakter
tempat diamna kegiatan tersebut dilakukan
5.   Pada lokasi lainnya, keharmonisan harus dibangun antara kebutuhan-kebutuhan
wisatawan, tempat, dan masyarakat lokal

Kebijakan pariwisata memeberikan filsafat dasar untuk pembangunan dan menentukan


arah pengembangan pariwisata di destinasi tersebut untuk masa depan. Sebuah destinasi
dapat dikatakan akan melakukan pengembangan wisata jika sebelumnya sudah ada
aktivitas wisata. Dalam pelaksanaan pengembangan, perencanaa merupakan faktor yang
perlu dilakukan dan dipertimbangkan. Menurut Inskeep (1991:29), terdapat beberapa
pendekatan yang menjadi pertimbangan dalam melakukan perencanaan pariwisata
diantaranya :
•   Continous Incremental, and flexible Approach, dimana perencanaan dilihat sebagai
proses yang akan terus berlangsung didasrkan pada kebutuhan dengan memonitor
feedback yang ada
•   System Approach, dimana pariwisata dipandang sebagai hubungan sistem dan perlu
direncanakan seperti dengan teknik Analisa sistem
•   Comprehensive Approach, berhubungan dengan pendekatan sistem diatas, dimana
semua aspek dari pengembangan pariwisata termasuk didalamnya insitusi elemen
dan lingkungan serta implikasi sosial ekonomu, sebagai pendekatan holistic
•   Integrated Approach, berhubungan dengan pendekatan sistem dan keseleruhan
dimana pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai sistem dan keseluruhan
dimana pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai sistem yang
terintegrasi dalam seluruh rencana dan total bentuk pengembangan pada area
•   Environmental and suistanable development approach, pariwisata direncanakan,
dikembangkan, dan dimanajemeni dalam cara dimana sumber daya alam dan

 
 
 
 
budaya tidak mengalami penurunan kualitas dan diharapkan tetap dapat lestari
sehingga Analisa daya dukung lingkungan perlu diterapkan pada pendekatan ini.
•   Comunnity Approach, pendekatan yang didukung dan dikemukakan juga oleh Peter
Murphy (1991) menekankan pada pentingnya memaksimalkan keterlibatan
masyarakat lokal dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan pariwisata,
untuk dapat meningkatakan yang diinginkan dan kemungkinan, perlu
memkasimalkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan manajemen yang
dilaksanakan dalam pariwisata dan manfaatnya terhadap sosial ekonomi
•   Implementable Approach, kebijakan pengembangan pariwisata, rencana, dan
rekomendasi diformulasikan menjadi realistis dan dapat diterapkan, dengan teknik
yang digunakan adalah teknik implemntasi termasuk pengembangan, program aksi
atau strategi, khususnya dalam mengidentifikasi dan mengadopsi.
•   Application of systematic planning approach, pendekatan ini diaplikasikan dalam
perencanaan pariwisata berdasrkan logika dari aktivitas

Goals biasanya termasuk aspek-aspek seperti meningkatkan kepuasan pengunjung,


diversifikasi pasar pariwisata, meningkatkan konstribusi pariwisata kepada ekonomi lokal, dan
mengembangkan potensi pariwisata suatu daerah. Sementara objectives adalah lebih spesifik
(khusus) dan berhubungan dengan tindakan-tindakan yang actual. Objectives bertujuan untuk
mengarahkan tindakan yang akan membantu mecapai goal-goal pembangunan. Jadi objectives
harus lebih realistis, dapat diukur dan mampu dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan
Gambar 1

Tourism Strategy

                   Tourism  Strategy  
                             Example  for    

Objectives    
Goal     Menetukan  atraks-­‐
Mengembangka atraksi  baru  yang  
n  potensi   dapat  
pariwisata  di   dikembangkan.  
daerah  tertentu     Mendorong  
masyarakat  untuk  
membangun  
  penginapan/homest
  ay    
 
 
Sumber : Godfrey & Clarke, 113
Menurut Godfrey & Clarke “Goals and Objectives” yang realistis adalah inti untuk
pengembangan pariwisata yang bersukses. Tourism Action Steps menyangkut siapa, apa,
dimana dan bagaimana yang menjelaskan bagaiamana caranya goals and objectives akan
dilaksanakan. Tindakan pariwisata menyatakan apa yang dilakukan dan oleh siapa. Tourism
Action Steps harus jelas dan mempunyai jangka waktu yang ditentukan dan tujuan yang
diharapkan. Pelaksanaan tindakan itu dapat didelegasikan secara individua tau berkelompok.
Menurut Godfey and Clarke proses membentuk startegi pariwisata terdiri dari tiga
langkah, yaitu :
1.   Identifying Opportunities and Constraints (Based on an evacuation of supply and
demand)
2.   Setting development Goals and Objective (Addressing issues needing attention in the
short, medium and longer term).
3.   Define a series of action steps (Designed to achieve the goals and objectives within
some specified time frame).

Perencanaan adalah proses kumpulan kebijakan dan bagaimana mengimplementasikannya.


Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Claire A. Gunn (1993:141) yang menegaskan
bahwa ada beberapa hal penting di dalam fungsi kebijakan regional dan lokal sebagai alat
yang sangat penting didalam kegiatan kepariwisataan, yaitu antara lain : Pertama,
perencanaan harus mampu meningkatan pertumbuhan yang berkualitas, membutuhkan
perubahan-perubahan yang membangun, disamping pengembangan lokasi yang potensial
untuk mengembangkan kualitas atraksi yang dapat dijual. Kedua, kebijakan kepariwisataan
harus lebih memiliki peranan penting dari kegiatan promosi, kebijakan tersebut harus
didukung oleh penelitian. Ketiga, perencanaan kepariwisataan memerlukan Kerjasama
public dan privat agar segala harapan stakeholders bisa terpenuhi. Keempat, perencanaan
kebijakan regional dan lokal harus dapat memperkuat semua perencanaan, mendukung
pembangunan pariwisata yang baik hingga pada tingkat destinasi. Kelima, perencanaan
kebijakan regional dan lokal harus dapat merangsang usaha (bisnis) untuk memeberikan
sumbangsihnya kepada pembangunan derah. Keenam, kebijakan harus dapat
menghubungkan bisnis dengan pemerintahan dan non-profit attraction, seperti kebijakan
perencanaan usaha atraksi (alam dan budaya) harus didukung oleh bisnis perjalanan dan
akomodasi lainnya.

 
 
 
 
Gambar 2
Tourism Stategi Planning Process

Memaksimalkan  
keuntungan  pariwisata  
di  destinasi,  sambil  
policy
mendorong    
penggunaan  sumber  
daya  lokal  secara  
sustainable    

1.  Meningkatkan  
Goals     standard  kualitas  
pelayanan    
2.  mendorong  lebih  
banyak  wisatawan  
mengunjungi  tempat  
alternative    
3.  memperpanjang  

Objectives     1.  meningkatkan  program  


pelatihan  50%  dalam  2  
tahun.    
2.  meningkatkan  jumlah  
trips  ke  tempat  ‘non-­‐core’  
dari  20-­‐30  tahun.  
3.  meningkatkan  jumalh  
‘off-­‐seasson’  tourism  trips  
sebanyak  10%  dalam  2  
tahun    

1.  Review  penyediaan  program  


pelatihan  ‘costumer  care’  daerah  
Action  plan   ini    
2.  hubungi  perusahaan  lokal  
untuk  mengatur  pelatihan  
dengan  ‘costumer  care  trainers’  
3.  mengkoordinasi  pelatihan  ini  
dengan  50%  perusahaan  lokal    

Konsep dan Strategi Pengembangan Daerah tujuan wisata. Sebuah destiansi dapat
dikatakan akan melakukan pengembangan wisata jika sebelumnya sudah ada aktivitas wisata.
 
 
 
 
Untuk dapat meningkatkan potensi pariwisatanya, yang perlu dilakukan adalah merencanakan
pengembangan wisata agar dapat lebih baik dari sebelumnya. Tiga prinsip utama dalam
sustainability development :
1.   Ecological Sustainability, yakni memastikan nahwa pengembangan yang
dilakukan sesuai dengan proses ekologi, biologi, dan keragaman sumber daya
ekologi yang ada
2.   Social and cultural Sustainability, yaitu memastikan bahwa pengembangan
yang dilakukan memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat sekitar dan
sesuai dengan kebudayaan serta nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat
tersebut
3.   Economic Sustainability, yaitu memastikan bahwa pengembangan yang
dilakukan efisien secara ekonomi dan bahwa sumber daya yang digunakan
dapat bertahan bagi kebutuhan yang masa datang.

Sementara itu di lain hal, sektor pariwisata terdiri atas beberapa komponen yang berada yang
harus benar-benar dimengerti dan direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dalam
masyarakat. Komponen-komponen pendekatan
Malinau Menuju Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development)
Pariwisataberkelanjutan atau sustainabletourismadalah sebuah konsep turunan dari
konsep pembangunan berkelanjutan yang ada pada laporan
WorldCommissiononEnvironmentandDevelopment, berjudul Our Common Future(atau lebih
dikenal dengan the Brundtland Report) yang diserahkan ke lembaga PBB pada tahun 1987
(Mowforth dan Munt 1998). Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses
pembangunan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan selanjutnya diwariskan
kepada generasi mendatang. Singkat kata, denganpembangunan berkelanjutan generasi
sekarang dan generasi yang akan datang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
menikmati alam beserta isinya.
Sedangkan pariwisata berkelanjutan sendiri adalah sebuah proses dan sistem
pembangunan pariwisata yang dapat menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber daya
alam, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi hingga generasi yang akan datang. Intinya,
pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat memberikan manfaat jangka panjang
kepada perekonomian lokaltanpa merusak lingkungan.Salah satu mekanisme dari pariwisata
berkelanjutan adalah ekowisata yang merupakan perpaduan antara konservasi dan pariwisata,
yaitu pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan untuk kawasan yang

 
 
 
 
perlu dilindungi untuk pelestarian dan peningkatan kondisi social ekonomi masyarakat di
sekitarnya.
Sementara itu, menurut United Nations Environment Programme on Tourism,
sustainabletourismmerupakan pengembangan pariwisata yang mempertemukan antara
kebutuhan wisatawan pada saat ini dengan tetap mempertimbangkan, melindungi dan
mempertinggi potensi asset untuk masa yang akan datang. Hal ini juga berarti
mempertimbangkan potensi masa yang akan datang dalam segala sektor, termasuk di dalamnya
adalah faktor ekonomi, sosial, dan budaya yang akan dipenuhi, yang didukung oleh sistem
integrasi kebudayaan, proses ekologi yang esensial, keragaman biologi, dan life
support.Mekanisme pembangunan secara keseluruhan yang berlangsung pada suaut wilayah
tertentu akan selalu memiliki pengaruh terhadap semua aspek pembangunan pada suatu
wilayah, berupa efek langsung (direct effect), efek tak langsung (indirect effect), maupun efek
ikutan (induced effect). Sehubungan dengan hal tersebut kebijakan serta arahan dan program –
program implementasi yang direkomendasikan akan bertumpu pada tatanan:
• Layak secara ekonomi (economically visible)
• Berwawasan lingkungan (enviromentaly sustainable)
• Diterima secara sosial (sociallyacceptable)
• Dapat diterapkan secara teknologis (tecnologicallyappropriate)
Malinau Menuju Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development)
Pariwisataberkelanjutan atau sustainabletourismadalah sebuah konsep turunan dari
konsep pembangunan berkelanjutan yang ada pada laporan
WorldCommissiononEnvironmentandDevelopment, berjudul Our Common Future(atau lebih
dikenal dengan the Brundtland Report) yang diserahkan ke lembaga PBB pada tahun 1987
(Mowforth dan Munt 1998). Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses
pembangunan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan selanjutnya diwariskan
kepada generasi mendatang. Singkat kata, denganpembangunan berkelanjutan generasi
sekarang dan generasi yang akan datang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
menikmati alam beserta isinya.
Sedangkan pariwisata berkelanjutan sendiri adalah sebuah proses dan sistem
pembangunan pariwisata yang dapat menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber daya
alam, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi hingga generasi yang akan datang. Intinya,
pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat memberikan manfaat jangka panjang
kepada perekonomian lokaltanpa merusak lingkungan.Salah satu mekanisme dari pariwisata
berkelanjutan adalah ekowisata yang merupakan perpaduan antara konservasi dan pariwisata,
 
 
 
 
yaitu pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan untuk kawasan yang
perlu dilindungi untuk pelestarian dan peningkatan kondisi social ekonomi masyarakat di
sekitarnya.
Sementara itu, menurut United Nations Environment Programme on Tourism,
sustainabletourismmerupakan pengembangan pariwisata yang mempertemukan antara
kebutuhan wisatawan pada saat ini dengan tetap mempertimbangkan, melindungi dan
mempertinggi potensi asset untuk masa yang akan datang. Hal ini juga berarti
mempertimbangkan potensi masa yang akan datang dalam segala sektor, termasuk di dalamnya
adalah faktor ekonomi, sosial, dan budaya yang akan dipenuhi, yang didukung oleh sistem
integrasi kebudayaan, proses ekologi yang esensial, keragaman biologi, dan life
support.Mekanisme pembangunan secara keseluruhan yang berlangsung pada suaut wilayah
tertentu akan selalu memiliki pengaruh terhadap semua aspek pembangunan pada suatu
wilayah, berupa efek langsung (direct effect), efek tak langsung (indirect effect), maupun efek
ikutan (induced effect). Sehubungan dengan hal tersebut kebijakan serta arahan dan program –
program implementasi yang direkomendasikan akan bertumpu pada tatanan:
• Layak secara ekonomi (economically visible)
• Berwawasan lingkungan (enviromentaly sustainable)
• Diterima secara sosial (sociallyacceptable)
• Dapat diterapkan secara teknologis (tecnologicallyappropriate)
Analisa strategi pengembangan menggunakan Analisis SOAR (Stavros & Hinrichs, 2009) yang
dilakukan untuk merumuskan strategi pengelolaan pengembangan Kawasan ekowisata Pantai
Ungapan. Analisis ini disusun dari faktor strategis yang menggambarkan kekuataan (strength)
dan peluang (Opportunities) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan aspirasi sehingga
memperoleh hasil yang terukur. Dalam kerangka kerja analisis SOAR didasarkan pada
integritas melakukan inventarisasi faktor kekuatan, peluang, dan aspirasi yang selanjutnya
mampu merumuskan hasil yang terukur sebagai alternative strategi. Kekuataan
mengungkapkan hal-hal yang menjadi kekuataan dengan tujuan memberikan penghargaan
terhadap segala hal-hal positif yang dimiliki. Kekuataan ini yang terus berkembang untuk
pengelolaan wisata di masa depan. Faktor kekuataan terkait dengan kesesuaian ekologis, daya
dukung Kawasan, infrastruktur, pengelola, sistem pengelolaan, usaha wisata, dan persepsi
masyarakat terhadap pariwisata. Opportunities yaitu melakukan analisis terhadap lingkungan
eksternal guna mengindentifikasi peluang terbaik yang dimiliki serta dapat. Hal ini
mensyaratkan adanya cara pandang yang positif dalam memandang lingkungan eksternal yang
berubah dengan sangat cepat. Faktor peluang terkait dengan kebijakan pemerintah daerah,
 
 
 
 
kunjungan wisatawan, kepuasan wisata, aksesibilitas, dan aspek ekonomi bagi pelaku usaha
wisata. Aspirations Para stakeholder berbagi aspirasi dan merancang kondisi masa depan yang
diimpikan yang dapat menimbulkan rasa percaya diri terhadap pekerjaan maupun
kelembagaan. Halini sangat penting guna menciptakan visi, misi serta nilai yang disepakati
bersama, yang menjadi panduan bagi perjalanan pengelolaan wisata pantai menuju masa
depan. Faktor aspirasi terkait dengan kapasitas pengelolaan, dukungan pemerintah, sistem
pengelolaan,fasilitas wisata, tata kelola kawasan, dan keterlibatan stakeholder dalam
pengelolaan wisata. Results Menentukan ukuran dari hasil-hasil yang ingin dicapai
(measurable results) sebagai perencanaan strategis. Faktor hasil yang terukur dirumuskan dari
faktor kekuatan , peluang dan aspirasi yang melahirkan suatu perencanaan strategis sebagai
alternatif strategi pengelolaan kawasan wisata.
Kekuatan (strengths)
1. Tingkat kesesuaian ekologi yang sesuai untuk pengembangan wisatauntuk rekreasi
2. Ketersediaan fasilitas dan infrastruktur wisata yang cukup memadai
3. Daya dukung kawasan baik
4. Sistem pengelolaan wisata yangcukupbaik
5. Ketersediaan usaha untuk meningkatakan perekonomian
6. Persepsi masyarakat yang baik
7. Ketersediaan kuliner khas ikan bakar
Peluang (Opportunities)
1. Pemerintah telah menyusun RIPPDA
2. Kunjungan wisatawan yang banyak setelah pemerintah daerah melakukan
brandingwisata Malang the heart of Java dan mecanangkan tahun kunjungan wisata Kabupaten
Malang
3. Kepuasan wisata pengunjung yang baik
4. Aksesbilitas yang baik karena dekat Jalur Lintas Selatan (JLS)
5. Memberikan keuntungan ekonomi bagi para masyarakat yang membuka usahadan
LMDH
6. Ketersediaan layanan wifi internet yang disediakan pengelola
Aspirasi (Aspirations)
1. Peningkatan kapasitas pengelolaan dan dukungan pemerintah untuk meningkatkan
kunjungan wisata
2. Peningkatan kualitas fasilitas dan infrastrukturwisata untuk meningkatkan kunjungan
wisata
 
 
 
 
3. Penataan kawasan wisata untuk meningkatkan daya tarik wisata
4. Perencanaan pengelolaan pariwisata berkelanjutan
5. Pemberdayaan pelaku usaha wisata untuk meningkatkan daya tarik wisata
6. Penyelenggaraan event promosi wisata untuk meningkatkan kunjungan wisata
7. Penyelesaian konflik di kawasan ekowisata
Hasil (Results)
1. Mengoptimalkan seluruh potensi yang ada, untuk mewujudkan pengelolaan pariwisata
berkelanjutan.
2. Melibatkan berbagai pihak untuk melakukan kerja sama dalam upaya peningkatan,
perbaikan, menjaga dan optimalisasi.
3. Melakukan peningkatan daya tarik wisata yang ada dengan meningkatkan
kualitasfasilitas dan infrastruktur terpadu untukmeningkatkan daya saing dalam menarik
kunjungan wisatawan.
4. Pembangunan kemitraan pariwisata untuk meningkatkan percepatan pertumbuhan
ekonomi dalam menunjang pendapatan daerah
Opportunitie sama seperti halnya peluang atau kesempatan yang bisa di lihat oleh suatu
wilayah yang penuh dengan berbagai macam kemungkinan dan peluang. Salah satu syarat bagi
keberhasilan suatu objek wisataadalah kemampuannya memaksimalkan peluang yang dimiliki.
Hal ini mensyaratkan adanya cara pandang yang positif dalam memandang lingkungan
eksternal yang berubah dengan sangat cepat. Peluang yang sudah ada dan mendukung
pengembangan ekowisata pantai Ungapan diantaranya adalah (1) pemerintah daerah telah
menyusun RIPPDA, (2) Kunjungan wisatawan yang banyak setelah pemerintahdaerah
melakukan brandingwisata Malang the heart of Java dan Opportunitie(O) sama seperti halnya
peluang atau kesempatan yang bisa di lihat oleh suatu wilayah yang penuh dengan berbagai
macam kemungkinan dan peluang. Salah satu syarat bagi keberhasilan suatu objek
wisataadalah kemampuannya memaksimalkan peluang yang dimiliki. Hal ini mensyaratkan
adanya cara pandang yang positif dalam memandang lingkungan eksternal yang berubah
dengan sangat cepat. Peluang yang sudah ada dan mendukung pengembangan ekowisata pantai
Ungapan diantaranya adalah (1) pemerintah daerah telah menyusun RIPPDA, (2) Kunjungan
wisatawan yang banyak setelah pemerintahdaerah melakukan brandingwisata Malang the heart
of Java dan mencanangkan tahun kunjungan wisata Kabupaten Malang, (3) Kepuasan wisata
pengunjung yang baik, (4)Aksesbilitas yang baik karena dekat Jalur Lintas Selatan (JLS), jalan
menuju pantai ini juga telah bagus, apalagi adanya program pemerintah pembangunan jalur
lintas selatan yang ada. Jalur lintas selatan merupakan akses yang paling membantu dalam
 
 
 
 
menuju lokasi. Hal ini juga merupakansalah satu rencana pemerintah untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi wilayah melalui pariwisata. Tujuannya agar mempermudah para
wisatawan, (5) Memberikan keuntungan ekonomi bagi para masyarakat yang membuka
usahadan LMDHseperti persewan homestay, sewa perahu, dan fasilitas outbond, (6)
Ketersediaan layanan wifi internet yang disediakan pengelola ekowisata Pantai Ungapan saat
ini sudah memiliki jaringan koneksi internet yang bisa dibilang lancar, sehingga untuk
mengadakan suatu kegiatan di Pantai Ungapan sangat cocok. Akses menuju pantai ini juga
telah sangat bagus, apalagi adanya program pemerintah pembangunan jalur lintas selatan yang
ada. Jalur lintas selatan merupakan akses yang paling membantu dalam menuju lokasi. Hal ini
juga merupakan salah satu rencana pemerintah untuk mengembangkan potensi pariwisata
pantai selatan, tujuannya agar mempermudah para wisatawan.
Aspirations, berbagi aspirasi yang bisa rancang guna memperbaiki kondisi masa depan yang
diinginkan, yang dapat menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan (1) Peningkatan
kapasitas pengelolaan, dukungan masyarakat dan dukungan pemerintah untuk meningkatkan
kunjungan wisata. Hal ini dapat terlihat dari komunitas yang mengelola pantai secara bersama-
sama. dengan adanya dukungan dari pemerintah setempat dan masyarakat untuk
mengembangkan pantai tersebut akan lebih mudah. Masyarakat banyak menyumbangkan
tenaga dan fikiran guna meningkatkan wisatawan untuk datang ke Pantai Ungapan. (2)
Peningkatan kualitas fasilitas dan infrastrukturwisata untuk meningkatkan kunjungan wisata,
(3) Penataan kawasan wisata untuk meningkatkan daya tarik wisata. Hal yang terpenting yaitu
melakukan penataan terhadap fasilitas wisata untuk menciptakan keasrian kawasan,
memperluas kawasan wisata dengan menggarap kawasan sekitarnya yang potensial, dan
mewujudkan kebersihan lingkungan kawasan objek wisata. Pengunjung sendiri mengharapkan
pelengkapan sarana prasarana khususnya tempat bermain untuk anak. Kebersihan lokasi juga
turut menjadi aspirasi mereka, (4) Perencanaan pengelolaan pariwisata berkelanjutan, (5)
Pemberdayaan pelaku usaha wisata untuk meningkatkan daya tarik wisata, (6)
Penyelenggaraan event promosi wisata untuk meningkatkan kunjungan wisata, (7)
Penyelesaian konflik di kawasan ekowisata
Results, berarti menentukan ukuran dari hasil-hasil yang ingin dicapai dalam perencanaan
strategis atau strategi yang telah digunakan, guna mengetahui sejauh mana pencapaian dari
tujuan yang telah disepakati bersama. Pengelola perlu menciptakankesan yang baik,bisa
digunakan untuk menarik wisatawan datang ke pantai lagi bahkan memberi tahu kepada rekan
dan kerabat mereka untuk berkunjung. Perlu adanya pengelolaan pariwisata berkelanjutan agar
dapat dinikmati dan dimanfaatkan dari generasi ke genarasi.Kerjasama berbagai pihak untuk
 
 
 
 
melakukan dalam upaya peningkatan, perbaikan, menjagadan optimalisasiekowisata.Dengan
adanya peningkatan jumlahwisatawan harus diimbangi dengan peningkatan sarana dan
prasarana yang ada (Purnomo,et al., 2017). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing
dalam menarik kunjunganwisatawan. Selanjutnya adalah memperbanyak kerjasama dan
kemitraan untuk mempromosikan ekowisata Pantai Ungapan agar dikenal luas. Selain itu wajib
merawat kelestarian, pelayanan demi terjaganya alam dan kepuasan para wisatawan. Perlu juga
adamemperhatikan untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku ekonomi dalam pariwisata
tersebut(Kholidiani,2017). Penentuan resultyang ada juga mencantumkan tentang pariwisata
berkelanjutan. Salah satu strategi yang ada dengan mengoptimalkan potensi yang ada, untuk
mewujudkan pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Alasan utama perlunya pariwisata
berkelanjutan adalah agar potensi keindahan alam, pemanfaatan, pengoptimalan, serta
kelestarian alam bisa terus digunakan sampai generasi selanjutnya. Pariwisata berkelanjutan
bukanlah hal yang dapat dicapai dalam jangka pendek, atau dicapai secara parsial.
Semuapemangku kepentingan perlu bergerak bersama secara konsistendalam program jangka
panjang menuju visi dan tujuan bersama. Contoh lain proses strategi pengembangan wisata di
kabupaten Malinau.
Strategi Pengembangan Wisata Kabupaten Malinau
Berbagai strategi pengembangan wisata di WP-II, pada dasarnya harus terkoneksi dengan baik
dengan strategi pengembangan di WP-I. Dengan demikian aksesibiltas yang nantinya akan
dibangun dari dan menuju ke Semolon harus terenana dengan baik sehingga tercipta koneksi
wisata yang lancar, aman, dan nyaman bagi wisatawan untuk menikmati seluruh destinasi
wisata yang direncanakan pada masing-masing Wilayah Pengembangan Wisata di WP-I
maupun WP-II.
Secara umum tujuan pendekatan perencanaan pengembangan pariwisata di Kabupaten
Malinauterdiri atas tercapainya pertumbuhan (growth), pemetaan (equity) dan keberlanjutan
(sustainability) dimana konsep pendekatan perencanaan, mengacu pada pariwisata
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dimana manifestasi strategi implementasinya bisa
kedalam berbagai tingkatan, nasional regional atau pada level kawasan.Pengembangan
pariwisata Kawasan Semolon harus mampu mempertahankan keberlangsungan hidup
(sustainability)sumber –sumber daya yang dimilikinya baik sumber daya alam (narutral
resources) seperti panorama alam, kondisi topografi, flora dan fauna serta iklim maupun aneka
sumbedaya budaya (cultural resources) yang berupa budaya fisik dan budaya non fisik
(livingculture). Selain itu, pengembangan pariwisata kawasan Semolon juga harus mampu
memberikan pertumbuhan baik pertumbuhan lokal (local growth) pada level komunitas dan
 
 
 
 
pertumbuhan secara menyeluruh dalam kepariwisataan Kabupaten Malinau (regional growth)
Dalam Penyusunan Perencanaan dan Study Kelayakan Semolon, pendekatan perencanaan
yang digunakan, meliputi:
• Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development)
• Pendekatan Good Tourism Governance
• Pendekatan Kesesuaian antara Permintaan dan Penawaran (Demand and Supply)
• Pendekatan Pengembangan Wilayahe.Pendekatan Budayaf.Pendekatan
Ekowisatag.Pengembangan Pariwisata Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Community
Based Tourism)
Beberapa Hambatan Pariwisata Indonesia : Butuh Perhatian dan Dukungan Serius
The Travel & Tourism Competitiveness Report (TTCR) yang dirilis oleh World Economic
Forum (WEF) setiap dua tahun sekali, mengukur daya saing pariwisata antar negara dengan
menggunakan empat pilar utama yakni enabling environment, policy and enabling conditons,
infrastructure dan cultural and natural resources. Dengan menggunakan pendekatan WEF
tersebut, maka boleh ditarik sebuah kesimpulan bahwa berkembang atau tidaknya sektor
pariwisata bukan saja bertumpu pada potensi wisata (alam dan budaya) yang dimiliki oleh
suatu negara/daerah, tetapi pertumbuhan sektor pariwisata juga sangat dipengaruhi oleh
faktor sumber daya manusia (SDM), promosi atau pemasaran, regulasi pemerintah dan
infrastruktur utama dan pendukung pariwisata.
Berdasarkan laporan TTCR 2015, daya saing pariwisata Indonesia menempati urutan 50 dari
141 negara. Posisi tersebut masih jauh tertinggal dibanding Singapura (11), Malaysia (25)
dan Thailand (35). TTCR 2015 melaporkan bahwa hampir keempat belas pilar daya saing
Indonesia masih jauh tertinggal dari ketiga negara tersebut. Masalah dan kendala yang paling
krusial sektor pariwisata Indonesia yang perlu penangan yang serius adalah promosi,
infrastruktur (infrastruktur pariwisata, infrastruktur transportasi udara dan darat dan
infrasturktur ICT), kesehatan dan kebersihan, keberlanjutan lingkungan, iklim
usaha/investasi, keterbukaan internasional, lingkungan bisnis dan sumber daya manusia. Hal
yang relatif senada dengan laporan tersebut, Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia
(BPPI), Sarwo Budi Wiryanti Sukamdani, menyatakan ada 7 (tujuh) permasalah sektor
pariwisata Indonesia yakni sarana dan prasarana, SDM, komunikasi dan publikasi, kebijakan
dan peraturan, teknologi informasi, masyarakat dan investasi.

 
 
 
 
kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pengembangan pariwisata, antara lain adalah:
1.   pertama, sering timbulnya konflik dan kerusuhan sosial serta situasi dan konsisi
politik yang masih memanas, berakibat pada kurang terjaminnya keamanan bagi
para wisatawan. Menurut Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya, Marzuki Usman
bahwa akibat berbagai kerusuhan yang sering terjadi selama tahun 1998, terjadi
penurunan jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia sekitar 16,35%
dibanding tahun 1997, yaitu pada tahun 1997 wisatawan asing yang datang
sejumlah 5,1 juta orang, pada tahun 1998 hanya 4,3 juta orang (Kompas, 28 April
1999:3). Disebutkan pula bahwa banyak biro perjalanan yang membatalkan
perjalanan wisatanya ke Indoesia karena alasan keamanan. Melihat akan adanya
penurunan tersebut, dapat dibayangkan berapa besar kerugian yang dialami, apalagi
bila dikaitkan dengan biaya-biaya promosi yang telah dikeluarkan.
2.   Kedua, rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara pariwisata, persaingan
yang tidak sehat di antara para penyelenggara pariwisata serta kurangnya
pemahaman terhadap pentingnya pelindungan konsumen yang sangat ditekankan di
Eropa, Amerika dan Australia, merupakan kendala yang sangat menghambat
pariwisata di Indonesia
3.   Ketiga, rendanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengembangan
pariwisata merupakan kendala. Sebab banyak rencana pengembangan yang gagal
karena kurang mendapat dukungan dari masyarakat akibat rendahnya kesadaran
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada contoh kasus pengembangan pariwisata di
Sungai Barito, Banjarmasin dengan Program Pasar Apung (PPA). Dalam
pelaksanaan PPA masyarakat diberi dana untuk pengecetan sampan-sampan
miliknya, tetapi dana tersebut tidak digunakan untuk mengecet sampannya tetapi
untuk hal yang lain.
4.   Keempat, kurangnya modal dan rendahya sumberdaya manusia, terutama tenaga
yang terampil dan profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata
merupakan kendala yang seringkali muncul terutama pada negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Sumberdaya manusia merupakan komponen
utama dan penentu, terutama dalam menjalan pekerjaan pada jajaran frontlinters,
yakni mereka yang bertugas memberikan pelayanan langsung kapada para
wisatwan.

 
 
 
 
5.   Kelima, sistem transportasi yang belum memadai seringkali menjadi kendala dalam
pariwisata yang perlu ditinjau kembali, untuk meningkatkan pelayannya dari segi
kualitas maupun kuantitasnya.
6.   Keenam, pengelolaan pariwisata yang bersifat top-down merupakan salah satu
kendala yang banyak menghambat pariwisata, terutama pada masa Orde Baru yang
terlalu otoriter dan sentralistis. Selama ini, banyak DTW yang tidak dikembangkan
karena berbagai keterbatasan dari pemerintah pusat, sementara itu pihak swasta dan
pemerintah daerah harus menunggu petunjuk dari pemerintah pusat

Menyelesaikan Hambatan demi mewujudkan mimpi Sektor Pariwisata sebagai Sektor


Unggulan Menjadi Kenyataan.
Rendahnya Promosi. Berbagai literatur ekonomi, menjelaskan bahwa promosi sangat erat
kaitannya dengan keputusan konsumen untuk mengkonsumsi suatu barang/jasa. Begitu juga
keputusan untuk mengunjungi destinasi wisata. Salah satu permasalahan sektor pariwisata
Indonesia adalah kurangnya promosi yang baik dan efektif, baik mancanegara maupun
nusantara. Hal ini berbanding terbalik dengan Singapura, Thailand dan Malaysia yang
menjadikan promosi sebagai salah satu motor utama pendongkrak pariwisata. Belanja
promosi wisata di Singapura sebesar US$278 juta, Malaysia sebesar US$300 juta, Thailand
sekitar US$213 juta, lalu Indonesia sekitar US$49,6 juta.
Jika melihat besaran anggaran promosi pariwisata Indonesia yang masih rendah, hal yang
wajar promosi pariwisata Indonesia belum mampu memberikan kontribusi maksimal
terhadap pertumbuhan pariwisata. Baru dalam APBN-P 2015, anggaran promosi naik 4 kali
lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikaan anggaran promosi yang begitu signifikan
ini harus direalisasikan secara efektif dan efisien agar mampu menjawab rendahnya promosi
pariwisata Indonesia, mengingat dalam lima tahun terakhir realisasi anggaran promosi hanya
90 persen dari pagu anggarannya.
Masih Minimnya Infrastruktur. Masalah yang tidak kalah penting lainnya adalah
infrastruktur. Infrastuktur utama dan pendukung sektor pariwisata (transportasi darat dan laut,
infrastruktur teknologi, informasi dan komunikasi/ICT, listrik, air bersih dan infrastruktur
pariwisata) di Indonesia masih sangat rendah menurut TTCR. Hal ini diakui oleh menteri
pariwisata Arif Yahya dan beberapa dinas pariwisata di berbagai daerah. Padahal, menurut
berbagai literatur ekonomi, infrastruktur adalah salah satu yang menentukan bergerak atau
tidaknya semua sektor perekonomian, termasuk sektor pariwisata. Kelemahan infrastruktur

 
 
 
 
tersebut juga pada akhirnya berdampak pada aksesibilitas dan mahalnya biaya ke destinasi
pariwisata.
Hal inilah yang menjadikan pariwisata Indonesia tidak bisa berakselerasi lebih cepat
dibandingkan negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Mexico. Dalam
mendongkrak akslerasi pariwisatanya, keempat negara tersebut menjadikan peningkatan
aksesibilitas ke destinasi wisata sebagai skala prioritas yang harus disiapakan oleh
pemerintah. Oleh karena itu, dalam konteks mendorong akselerasi pariwisata sebagai salah
satu sektor unggulan, anggaran dan dukungan kebijakan harus dioptimalkan kearah
peningkatan aksesibilitas ke destinasi pariwisata.
Kualitas SDM Masih Rendah. Pariwisata merupakan services industry, hospitality industry
dan image industry, maka peranan kualitas sumber daya manusia sangat penting agar mampu
memberikan kepuasan kepada wisatawan baik dalam bentuk pelayanan pada industri
pariwisata maupun sikap masyarakat lokal (host) yang ada di Daerah Tujuan Wisata (DTW).
Dalam kontek SDM pariwisata Indonesia, menurut laporan TTCR 2015 boleh dikatakan
kualitas SDM dan layanan SDM pariwisata Indonesia masih rendah dan hal ini juga diakui
oleh pemerintah di dalam dokumen RPJMN 2015-2019. Pemerintah menyampaikan bahwa
sikap penduduk terhadap turis asing (attitude of population toward foreign visitors) semakin
memburuk. Hal ini disebabkan oleh persepsi penduduk terhadap manfaat atas kehadiran turis
(perceived benefit) dan tingkat kesadaran penduduk terhadap pariwisata.
Sikap penduduk yang memburuk ini akan membentuk persepsi keramahan (perceived
hospitality), yang akhirnya akan mempengaruhi kunjungan berikutnya. Selain sikap,
permasalahan penguasaan bahasa asing baik masyarakat maupun pelaku/pekerja pariwisata
masih menjadi kendala serius. Padahal, salah satu faktor yang menentukan kualitas layanan
pariwisata adalah kemampuan berbahasa asing. Melihat masih rendahnya kualitas dan
layanan SDM pariwisata Indonesia tersebut, dukungan pemerintah melalui berbagai regulasi
dan kebijakan anggaran harus didorong untuk membentuk SDM pariwisata yang berkualitas
dan ramah kepada wisatawan.
Pembangunan karakter SDM pariwisata yang bersahabat dan ramah menjadi sebuah
keharusan melalui berbagai pendidikan formal dan informal. Pembangunan tersebut juga
haruslah sejalan dengan pembangunan “sadar wisata” kepada masyarakat di daerah destinasi
wisata dan sejalan dengan upaya memberikan manfaat yang seimbang kepada masyarakat
setempat dengan kehadiran wisatawan. Disinilah letak peran penting pemerintah baik daerah
maupun pusat.

 
 
 
 
Political Will Pemerintah Daerah Masih Rendah dan Belum Sejalan Dengan Pusat.
Peran dan perhatian serius dari pemerintah daerah dalam konteks mendorong pertumbuhan
pariwisata menjadi salah satu kunci sukses ke depan. Hal ini menjadi penting, mengingat
bahwa urusan bidang pariwisata merupakan urusan pemerintah daerah sebagaimana diatur
oleh Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Rata-rata rasio belanja
fungsi pariwisata dan budaya pemerintah daerah terhadap total APBDnya yang hanya sebesar
0,66 persen selama lima tahun terakhir dan untuk tahun 2015, anggaran fungsi pariwisata dan
budaya di daerah mengalami penurunan sebesar 2,5 persen. Sedangkan di anggaran belanja
pemerintah pusat meningkat sebesar 156,3 persen. Fakta ini bisa menjadi sebuah indikasi
awal bahwa political will pemerintah daerah menjadikan sektor pariwisata menjadi sektor
unggulan daerah masih relatif rendah dan belum sejalan dengan keinginan pemerintah pusat
menjadikan sektor pariwisata menjadi sektor unggulan lima tahun ke depan. Oleh karena itu
dalam konteks mengejar target pembangunan bidang pariwisata di tahun 2016 dan lima tahun
ke depan, maka political wiil pemerintah pusat untuk mendongrak pariwisata Indonesia harus
sejalan dengan political will di pemerintahan daerah. Ini menjadi tantangan serius bagi
pemerintah, mengingat bidang pariwisata hanya merupakan urusan pilihan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan dan kapasitas fiskal yang rendah juga menjadi
persoalan di berbagai daerah.

 
 
 
 

 
 

Anda mungkin juga menyukai