Anda di halaman 1dari 41

I.

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI DAN FISIOLOGI SARAF


KRANIALIS DAN PEMERIKSAANNYA
I.1 Anatomi saraf kranial

 N.I (olfaktorius)
Berasal dari axon organon olfactus pada tunica mukosa bagian tas rongga hidung.
Kemudian bulbus olfaktorius, kemudian serabut saraf akan berjalan ke tractus olfactorius.
Tractus olfaktorius akan menuju substantia proforata anterior, kemudian bercabang dua
menjadi :
o Stria olfaktorius medial
Membawa serabut saraf yang menyilang di commisura anterior menuju bulbus sisi
lain.
o Stria olfaktorius lateral
Membawa serabut saraf ke area pre-amygdaloidea dan area pre-piriformis di korteks
serebri yang dikenal sebagai : area olfaktorius primarius yang bersama area
olfaktorius sekunderius di area brodmann 28 berfungsi sebagai penerima sensasi
penciuman.
Nervus olfaktorius merupakan satu-satunya nervus kranialis yang tidak melalui
thalamus.
Merupakan saraf sensorik murni. Serabutnya disusun oleh serabut aferen somatik
khusus.
 N.II (optikus)
Sebenarnya bukan merupakan serabut saraf, tapi penonjolan dari otak. Reseptornya
adalah sel ganglion pada retina. Merupakan saraf sensorik murni.
Axon dari sel ganglion retina menuju discus opticus lalu kemudian keluar dari bola mata
dan membentuk nervus optikus. Kemudia nervus optikus bersilangan dengan n.optikus
sisi lainnya di chiasma optikum yang terletak di pertemuan antara dinding depan dengan
ventriculus tertius. Kemudian akan terbentuk traktus optikus dengan ketentuan:
o Serabut saraf yang separo nasalis retina akan menyilang linea mediana menuju tractus
opticus yang lain.
o Serabut saraf yang separo temporal retina tidak menyilang linea mediana menuju
tractus opticus yang sama.
Kemudian dari tractus opticus akan terjadi sinapsis dengan corpu geniculatum lateral
(PUSAT) yang bersama corpus geniculatum mediale membentuk metathalamus.
Kemudian axonnya akan membentuk radiatio optikus yang berjalan ke belakang
melalui pars retrolenticularis capsula interna dan berakhir pada cortex visualis (area
brodmann 17).
Cortex asosiasi visual (brodmann 18 dan 19) bertanggung jawab dalam pengenalan
objek dan pembedaan warna.
Serabutnya disusun oleh serabut aferen somatik khusus.
 N.III (occulomotorius)
Memiliki dua nukleus :
o Nukleus occulomotorius principlaes (motorik)
Terletak di depan substansia grissea. Mengirimkan serabut efferen somatik ke seluruh
otot bola mata kecuali : m.obliquus superior (n.IV) dan m.rectus lateralis (n.VI).
menerima :
 Serabut aferen dari tractus corticonuclearis
 Serabut aferen dari tractus tectobulbaris
 Serabut aferen dari fasciculus longitudinalis medialis yang kemudian akan
berhubungan dengan nuclei NC.IV,IV dan VIII.
o Nukleus parasympathicus (edinger-westphal/otonom)
Terletak di dalam substansia grissea. Mengirimkan serabut eferen pre-ganglioner yang
akan bersinapsis pada ganglion ciliare dan berlanjut menjadi serabut eferen post-
ganglioner yang berjalan dalam n.ciliaris brevis yang mensyarafi m.constrictor
pupillae dan m.cilliaris. menerima :
 Serabut aferen dari tractus corticonuclearis : untuk refleks akomodasi
 Serabut aferen dari nucleus pretectalis : untuk refleks sinar
 N.IV (trochlearis)
Terletak di depan substansia grissea setinggi coliculi anterior. Berfungsi untuk
mengirimkan serabut eferen somatik (motorik sadar) yang akan bersilangan velum
medullare superior yang kemudia jalan di bawah coliculus inferior, masuk orbita dan
mensarafi m.obliquus superior. Menerima serabut aferen dari :
o Nucleus corticonuclearis
o Tractus tectobulbaris
o Fasciculus longitudinalis medialis yang kemudian akan berhubungan dengan NC.III,
VI dan VIII.
Merupakan satu-satunya nervus kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak.
 N.V
Merupakan nervus kranialis terbesar. Memiliki dua radix dan empat nuclei.
o Radix sensorik (portio major)
Pusatnya di ganglion semilunare (Gasseri). Nucleus yang berperan ada 3 :
 Sensorik utama (pusat sensasi sentuhan dan tekanan)
 (tractus) spinalis (pusat sakit dan suhu)
 Mesenchepalicus (pusat sensasi proprioseptif)
memiliki dua cabang :
 Sentral
Serabut yang naik membawa rangsang sentuhan dan tekanan dan berakhir pada
nukleus sensorik itama. Serabut yang turun membawa rangsang sakit dan suhu
yang berakhir pada nucleus (tractus) spinalis. Sedangkan rangsang proprioseptif
berakhir pada nucleus mesenchepalicus.

 perifer
axon dari nucleus-nucleus sensorik akan menyilang dan naik sebagai lemnicus
trigeminus dan berakhir di nucleus posteromedial ventralis thalami yang berjalan
di capsula interna dan berakhir di gyrus postcentralis (broadmann 3,1,2).
o Radix motorik
Terdiri dari serabut saraf eferen visceralis khusus (motorik sadar dari archus
branchialis). Nucleus yang berperan adalah nucleus motorik n.trigeminus.
 N.VI (abduscens)
Memiliki serabut saraf eferen somatik (motorik sadar untuk m.rectus lateralis. Pusatnya
berada pada nucleus motorik n.abduscens.
 N.VII (fascialis)
Memiliki 3 nuclei :
o Nucleus motorik utama
Yang mensarafi bagian bawah muka mendapat serabut aferen dari tractus
corticonuclearis dari hemispherum contralateral. Sedangkan yang mensarafi bagian
atas muka mendapat serabut aferen dari kedua sisi hemisferum cerebri.
Nucleus motorik utama akan membentuk radix motorik yang mengitari sisi medial
nucleus abduscent dan jalan dibawah colliculus facialis.
o Nucleus parasymphaticus
Letaknya di posterolateral nucleus motorik utama. Memiliki dua nucleus :
 Nucleus salivarus superior
Menerima serabut aferen dari : hypothalamus, systema olfactorius dan nucleus
tractus solatorius (pengecapan).
 Nucleus lacrimalis
Menerima serabut aferen dari hypothalamus (respon emosional) dan nucleus
sensorik n.trigeminus (refleks lakrimasi sekunder).
Mensarafi semua kelenjar air ludah, lir dan air mata.
o Nucleus sensorik
Merupakan bagian dari nucleus tractus solatorius. Akan membentuk radix sensorik
(n.intermedius) yang bertanggung jawab dalam pengantaran rangsang pengecapan 2/3
depan lidah.
 N.VIII (vestibulocochlearis)
o N.vestibularis
Dibentuk dari axon ganglion vetibulare pada meatus acusticus internus. Saat masuk ke
kompleks nuclei vestibularis, serabutnya bercabang dua, yang pendek naik, yang
panjang turun. Sebagian kecil menuju cerebellum melalui pedunculus cerebelli
inferior. Kompleks nuclei vestibularis terdiri dari :
 Nucleus vestibularis lateralis
 Nucleus vestibularis superior
 Nucleus vestibularis medialis
 Nucleus vestibularis inferior
Serabut sarafnya :
 Serabut aferen somatik umum (propioseptif)
Datang dari uriculus, sacculus, dan canalis semicircularis melalui n.vestibularis.
sedangkan yang dari cerebellum melalui pedunculus cerebelli inferior.
 Serabut eferen somatik
Khusus dari nucleus vestibularis lateralis turun ke medulla spinalis membentuk
tractus vestibulospinalis.
Berpengaruh dalam gerakan bola mata dan menjaga keseimbangan dengan mengontrol
tonus otot bagian tubuh atas dan bawah.
o N.cochlearis
Pembentuknya merupakan cabang sentral dari ganglion spiralis cochlea. Saat
memasuki pons akan bercabang dua, satu cabang memasuki nucleus cochlearis
posterior dan lainnya memasuki nucleus cochlearis anterior.
Nucleus cochlearis terletak di permukaan pedunculus cerebelli inferior. Menerima
serabut aferen dari cochlea melalui n.cochlearis dan mengirimkan serabut eferen ke
nuclei corpus tradezoideum. Axonnya kemudian akan naik ke atas membentuk
lemniscus lateralis. Sebagian berganti neuron pada nucleus lemniscus lateralis
kemudian ke nucleus colliculus inferior lalu ke corpus geniculatum mediae. Sebagian
axon dari nucleus posterior corpus tradezoideum tidak berganti neuron, langsung
menuju corpus geniculatum mediale. Dari sini kemudian akson akan berjalan terus
dan berakhir pada cortex auditorius (brodmann 41,42) pada gyrus temporalis superior.
Memilki serabut aferen khusus untuk pendengaran.
 N.IX (glossopharyngeus)
Memiliki tiga nuclei :
o Nucleus motorik utama (bagian dari n.ambiguus)
Dibentuk oleh ujung atas nervus ambiguus. Menerima serabut aferen dari tractus
corticoneuralis dari kedua hemisferum seerebri.
o Nucleus parasympathicus (nucleus salivarius inverius)
Menerima serabut aferen dari hypothalamus melalui jalan otonom turun dan sistema
olfaktorius melalui formatio reticulare. Mengirimkan serabut eferen preganglioner
parasaimpatis menuju ganglion oticum.
o Nucleus sensorik
Merupakan bagian dari nucleus tractus solitarius. Fungsi-fungsi :
 Rangsang pengecapan sepertiga belakang lidah. Berakhir pada bagian bawah
gyrus postcentralis (brodmann 3,2,1)
 Rangsnag sensasi umum sepertiga belakang lidah (suhu, sentuhan, tekanan dan
sakit) melalui dendrit ganglion petrosum dan berakhir pada nucleus spinalis
n.trigeminus.
 Rangsang dari baroreseptor sinus caroticus. Berakhir pada nucleus dorsalis nervus
vagus. Bersama-sama dengan nervus vagus mengatur tekanan darah.
 N.X(vagus)
Memiliki tiga nuclei :
o Nucleus motorik utama
Menerima serabut aferen dari tractus corticoneuralis dan meneruskan serabut eferen
ke mm.constrictor pharyngeus dan otot intrinsik laring.
o Nucleus parasympathicus
Menerima serabut aferen dari hipotalamus melalui jalan ototnom turun dan
n.glossopharyngeus khusus untuk lengkung refleks sinus caroticus. Kemudian
mengirimkan serabut eferen ke otot polos bronkus, otot jantung, dan otot polos traktus
digestivus mulai dari esofagus sampai duapertiga proksimal kolon transversum.
o Nucleus sensorik
Merupakan bagian bawah dari nucleus tractus solitarius. Rangsang pengecapan
berjalan melalui dendrit ganglion inferius nervus vagus yang aksonnya kemudian
akan berlanjut ke nucleus sensorik nervus vagus dan bersinapsis. Serabut eferen
nukleus sensorik n.vagus akan berjalan menyilang garis tengah dan naik ke atas
menuju :
 Kelompok ventralis nukleus thalamus pada sisi kontralateral yang berakhir pada
gyrus postcentralis (brodmann 3,2,1)
 Nucleus hypothalamus. Masuknya rangsang eksteroseptif melalui ganglion
superius n.vagus yang berakhir di nucleus spinalis n.trigeminus.
Nervus vagus memiliki lima jenis serabut saraf.
 N.XI (acessorius)
Terdiri dari dua radix :
o Radix cranialis
Pusatnya berada pada bagian paling bawah nucleus ambiguus. Menerima serabut
aferen dari tractus corticonuclearis dari kedua hemisferium serebri. Serabut
eferennya bergabung dengan n.vagus dan disebarkan melalui :
 R.pharyngeus n.vagus untuk mensarafi otot-otot palatum molle
 N.recurrent laryngis untuk mensarafi otot intrinsik laring
o Radix spinalis
Puatnya berada pada nucleus spinalis yang berasal dari cornu anterius segmen
medulla spinalis C1 s.d C4. Aksonnya berjalan pada kolumna lateralis substansia alba
medulla spinalis. Menerima serabut aferen dari tractus corticospinalis. Radix spinalis
mensarafi m.trapezius dan m.sternocleidomastoideus.
 N.XII (hypoglossus)
Pusatnya terdapat di nucleus hypoglossus. Menerima serabut aferen dari tractus
corticoneuralis. Khusus untuk m.genioglossus hanya menerima serabut aferen dari
hemisfer serebri kontralateral. Aksonnya berjalan melalui alur yang dibentuk oleh oliva
dan pyramid, lalu kemudian mensarafi semua otot lidah kecuali : m.palatoglossus(radix
cranialis n.accessorius via plexus pharyngeus n.vagus). (Uddin, Jurnalis. 2007)

I.2 Fisiologi saraf kranialis

NC.I (olfaktorius) : untuk penciuman


NC.II (optikus) : untuk penglihatan
NC.III (okulomotorius) : untuk gerakan bola mata, mengontrol pupil serta lensa dan air
mata
NC.IV (troklearis) : untuk gerakan bola mata (kiri, kanan, atas, bawah) serta
berputar
NC.V (trigeminal) : untuk sensasi di bagian muka serta mengunyah
NC.VI (abducens) : untuk gerakan bola mata tertutama untuk melihat benda yang
jauh
NC.VII (fasialis) : untuk otot muka, mimik muka, kelenjar air liur dan pengecapan
(lidah)
NC.VIII (auditori) : untuk pendengaran dan keseimbangan
NC.IX (glossopharyngeal) : untuk otot kerongkongan, kelenjar air liur dan pengecapan
(lidah)
NC.X (vagus) : untuk kontrol parasimpatik dari organ internal, rasa, pengontrol
n.kranial lain.
NC.XI (asesorius) : untuk otot kepala dan leher
NC. XII (hypoglossus) : untuk otot lidah dan leher

II. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN GANGGUAN KESADARAN


II.1 Definisi
Kesadaran adalah kesiagaan seseorang terhadap diri dan sekitarnya. Gangguan pada
hemisfer serebri atau formasio retikularis dapat menimbulkan gangguan kesadaran. Pada
manusia pusat kesadaran terdapat didaerah pons, formasio retikularis daerah mesensefalon
dan diensefalon.
II.2 Klasifikasi
Kesadaran mempunyai 2 aspek yakni:
- Derajat kesadaran : Mencerminkan tingkat kemampuan sadar seseorang dan
merupakan manifestasi aktifitas fungsional ARAS terhadap stimulus somatosensorik.
- Kualitas kesadaran : Menunjukkan kemampuan dalam mengenal diri sendiri dan
sekitarnya yang merupakan fungsi hemisfer serebri.
Dalam klinik dikenal tingkat-tingkat kesadaran
1. Kompos mentis : Keadaan waspada dan terjada pada seseorang yang bereaksi
sepenuhnya dan adekuat terhadap rangsang visual, auditorik dan sensorik
2. Inkompos mentis :

 Apati
Penderita tidak mempunyai perhatian terhadap keadaan sekitarnya,mengantuk dan
acuh-tak-acuh terhadap rangsang yang masuk; diperlukannya rangsang yang
sedikit lebih keras dari biasanya untuk menarik perhatiannya.

 Somnolensi
Jelas sudah lebih mengantuk,tapi dapat di bangunkan kembali dan rangsang yang
lebih keras lagi diperlukan untuk menarik perhatiannya.

 Sopor
Keadaan seperti tidur lelap,hanya berespon dengan rangsang yang keras; ingatan,
orientasi, dan pertimbangan sudah hilang.

 Subkoma(soporo koma)
Penderita tidak dapat dibangunkan tapi masih bereaksi terhadap rangsangan nyeri

 Koma
Tidak ada lagi respons terhadap rangsang yang keras; bila sudah dalam sekali,
maka reflek pupil (yang sudah melebar) dan reflex muntah hilang lalu timbullah
reflex patologik.

II.3 Etiologi

 Menurut kausa
 Kelainan otak :
 Trauma (Hemato epidural, hemato subdural)
 Gangguan sirkulasi : perdarahan intraserebral, infark otak oleh
trombosis dan emboli
 Radang : ensefalitis, meningitis
 Neoplasma : Primer, metastasis
 Epilepsi

 Kelainan sistemik :
 Gangguan metabolisme dan elektrolit : hipoglikemia,uremia, diabetik
ketoasidosis
 Hipoksia : Penyakit paru beratm kegagalan jantung, anemia berat
 Toksik : keracunan Co, logam berat, obat, alkohol

 Menurut mekanisme gangguan serta letak lesi :


 Gangguan kesadaran pada lesi supratentorial
 Gangguan kesadaran pada lesi infratentorial
 Gangguan difus

II.4 Patofisiologi
 Gangguan difus
Pada penyakit metabolik, gangguan neurologik umumnya bilateral dan hampir selalu
simetrik,
 Kekurangan O₂
Otak normal memerlukan 3.3 cc O₂/100 gram otak/menit yang disebut
Cerebral Metabolic Rate for Oxygen (CMR O₂). CMR O₂ ini pada berbagai
kondisi normal tidak banyak berubah. CMR O₂ meningkat pada kondisi
kejang-kejang. Pada gangguan fungsi otak CMR O₂ menurun. Pada CMR O₂
kurang dari 2,5 cc O₂/100 gram otak/menit akan mulai terjadi gangguan
mental dan umumnya bila kurang dari 2 cc O₂/100 gram otak/menit terjadi
koma.

 Glukosa
Energi otak hanya diperoleh dari glukosa. Tiap gram otak memerlukan 5.5
mgr glukosa/ menit. Hipoglikemi adalah gangguan pertama yang terjadi pada
serebrum dan kemudian progresif ke batang otak yang letaknya lebih kaudal.
Pada hipoglikemi, penurunan atau gangguan kesadaran merupakan gejala
dini.

 Gangguan sirkulasi darah


Untuk mencukupi keperluan O₂ dan glukosa, aliran darah ke otak memegang
peranan penting. Bila aliran darah ke otak berkurang, O₂ dan glukosa darah
juga akan berkurang.
ADO (Aliran darah otak) normal : ±50ml/100gram otak/menit
ADO ↓ 20-25 ml/100gram otak/menit : Terjadi kompensasi dengan
menaikkan ekstrasi O₂ dari aliran darah
ADO bila lebih rendah lagi : Terjadi penurunan konsumsi O₂ secara
proporsional.

 Toksin
Gangguan kesadaran dapat terjadi oleh toksinyang berasal dari penyakit
metabolik dalam tubuh sendiri atau toksin.

 Lesi Supratentorial
Pada lesi supratentorial, gangguan kesadaran akan terjadi baik oleh kerusakan
langsung pada jaringan otak atau akibat penggeseran dan kompresi pada ARAS
karena proses tersebut maupun oleh gangguan vaskularisasi dan edema yang
diakibatkannya. Proses ini menjalar secara radial dari lokasi lesi kemudian ke arah
rostro-kaudal sepanjang batang otak.
Oleh karena kenaikan tekanan intrakranial dapat terjadi
 Herniasi girus cinguli yang terjadi di bawah falk serebri disebabkan oleh
proses penekanan dari satu sisi hemisfer otak
 Herniasi senral yang disebabkan peningkatan tekanan intrakranial secara
menyeluruh. Penyebab tersering perdarahan talamus, edema otak akut dan
hidrosefalus obstruktif akut
 Herniasi unkus terjadinya herniasi lobus temporalis bagian mesial terutama
unkus. Disebabkan oleh kompresi rostro kaudal progresif secara bertahap
tekanan makin ke kaudal makin hebat.
 Lesi infratentorial
Pada lesi infratentorial, gangguan kesadaran dapat terjadi karena kerusakan ARAS
baik oleh proses intrinsik pada batang otak maupun oleh proses ekstrinsik.
II.5 Diagnosis & pemeriksaan
Diagnosis

- Anamnesa
- Pemeriksaan interna
- Pemeriksaan khusus

Anamnesis

• Penyakit-penyakit yg diderita sebelumnya


• Keluhan penderita sebelum terjadi gangguan kesadaran
• Obat-obat yg diminum sebelumnya
• Apakah gangguan kesadaran terjadi mendadak atau perlahan-lahan
• Trauma kepala?

Pemeriksaan fisik
• Tanda-tanda vital : jalan nafas, respirasi, sirkulasi
• Nadi : frekuensi, isi dan ritme
• Tensi : pengukuran kiri dan kanan
• Suhu baik rektal atau ketiak
• Bau pernafasan : alkohol, aseton
• Warna kulit : ikterus, sianosis
• Selaput mulut bibir : ada darah
• Kulit : bekas suntikan, kulit basah berkeringat, purpura, sianosis
• Turgor kulit (dehidrasi)
• Kepala : telinga, hidung keluar darah, keluar liquor
• Thorax : paru-paru dan jantung
• Abdomen : vesika urinaria , liver dan ekstremitas

Pemeriksaan khusus :

1. Pemeriksaan derajat kesadaran


a. Penilaian kualitatif :
- kompos mentis
- somnolen/ drowsy
- stupor/ sopor
- semikoma
- koma
b. Penilaian kuantitatif GCS

GLASGOW COMA SCALE (GCS)


A. Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara Spontan
3 : Membuka dengan rangsang suara
2 : Membuka dengan Rangsang nyeri
1 : Tidak ada respon

B. Refleks motorik (V)


6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan

C. Refleks verbal
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat di mengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara

2. Pemeriksaan menetapkan letak proses


a. Observasi umum
b. Pengamatan pola nafas
c. Kelainan pupil
d. Refleks sefalik
e. Reaksi terhadap rangsangan nyeri
f. Fungsi traktus piramidalis

a. Observasi umum
- gerakan otomatik
- gerakan mioklonik
- letak lengan & tungkai

b. Pengamatan pola nafas


- cheyne stokes : pernapasan makin lama makin dalam kemudian makin dangkal makin
baik
- hiperventilasi neurogen sentral: pernafasan cepat dan dalam dengan frekuensi ±25
permenit, lokasi lesi tegmentum batang otak antara mesensefalon dan pons
- pernafasan apneustik: inspirasi yang memanjang di ikuti apnoe dalam,ekspirasi dengan
frekuensi 1-2 menit.
- pernafasan ataksik: pernafasan tidak teratur baik dalam nya maupun iramanya.lesi di
medula oblongata dan merupakan stadium preterminal.

c. Kelainan pupil
- besar pupil (normal,midriasis,miosis)
- bentuk pupil (isokor,anisokor)
- refleks pupil
- reaksi konsensual pupil

d. Refleks sefalik batang otak


- mesensefalon (refleks pupil)
- doll’s head manoeuvre (pons)
- refleks okulovestibular (pons)
- refleks kornea (pons)
- refleks muntah

e. Reaksi terhadap rangsangan nyeri


penderita dengan kesadaran menurun dapat memberikan respon yang dapat di kategorikan
sebagai berikut:
a. sesuai (appropiate)
penderita mengetahui dimana stimulus nyeri di rasakan. Hal ini menunjukan utuhnya
sistem sensorik dalam arti system ascenden spesifik.
b. tidak sesuai (inappropriate)
dapat

Pemeriksaan rangsangan nyeri:


- menekan pada jaringan di bawah kuku
- menekan supra orbita
- menekan sternum

f. Fungsi traktus piramidalis (UMN)


- kelumpuhan
- refleks tendon
- tonus otot

Pemeriksan Laboratorium
- darah rutin
- kadar gula darah
- elektrolit
- fungsi ginjal
- fungsi hati
- elektrolit
- gas darah
- Lumbal pungsi bila tidak ada kontraindikasi
- Oftalmoskop
- EEG
- CT-Scan : pada tumor, infark luas, perdarahan,hidrosefalus
- funduskopi mutlak dilakukan pada setiap kasus dengan kesadaran menurun untuk melihat
adanya edema pupil dan tanda-tanda hipertensi.

II.6 Penatalaksanaan
Harus dilakukan cepat dan tepat.gangguan yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kerusakan ireversibel bahkan kematian.terapi bertujuan mempertahankan
homeostasis otak agar fungsi dan kehidupan neuron dapat terjamin.
Terapi umum :
1. Resusitasi kardiopulmonal serebral meliputi :
a. memperbaiki jalan nafas berupa pembersihan jalan nafas, sniffting position,
artificial airway,endotracheal intubation,tracheoktomi.
b. Pernapasan buatan dikerjakan setelah jalan nafas sudah bebas berupa:
- pernapasan mulut ke mulut/hidung
- pernapasan dengan balon ke masker
- pernapasan dengan mesin pernapasan otomatis
c. peredaran darah
bila peredaran darah terhenti,di berikan bantuan sirkulais berupa:
- kompres jantung dari luar dengan tangan
- kompres jantung dari luar dengan alat
d. obat-obatan
dalam keadaan darurat di anjurkan pemberian obat secara intravena,seperti
epinefrin,bikarbonas,deksametason dll
e. EKG dilakukan untuk membuat diagnosis apakah berhentinya peredaran darah
Karena Asitol,fibrilasi ventrikel,atau kolaps kardivaskuler.
f. resusitasi otak : melindungi otak dari kerusakan lebih lanjut
g. intensive care
2. anti konvulsan bila kejang
Terapi kausal
Segera dilakukan setelah diagnosis di tegakkan

Penanganan koma
Tata laksana koma meliputi 3 hal :
1. Life saving
2. terapi spesifik
3. perawatan umum
1. Live saving
Breath
Membebaskan dan membersihkan jalan nafas agar kebutuhan otak akan oksigen tetap
tercukupi.

Blood
Memelihara sirkulasi darah secara umum,menjaga perfusi darah ke otak agar selalu
cukup.tekanan darah,jantung,komponen darah dan bahan lain yang tidak termasuk komponen
darah.

Brain
Menjaga fungsi otak secara optimal yang meliputi ADO,kebutuhan oksigen dan glukosa
Bladder
Menjaga fungsi vesika urinaria secara optimal.pada laki-laki dapat di pasang kateter
kondom.apabila terpaksa dapat di pasang kateter tetap (dauer atau indwelling catheter) dan
kateter tersebut hendaknya dig anti setiap 3-4 hari.
Bowel
Memperhatikan nutrisi dan fungsi usus. Pada 3 hari pertama. Kebutuhan nutrisi dapat
dicukupi dengan pemberian infuse. Selebihnya perlu pemasangan NGT. Formula gizi
disesuaikan dengan keadaan penderita

Tindakan pada penderita koma:


o Beri oksigen
o Beri cairan infus
o Pertahankan sirkulasi darah secara optimal
o Turunkan tekanan intrakranial
o Hentikan setiap serangan kejang
o Obati infeksi yang ada
o Perbaiki keseimbangan cairan elektrolit
o Perhatikan suhu tubuh

2. Terapi spesifik
Tergantung faktor penyebab
3. Perawatan umum
Bersifat kompleks, hal yang perlu di perhatikan adalah:
Tenaga perawat, tekhnik perawatan, tersedianya obat-obatan dan alat medik tertentu,
tersedianya alat non medik, dan pengawasan ketat terhadap seluruh perangkat keperawatan.
III. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FUNGSI MOTORIK SERTA
KELAINAN KLINIS FUNGSI MOTORIK
III.1 Pemeriksaan Fungsi Sistem Motorik
Pemeriksaan sistem motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan tertentu untuk
menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.
1. Pengamatan.
• Gaya berjalan dan tingkah laku.
• Simetri tubuh dan ektremitas.
• Kelumpuhan badan dan anggota gerakl.

2. Gerakan Volunter.
Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:

 Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.


 Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.
 Mengepal dan membuka jari-jari tangan.
 Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.
 Fleksi dan ekstensi artikulus genu.
 Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.
 Gerakan jari- jari kaki.
3. Palpasi otot.

 Pengukuran besar otot.


 Nyeri tekan.
 Kontraktur
 Konsistensi ( kekenyalan )
Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada :

 Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP.
 Kelumpuhan jenis UMN ( spastisitas ).
 Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ).
 Kontraktur otot.
Konsistensi otot yang menurun terdapat pada :

 Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.


 Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di ”motor end plate”.
4. Perkusi otot.

 Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan
berlangsung hanya 1 atau 2 detik saja.
 Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi ( biasanya terdapat pada
pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk ).
 Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik oleh karena
kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pada biasa.
5. Tonus otot.

 Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas


tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada orang
normal terdapat tahanan yang wajar.
 Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( dijumpai pada kelumpuhan LMN).
 Hipotoni : tahanan berkurang.
 Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan , ini dijumpai pada
kelumpuhan UMN.
 Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.
6. Kekuatan otot.
Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:

 Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa


menahan gerakan ini.
 Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh
menahan.
Cara menilai kekuatan otot :
Dengan menggunakan angka dari 0-5.

 0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.


 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendiaan
yang harus digerakkan oleh otot tersebut.
 2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat
(gravitasi).
 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.
 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang
diberikan.
 5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ).
Anggota gerak atas.
• Pemeriksaan otot oponens digiti kuinti ( C7,C8,T1,saraf ulnaris)
• Pemeriksaan otot aduktor policis ( C8,T1 , saraf ulnaris ).
• Pemeriksaan otot interosei palmaris ( C8,T1,saraf ulnaris ).
• Pemeriksaan otot interosei dorsalis ( C8,T1, saraf ulnaris ).
• Pemeriksaan abduksi ibu jari.
• Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7,8,saraf radialis ).
• Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian atas ( C5-C8).
• Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian bawah ( C5-C8).
• Pemeriksaan otot latisimus dorsi ( C5-C8, saraf subskapularis).
• Pemeriksaan otot seratus aterior ( C5-C7,saraf torakalis ).
• Pemeriksaan otot deltoid ( C5,C5, saraf aksilaris ).
• Pemeriksaan otot biseps ( C5,C6, saraf muskulokutaneus ).
• Pemeriksaan otot triseps ( C6-C8, saraf radialis ).

Anggota gerak bawah.


• Pemeriksaan otot kuadriseps femoris ( L2-L4,saraf femoralis ).
• Pemeriksaan otot aduktor ( L2-L4, saraf obturatorius).
• Pemeriksaan otot kelompok ” hamstring ” (L4,L5,S1,S2,saraf siatika ).
• Pemeriksaan otot gastroknemius ( L5,S1, S2,saraf tibialis ).
• Pemeriksaan otot fleksor digitorum longus ( S1, S2, saraf tibialis).

7. Gerakan involunter.

 Gerakan involunter ditimbulkan oleh gejala pelepasan yang bersifat positif, yaitu
dikeluarkan aktivitas oleh suatu nukleus tertentu dalam susunan ekstrapiramidalis
yang kehilangan kontrol akibat lesi pada nukleus pengontrolnya. Susunan
ekstrapiramidal ini mencakup kortex ekstrapiramidalis, nuklues kaudatus, globus
pallidus, putamen, corpus luysi, substansia nigra, nukleus ruber, nukleus
ventrolateralis thalami substansia retikularis dan serebelum.
 Tremor saat istirahat : disebut juga tremol striatal, disebabkan lesi pada corpus
striatum ( nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus dan lintasan lintasan
penghubungnya ) misalnya kerusakan substansia nigra pada sindroma Parkinson.
 Tremor saat bergerak ( intensional ) : disebut juga tremor serebellar, disebabkan
gangguan mekanisme “feedback” oleh serebellum terhadap aktivitas kortes
piramidalis dan ekstrapiramidal hingga timbul kekacauan gerakan volunter.
 Khorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya lengan atau tangan, eksplosif,
cepat berganti sifat dan arah gerakan secara tidak teratur, yang hanya terhenti pada
waktu tidur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus striataum, substansia nigra dan
corpus subthalamicus.
 Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutama lengan atau tangan atau
tangan yang agak lambat dan menunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi ekstensi
atau torsi fleksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan tangan. Gerakan ini dianggap
sebagai manifestasi lesi di nukleus kaudatus.
 Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremitas dan paravertebra, hingga
menyerupai gerakan seorang yang melemparkan cakram. Gerkaan ini dihubungkan
dengan lesi di corpus subthalamicus, corpus luysi, area prerubral dan berkas porel.
 Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan pada sisa serabut otot yang
masih sehat pada otot yang mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksi nampak
sebagai keduten keduten dibawah kulit.
 Myokimia: fasikulasi benigna. Frekwensi keduten tidak secepat fasikulasi dan
berlangsung lebih lama dari fasikulasi.
 Myokloni : gerakan involunter yang bangkit tiba tiba cepat, berlangsung sejenak,
aritmik, dapat timbul sekali saja atau berkali kali ditiap bagian otot skelet dan pada
setiap waktu, waktu bergerak maupun waktu istirahat.
8. Fungsi koordinasi
Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas serebelum. Serebelum adalah pusat yang
paling penting untuk mengintegrasikan aktivitas motorik dari kortex, basal ganglia,
vertibular apparatus dan korda spinalis. Lesi organ akhir sensorik dan lintasan – lintasan
yang mengirimkan informasi ke serebelum serta lesi pada serebelum dapat mengakibatkan
gangguan fungsi koordinasi atau sering disebut “Cerebellar sign “.
Macam-macam pemeriksaan “ Cerebellar sign”

 Test telunjuk hidung.


 Test jari – jari tangan.
 Test tumit – lutut.
 Test diadokinesia berupa: pronasi – supinasi, tapping jari tangan.
 Test fenomena rebound.
 Test mempertahankan sikap.
 Test nistagmus.
 Test disgrafia.
 Test romberg.
Test romberg positif:
 baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup , pasien akan jatuh
kesisi lesi setelah beberapa saat kehilangan kestabilan ( bergoyang – goyang ).
 Pasien sulit berjalan pada garis lurus pada tandem walking, dan menunjukkan
gejala jalan yang khas yang disebut “ celebellar gait “
 Pasien tidak dapat melakukan gerakan volunter dengan tangan,lengan atau
tungkai dengan halus. Gerakan nya kaku dan terpatah-patah.
Gait dan Station.
Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila keadaan pasein memungkinkan untuk itu. Harus
diperhitungkan adanya kemungkinan kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan pada orang
orang tua atau penyandang cacat non neurologis. Pada saat pasien berdiri dan berjalan
perhatikan posture, keseimbangan , ayunan tangan dan gerakan kaki dan mintalah pasien
untuk melakukan.

 Jalan diatas tumit.


 Jalan diatas jari kaki.
 Tandem walking.
 Jalan lurus lalu putar.
 Jalan mundur.
 Hopping.
 Berdiri dengan satu kaki.
Macam macam Gait:
 Hemiplegik gait: gaya jalan dengan kaki yang lumpuh digerakkan secara sirkumduksi.
 Spastik ( scissors gait ): gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tungkai, misalnya
spastik paraparese.
 Tabetic gait: gaya jalan pada pasien tabes dorsalis.
 Steppage gait: gaya jalan seperti ayam jago, pada paraparese flaccid atau paralisis n.
Peroneus.
 Waddling gait: gaya berjalan dengan pantat dan pinggang bergoyang berlebihan, khas
untuk kelemahan otot tungkai proksimal, misalnya otot gluteus.
 Parkinsonian gait: gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk, kedua
tungkai berfleksi sedikit pada sendi lutut dan panggul. Langkah dilakukan setengah
diseret dengan jangkauan yang pendek-pendek.

Gerakan involuntar
Gerakan yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem ekstrapiramidal. Bercirikan
terjadinya diluar kehendak, tidak bertujuan, tidak terkoordinasi dan tidak dapat dikendalikan.
Karena itu gerakan involuntar digolongkan sebagai gerakan abnormal, bisa sebagai gejala
ataupun sebagai suatu diagnosis penyakit/ sindrom sendiri.

Adapun tiga jenis gerakan involunter meliputi


1. Gangguan gerakan hiperkinetik (hiperkinesia)
1.1 Tremor, dan mioklonus
1.2 Khorea, atetosis, balismus dan distonia
1.3 Gangguan gerakan karena obat- obatan
2. Gangguan gerakan hipokinetik (hipokinesia)
2.1 sindrom parkinson
2.2 paralisis supranuklear progresif
2.3 gangguan serebelum dan hubungan spinoserebral

secara klinik, marsden (1992) membagi penyakit- penyakit dengan gangguan gerakan sebagai
berikut :
1. hipokinesia/akinesia disertai rigiditas misalnya penyakit parkinson, penyakit wilson
2. diskinesia (gerakan involuntar abnormal dan berlebihan)

Jenis- jenis gerakan involuntar


- tics
gerakan involuntar yang sifatnya berulang, cepat, singkat, stereoptik, kompulsif dan tak
berirama dapat merupakan bagian dari kepribadian normal.
- Tremor
Suatu gerakan osilasi ritmik agak teratur, berpangkal pada pusat gerakan tetap dan
biasanya dalam satu bidang tertentu.
- Miokionus
Kontraksi suatu otot atau sekelompok otot yang tidak disadari dan bersifat mendadak,
megakibatkan gerakan yang dapat dilihat pada tempat/sendi yang bersangkutan.
- Khorea sydenham
Disebabkan oleh gangguan imunologik sehubungan dengan infeksi streptokokus atau
demam reumatik.
- Atetosis dobel
Disebabkan oleh anoxsia pada waktu lahir.
- Hemibalismus
Disebabkan oleh berbagai macam proses patologis antara lain gangguan vaskular, infeksi,
trauma, dan tumor.
- Distonia
Sering ditemukan pada berbagai penyakit, baik yang uum dan sistemik maupun yang
terbatas pada sistem saraf dan dapat membantu mebgidentifikasi penyakit yang
mendasarinya.

IV. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PARESIS NERVUS VII/BELL’s PALSY


IV.1 Definisi
Bells palsy adalah melemahnya N.VII atau Nervus facialis karena paralisis perifer
akibat proses non supuratif , non neoplasmatik , non degeneratif primer namun sangat
mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau
sedikit proksimal dari foramen tersebut.

IV.2 Etiologi & Patofisiologi Bells palsy

 Infeksi lokal dan sistemik (Haemophillus Influenzae,Herpes Simplex virus, Epstein barr
virus)
 Lyme disease
 Masuk angin, ( catch cold / exposed to chill) karena angin yang masuk kedalam
foramen stylomastoideus mengenai wajah dan membuat wajah menjadi edema.
 Diabetes mellitus
 Otitis media akut
 Perubahan tekanan atmosfir yang tiba-tiba (misalnya saat menyelam atau terbang)
 Multiple sclerosis
 Iskhemia pada syaraf di dekat foramen stylomastoid
 Perokok
 Pengguna obat-obatan steroid
Patofisiologi Bells palsy
Proses inflamasi pada N VII(Fasialis) yang menyebabkan peningkatan diameter N.
VII (Fasialis ) sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui os temporal.
Perjalanan N VII (Fasialis) keluar dari os temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai
bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen meatal. Dengan
bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat
menyebabkan gangguan dari konduksi.
Angin yang masuk kedalam foramen stilomastoideum ini membuat syaraf disekitar
wajah sembab lalu membesar. Pembengkakan atau peradangan syaraf nomor tujuh atau
nervus facialis ini mengakibatkan pasokan darah kesyaraf tersebut terhenti. Hal ini
menyebabkan kematian sel sehingga fungsinya sbg  penghantar impuls atau rangsangan
terganggu. Akibatnya perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat
diteruskan.
IV.3 Manifestasi Klinis Bells palsy
Gejala terjadi secara tiba-tiba, didahului nyeri dibelakang telinga, kelemahan pada
otot wajah. Kelemahan otot wajah yang terjadi dari ringan sampai berat. Tetapi selalu pada
satu sisi wajah

 Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi, tetapi
penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir adanya lipatan pada nasolabial
 Sebagian besar penderita mengalami paresis atau merasakan ada beban di wajahnya,
meskipun sebetulnya sensasi di wajah adalah normal
 Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan dalam
menutup matanya di sisi yang terkena (Lagophtalmus)
 Berkurangnya ketajaman pengecapan disebabkan edema nervus fasialis di tingkat
foramen stylo mastoideus meluas sampai pada bagian nervus
 Gerakan bibir menyimpang ke sisi yang tidak sehat
 Konjungtiva bulbi tidak tertutup penuh menyebabkan iritasi
 Ptosis (penurunan kelopak mata)
 Ujung mulut biasanya tertarik ke bawah dan menyebabkan air liur mudah menetes.adanya
gangguan minum dan makan

IV.4 Diagnosis & differential diagnosis


Pemeriksaan fisik:
Lesi pada nervus fasialis di sekitar foramen stilomastoideus baik yang masih berada di
sebelah dalam maupun di sebelah luar foramen tersebut , menimbulakan paralisis nervus
fasialis LMN(lower motor neurone) ipsilateral tanpa gejala pengiring.
Lesi unilateral pada nervus fasialis disektar tebing lateral os petrosum membangkitkan
paralisis fasialis LMN ipsilateral yg disertai gangguan pendengaran atau hiperakusus dengan
utuhnya pendengaran/keseimbangan dan sekresi air liur dimulut
Lesi unilateral pada nervus fasialis disekitar mastoid dan membrana timpani
menimbulkan paralisis fasialis LMN ipsilateral yang berhubungan dengan gangguan
pengecapan
Lesi unilateral pada nervus fasialis di sekitar meatus akustikus internus sampai genu
kanalis fasialis menimbulkan paralisis nervus fasialis LMN ipsilateral yang berhubungan
dengan gangguan pendengaran , keseimbangan, pengecapan, dan sekresi air liur di rongga
mulut.
Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bells Palsy.
Pemeriksaan radiologi:
Pemeriksaan radiologi bukan indikasi pada Bells palsy. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jika
dicurigai adanya fraktur atau metastasis neoplasma ke tulang, stroke, skleloris multipel dan
HIV AIDS pada CNS.
Pemeriksaan elektrofisiologi: Stimulasi dari syaraf oleh tes-tes arus listrik apakah syaraf
masih dapat menyebabkan otot-otot untuk berkontraksi. Ia dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemajuan dari penyakit. Contohnya, jika pengujian mengindikasikan respon
otot yang sama pada kedua sisi muka, pasien dapat diharapkan untuk mempunyai pemulihan
sepenuhnya dari fungsi muka dalam waktu tiga sampai enam minggu tanpa kelainan bentuk
yang signifikan.

Diagnosis Banding

 Tumor jinak skull


 Aneurisma serebral
 Meningioma
 Multipel Sklerosis
 Ramsey-Hunt syndrome

IV.5 Penatalaksanaan
1. Steroid: Prednisone 1 mg/KgBB/hari PO selama 7 hari
2. Antivirius: Acyclovir 20 mg/KgBB/hari PO. Jika kelumpuhan membaik, acyclovir
dihentikan dan steroids dapat di tappering off(dihentikan secara berangsur-angsur)
melalui waktu lima hari berikutnya. Jika kelumpuhan masih sepenuhnya setelah lima hari,
maka dosis yang sama dari kedua obat-obat diteruskan untuk lima hari berikutnya,
kemudian steroids di tappering off melalui lima hari berikutnya.
3. Analgetik: untuk mengurangi rasa nyeri Ibuprofen dan Parasetamol
4. Vitamin B6 dan B12 untuk pertumbuhan serabut saraf yang rusak
5. Antibiotik okular dan air mata buatan dapat dibutuhkan untuk mencegah ulserasi kornea.
6. Perawatan mata: untuk menghindari terjadinya kekeringan kornea dan trauma benda
asing, maka diberikan air mata buatan, salep mata selama tidur dan kacamata untuk
menghindari sinar matahari dan benda asing.
Bila kondisi penderita sudah stabil, penanganan rehabilitasi medis dapat segera diberikan.
Melakukan latihan wajah. Lakukan minimal dua atau tiga kali sehari dan perhatikan
pula kualitas latihan wajah
Pada fase akut, latihan dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada
wajah. Pijatan ini bisa meningkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan
dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap
memberi sinyal agar menggerakkan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan
cermin. Gerakan yang dapat dilakukan berupa dalam latihan seperti tersenyum, bersiul,
mengatupkan bibir, mengerutkan hidung dan dahi juga mengangkat alis secara manual
dengan keempat jari.
Fisiotherapy, di mana wajah penderita akan dikompres dengan lampu sinar dan diberi
kejutan listrik di sekitar wajah

IV.6 Komplikasi

 Regenerasi motorik tidak lengkap. Dengan tanda epifora, inkompeten oral dan obstruksi
nasal.
 Regenerasi sensorik tidak lengkap. Dengan tanda disgeusia (gangguan pengecapan),
ageusia (kehilangan pengecapan), disesthesia (kehilangan sensasi atas stimulasi).

IV.7 Prognosis

 Pemulihan lengkap tanpa gejala sisa(  kira-kira 82 % pasien sudah sembuh sempurna
dalam waktu 6 bulan)
 Pemulihan tidak lengkap pada fungsi motorik, tetapi tidak ada defek pada kosmetik
 Kecacatan menetap yang nyata
IV.8 Pencegahan
1. Jika berkendaraan motor, gunakan helm penutup wajah full untuk mencegah angin
mengenai wajah.
2. Jika tidur menggunakan kipas angin, jangan biarkan kipas angin menerpa wajah
langsung. Arahkan kipas angin itu ke arah lain. Jika kipas angin terpasang di langit-langit,
jangan tidur tepat di bawahnya. Dan selalu gunakan kecepatan rendah saat pengoperasian
kipas.
3. Kalau sering lembur hingga malam, jangan mandi air dingin di malam hari. Selain tidak
bagus untuk jantung, juga tidak baik untuk kulit dan syaraf.
4. Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker dan pelindung mata.
Suhu rendah, angin kencang, dan tekanan atmosfir yang rendah berpotensi tinggi
menyebabkan serangan Bell’s Palsy.
5. Setelah berolah raga berat, jangan mandi atau mencuci wajah dengan air dingin.
6. Saat menjalankan pengobatan, jangan membiarkan wajah terkena angin langsung. Tutupi
wajah dengan kain atau penutup.

V. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN STROKE


V.1 Definisi Stroke
Stroke ialah penyakit serebrovaskuler yang mengacu kepada setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
sistem suplai arteri darah otak.
Stroke (penyakit serebrovaskuler) ialah kematian jaringan otak (infark serebral) yang
terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak.
V.2 Klasifikasi Stroke
Berdasarkan penyebabnya:
a. Stroke trombotik
b. Stroke embolik
c. Stroke hemoragik
klasifikasi lain:
1. Stroke iskemik
- Stroke trombotik: proses terbentuknya trombus yang membuat penggumpalan
- Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
2. Stroke hemoragik
- Perdarahan intraserebrum: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
- Perdarahan subarakhnoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
- Perdarahan subdural
- Perdarahan epidural
V.3 Etiologi & faktor predisposisi
Penyebab stroke antara lain adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi
yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular. Stroke biasanya
disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan
lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular perifer.
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi
Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan
pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran
darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti
oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat
menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan
kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak.
Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung
dan pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan
viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya
kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada
pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah
otak.
6. Polocitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga
perfusi otak menurun.
7. Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya
embolus dari lemak.
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.
10. kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

V.4 Patofisiologi Stroke


Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam
waktu 15-20 detik dan kerusakan otah yang ireversibel terjadi setelah tujuh sampai sepuluh
menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang
terbatas.Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu definisi energi yang disebabkan oleh
iskemia.Perdarahan jua menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di
sekitarnya. Dengan menghambat Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan
penimbunan Na+ dan Ca+2di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel
sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam
sel, pembengkakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan
glotamat, yang mempercepat kematian sel melalui masuknya Na+ dan Ca+2 .Pembengkakan
sel, pelepasan mediator vasokonstriktor dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh
granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab
primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di
tepi area iskemik (penumbra).
Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai
oleh pembuluh darah tersebut. Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi
menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralaterla, serta defisit sensorik
(hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat
selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik,
gangguan persepsi spasial, apraksia dan hemineglect.Penyumbatan arteri serebri anterior
menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik kontralateral (akibat kehilangan girus
presentralis dan postsentralis bagian medial), kesulitan bicara (akibat kerusakan area motorik
tambahan) serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari
hemisfer dominant ke korteks motorik kanan terganggu.Penyumbatan bilateral pada arteri
serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari system limbic.Penyumbatan pada
arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralteral parsial (korteks visual primer)
dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori (lobus
temporalis bagian bawah). Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan
defisit di daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid
anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis) dan traktus
optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior
di thalamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik. Penyumbatan total arteri basilaris
menyebabkan paralisis semua ekstremitas (tetraplegia) dan otot-otot mata serta koma.
Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum,
mesensefalon, pons dan medulla oblongata.

Trombosis (penyakit trombo - oklusif)


Merupakan penyebab stroke yang paling sering.Arteriosclerosis serebral dan
perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis selebral.Tanda-tanda
trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum.Beberapa pasien
mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum
lainnya.Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan
paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria
besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel – sel
ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh
sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut.Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau
tempat – tempat yang melengkung.Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus
tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin
jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris
bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada
permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar.
Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme
koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap
tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.

Embolisme
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis.Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga
masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung.  Setiap bagian
otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat
bagian–bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah
arteria sereberi media, terutama bagian atas.
 
Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus
GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus
penyakit ini.Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang
terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan otak, sehingga
mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan.Spasme ini dapat menyebar ke
seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai
merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak
di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis.

V.5 Manifetasi Klinik Stroke


Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala stroke ialah:
1. Bagian sistem saraf pusat
Lemah otat (hemipelgia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
2. Batang otak,
Menurunnya kemampuan penghidu, mengecap, mendengar dan melihat parsial/
Keseluruhan, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu,
lidah lemah
3. Korteks serebral
Afasia, daya ingat menurun, kebingungan.
Jika tanda-tanda di atas hilang dalam 24 jam disebut Transient Ischemic Attack (TIA).
Berikut ini beberapa gejala stroke:
A. Stroke sementara (Sembuh dalam beberapa menit/jam):
 Tiba-tiba sakit kepala
 Pusing, bingung
 Penglihatan kabur atau kehilangan ketajaman. Ini bisa terjadi pada satu atau
dua mata
 Kehilangan keseimbangan, lemah
 Rasa kebal atau kesemutan pada satu sisi tubuh
B. Stroke ringan (Sembuh dalam beberapa minggu):
 Beberapa atau semua gejala di atas
 Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki.
 Bicara tidak jelas.
C. Stroke berat (Sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau tahun,
tidak bisa sembuh total):
 Semua/beberapa gejala stroke sementara dan ringan.
 Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran).
 Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki.
 Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara.
 Sukar menelan.
 Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan feses.
 Kehilangan daya ingat atau konsentrasi, perubahan perilaku, misalnya bicara
tidak menentu, mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil.
 Mendeteksi Pemicu

Gejala yang terjadi tergantung kepada daerah otak yang terkena:

 Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu
sisi tubuh
 Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
 Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
 Penglihatan ganda
 Pusing
 Bicara tidak jelas
 Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
 Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
 Pergerakan yang tidak biasa
 Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
 Ketidakseimbangan dan terjatuh
 Pingsan
Kelainan neurologis yang terjadi lebih berat, lebih luas, berhubungan dengan koma
atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi.
Stroke bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena
ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak
jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak
bertambah luas.

V. 6 Diagnosis Stroke
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan tingkat kesadaran
Dengan metode Glascow Coma Stroke (GCS) untuk mengamati pembukaan kelopak
mata, kemampuan bicara, dan tanggap motorik (gerakan). Pada pemeriksaan fisik
perlu diperhatikan:
 Sistem pembuluh darah perifer
Dengan melakukan auskultasi pada arteri carotis
 Jantung
Dengan melakukan auskultasi dan EKG
 Retina
 Ekstremitas
C. Pemeriksaan neurologik
1. Pemeriksaan tonus otot
2. Pemeriksaan kemampuan bicara
3. Pemeriksaan motorik
D. Pemeriksaan penunjang
1. CT scan kepala
- Untuk menentukan penyebab stroke yang dicurigai
- Untuk mencari perdarahan atau massa di dalam otak
2. MRI, untuk melihat pembuluh darah non invasif
3. CT dan angiografi, untuk mencari gumpalan darah dalam arteri di otak.
4. Perfusion Weighted Imaging (PWI), untuk melihat daerah otak yang kurang
mendapat perfusi
5. Pungsi lumbal, untuk menentukan penyebab stroke
6. USG karotisUntuk mendeteksi aliran darah yang terganggu di arteri carotis dan
7. memperbaiki penyebab stroke
8. Angiografi serebrum, untuk mendeteksi penyebab dan lokasi stroke
9. Angiogram, untuk melihat pembuluh darah
10. Doppler transkranium ( karotis doppler ultrasound), untuk mencari penyempitan
atau stenosis dan penurunan aliran darah di dalam arteri karotis
11. Tes darah
Dalam situasi akut, ketika pasien berada di tengah-tengah stroke, tes darah
dilakukan untuk memeriksa anemia, ginjal dan fungsi hati, kelainan fungsi
elektrolit dan pembekuan darah.

V.7 Tatalaksana stroke

Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk


menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi
dengan obat penghancur bekuan darah.Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue
plasminogen activator (RTPA) yang merupakan trombolisis intravena atau
streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3
jam setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah
tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan
menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk
memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan
(misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran
darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu
biasanya tidak dilakukan pembedahan.Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang
dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi
risiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami
stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita
stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang
sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk
mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus
kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah
timbulnya luka di kulit karena penekanan).
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis
yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur,
tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru.Setelah serangan stroke, biasanya terjadi
perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau
terapi psikis.

V.8 Prognosis Stroke


1. Berdasarkan tingkat kesadaran
Mortalitas pada 3 minggu pertama:
 87% meninggal pada kasus semisomatosa
 71% meninggal pada kasus yang somnolen
 24% meninggal pada kasuss kesadaran normal
2. Berdasarkan gangguan yang di timbulkan
Mortalitas dan kecacatan lebih meningkat jika ada deviasi konjungtiva
Banyak penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali menjalankan fungsi
normalnya. Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan tidak mampu
bergerak, berbicara atau makan secara normal.

V.9 Komplikasi Stroke


a. Fatal
pada pneomonia, emboli, dan hipoksia
b. Non fatal
 Mata: hemianopsia hemonim, agnosia visual
 Telinga: serumen dalam telinga
 Mulut: pseudobulbar palsy, kandidiasis
 Anggota gerak: spasisitas, pembengkakan, lika decubitus, nyeri (sering di bahu dan
sendi lutut)
Berbagai komplikasi lain yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
 Kejang. Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke perdarahan. Kejadian
kejang umumnya memperberat defisit neurologik
 Nyeri kepala: walaupun hebat, umumnya tidak menetap
 Transformasi hemoragik dari infark
 Hidrosefalus obstruktif
 Peninggian tekanan darah
 Demam dan infeksi
 Emboli pulmonal. Sering bersifat letal namun dapat tanpa gejala. Selain itu, pasien
menderita juga trombosis vena dalam (DVT)
 Abnormalitas jantung. Disfungsi jantung dapat menjadi penyebab, timbul bersama
atau akibat stroke
 Gangguan fungsi menelan, aspirasi dan pneumonia
 Kelainan metabolik dan nutrisi. Keadaan malnutrisi dapat menjadi penyebab
menurunnya fungsi neurologis, disfungsi kardiak dan gastrointestinal dan
abnormalitas metabolisme tulang
 Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia. Akibat pemasangan kateter dauer, atau
gangguan fungsi kandung kencing atau sfingter uretra eksternum akibat stroke
 Perdarahan gastrointestinal. Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat
merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke
 Dehidrasi. Penyebabnya dapat gangguan menelan, imobilitas, gangguan komunikasi
 Hiponatremi. Mungkin karena kehilangan garam yang berlebihan
 Hiperglikemia. Pada 50% penderita tidak berhubungan dengan adanya diabetes
melitus sebelumnya. Umumnya berhubungan dengan prognosa yang tidak baik
 Hipoglikemia. Dapat karena kurangnya intake makanan dan obat-obatan

V.10 Pencegahan stroke


Hidup sehat dengan merubah cara hidup
-Olah raga secara teratur
-Makanan yang seimbang / diet yang sesuai
-Pertahankan berat badan ideal
-Tidak merokok
-Minum obat teratur sesuai anjuran dokter
-Tidur / istirahat cukup
-Hindarkan stres

VI. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA


CT SCAN: Gambaran dari potongan CT scan kepala memperlihatkan dengan jelas
kelainan- kelainan organ kepala dan ekstensinya.
Beberapa garis penting yang diketahui adalah:
-Orbitomeatal line (OM line)
-Anthropological base line (German plane)
-Reid base line (infraorbito meatal line)
-Supraorbitomeatal line (SM line)
Potongan lain yang dipergunakan adalah coronal section yang sejajar dengan
submentovertex line. Pemberian zat kontras untuk melihat adanya enchancement
dipergunakan untuk menilai pembuluh darah, meningen, parenkim, otak.
CT scanner yg ada dipakai 2 tipe: Head CT scan & Whole body CT scan
Gambaran CT scan pada kelainan intracranial:
Densitas lesi dibagi atas pada window level normal
-High density(hiperdens), bila densitas lesi lebih tinggi daripada jaringan normal sekitarnya
-Isodensity(Isodens), Bila densitas lesi sama dengan jaringan sekitarnya
-Low density (hipodens) memperlihatkan gambaran CT scan dengan nilai absorbsi rendah
seperti pada infark.
Kelainan yang ditemukan pada CT scan kepala terbagi atas
1. Tumor otak
2. Kelainan cerebrovaskular
3. Trauma kepala
4. Anomali
5. Penyakit infeksi
6. Atrofi serebral atau penyakit-penyakit degeneratif

Kelainan Serebrovaskular terbagi atas


1. Hemoragi Intraserebral oleh hipertensi
Terjadi akibat pecahnya mikroaneurisme arteri-arteri kecil.Pada CT scan tampak area
hiperdens homogen .Pemeriksaan CT scan dilakukan 2minggu sejak onset serangan tampak
gambaran enchancement berbentuk cincin di daerah perifer hematom menetap selama satu
bulan. Pada stadium kronis hematom menjadi hipodens yang berbatas tegas karena
hematomnya telah diserap.
2. Infark serebri
Disebabkan oleh oklusi pembuluh darah serebral , hingga terbentuk nekrosis iskemik
jaringan otak, penyebabnya terbagi atas trombosis dan emboli.
Pada stadium awal sampai 6 jam sesudah onset tak tampak kelainan pada ct scan. Baru
tampak terlihat sesudah 4 hari , area hipodens
3. Aneurisma
Malformasi Arteriovenosus

VII. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN BIRRUL WALIDAIN

MAKNA "AL BIRR"

Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam


(artinya): "Al Birr adalah baiknya akhlaq". (Diriwayatkan oleh Muslim).

Al Birr merupakan haq kedua orang tua dan kerabat dekat, lawan dari Al ‘Uquuq
yaitu kejelekan dan menyia-nyiakan haq.

"Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka
perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan Al ‘Uquuq dan
menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya."  (Disebutkan dalam kitab Ad Durul
Mantsur 5/259)

Berkata Urwah bin Zubair mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua tentang
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan." (QS. Al Isra’ : 24). Yaitu: "Jangan sampai mereka berdua
tidak ditaati sedikitpun".  (Ad Darul Mantsur 5/259)

Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Termasuk ‘Uquuq


(durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang keinginan-keinginan mereka dari
(perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya adalah
memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau
keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara
maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada
asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang mandub
(disukai/ disunnahkan). (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an Jil 6 hal 238).

Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah merahmatinya: Berkata


Abu Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir "Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang
tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa
(senang) kembali". (Ghadzaul Al Baab 1/382).

HUKUM BIRRUL WALIDAIN

Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang
tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat (contoh
pengamalan) nya.

Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Birul Walidain adalah


fardhu (wajib bagi masing-masing individu). Berkat beliau dalam kitab Al Adabul Kubra:
Berkata Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah wajib pada selain perkara yang haram."
(Ghdzaul Al Baab 1/382)
Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak sekali , diantaranya:

1. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Sembahlah Allah dan jangan kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu
Bapak". (An Nisa’ : 36).

Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah
disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah
dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya perubahan
(kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al Adaabusy Syar’iyyah 1/434).

2. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya". (QS. Al Isra’: 23).

Adapun makna ( qadhoo ) = Berkata Ibnu Katsir : yakni, mewasiatkan. Berkata Al


Qurthubiy : yakni, memerintahkan, menetapkan dan mewajibkan. Berkata Asy Syaukaniy:
"Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring dengan perintah
untuk mentauhidkan dan beribadah kepada-Nya, ini pemberitahuan tentang betapa besar haq
mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan (pekerjaan) mereka, maka ini adalah
perkara yang tidak bersembunyi lagi (perintahnya). (Fathul Qodiir 3/218).

3. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu." (QS.
Luqman : 14).

Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua "Tiga ayat dalam
Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya,
kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya) :
"Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu", Berkata beliau. "Maka,
barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua Ibu
Bapaknya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu." (Al Kabaair milik Imam
Adz Dzahabi hal 40).

Berkaitan dengan ini, Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wassallam bersabda (artinya) :


"Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada
pada kemurkaan orang tua"  (Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shohih,
lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516).

4. Hadits Al Mughirah bin Syu’bah - mudah-mudahan Allah meridhainya, dari Nabi


Shalallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda (artinya): "Sesungguhnya Allah
mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak
perempuan, dan tidak mau memberi tetapi meminta-minta (bakhil) dan Allah membenci
atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa diteliti
terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan membuang-buang
harta".  (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1757).
KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN

Pertama : Termasuk Amalan Yang Paling Mulia

Dari Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata : Saya bertanya
kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh
Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada waktunya",
Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
"Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).

Kedua : Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka
itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka
kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga.
Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16)

Diriwayatkan oleh ibnu Umar mudah-mudahan Allah meridhoi keduanya bahwasannya


seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata :
Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih
ada pintu taubat bagi saya?, Maka bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam :
"Apakah Ibumu masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam : "Kalau bibimu masih ada?", dia berkata : "Ya" . Bersabda Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Berbuat baiklah padanya". (Diriwayatkan oleh Tirmidzi
didalam Jami’nya dan berkata Al ‘Arnauth : Perawi-perawinya tsiqoh. Dishahihkan oleh Ibnu
Hibban dan Al Hakim. Lihat Jaami’ul Ushul (1/ 406).

Ketiga : Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga

Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Celakalah dia, celakalah dia",
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Orang yang menjumpai salah satu atau kedua
orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga". (Diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam Shahihnya No. 1758, ringkasan).

Dari Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua,


Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian
berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke
sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu
dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasa’i dalam Sunannya dan
Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)
Keempat : Merupakan Sebab keridhoan Allah

Sebagaiman hadits yang terdahulu "Keridhoan Allah ada pada keridhoan kedua orang tua
dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua".

Kelima : Merupakan Sebab Bertambahnya Umur

Diantarnya hadit yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-mudahan Allah
meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Barangsiapa
yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia
menyambung silaturrahim".

Keenam : Merupakan Sebab Barokahnya Rizki

HAK-HAK YANG WAJIB DILAKSANAKAN SEMASA ORANG TUA MASIH


HIDUP

1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya
mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali
apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.

Allah Subhanahu wa TA'ala berfirman:

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..." (QS. Luqman:
15)

Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, Penciptanya, sebagaimana


sabda Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam
melakukan kebaikan." (HR. Bukhari no. 4340, 7145, 7257, dan Muslim no. 1840, dari Ali
radhiyallahu 'anhu)

Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati kedua
orang tua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling diwajibkan. Oleh karena itu,
seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua.

2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu
bapaknya..." (QS. Al-Ahqaaf: 15)
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak..." (QS. An-Nisaa': 36)

Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan
lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari
anaknya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai, Rabb-
ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'" (QS.
Al-Israa': 23-24)

Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua
orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat
memasukkannya ke dalam Surga." (HR. Muslim no. 2551, dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu)

Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan
yang dapat menyakiti kedua orang tua, walaupun dengan isyarat atau dengan ucapan 'ah'.
Termasuk berbakti kepada keduanya ialah senantiasa membuat mereka ridha dengan
melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah Subhanahu wa
Ta'ala, sebagaimana yang telah disebutkan.

3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya

Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di hadapan
mereka berdua. Tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului
mereka, atau mendahului urusan mereka berdua. Rendahkanlah diri di hadapan mereka
berdua dengan cara mendahulukan segala urusan mereka, membentangkan dipan untuk
mereka, mempersilakan mereka duduk di tempat yang empuk, menyodorkan bantal,
janganlah mendului makan dan minum, dan lain sebagainya.

4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka

Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang tua dan
merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"...Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."
(QS. Al-Israa': 23)

Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan
baik serta dengan lafazh yang bagus.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka

Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika ia
memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya disediakan untuk
mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada
dirinya, anaknya, dan istrinya.

6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya

Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-
laki datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya: "Ya, Raslullah,
apakah aku boleh ikut berjihad?" Beliau balik bertanya: "Apakah kamu masih mempunyai
kedua orang tua?" Laki-laki itu menjawab: "Masih." Beliau bersabda: "Berjihadlah (dengan
cara berbakti) kepada keduanya." (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari
Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)

Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata:


"Aku datang membai'atmu untuk hijrah dan tinggalkan kedua orang tuaku menangisi
(kepergianku). Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Pulanglah dan buatlah
mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis." (HR. Abu Dawud no.
2528, an-Nasa-i, VII/143, Ibnu Majah no. 2782, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu. Lihat
kitab Shahiih Abi Dawud no. 2205)

Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bertanya kepadanya: "Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?" Laki-laki itu
menjawab: "Masih, yaitu kedua orang tuaku." Beliau kembali bertanya: "Apakah mereka
berdua mengizinkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Lantas, Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: "Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika
mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah
kepada keduanya." (HR. Ahmad, III/76; Abu Dawud no. 2530; al-Hakim, II/103, 103, dan ia
menshahihkannya serta disetujui oleh Adz-Dzahabi dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu. Lihat
kitab Shahihh Abu Dawud no. 2207)

Seorang laki-laki berkata kepada beliau: "Aku membai'at anda untuk berhijrah dan
berjihad semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala." Beliau
bersabda kepada laki-laki tersebut: "Apakah salah satu kedua orang tuamu masih hidup?"
Laki-laki itu menjawab: "Masih, bahkan keduanya masih hidup." Beliau kembali bersabda:
"Apakah kamu ingin mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala?" Laki-laki itu
menjawab: "Ya." Kemudian, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kembalilah kamu
kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada keduanya." (HR. Muslim no. 2549, dari
Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)

7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki


ketika ia berkata: "Ayahku ingin mengambil hartaku." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Kamu dan hartamu milik ayahmu." (HR. Ahmad, II/204, Abu Dawud no. 3530,
dan Ibnu Majah no. 2292, dari Ibnu 'AMr radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab
Shahiihul Jaami no. 1486)

Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang
yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah
berbuat baik kepadanya.

8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai
Mereka

Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada
para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan
mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua)
kepada mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.

9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua

Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu
yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk
memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.

10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu
dosa besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya." Para Sahabat bertanya: "Ya,
Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?" Beliau menjawab: "Ada. Ia mencela
ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang
lain lalu orang itu membalas mencela ibunya." (HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90,
dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)

Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.

Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan yang sangat
tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan hina. Perbuatan
seperti ini termasuk dosa besar sebagaimana yang telah disebutkan.

11. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:


"Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau menjawab: "Ibumu."
Laki-laki itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu."
Laki-laki itu kembali bertanya: "Lalu siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Lalu
siapa lagi?" tanyanya. "Ayahmu," jawab beliau." (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no.
2548)
Hadits di atas tidak bermaksud lebih mentaati ibu daripada ayah. Sebab, mentaati
ayah lebih didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dibolehkan
dalam syari'at.

Alasannya, ibu sendiri diwajibkan untuk taat pada suaminya, yaitu ayah anaknya.
Hanya saja, jika salah seorang dari mereka menyuruh berbuat taat dan yang lain menyuruh
berbuat maksiat, maka wajib untuk mentaati yang pertama.

Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu, yaitu lebih bersikap lemah-
lembut, lebih berperilaku baik, dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah. Hal ini
apabila keduanya berada di atas kebenaran.

Sebagian salaf berkata: "Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi."

HAK-HAK ORANG TUA SETELAH MEREKA MENINGGAL DUNIA

1. Menshalati Keduanya

Maksud menshalati di sini adalah mendo'akan keduanya. Yakni, setelah keduanya


meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak
hendaknya lebih sering mendo'akan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada
ketika masih hidup. Apabila anak itu mendo'akan keduanya, niscaya kebaikan mereka berdua
akan semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo'akan dirinya." (HR. Muslim no.
1631 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua

Orang tua adalah orang yang paling utama bagi seorang Muslim untuk dido'akan agar
Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka karena kebaikan mereka yang besar.
Allah Subhanahu wa TA'ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur'an:
"Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku..." (QS. Ibrahim: 41)

3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua

Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang tua dan melanjutkan secara
berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab,
pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah
dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.

4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua

Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik pada orang tua,
sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu pernah berpapasan dengan
seorang Arab Badui di jalan menuju Makkah. Kemudian, Ibnu Umar mengucapkan salam
kepadanya dan mempersilakannya naik ke atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia
juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata: "Semoga Allah
memuliakanmu. Mereka itu orang Arab Badui dan mereka sudah biasa berjalan." Ibnu Umar
berkata: "Sungguh dulu ayahnya teman Umar bin al-Khaththab dan aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya bakti anak yang terbaik
ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya
setelah ayahnya tersebut meninggal." (HR. Muslin no. 2552 dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhu)

5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah

Hendaknya seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat yang


silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan
ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak mereka semua. Bagi yang
melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah
berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka
sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal." (HR.
Ibnu Hibban no. 433 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab
Shahiihul Jaami' no. 5960)
DAFTAR PUSTAKA

- Uddin, Jurnalis. Anatomi Susunan Saraf Manusia. Cetakan 2. Universitas Yarsi:2007


- buku ajar neurologi klinis GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS Editor Harsono
- Silbernagl dan Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
- Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6.
Jakarta: EGC.
- www.medicastore.com
- Ensiklopedi Adab Islam Menurut AL-Qur'an dan As-Sunnah, Jilid I, karya Syaikh
'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i, cetakan
pertama Agustus 2007

Anda mungkin juga menyukai