Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH PAI

SEMANGAT MENUNTUT ILMU


DAN MENYAMPAIKAN PADA SESAMA

Guru : Bp. Rahmatullah SP., S.Pd.I

Disusun oleh :

1. Alifia Nadiatun Najiiha (02)


2. Dian Apriana Kusuma D. (11)
3. Exwin Putra Aji W. (15)
4. Ocha Satrio Nugroho (28)
5. Vania Budy Cahyadewi (33)

X MIPA 3

SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Semangat
Menuntut Ilmu dan Menyampaikan pada Sesama ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Rahmatullah SP., S.Pd.I pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi Semangat
Menuntut Ilmu dan Menyampaikan pada Sesama bagi para pembaca sekaligus yang
menyusunnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hj. Sri Soewarsih, S.Pd., M.Pd. selaku
kepala sekolah SMA Negeri 1 Sukoharjo dan juga Bapak Rahmatullah SP., S.Pd.I selaku
guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai materi pada judul.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada penulis blog dan buku-buku yang telah
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan.

Guru Pembimbing Sukoharjo, 14 Agustus 2019

Bp. Rahmatullah SP., S.Pd.I Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………….........1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. …...1


1.2 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Manfaat .............................................................................................. 1

BAB 2 KAJIAN TEORI ………………………………………………………………..…..... 2

2.1 Pengertian Ilmu .................................................................................................... 2


2.2 Dalil Menuntut Ilmu …………………………………………………………….. 2
2.3 Semangat Menuntut Ilmu ..................................................................................... 3
2.4 Semangat Mengamalkan Ilmu .............................................................................. 5
2.5 Semangat Menyampaikan Ilmu ............................................................................ 6
2.6 Tokoh Teladan Menuntut Ilmu ............................................................................. 7

BAB 3 PENUTUP / KESIMPULAN .................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

LAMPIRAN ……………………………………………………………………………….... 14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah


Pembeda manusia dengan makhluk ciptaan Allah SWT. yang lain adalah akal.
Sudah semestinya akal manusia digunakan dengan sebaik-baiknya salah satunya
mencari ilmu. Setiap muslim diwajibkan menuntut ilmu agar kehidupannya tertata
sesuai dengan apa yang islam ajarkan. Ilmu juga merupakan modal bagi manusia
untuk mencapai kesuksesan dunia maupun akhirat sekaligus kunci untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian


Kami selaku tim penyusun makalah hanya mengambil sumber-sumber
referensi yang terkait dengan judul makalah yaitu Semangat Menuntut dan
Menyampaikan pada Sesama.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dari Bapak Rahmatullah SP.,
S.Pd.I sekaligus mempelajari materi yang dibahas pada makalah ini. Manfaat yang
dapat didapat oleh pembaca makalah sekaligus kami, tim penyusun, adalah
pemahaman lebih mengenai materi yang akan dibahas.
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Ilmu


Kata “ilmu” dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata al-‘ilmu dalam bahasa
Arab. Secara bahasa (etimologi) kata al-‘ilmu adalah bentuk masdar atau kata sifat
dari kata `alima ya`lamu `ilman. Dijelaskan bahwa lawan kata dari al-‘ilmu adalah
al-jahl (bodoh/tidak tahu). Sehingga jika dikatan alimtu asy-syai’a berarti “saya
mengetahui sesuatu”.
Sementara secara istilah (terminologi) ilmu berarti pemahaman tentang hakikat
sesuatu. Ilmu juga merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang diketahui dari dzat
(esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya.

2.2 Dalil Menuntut Ilmu


a) Surat At-Taubah ayat 122

‫َو َما َكا َن ال ُْم ْؤ ِمنُو َن لَِي ْن ِف ُروا َكافَّةً َفلَ ْوال َن َف َر ِم ْن ُك ِّل ِف ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم طَائَِفةٌ لِيََت َف َّق ُهوا‬

‫فِي الدِّي ِن َولُِي ْن ِذ ُروا َق ْو َم ُه ْم إِ َذا َر َجعُوا إِلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْح َذ ُرو َن‬
Artinya :
“Dan tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-
Taubah/9: 122)

a) Surat Al-Mujadilah ayat 11

ُ‫س ِح اللَّه‬
َ ‫س ُحوا َي ْف‬ ِ ِ‫س ُحوا فِي ال َْم َجال‬
َ ْ‫س فَاف‬ َّ ‫يل لَ ُك ْم َت َف‬ ِ ِ
َ ‫آمنُوا إذَا ق‬
َ ‫ين‬
ِ َّ
َ ‫يَا أ َُّي َها الذ‬
ِ ِ َّ ِ ِ َّ ِ ِ
‫ْم‬
َ ‫ين أُوتُوا الْعل‬
َ ‫آمنُوا م ْن ُك ْم َوالذ‬ َ ‫ش ُزوا َي ْرفَ ِع اللَّهُ الذ‬
َ ‫ين‬ ُ ْ‫ش ُزوا فَان‬
ُ ْ‫يل ان‬
َ ‫لَ ُك ْم َوإذَا ق‬
ٍ ‫َدرج‬
‫ات َواللَّهُ بِ َما َت ْع َملُو َن َخبِ ٌير‬ ََ
3

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadilah/58: 11)

2.3 Semangat Menuntut Ilmu


Wajib atas orang yang berakal untuk menuntut ilmu yang paling utama dari
ilmu tersebut. Yaitu ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Allah subhanahu wa
ta’ala. Berupa ilmu tauhid, mengenal nama dan sifat Allah subhanahu wa ta’ala,
mengenal hak-hak Allah (ibadah), demikian pula hak-hak yang bisa
menyempurnakan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Iman kepada
malaikat, kitab-kitabNya, para Nabi, para Rasul, iman kepada hari akhirat, qadha
dan qadar. Ini merupakan ilmu yang paling utama. Ini adalah landasan. Maka
jangan sampai kita sibuk menuntut ilmu yang sifatnya kurang penting lalu kita
lalaikan ilmu-ilmu yang kurang penting.
Menambah ilmu lebih dipentingkan oleh orang yang berakal dari pada
mengingat ilmu itu sendiri. Jangan sampai kita ridho dengan ilmu yang kita miliki
dan tidak ada lagi keinginan untuk menambah ilmu lagi. Maka hendaknya kita
mencurahkan perhatian kita kepada ilmu. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam selalu meminta kepada Allah, agar diberikan ilmu setiap harinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam selalu berdo’a:
Ilmu adalah hiasan ketika kita senang. Dengan ilmu, kita menjadi orang yang
tahu bagaimana kita harus bersikap. Yaitu dengan bersyukur kepada Allah.
Sehingga ketika diberikan kesenangan, kenikmatan-kenikmatan yang Allah
berikan kepada kita, kita gunakan untuk mentaati Allah subhanahu wa ta’ala, kita
gunakan untuk membantu orang yang membutuhkannya, kita gunakan untuk
kebaikan demi kebaikan. Ini semua bisa dilakukan dengan ilmu. Sehingga
kesenangan itu menjadi keindahan. Kenikmatan yang Allah berikan kepada kita
benar-benar kenikmatan yang hakiki. Karena kita gunakan itu semua untuk
mentaatiNya.
4

Dengan ilmu pula, keselamatan disaat kesulitan. Dengan ilmu, saat kita
menghadapi kesulitan bisa segera menyerahkan urusan kepada Allah,
kita bertawakal kepada Allah, lalu menguatkan kesabaran kita. Karena kita yakin
dengan ilmu kita, tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari kesulitan dan
kesusahan kecuali Allah subhanahu wa ta’ala yang maha kuasa.
Disaat kesempitan itu, sebuah keselamatan bagi kita. Dengan ilmu, kita tidak
menghalalkan segala cara. Berapa banyak orang yang disaat sulit, gelap mata.
Akhirnya tidak peduli lagi dengan halal dan haram serta menjadikan kesulitan
menjadi mala petaka untuk dirinya.
Siapa yang terus menuntut ilmu maka akan bertambahlah ilmunya.
Sebagaimana orang yang memiliki sifat halim (tidak mudah terbawa emosi), akan
terus bertambah kemuliaan dia. Maka kita berusaha agar setiap hari dalam
menuntut ilmu. Baik itu dengan duduk di majelis ilmu ataupun dengan
mendengarkan ceramah-ceramah dari asatidzah yang kokoh keilmuannya beserta
manhaj dan aqidahnya. Atau kita membaca kitab-kitab terpercaya dari para ulama.
Jangan sampai ada satu hari ilmu kita tidak bertambah. Itu merupakan sebuah
kerugian bagi kita.
Jika ada seseorang mepunyai kelebihan ilmu namun pada perkara ilmu yang
buruk, maka ini membinasakan. Sebagaimana adab yang berlebihan tapi pada hal
yang tidak diridhoi Allah. Ini juga merupakan hal yang merusak. Maka hati-hati,
jangan sampai kita memiliki kelebihan ilmu, tapi bukan dalam kebaikan. Misalnya
ilmu tentang aib-aib manusia. Tentu ini adalah ilmu yang sangat buruk.
Orang yang berakal tidaklah menuntut ilmu kecuali yang bermanfaat untuk
dunia dan akhiratnya secara bersama-sama. Dia tidak hanya sebatas menuntut ilmu
akhirat saja tapi merusak dunianya, atau hanya menuntut ilmu dunia tapi merusak
akhiratnya. Tentu ini membinasakan.
Jika ia diberikan rejeki oleh Allah bagian berupa ilmu, maka dia tidak akan
bakhil untuk memberikan faidah kepada orang lain. Jangan sampai ketika kita
diberikan oleh Allah berupa ilmu, ternyata kita menjadi orang yang bakhil. Orang
yang tidak mau memberikan faidah kecuali dengan pemberian sedikit uang. Tentu
ini tercela. Kita harus berusaha dermawan dengan ilmu. Allah subhanahu wa
ta’ala mencela orang-orang Yahudi yang bakhil dengan ilmu dan harta.
Tidak pernah ada orang yang bakhil dengan ilmu, kecuali dia tidak akan bisa
mengambil manfaat dengan ilmunya. Sebagaimana air yang ada di dalam bumi
5

tidak bisa dimanfaatkan kalau ia tidak keluar. Maka dari itu, hendaknya kita
berusaha untuk menjadi orang yang terus menuntut ilmu dan orang yang terus
menyampaikan dan menyebarkan ilmu. Ini merupakan amalan yang agung.
2.4 Semangat Mengamalkan Ilmu
Seorang pencari ilmu yang pandai akan dianggap sebagai orang bodoh apabila
belum mengamalkannya. Sebab tidak ada perbedaan antara orang yang berilmu
dengan orang yang tidak berilmu, kecuali terletak pada pengamalan. Di dalam
hadist sahih diriwayatkan:
Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah
saw. bersabda, ‘Pada hari Kiamat nanti akan ada seseorang yang
didatangkanm kemudian dilemparkan ke dalamneraka. Isi perutnya terburai,
sehingga ia berputar-putar sebagaimana berputarnya keledai yang
menggerakkan penggilingan. Penduduk neraka pun berkumpul
menegrumuninya. Mereka bertanya, “Wahai fulan, apakah yang terjadi pada
dirimu? Bukankah dahulu engkau memerintahkan kami untuk berbuat
kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Dahulu
aku memerintahkan kalian berbuat baik akan tetapi aku tidak mengerjakannya.
Dan aku melarang jalian berbuat kemungkaran tetapi aku sendiri melakukan
kemungkaran.” (H.R. Bukhori-Muslim)
Semangat mengamalkan, berarti semangat menerapkan ilmu yang dimiliki.
Setiap ilmu yang diperoleh, terutama ilmu agama Islam, ada tuntutan untuk
mengamalkan dalam kehidupan, sehingga menjadi bentuk perilaku sehari-hari.
Karena ilmu Islam itu dipelajari untuk diamalkan.
Proses mengamalkan ilmu harus dilakukan dengan keikhlasan dan contoh
perbuatan baik. Semangat mengamalkan ilmu secara ikhlas termasuk wujud
siratal nustaqim atau jalan yang lurus. Siratal mustaqim adalah jalan lurus yang
dapat menghantarkan seorang hamba menuju Allah dan masuk ke dalam surga-
Nya.
Cara menumbuhkan semangat mengamalkan ilmu agama Islam yang telah
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya sebagai berikut:
a. Memohon petunjuk dan berdoa kepada Allah
b. Mencari teman yang tekun beribadah
c. Menyadari bahwa hidup adalah bekal akhirat
d. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat
6

e. Menjauhkan diri dari pergaulan bebas


2.5 Semangat Menyampaikan Ilmu
Ilmu berbeda dengan harta kekayaan. Sebanyak apapun harta, kalau terus
diberikan kepaa orang lain, maka harta itu akan habis. Akan tetapi ilmu tidak
demikian. Semakin banyak ilmu diberikan kepada orang lain, maka ilmu tidak
akan berkurang, sebaliknya ilmu akan terus bertambah.
Mengajarkan ilmu kepada orang lain menjadi bukti bahwa ilmu tersebut
menjadi ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat akan menjadi investasi
akhirat sepanjang masa bagi pemiliknya.
Ilmu yang didapat boleh dibagikan kepada teman sebaya, keluarga, dan
masyarakat luas, baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.
Penyampaian ilmu secara lisan dilakukan dengan cara seperti presentasi,
ceramah, khotbah, pidato, atau tablig akbar. Tempat pelaksanaannya dapat
dilakukan di sekolah, musala, masjid, lapangan, atau kelompok-kelompok
kecil/majelis taklim.
Penyampaian ilmu secara tulisan dapat dilakukan melalui selebaran, majalah,
buku, jurnal, surat kabar, dan bentuk media cetak lainnya. Bahkan, sekarang
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, penyampaian ilmu dapat
dilakukan melalui media elektronik seperti radio, TV, dan internet.
Menyampaikan ilmu tidak hanya dilakukan secara lisan dan tulisan melainkan
juga dilakukan dengan perbuatan. Cara demikian disebut dengan dakwah bil hal,
yaitu menyampaikan ajaran Al-Qur’an dan sunah Nabi Muhammad saw. kepada
orang lain dengan tindakan atau perbuatan nyata. Model dakwah seperti ini
terkbukti lebih berhasil karena langsung memberikan jalan keluar terhadap
kesulitan manusia.
Menyampaikan ilmu yang didapat akan mendatangkan banyak manfaat, di
antaranya;
a. Menjadi orang yang beruntung
Salah satu manusia yang memperoleh jaminan keberuntungan dari
Allah adalah manusia yang mengajak berbuat kebaikan kepada orang lain
dan mencegah perbuatan yang tidak baik.
b. Dekat dengan surga dan jauh dari neraka
c. Beramal untuk akhirat
7

Menyampaikan ilmu atau berdakwah kepada orang lain merupakan


salah satu bentuk investasi untuk kehidupan di akhirat kelak. Investasi itu
berupa pahala yang tidak terputus karena ilmu yang diberikannya kepada
orang lain.

2.6 Tokoh Teladan Menuntut Ilmu


a. Ibnu Hajar Al-Asqalani
Ibnu Hajar Al-Asqalani dilahirkan tanggal 22 Sya’ban tahun 773 Hijriah di
pinggiran sungai Nil, Mesir. Nama asli Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah Ahmad
bin Hajar Al-Kannani Al-Qabilah yang berasal dari Al-Asqalan. Namun, ia
lebih terkenal dengan julukan Ibnu Hajar Al-Asqalani. Ibnu Hajar berarti anak
batu, dan Asqalani adalah nama sebuah kota yang masuk dalam wilayah
Palestina, dekat Ghuzzah.
Ketika belajar di sebuah sekolah, ia terkenal sebagai seorang murid yang
rajin, namun kurang pintar. Penyebabnya adalah ia tidak memerhatikan
pelajaran, malas mempelajari kembali semua materi yang telah diajarkan, dan
banyak bermain. Hal tersebut membuat ia tertinggal oleh teman-temannya,
keadaan demikian membuat ia patah semnagat dan frustasi. Karena kejadian
itu, akhirnya ia meminta izin kepada gurunya untuk meninggalkan sekolah dan
pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, hujan lebat yang turun memaksa ia
berteduh di dalam sebuah gua. Selama berada di dalam gua, ia melihat tetesan
air yang menetes di atas sebongkah batu besar. Ia mengamati secara saksama
hingga akhirnya terkejut ketika melihat tetesan air itu mampu melubangi batu.
Berkat kejadian tersebut, ia memperoleh hidayah dari Allah, yakni
tumbuhnya kesadaran dan semangat dengan diiringi renungan; “Batu saja yang
sangat keras dapat terkikis dan berlubang hanya dengan tetesan kecil yang
mengenainya secara terus-menerus, apalagi otak manusia yang sangat lunak.”
Semenjak itulah semangatnya tumbuh dan memutuskan untuk kembali ke
sekolah.
Karena semangatnya dalam belajar, nasibnya berubah drastis. Ia menjadi
murid yang paling cerdas. Sebagai bukti kecerdasan dalam perkembangan
hidupnya adalah ketika berusia 9 tahun telat hafal Al-Qur’an, ketika berusia 12
tahun telah menjadi imam shalat Tarawih di Masjidil Haram, menguasai
berbagai macam ilmu, mampu menyerap ilmu dari 640 guru, berhasil menulis
8

sejumlah kitab antara 279-282 jenis, menjadi seorang ulama besar yang sangat
terkenal di dunia Islam dan lain sebagainya.
Dari kisah Imam Ibnu Hajar tersebut dapat diambil pelajaran bahwa sesulit
apapun ilmu itu, jika dipelajari dengan penuh semangat, sungguh-sungguh,
ikhlas, dan terus-menerus maka akan menjadi mudah dan dapat mengantarkan
pada kesuksesan.
b. Ibnu Sina
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat
adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang
sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang produktif
dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi
banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak
lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di
bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang
merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar Persia abad pertengahan , memainkan
peranan penting pada Pembangunan kembali Eropa. Dia adalah pengarang dari
450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya
memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang
sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina
“ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada
semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah
The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai
sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Kehidupannya dikenal lewat sumber – sumber berkuasa. Suatu autobiografi
membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya
didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan
temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana,
sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya,
seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat
kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman
Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia
menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
9

Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili,


pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar
biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya
segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia
menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar
biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia
5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia
mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang
sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan
mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah – masalah metafisika dan pada
beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya,
dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada
beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku –
bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai
hidayah menyelesaikan kesulitan – kesulitannya. Pada larut malam dia akan
melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan
kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah
akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan,
dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata – katanya tertulis
dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka
menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di
suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah
kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia
harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada
Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori
kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya
sendiri, menemukan metode – metode baru dari perawatan. Anak muda ini
memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan
menemukan bahwa “Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun
menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat
memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai
10

merawat para pasien, menggunakan obat – obat yang sesuai.” Kemasyuran


sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien
tanpa meminta bayaran.
c. Ibnu Rusyd
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun
520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim
terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang
mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti
kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat
dari Abu Ja’far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan
pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk
mengabdi sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd
dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang
mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir
semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk
mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.Pemikiran Ibnu
Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih
dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya
Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi)
sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang
dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd
tentang akidah dan sikap keberagamaannya.
Karya Ibnu Rusyd :
1. Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)
2. Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)
3. Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat
dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan
filsafat)
BAB 3
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, maka penyusun bersama dengan makalah “Semangat
Menuntut Ilmu dan Menyampaikan Kepada Sesama” menyimpulkan bahwa agama tanpa ilmu
itu tidak ada derajatnya di mata Allah, serta mengamalkan dan menyampaikan ilmu ibarat
menginvetasikan pahala untuk bekal di akhirat. Tokoh-tokoh yang disebutkan di atas menjadi
bukti nyata pentingnya ilmu, sudah sepatutnya kita meneladani dengan cara menumbuhkan
semangat dalam diri.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan.
DAFTAR PUSTAKA

Sadi, H.M. NaSikin. 2016. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk kelas X. Jakarta:
Erlangga

https://motivasinet.wordpress.com/2011/10/23/10-kisah-teladan-ilmuwan-muslim/ (diakses
pada 1 September 2019 pukul 13.05 WIB)

https://www.radiorodja.com/44829-anjuran-untuk-semangat-menuntut-ilmu/ (diakses pada 1


September 2019 pukul 13.20 WIB)

http://hafa86.blogspot.com/2014/12/skbk.html (diakses pada 1 September 2019 pukul 13.35


WIB)

https://www.google.co.id/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiLt-
3roK_kAhUQ7HMBHQnJBWEQjRx6BAgBEAQ&url=http%3A%2F%2Fpesantren-budaya-
nusantara.blogspot.com%2F2013%2F01%2Fibnu-hajar-al-
asqalany.html&psig=AOvVaw0ZGM9-Y0fqOTpTGRX1nIc2&ust=1567414304373891
(diakses pada 1 September 2019 pukul 16.10 WIB)

https://www.google.co.id/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiA2KbSoK_kAhXWfysKHTZDXcQjRx6BAgBE
AQ&url=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fgfahik
%2F5c7f1d5243322f2f60493937%2Fsaksi-itu-bernama-ibnu-sina-avicenna%3Fpage
%3Dall&psig=AOvVaw0PdE--aUWEIYAiFyE1L4b0&ust=1567414398640774 (diakses
pada 1 September 2019 pukul 16.12 WIB)
13

https://www.google.co.id/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiym9yhoK_kAhVv_XMBHdRgAIYQjRx6BAgB
EAQ&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki
%2FIbnu_Rusyd&psig=AOvVaw3nQmBRIksmAX2TRPk8xZbD&ust=1567414501384205
(diakses pada 1 September 2019 pukul 16.15 WIB)

https://www.google.co.id/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjvhJrLo6_kAhWabn0KHQn5D18QjRx6BAgBE
AQ&url=https%3A%2F%2Fshopee.co.id%2FKitab-Bulughul-Maram-Ibnu-Hajar-al-
Asqalani-Buku-Islam-Buku-Agama-i.9590494.869502763&psig=AOvVaw09sZZz1-2l6-
PLKPs3eZh6&ust=1567415369318942 (diakses pada 1 September 2019 pukul 16.17 WIB)

https://www.google.co.id/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwj7irvjpK_kAhUB148KHTcNAdIQjRx6BAgBEA
Q&url=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fcoffeeaceh%2Favicenna-sang-maestro-
kedokteran-dunia_54f8af3ca3331162158b4760&psig=AOvVaw1BBgGE2YhpEeTo5Ka-
QX8y&ust=1567415699069612 (diakses pada 1 September 2019 pukul 16.20 WIB)

https://www.google.co.id/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiCg6DFpa_kAhUS7XMBHav5Dg0QjRx6BAgB
EAQ&url=https%3A%2F%2Fislami.co%2Fbidayat-al-mujtahid-spirit-pembaharuan-fikih-
ibnu-rusyd-bag%2F&psig=AOvVaw2rhLuLg0zSYRCf0wiUoemc&ust=1567415921537411
(diakses pada 1 September 2019 pukul 16.24 WIB)
LAMPIRAN

Ibnu Hajar Al-Asqalani

Ibnu Sina

Abu Walid Muhammad bin Rusyd


15

Karya Ibnu Hajar Al-Asqalani

Karya Ibnu Sina

Karya Abu Walid Muhammad bin Rusyd

Anda mungkin juga menyukai