Anda di halaman 1dari 44

2010

APLIKASI MOTOR
INDUKSI
PENERAPAN PADA LIFT / ELEVETOR

Ryanto Sidiki & Fransiscus R. Tewuh


POLYTEKNIK NEGERI MANADO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KONSENTRASI LISTRIK D4
Class 2D Semester II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan rahmatnya
sehingga Tugas Hasil kelompok kami dapat terselesaikan.Terutama kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian Tugas ini.Secara khusus kami selaku penulis Tugas ini
mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen mata kuliah ini atas bimbingan beliau
sehingga saya bisa memperoleh informasi-informasi dalam pengembangan diri dan intelektual.

Seperti pepatah yang mengatakan “Tak ada Gading yang tak retar” begitu juga dengan
Tugas ini, tentu tidak lepas dari ketidak-sempurnaan. kami selaku penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran guna pengembangan dalam diri kami. Akhir kata sekali lagi kami mengucapkan
banyak terima kasih atas partisipasi anda membaca tulisan ini.Terima kasih.

Manado, 18 April 2010

Penulis,
DAFTAR ISI

 Kata Pengatar

 Daftar Isi

 Bab I. Pendahuluan

 Bab II. Teori Dasar

1. Elektro-mekanik

2. Elektro-magnetik

 Bab III. Teori Terapan

1. Motor Induksi

 Bab IV. Pembahasan

1. Lift / Elevator

 Bab V. Kesimpulan

 Daftar Pustaka
BAB I. PENDAHULUAN

Setiap hari kita banyak melakukan aktifitas yang begitu banyak. Tahukah anda kalau 90%
pekerjaan atau aktifitas kita telah dibantu oleh sebuah motor listrik khususnya motor induksi.
Pompa air, DVD Player, Kipas angin, AC, Mesin cuci, Blendder,dan masih banyak lagi, yang
merupakan peralatan yang sering kita gunakan. Motor induksi adalah komponen utamanya. Coba
kita bayangkan tanpa adanya motor induksi, pasti kita akan sulit untuk melakukan aktifitas.
Melalui tulisan ini akan dibahas secara mendalam tentang Motor Induksi khususnya Aplikasinya
pada Lift listrik. Mesin-mesin listrik digunakan untukmengubah suatu bentuk energi keenergi
yang lain, misalnya mesin yangmengubah energi mekanis ke energy listrik disebut generator, dan
sebaliknyaenergi listrik menjadi energy mekanis disebut motor. Masing-masingmesin
mempunyai bagian yang diamdan bagian yang bergerak.Bagian yang bergerak dan diam terdiri
dari inti besi, dipisahkan oleh celahudara dan membentuk rangkaian magnetic dimana fluksi
dihasilkan oleh aliranarus melalui kumparan/belitan yangterletak didalam kedua bagian
tersebut.Pada umumnya mesin-mesin penggerakyang digunakan di Industri mempunyaidaya
keluaran lebih besar dari 1HP dan menggunakan motor InduksiTiga Fasa.
Adapun kelebihan dan kekurangan motor induksi bila dibandingkan dengan jenis motor lainnya,
adalah :
Kelebihan Motor Induksi
� Mempunyai konstruksi yang sederhana.
� Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor yang lainnya.
� Menghasilkan putaran yang konstan.
� Mudah perawatannya.
� Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerak mula.
� Tidak membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisa dikurangi.
Kekurangan Motor Induksi
� Putarannya sulit diatur.
� Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6 kali arus nominal motor
BAB II. TEORI DASAR
1. ELEKTROMEKANIK
DASAR ELEKTROMEKANIK

1.1. Konversi Energi Elektromekanik


Konversi energi baik dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun
sebaliknya dari energi mekanik menjadi energi listrik (generator) berlangsung melalui
medium medan magnet. Energi yang akan diubah dari satu system ke system lainnya,
sementara akan tersimpan pada medium medan magnet untuk kemudian dilepaskan
menjadi energi system lainnya. Dengan demikian, medan magnet di sini selain
berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi juga sekaligus sebagai medium untuk
mengkopel perubahan energi.

Dengan mengingat hukum kekekalan energi, proses konversi energi elektromekanik


dapat dinyatakan sebagai berikut (untuk motor):

(Energi Listrik sebagai input) = (Energi Mekanik sebagai output + Energi panas) +
(Energi pada medan magnet dan rugi-rugi magnetic)

atau dalam persamaan differensial, konversi energi dari elektris ke mekanis adalah
sebagai berikut:
dWE = dWM + dWF

Ini hanya berlaku ketika proses konversi energi sedang berlangsung pada keadaan
dinamis yang transient. Untuk keadaan tunak, dimana fluks merupakan harga yang
konstan, maka
dWF = 0
dWE = dWM

1.2. Gaya Gerak Listrik


Apabila sebuah konduktor digerakkan tegak lurus sejauh ds memotong suatu medan
magnet dengan kerapatan fluks B, maka perubahan fluks pada konduktor dengan
panjang efektif l adalah:
d = B l ds

Dari Hukum Faraday diketahui bahwa gaya gerak listrik (ggl)


E = d /dt
Maka e = B l ds/dt; dimana ds/dt = v = kecepatan

Jadi, e = B l v

1.3. Kopel
Arus listrik I yang dihasilkan di dalam suatu medan magnet dengan kerapatan
fluks B akan menghasilkan suatu gaya F sebesar:
F=BIl

Jika jari-jari rotor adalah r, maka kopel yang dibangkitkan adalah


T=Fr

Perlu diingat bahwa saat gaya F dibangkitkan, konduktor bergerak di dalam medan
magnet da seperti diketahui akan menimbulkan gaya gerak listrik yang merupakan
reaksi (lawan) terhadap tegangan penyebabnya. Agar proses konversi energi listrik
menjadi energi mekanik (motor) dapat berlangsung, tegangan sumber harus lebih
besar daripada gaya gerak listrik lawan.

Begitu pula, suatu gerak konduktor di dalam medan magnet akan membangkitkan
tegangan e = B l V dan bila dihubungkan dengan beban, akan mengalir arus listrik I
atau energi mekanik berubah menjadi energi listrik (generator). Arus listrik yang
mengalir pada konduktor tadi merupakan medan magnet pula dan akan berinteraksi
dengan medan magnet yang telah ada (B). Interaksi medan magnet merupakan gaya
reaksi (lawan) terhadap gerak mekanik yang diberikan. Agar konversi energi mekanik
ke energi listrik dapat berlangsung, energi mekanik yang diberikan haruslah lebih
besar dari gaya reaksi tadi.

1.4. Mesin Dinamik Elementer


Pada umumnya mesin dinamik terdiri atas bagian yang berputar disebut rotor dan
bagian yang diam disebut stator. Di antara rotor dan stator terdapat celah udara. Stator
merupakan kumparan medan yang berbentuk kutub sepatu dan rotor merupakan
kumparan jangkar dengan belitan konduktor yang saling dihubungkan ujungnya (lihat
gambar) untuk mendapatkan tegangan induksi (ggl).

Jika kumparan rotor diputar dengan arah berlawanan dari arah jarum jam, tegangan
akan dibangkitkan dengan arah yang berlawanan pada kedua ujung rotor yang
tidak dihubungkan.

Simulasi mesin dinamis (generator) dapat dilihat pada situs ini.


http://www.sciencejoywagon.com/physicszone/lesson/otherpub/wfendt/generatorengl.
htm

1.5. Interaksi Medan Magnet


Kerja suatu mesin dinamis dapat juga dilihat dari segi adanya interaksi antar medan
magnet stator dan rotor, yaitu:
F=BIl
Seperti diketahui, arus listrik (I) pada persamaan di atas akan menimbulkan fluks juga
di sekitar konduktor yang dilalui. Bila kerapatan fluks akibat arus listrik dinyatakan
dengan Bs (pada stator), sedang kerapatan fluks akibat kumparan medan adalah
Br (pada rotor), maka dapat dituliskan:

T = K Br Bs sin

 Dimana
 adalah sudut antara kedua sumbu medan magnet Br dan Bs
K adalah konstanta l x r

Sudut  dikenal sebagai sudut kopel atau sudut daya dengan harga maksimum 
= 90o. Dengan menganggap Br dan Bs sebagai fungsi arus rotor dan arus stator,
persamaan kopel menjadi:

T = K Ir Is sin 

Dengan demikian, kopel terjadi sebagai interaksi antara dua medan magnet atau dua
arus.

1.6. Derajat Listrik


Pada setiap satu kali putaran mesin, tegangan induksi yang ditimbulkan sudah
menyelesaikan p/2 kali putaran. Maka untuk mesin 4 kutub, satu kali putaran mekanik
mesin (360o) berarti sama dengan dua kali putaran listrik (720o). Persamaan umumnya
adalah sebagai berikut:

e = (p/2) m
p = jumlah kutub mesin
e = sudut listrik
m = sudut mekanik

1.7. Frekuensi
Dari persamaan di atas, diketahui bahwa untuk setiap satu siklus tegangan listrik yang
dihasilkan, mesin telah menyelesaikan p/2 kali putaran. Karena itu frekuensi
gelombang tegangan adalah:

f = (p/2) (n/60)

n = rotasi per menit


n/60 = rotasi perdetik

Kecepatan sinkron untuk mesin arus bolak-balik lazim dinyatakan dengan


ns = 120 (f/p)

Jadi misalnya untuk generator sinkron yang bekerja dengan frekuensi 50 putaran per
detik dan mempunyai jumlah kutub p=2, maka kecepatan berputar mesin tersebut
adalah:
ns = (120 x 50)/2 = 3000 rpm.
2. Elektromagnetik

Menurut fisika: Elektromagnet adalah fenomena fisika yang berupa interaksi antara
medan listrik dan medan magnet. Cahaya adalah satu diantara fenomena gelombang
elektromagnet yang memiliki sifat ambigu, di satu pihak bersifat gelombang elektromagnet, di
lain pihak merupakan gerakan partikel yang disebut foton.Menurut Teori Minimalis cahaya
merupakan symetrical trans wave yang mengakibatkan timbulnya foton pada saat terjadi
keseimbangan prima antar medan magnet dan medan listrik.

Magnet listrik atau elektromagnet adalah inti (biasanya besi lunak) yang menjadi bersifat
magnet karena ter induksi oleh arus listrik yang mengalir dalam suatu konduktor yang dililitkan
mengelilingi inti besi lunak itu. Magnet jenis ini sifatnya tak tetap. Jika inti besi lunak diganti
dengan baja maka yang terjadi adalah magnet tetap. Besi lunak akan kehilangan sifat magnet nya
jika arus listrik diputus, sedangkan baja masih bersifat magnet jika listrik searahnya
diputus.Magnet listrik jika yang mengalir arus searah atau direct current (DC) maka yang terjadi
adalah magnet berkutub utara dan selatan, jika yang mengalir arus listrik bolak balik atau
alternating current (AC) maka akan terjadi magnet yang kutubnya berubah-ubah (Vibrator).

Dalam eksperimen Oersted, Biot-Savart dan Ampere menyatakan bahwa adanya gaya dan
medan magnet disekitar kawat berarus. Kemudian timbul pertanyaan “Apakah medan magnet
dapat menghasilkan arus listrik?”. Awal tahunn 1830, dua orang ilmuwan yaitu Michael
Faraday(Inggris) dan Joseph Henry(Amerika) menemukan bahwa perubahan medan magnet
dapat menghasilkan tegangan dan arus yang disebut sebagai ggl induksi dan arus induksi.
Proses terjadi ggl induksi dan arus induksi dikenal sebagai induksi magnetik
Contoh 1. Medan magnet homogen sebesar 2000 G membentuk sudut 30° melalul suatu luasan dengan jaa/-jar/ 4 cm. Tentukan fiuks ma
Jawab 1. Luas3 —— ” ›” 2(3, f4) (0, 04)*0. 00?2 n .*
Fluks—— J3”B 3 cos 8300.0. 2.0.00 2 cos 30’0, 2G \t'b

Medan magnet arah I›erubalJ

Gambar 1: Fluks magnetik

Huhum fn duksi Faraday

Tegangan ggl induksi t* di dalam rangkaian adalah sama dengan kecepatan perubahan fluks
terhadap waktu .
(2)

dimana N jumla h lilitan dan tanda (-) menyatakan arah ggl induksi yang berlawanan dengan ara h
penyebabnya atau yang dikenal dengan hukum Lenz

Perubahan fluks dapat dinyatakan dengan

(3)
dB
B (4)
dt “
Dalam hubungan dengan medan listrik E adalah

(5)

Apa mak na fisis nya? Medan listrik diatas disebakan olen muatan statik sehingga medan akan bersifat
konservatif yaitu integral tertutup medan elektrostatik disekeliling kurva tertutup sama dengan nol.
Sedang pada gg induksi medan listrik tidak konservatif yang berhubungan keadaan fluksnya.
Contoh 2. Kumparan dengan 80 lilitan mempunyai/ar/-jari 5 cm dan tahanan 30 ohm. Tentukan laju perubahan medan magnetik sehingga me
Jawab 2. GGI dalam kumparan/?Ut —- 4.30\20, fluks'S’” B . dfi’”B i ”, Hukum Faraday besar ggl induksi sama dengan laju perubahan fluks y
dB

dt dt
50
100. .(0.00)" 191 T/s

GGL Induksi Gerak


GGL induksi gerak merupakan ggl induksi yang dihasil kan dari penghantar bergera k relatif terhadap
medan magnet› k sehingga menimbul kan peruDahan fluks per satuan v'aktu. Iuks dan GGL induksi
kawat :

(6)

‘” ’”” BI ‘” BI (7)
dt dt "
arah ggl sedemi<ian rupa sehingga menghasilkan a rus yang berlawanan dengan arah gerak.

Arus dalam dalam simpa kawat :

(8)

Gaya—gaya yang bekerja akan memenuh

F —— if x B

karena 1g dan 6s mempunyai besar yang sama dan a ra h arah berla 'anan maka akan saling
meniadakan sehingga yang ada hanya gaya di maka

(10)

Daya yang timbul dengan ge rak kecepatan tetap

(11 )

(12)

Ilustrasi diatas menggambarkan secara kuantitatif mengenai perubahan tenaga mekanik menjadi energi
Iistrik(diasosiasihan dengan ggl induksi) dan akhirnya menjadi energi termal.
B

F2
X I
X '
X

X'

Gambar 2: Sebuah kawat segiempat bergerak dalam medan magnet dengan kecepatan v

m/s dalam B=0,6 T dimana panjang kawat I——15 cm dan mempunyai hamöatan R——25 of›m.Tentukan(a)GGL induksi(b) arus da/ann rangkaian(c) gaya yang d
m) 0, 72

fO,72Y
Arus i 28, 8 mA
Gaya
—— iBl(0, 0288A) (0, 6 )(0, f5m)2, 59 mN
(d) Daya disipasi Pï2 A —— (0, 0288 A) 2 (25 0)20, 7 W
BAB III. TEORI TERAPAN
MOTOR INDUKSI

• Pada posisi pertama atau a, fluks


resultan mempunyai arah yang sa-
ma dengan arah fluk yang dihasilkan
oleh kumparan a - a.
• Pada posisi kedua atau b, fluks re-
sultan mempunyai arah yang sama
dengan arah fluks yang dihasilkan
oleh kumparan c - c.
• Pada posisi ketiga atau c, fluks re
sultannya mempunyai arah yang sa
ma dengan fluks yang dihasilkar
oleh kumparan b - b.
• Pada posisi keempat sid keenarr
terlihat fluks resultan yang terjad
arahnya akan berlawanan dengar
arah fluks sebelumnya pada masing
masing kumparan.

(b)

10A

sA
(e)
Gambar 5.100 Proses Terjadinya fi4edan Putar

• Selanjutnya arus di dalam medan


Dari gambar diatas terlihat bahwa fluks magnet menimbulkan gaya (F) pada
resultan akan berputar, dan jumlah rotor.
putarannya bisa ditentukan berdasarkan
120
persamaan : = Rpm
f
”‘

5.6.1.3 Prinsip Kerja Motor lnduksi


Tiga Fasa

Princip kerja motor induksi atau


terjadinya putaran pada motor, bisa
dijelaskan sebagai berikut :
• Bila kumparan stator diberi suplai
tegangan tiga fasa, maka akan
(a)
terjadi medan putar dengan
120’ f
kece atan Y
“ P
• Medan putar stator tersebut akan
mengimbas penghantar yang ada
pada rotor, sehingga pada rotor
timbul tegangan induksi.
• Tegangan yang terjadi pada rotor
menyebabkan timbulnya arus pada
penghantar rotor.

(b)
Jadi untuk Slip S, tegangan induksi rotor
akan S kali tegangan induksi saat diam, 5.6.3 Rangkaian Ekui\/alen
oleh karena itu pada kondisi ber-putar :
Ey,. = SE Dalam beberapa hal mesin Induksi me-
nyerupai mesin sinkron, tetapi pada da-
sarnya mesin induksi ini hampir sama
5.6.2.2 Slip dan Frekuensi Rotor dengan transformator, terutama saat
belum berputar.

Seperti telah dijelaskan diatas, putaran Energi yang “dipindahkan” dari stator ke
rotor tidak akan sanna dengan putaran rotor dilakukan berdasarkan azas imbas
medan stator, karena bila rotor berpu- eIektromagnet(induksi) dengan bantuan
tar sanna cepatnya dengan medan sta- fluksi bersama, karena itu rangkaian
tor, tidak akan timbul perbedaan kece- ekuivalen motor induksi digambarkan
patan sehingga tidak ada Ggl induksi seperti rangkaian ekuivalen transforma-
yang timbul pada rotor, tidak ada arus tor. Bagian stator membentuk sisi primer
dan tidak ada kopel yang mendorong dan rotor sebagai sisi sekunder.
rotor.

Itulah sebabnya rotor selalu berputar 5.6.3.1 Rangkaian Ekuivalen Rotor


pada kecepatan dibawah kecepatan
medan putar stator. Perbedaan kece-
patan tergantung pada besarnya beban
motor. Slip mutlak menunjukkan kece-
patan relatif rotor terhadap medan
putar.

Slip Mutlak = Ns — Nr

Slip (S) merupakan perbandingan slip


mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit
atau prosen oleh hubungan :
is — ”
S = 0 x100 ’0
is
Dalam keadaan diam, frekuensi rotor
( få ) sanna besarnya dengan frekuensi
sumber tegangan, bila rotor berputar
frekuensi rotor tergantung pada besar-
nya kecepatan relatif atau slip mutlak.
Hubungan antara frekuensi dengan slip R,
dapat dilihat sebagai berikut

U 0 P.. s
.fisl = dan f
P
dan pada rotor berlaku hubungan :
f2
=S f2 = Sxft
fi Gambar 5. 102 Rangkaian Ekuivalen
heter
Jadi untuk Slip S, tegangan induksi rotor akan S kali tegangan induksi saat diam,
oleh karena itu pada kondisi ber-putar :
Ey,. = SE 5.6.3 Rangkaian Ekui\/alen

Dalam beberapa hal mesin Induksi me-


5.6.2.2 Slip dan Frekuensi Rotor nyerupai mesin sinkron, tetapi pada da-
sarnya mesin induksi ini hampir sama
dengan transformator, terutama saat
Seperti telah dijelaskan diatas, putaran belum berputar.
rotor tidak akan sanna dengan putaran
medan stator, karena bila rotor berpu- Energi yang “dipindahkan” dari stator ke
tar sanna cepatnya dengan medan sta- rotor dilakukan berdasarkan azas imbas
tor, tidak akan timbul perbedaan kece- eIektromagnet(induksi) dengan bantuan
patan sehingga tidak ada Ggl induksi fluKsi bersama, karena itu rangkaian
yang timbul pada rotor, tidak ada arus ekuivalen motor induksi digambarkan
dan tidak ada kopel yang mendorong seperti rangkaian ekuivalen transforma-
rotor. tor. Bagian stator membentuk sisi primer
dan rotor sebagai sisi sekunder.
Itulah sebabnya rotor selalu berputar
pada kecepatan dibawah kecepatan
5.6.3.1 Rangkaian Ekuivalen Rotor
medan putar stator. Perbedaan kece-
patan tergantung pada besarnya beban
motor. Slip mutlak menunjukkan kece-
patan relatif rotor terhadap medan
putar.

Slip Mutlak = Ns — Nr

Slip (S) merupakan perbandingan slip


mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit
atau prosen oleh hubungan :
is — Ür
S= x100O ’0
is
Dalam keadaan diam, frekuensi rotor
(få ) sanna besarnya dengan frekuensi
sumber tegangan, bila rotor berputar
frekuensi rotor tergantung pada besar-
nya kecepatan relatif atau slip mutlak.
Hubungan antara frekuensi dengan slip R,
dapat dilihat sebagai berikut :

U 0 P.. s
.fisl = dan f
P
dan pada rotor berlaku hubungan :
f2
=S f2 = Sxft
fi Gambar 5. 102 Rangkaian Ekuivalen
Rotor
Pada saat rotor berputar tegangan in- _ R
duksi rotor (E2) dan reaktansi bocor "
rotor (X2) dipengaruhi oleh Slip, maka
arus rotor menjadi : dimana R = Resistansi Rotor
R (— — 1) = Resistansi Beban

5.6.3.2 Rangkaian Ekuivalen


Motor

R.

Rc

Gamdar 5. 103 Rangkaian -kuivalen f4otor

Gambar rangkaian ekuivalen pada gambar 5.102 bisa disederhanakan lagi dengan
merefrensikannya pada sisi primer (stator) seperti terlihat pada gambar 5.103

Rc R,

Gambar 5. 104 Rangkaian Ekuivalen dengan Refrensi Primer


Inti besi stator dan rotor terbuat dari la- pada motor yg berukuran kecil 0,25
pisan baja silikon yang tebalnya berkisar mm- 0,75 mm, sedangkan pada motor
antara 0,35 mm - 1 mm yang tersusun yang berukuran besar bisa mencapai
secara rapi dan masing-masing teriso- 10 mm. Celah udara yang besar ini
lasi secara listrik dan diikat pada ujung- disediakan untuk mengantisipasi
ujungnya. terjadinya peleng- kungan pada sumbu
sebagai akibat pembebanan. Tarikan
Celah udara antara stator dan rotor pada pita (belt) atau beban yang
tergantung akan me- nyebabkan sumbu tukan kecepatan motor tersebut. Sema-
motor melengkung. kin banyak jumlah kutubnya maka puta-
ran yang terjadi semakin rendah.

5.6.1.1 Stator

5.6.1.2 Rotor

Motor Induksi bila ditinjau dari rotornya


terdiri atas dua tipe yaitu rotor sangkar
dan rotor lilit.

Rotor Sangkar
Motor induksi jenis rotor sangkar lebih
banyak digunakan daripada jenis rotor
lilit, sebab rotor sangkar mempunyai
bentuk yang sederhana. Belitan rotor
terdiri atas batang-batang penghantar
yang ditempatkan di dalam alur rotor.
Gambar 5.96 Lilitan Motor Induksi Batang penghantar ini terbuat dari tem-
baga, alloy atau alumunium. Ujung-
Pada dasarnya belitan stator motor in- ujung batang penghantar dihubung sing-
duksi tiga fa sa sama dengan belitan kat oleh cincin penghubung singkat, se-
motor sinkron. Konstruksi statornya be- hingga berbentuk sangkar burung. Mo-
lapis-lapis dan mempunyai alur untuk tor induksi yang menggunakan rotor ini
melilitkan kumparan. Stator mempunyai disebut Motor Induksi Rotor Sangkar.
tiga buah kumparan, ujung-ujung belitan
kumparan dihubungkan melalui terminal Karena batang penghantar rotor yang
untuk memudahkan penyambungan de- telah dihubung singkat, maka tidak dibu-
ngan sumber tegangan. Masing-masing tuhkan tahanan luar yang dihubungkan
kumparan stator mempunyai beberapa seri dengan rangkaian rotor pada saat
buah kutub, jumlah kutub ini menen- awal berputar. Alur-alur rotor biasanya
tidak dihubungkan sejajar dengan sum-
bu (poros) tetapi sedikit miring.

Gambar 5.97 Rotor Sangkar


’•• Rotor Lilit

Rotor lilit terdiri atas belitan fasa banyak,


belitan ini dimasukkan ke dalam alur-
alur initi rotor. Belitan ini sama dengan
belitan stator, tetapi belitan selalu dihu-
bungkan secara bintang. Tiga buah
ujung-ujung belitan dihubungkan ke
terminal- terminal sikat/cincin seret yang
terletak pada poros rotor.

Pada jenis rotor lilit kita dapat mengatur


kecepatan motor dengan cara mengatur
tahanan belitan rotor tersebut. Pada
keadaan kerja normal sikat karbon yang
berhubungan dengan cincin seret tadi
dihubung singkat. Motor induksi rotor lilit
dikenal dengan sebutan Motor Induksi Gambar 5.98 Rotor lllİt
Slipring atau Motor Induksi Rotor Lilit.
atau

T, = k.E2 .
Seperti telah dibahas pada sub bab
mengenai konstruksi dan prinsip kerja
motor induksi, tidak ada suplai listrik
yang dihubungkan secara langsung ke
bagian rotor motor, daya yang dilewat-
kan senjang udara adalah dalam bentuk
magnetik dan selanjutnya diinduksikan • Torsi saat Rotor(Motor) Berputar
ke rotor sehingga menjadi energi listrik.
Rata-rata daya yang melewati senjang Pada saat motor berputar, maka :
udara harus sama dengan jumlah rugi
daya yang terjadi pada rotor dan daya
yang dikonversi menjadi energi meka- dimana
nis.
E ,. = Tegangan rotor / fasa saat
Daya yang ada pada bagian rotor meng- berputar
hasilkan torsi mekanik, tetapi besar-nya
torsi yang terjadi pada poros motor di- I ,. = Arus rotor/fasa saat berputar
mana tempat diletakkannya beban, ti-
E ,. = S.E
dak sama dengan besarnya torsi meka-
nik, hal ini disebabkan adanya torsi yang
hilang akibat gesekan dan angin. E SE
Z
5.6.4.1 Torsi Motor 2r
R2

•Torsi Asut (Starting Torque) I''''(R e ) + ( 2)'

Torsi yang dihasilkan oleh sebuah motor Asut, nilainya bisa lebih besar atau lebih
pada saat mulai diasut disebut Torsi kecil dari Torsi putar dalam keadaan
normal.
k.S.E 2 .R2
T z R 2 + (S.X2 )
E E
I Z, QR,-+Ü,- k = konstanta, nilainya = “
*.x.is
R R
Cosç= =
T=
* R ' + (S x ) )‘
Torsi Asut T, = k.E .I .C”os‹p

• Torsi Maksimum saat Motor Ber-


putar
Kondisi Wors/ Maksimum pada saat
motor berputar bisa diperoleh dengan
mendeferen-tialkan persamaan Torsi
terhadap Slip S.
’IT
Torsi Maksimum =0
‹IS
Berdasarkan ha sil diferensial ini akan 2 Sm S
R2
+
diperoleh ; S Sza
’. 2
R2
Sın = • Torsi Asut dan Torsi Maksimum

k.S.E 2‘ .R2
T„ =
R +S X2

k. R

R 1 + Sın
1+
k.E2
• Torsi pada Rotor Lilit

Untuk menentukan Arus, daya, dan


Torsi pada Motor Induksi rotor lilit tidak
berbeda dengan rotor sangkar, hanya
pada rotor lilit kita bisa menambahkan
tahanan luar terhadap bagian rotor
tersebut.

Gambar 5.105 Karakteristık Slıp Vs


Torsi

• Torsi Beban Penuh dan Torsi Mak-


R.
simum

S.E2 Rx
k.S.R2 .E2
Tf R + S .X2

kE
Gambar 5.106 Rangkaian Ekuıvalen /Uo/or
Induksi Rotor Lılil
• Saat Pengasutan S 1 • Saat Berputar
S.E2
12 Ampere I Ampere
y,'''(R2 + Rx) + (S.X2)'

R +
C”OS@
R2 + Rx
(R,+
'''(R + Rx) + (S x, )‘
) +(x,)’
N-m k.S.E 2 .(R2 + Rx)
kE '(R + ) T= N-m
(R 2 + Rx)' +(S.X2 )
(R + ) +(X/’

5.6.4.1 Daya Motor Induksi Tiga Fasa

Diagram aliran daya dari sebuah Motor Induksi Tiga Fasa seperti diperlihatkan pada
gambar 5.106
Daya Masuk Stator = Daya Keluar Stator + Rugi Tembaga Stator
Daya Masuk Rotor = Daya Keluar Stator
Daya Keluar Rotor Kotor = Daya Masuk Rotor - Rugi Tembaga Rotor

Daya Masuk pada Stator, P1

Daya M as uk pa da R oto r. P 2

Daya Mek an is, Pm


atau Da yo K el uar Rotor K otor

Daya Ke I ua r Rotor
a ta u
Day a Ke I uar Motor

Gamdar 5.107 Diagram Aliran Daya Rotor Induksi Tiga Fasa

Daya keluar rotor dikonversi ke dalam energi mekanis dan menghasilkan torsi Tg.
Sebagian torsi yang dihasilkan Tg hilang karena gesekan dan angin di rotor disebut
Torsi Poros Tsh.
Keterangan
Rugi Tembaga Rotor untuk Sistem Tiga
Daya Keluar Rotor kotor Pont,. „
Fasa, adalah :
t
Pcu= 2
Daya Masuk Rotor Pin,. /„. 2 R2
3.I
3.S .E 22.R R 2 ‘ + s 2 x 2
Rugi Tembaga Rotor Pcu,. ,.

Tg - Pin P2 =
2.z.Ni S
2q
3.s E 2 .R 2 1
2+S 2
R2 .X2
2
3.S.E 2 R 2
2
R 2 + S .X22

Ns — Ni Daya Mekanik (Pm) atau


= =S
Poiit„q¡„. =(1 - S) Pin„q¡„.

R 2 ° + s g2 x 2
2

Pm Pm
T' m 2zNi / 60
pm
2.n.fi s(1 — S) / 60
=l— 1 3.S.E 2 R
2 2
x —m
Ns Ns — Nr Ns 2.n.1s / 60 R 2 (S.X2)
2 +
Ns Ns Nr
E dsieasiRotor

Juga

Gambar 5.108 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi


Menentukan Torsi dan daya pada motor (Gam
induksi tiga fasa, bisa dilakukan pula bar
5.107) Pin t ‹ = 3 V .I
berdasarkan rangkaian ekuivalen 12 . Cos‹pj Watt
2
RugiInö= 1 .Re
2 g
Pcu,pt, = 3J t .R 1 Watt
DayayangDitiansferkeRotoi = R l + R 2
+ j(X l + X2 ')
S
3
2s.Ns / 60
R2
N—m
S
+ Rå ) 2 + (p )2
(R t” 2’
R
2
3. I 2 bila harga lo diabaikan I, 12
s
2
Pcu,»tor' 3 (I z ) R 2 VM8
DayaKeIuarMotnrPg(Pout) = 3J 2 L
DayaMekanikPm = Pin rotor —Pcu rotor
' 2 Rz ' 2 ' It =
- 3(I z ) — 3(12) .R 2
i — S ,kdiasuoisikan = l
s
') 2
= 3(12 R
2 w»ti ' ' ( qt + Rt,)’ + qj’
s
Tgxei= Tga2n.Nr / 60 Daya Keluar Motor akan maksimum,
= 3.(1 ' l bil R ' ”eq1
'2
.R
—/i
2) 2 2
3v
3(I ')2 R ' 1—S i * e,i
2 2 2 2
Tg= (R e qt + Z e qt ) + X e i
2s.Nr / 60
3.Vi2
karenaNr = Ns(1 — S),maka
2(R eql + Z
' 2R2
3(12 ) eql)
Tg= S
2s.Ns / 60

5.6.5 Penentuan Parameter


Motor Induksi

Parameter dari rangkaian ekuivalen


/ t„ ,A„A„A ,d n/ t2 , dapat diten-
Gambar 5.f09 Rangkaian Ekuivalen dengan tukan berdasarkan hasil tes tanpa be-
Refrensf Stafor ban, tes hubung singkat, dan dari pe-
ngukuran tahanan dc dari belitan stator.
Tes tanpa beban pada motor induksi,
seperti tes tanpa beban pada sebuah 9umbe Tegangan
transformator,yang hasilnya memberi-
VariabeI
kan informasi nilai arus magnetisasi dan
rugi gesekan.

Tes ini dilakukan dengan memberikan


tegangan tiga fasa seimbang pada Wo lO
belitan stator pada rating frekuensinya.
Bagian rotor pada kondisi pengetesan wo
jangan terhubung dengan beban meka-
nis, rugi daya yang terukur pada kondisi ugi Temb Stator
tes tanpa beban disebabkan rugi inti,
rugi gesekan dan angin. Tegangan
Normal
B
Tes hubung singkat pada motor induksi,
seperti tes hubung singkat pada trans-
formator, yang hasilnya memberikan in- Gambar 5.110 Tes Tanpa Beban
formasi kerugian karena impedansi.
Pada tes ini rotor ditahan sehingga OA=Menunjukkan rugi-rugi yang dise-
motor tidak bisa berputar. Untuk meng- babkan gesekan dan angin.
hindari hal-hal yang tidak ingin selama
pengetesan biasanya tegangan yang Besarnya nilai Wo yang terbaca pada
diberikan hanya 15% - 20% dari tega- saat tes tanpa beban, menunjukkan nilai
ngan normal motor, sedangkan untuk kerugian yang diakibatkan oleh adanya :
mendapatkan nilai parameter motor, te-
tap berdasarkan nilai nominalnya de- • Rugi tembaga Stator ?.10 .R O .
ngan melakukan konversi dari hasil pe- • Rugi Inti 3 .Go.T"
ngukuran. • Rugi disebabkan gesekan dan
angin.
Hasil pengetesan terhadap motor ini
selain untuk menentukan parameter,
dapat dimanfaatkan juga untuk meng- OB Menunjukkan tegangan normal,
gambarkan diag-ram lingkaran. Rugi- sehingga rugi-rugi pada tegangan nor-
rugi tembaga stator dan rotor dapat dipi- mal dapat diketahui dengan menggam-
sahkan dengan menggambarkan garis barkan garis vertikal dari titik B.
torsi. BD = Rugi disebabkan gesekan dan
angin.
DE = Rugi tembaga stator.
5.6.5.1 Tes Tanpa Beban
EF = Rugi inti

Test tanpa beban dilakukan pada motor


indukasi tiga fasa untuk memproleh data
daya masuk Wo, lo, dan Vo (V) seperti
yang diperlihatkan pada gambar 5.109
Pada gambar 5.109 b,kurva Wo ter-
potong sumbu vertikal pada titik A.
5.6.5.2 Tes Hubung Singkat

Sumber Tegangan
Tiga Fasa
Variabel

Rotor di blok

Gambar 5.111 Tes Hubung Singkat

Tes ini dilakukan untuk 1'gS = Total daya masuk saat hubung
• Arus hubung singkat saat tegangan Singkat
normal diberikan pada stator. T'gsL = Tegangan Jala-jala saat hubung
• Faktor daya pada saat hubung Singkat.
singkat. I gsL = Arus Jala-ja la saat hubung
• Reaktansi total * t
dari motor singkat
qe
dengan refrensi sisi primer (stator). RiigiTeinhnga Total = 5 gS — ¿ t i
• Resistansi tOtä R@q 1 d F IT\OtOF
? I bs R @ q1 — ’he ’int i
dengan refrensi sisi primer.

Pada saat test dilakukan rotor ditahan R eq1


dan untuk jenis rotor belitan, kumparan
rotor dihubung singkat pada slipring. Z esi ''Z q1‘ — R
’ eq1' q1‘
I j1s
Kurangi tegangan suplai (+ 5 atau 20 %)
dari tegangan normal) dan diatur sampai
arus beban penuh mengalir dalam 5.6.6 Pengaturan
stator. Pada saat pengetesan dilakukan Kecepatan Motor
catat nilai arus, tegangan, dan daya Induksi Tiga Fasa
masuk yang terukur.
Motor induksi akan berputar pada kece-
patan konstan saat dihubungkan pada
tegangan dan frekuensi yang konstan,
Ij„ = Arus hubung singkat diperoleh kecepatannya sangat mendekati kece-
saat tegangan normal diberikan. patan sinkronnya. Bila torsi beban ver-
Id, = Arus hunbung singkat diperoleh tambah, maka kecepatannya akan se-
dikit mengalami penurunan, sehingga
saat tegangan pengujuan diberi-
motor induksi sangat cocok digunakan
kan.
menggerakkan sistem yang membu-
tuhkan kecepatan konstan.

Namun dalam kenyataannya terutama di


industri terkadang dikehendaki juga ada-
nya pengaturan kecepatan. Pengaturan Pengaturan kecepatan dapat dilakukan
kecepatan sebuah motor induksi dengan beberapa cara, seperti dengan
memerlukan biaya yang relatif mahal. mengubah jumlah kutub, mengatur ta-
hanan luar, mengatur tegangan jala-jala,
dan mengatur frekuensi jala-jala.
5.6.6.2 Pengaturan Tahanan
5.6.6.1 Mengubah Jumlah Kutub Rotor
Pengaturan kecepatan putaran dengan
cara pengaturan tahanan luar hanya
Karena kecepatan operasi motor induksi bisa dilakukan pada motor induksi rotor
mendekati kecepatan sinkron, maka ke- belitan, dengan cara menghubungkan
cepatan motor dapat diubah dengan tahanan luar ke dalam rangkaian rotor
cara mengubah jumlah kutubnya, se- melalui slipring.
120f Pengaturan tahanan secara manual ter-
suai dengan persamaan 1 S
P kadang kurang sempurna untuk bebe-
Hal ini dapat dilakukan dengan mengu- rapa jenis penggunaan,seperti sistem
bah hubungan lilitan dari kumparan kontrol umpan balik. Kontrol dengan
stator motor. Normalnya diperoleh dua memanfaatkan komponen elektronik
perubahan kecepatan sinkron dengan pada tahanan luar akan lebih memper-
mengubah jumlah ku-tub, misalnya dari halus operasi pengaturan.
2 kutub menjadi 4 kutub. Dengan cara
ini perubahan kecepatan yang diha-
silkan hanya dalam discrete steps”.

Motor Induksi Slipring


G Fa s

a. Rangkaian Tahanan Rotor

Gambar 5. f /2 f4engubah
Jumlah KUIUb

. , , m. m,

b. Kurva Pengaturan Tahanan


c. Pengaturan Secara -lektronis
(a)

Metor
Suplai 3 •I•, Induksi

d. Pengaturan dengan lup Tertulup

Gamdar 5.113 Pengaturan Tahanan


Rotor f4otor det kccupufan Itangkaian
“Ti igffer"”

5.6.6.3 Pengaturan Tegangan


(b)

Untuk melakukan pengaturan kecepatan


dengan daerah pengaturan yang sempit
Motor
pada motor induksi rotor sangkar dapat induksl
dilakukan dengan cara menurunkan
(mengatur) besarnya tegangan masu-
kan.

Perlu diperhatikan pengaturan kecepat-


an seperti ini bisa menyebabkan naik-
nya slip, sehingga efisiensi menurun
dengan menu-runnya kecepatan, dan
pemanasan berlebihan pada motor bisa Gambar 5. 114 Pengaturan Tegangan
menimbulkan masalah.

Pengaturan tegangan untuk mengatur 5.6.6.4 Pengaturan Frekuensi


kecepatan dapat diimplementasikan de-
ngan mensuplai kumparan stator dari
Pengaturan putaran motor induksi dapat
sisi sekunder autotransformator yang
dilakukan dengan mengatur nilai fre-
bisa diatur atau dengan komponen
kuensi jala-jala. Aplikasi metoda penga-
elektronik seperti rang-kaian thyristor
turan kecepatan ini memerlukan se-
yang biasa disebut vo/tage controller".
buah pengubah frekuensi.
Gambar 5.113 memperlihatkan blok • Dimana motor akan diletakan ?
diagram sistem pengaturan kecepatan
umpan terbuka (open loop), frekuensi dan masih banyak lagi hal-hal yang
sup-lai ke motor dapat diatur (diubah- harus dijadikan acuan sebelum kita me-
ubah). milih motor listrik, supaya motor dapat
Untuk menghindari saturasi yang tinggi menggerakan beban secara optimal dan
dalam magnetik, tegangan terminal ke efisien.
motor harus bervariasi sebanding de-
ngan frekuensi. Berikut ini beberapa faktor/standar yang
dapat dijadikan pertimbangan dalam
memilih motor, supaya sesuai dengan
kebutuhan beban.

Faktor Pelayanan (Service Faktor)

Motor induksi tersedia dengan berbagai


tipe dan ukuran daya, apabila motor
mempunyai faktor pelayanan (service
' faktor = SF) 1,15, hal ini menunjukan
bahwa motor dapat beroperasi pada
115% beban secara terus menerus,
walaupun beroperasi pada efisiensi
: yang lebih rendah dari yang seharus-
nya. Pengunaan motor dengan beban
lebih sesuai SF untuk jangka waktu
Gambar 5.115 Skema Pengaturan tertentu biasanya menjadi alternatif
Frekuensi pengguna motor, daripada harus mem-
beli motor dengan daya yang lebih
besar.

5.6.7 Pemilihan Motor • Penutup Motor

Penutup motor dirancang untuk membe-


rikan perlindungan terhadap bagian-
Sebelum menggunakan motor listrik un- bagian yang ada didalam motor, tergan-
tuk menggerakan suatu beban, maka tung pada lingkungan dimana motor ter-
terlebih dahulu kita harus mengetahui sebut akan dipergunakan. Beberapa
karakteristik beban yang akan digerakan jenis penutup yang umum dipergunakan
tersebut, seperti : adalah :
• Apakah beban akan terhubung Iang-
sung ke poros motor ? ODP (Open Drip-Proof), jenis ODP
• Berapa besarnya daya yang dibu- digunakan pada lingkungan yang
tuhkan ? bersih dan memberikan toleransi ter-
• Bagaimana hubungan torsi beban hadap tetesan cairan tidak lebih
dengan kecepatan ? besar 15°secara vertikal. Pendi-
• Berapa besar torsi asut, torsi ke- nginan untuk motor memanfaatkan
cepatan, torsi maksimum yang di- udara sekitarnya.
butuhkan ?
•.• TEFC(TotaIIy Enclosed Fan Cooled), motor dengan penutup jenis ini di-
gunakan untuk lingkungan yang ber-
tahanan rotor tinggi yang dibuat dari
debu dan korosif. Motor didingin-
kuningan, motor bekerja antara 85% s.d
kan oleh kipas angin eksternal.
95% dari kecepatan sinkronnya.
Motor dengan desain D biasanya diper-
• Klasifikasi Karakteristik Torsi Motor
gunakan untuk menggerakan beban
yang mempunyai kelembaman tinggi,
NEMA (National Electrical Manufactu-
sehingga membutuhkan waktu yang re-
res Association) telah membuat standar-
latif lama untuk mencapai kecepatan
disasi untuk motor induksi berdasarkan
penuh.
karakteristik torsinya, yaitu rancangan A,
B, C, D, dan F. Tabel 5.6 memper-
lihatkan karakteristik torsi motor berda-
• Klasifikasi Isolasi Motor
sarkan standar NEMA.

Tabel 5.6 Karakteristik Isolasi motor diklasifikasikan dengan hu-


Torsi f4otor Induksi ruf, sesuai dengan kemampuannya ter-
hadap suhu untuk bisa bertahan tanpa
Desain Torsi Arus Slip Torsi
Asut Asut Beban Patah mengakibatkan penurunan karakteristik
Penuh yang serius. Tabel 5.7 memperlihatkan
A N N I-‹ LI kenaikan suhu diatas suhu kamar ber-
B N N R N dasarkan klas isolasi. Jenis isolasi motor
i N i-‹ N yang paling umum digunakan adalah
D I < I I klas B.
I- x x R x
Ket : N = Normal, T =Tinggi, Tabel 5.7 Klasifikasi isolasi Rotor
R = Rendah, LT= Lebih Tinggi

Motor induksi rotor sangkar adalah mo-


tor yang paling sederhana karena diba-
gian rotornya tidak ada sikat. Motor in-
duksi rotor sangkar (desain B) umum-
nya dipergunakan untuk menggerakan
kipas, pompa sentrifugal, dan sebagai-
nya.

Motor induksi dengan torsi asut tinggi


(desain C) digunakan apabila diperlu-
kan torsi pengasutan tinggi, seperti ele-
vator dan kerekan yang harus diasut
dalam keadaan berbeban. Motor jenis
ini umumnya mempunyai rotor sangkar
ganda.

Motor induksi desain D dirancang untuk


mempunyai torsi asut tinggi dengan arus
asut rendah. Motor jenis ini mempunyai
Isolasi
Klas B Klas F Klas H
Motor tanpa
80°C 105°C 125°C
SF
Motor dengan
90°C 115°C 135°C
SF 1,15
BAB IV. PEMBAHASAN

Elevator/Lift
salah satu jenis pesawat pengangkat yang
berfungsi untuk membawa barang maupun
penumpang dari suatu tempat yang rendah
ketempat yang lebih tinggi ataupun
sebaliknya. Adapun jenis mesin lift dibagi
menjadi dua yaitu mesin lift penumpang
dan lift barang. Gerak kerja dari mesin lift
ini adalah dengan cara menaik
turunkansangkar pada sebuah lorong lift
dimana gerakannya berasal dari putaran
motor listrik.
Konstuksi umum mesin lift/elevator berupa
sebuah sangkar yang dinaik turunkan oleh
mesin pengangkat, dimana yang akan
direncanakan disini adalah dua sangkar
tanpa penyeimbang(Counter Weight) yang
mana apabila salah satu sangkar naik maka
sangkar yang satu lagi harus turun begitu
pula untuk sebaliknya. Sangkar tersebut
dijalankan pada rel-rel dengan
menggunakan alat penuntun sangkar yang
terpasang tetap, hal ini dimaksudkan agar
lift tersebut tidak bergoyang pada saat
berjalan.

1. Control System

2. Geared Machine

3. Primary Velocity Tranducer

4. Governor

5. Hoisting Ropes
6. Roller Guide/ Guide Shoe

7. Secondary Possition Tranducer

8. Door Operator

9. Entrance Protection System

10. Load Weighing Tranducers

11. Car Safety Device

12. Traveling Cable

13. Elevator Rail

14. Counterweight

15. Compesation Ropes

16. Governor Tension Sheave

17. Counterweight Buffer

18. Car Buffer

bagian-bagian diatas belum termasuk system control pada rangkaian eleckto penggatur arus
listrik pada elevator. bagian-bagian lain dapat dilihat dibawah ini.

Bagian-bagian Lift

1. Motor Penggerak

Mesin penggerak ini menggunakan motor listrik


tiga phase yang putarannya diteruskan dengan
transmisi roda gigi cacing.Motor penggerak ini
dilengkapi dengan rem magnet ( magnetic brake
) yang berfungsi menahan motor ketika kereta
elevator telah sampai pada lantai yang dituju,
pergerakan cepat atau lambatnya elevator diatur
oleh PLC (Programable Logic Control) .Motor
penggerak dalam menarik dan menurunkan
elevator menggunakan tali baja ( rope ) yang
melingkar pada puli mesin ( sheave ).
2. Pulley

Sistem puli dalam konstruksi mesin lift terdiri atas sistem tunggal dan majemuk.

3. Tali Baja

Tali baja berfungsi untuk meneruskan gerakan dari putaran puli ke gerakan naik turun sangkar
pertama dan sangkar kedua. Jumlah dan diameter tali baja ditentukan dari besarnya beban yang
akan diangkat.
4. Sangkar / Kereta

Sangkar adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengangkut penumpang maupun barang.

sangkar elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail di kedua sisinya, pada sisi
kanan dan kiri terdapat pemandu rail ( sliding guide ) yang berfungsi memandu atau menapaki
rail.

Selain pemandu rail ( sliding guide ) juga terdapat karet peredam ( silencer rubber ) yang
berfungsi untuk mengurangi kejutan ketika elevator berhenti maupun mulai start, selain itu pula
terdapat pendeteksi beban ( switch overload ) yang terdapat dibawah kereta elevator. Pada pintu
kereta elevator juga terdapat sensor gerak ( safety ray ) dan sensor sentuh ( safety shoe ) yang
terpasang pada pintu kereta dan berfungsi supaya untuk penumpang elevator tidak terjepit pintu
elevator, didalam kereta elevator juga terdapat tombol-tombol pemesanan lantai ( floor button )
yang akan dituju oleh pengguna elevator.
Kereta elevator memiliki pintu otomatis yang digerakkan oleh motor stepper yang bekerja
berdasarkan sinyal digital yang asalnya dari sensor kedekatan ( proximity ) yang berfungsi
menentukan level atau tidaknya lantai, setelah lantai dinyatakan level atau rata maka
motor stepper akan membuka pintu secara otomatis

Selain yang disebutkan diatas, ada beberapa komponen pendukung kerja elevator antara lain
seperti dibawah ini :
1. Saklar pintu ( door contact )

Saklar pintu ( door contact ) ini termasuk dalam komponen pengaman elevator.
1. Kunci pintu ( door lock )

Berfungsi untuk mengunci pintu agar pintu tidak dapat dibuka dari luar
1. Saklar batas atas ( final up ) dan bawah ( final down )

Saklar batas atas dan bawah berfungsi untuk mengamankan kereta elevator terhadap
kemungkinan terjadinya kelebihan kecepatan.

Penjelasan mengenai komponen pengaman elevator akan dibahas pada bahasan keamanan pada
elevator.

5. Bobot Penyeimbang (Counter Weight)


Penyeimbang (Counter Weight) dimaksudkan untuk mengimbangi dari berat sangkar sehingga
mesin tidak menahan beban yang tinggi. Pada umumnya berat penyeimbang sama dengan berat
maksimum sangkar ditambah 40% -
50% .
sebagai contoh, konstruksi lift atau elevator dengan kapasitas angkat maksimal Q= 1300 kg,
dengan berat kosong angkat 2600kg diperoleh berat bobot penyeimbang?

jawab

Beban penyeimbang dihitung menggunakan power pada saat naik beban penuh = power pada
saat turun kosong

Dimana :

Sp= Sangkar pada saat beban penuh = 2600 kg


Untuk mendapatkan hasil berat penyeimbang dengan ketentuan beban naik penuh sama dengan
beban turun kosong, maka persamaan diatas dapat disubtitusikan sebagai berikut :

(Sp – X) v.g = 0

(X – Sk) v.g =0 +

2X = Sp + Sk

2X = 2600 + 1300

X = 1950 kg

Maka berat penyeimbang adalah 1950 kg

biasanya penyeimbang direncanakan menggunakan besi cor GG 45


hasil diatas sama hal nya :
Qt = 40%-50% x Q1 + Q
1950 kg = 50 % (1300) +1300
1950 kg = 650 kg + 1300 kg

6. Rem

Mesin lift dilengkapi dengan rel elektromagnetik tertutup. Yang paling umum adalah rem lift
terdiri dari perakitan kompresi pegas , sepatu rem dengan lapisan, dan perakitan sebuah solenoida
. Bila solenoida tidak berenergi, kekuatan pegas sepatu rem untuk mencengkeram drum rem yang
menimbulkan torsiatau tekanan pengereman. Magnet dapat mengerahkan gaya horizontal untuk
menahan rem terbuka dan kembali menutup saat tidak digunakan. Hal ini dapat dilakukan secara
langsung di salah satu lengan operasi atau melalui sistem linkage. Dalam kedua kasus, hasilnya
adalah sama. Saat diaktifkan pegas sepatu rem ditarik magnet menjauh dari poros drum rem
bersamaan dengan putaran mesin elevator tersebut.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan menghentikan putaran sebuah bahan dengan koefisien
gesekan tinggi digunakan keandalan saat gesekan dalam pengereman, seperti seng asbes terikat
berserat. Sebuah bahan yang terlalu tinggi koefisien gesekan dapat menyebabkan gerakan
hentakan dalam sangkar. Bahan pengereman ini harus dipilih dengan hati-hati.

Biasanya efisiensi dari mesin dirancang adalah 60 persen untuk motor dan perakitan kotak
perlengkapan gigi traksi. Efisiensi ini diperkirakan untuk beban sekitar 1135 kg, yang cocok
dengan ukuran ideal ruangan lift, yang didorong dengan kecepatan di 1.75 m / s.

Diagram benda bebas di bawah ini menunjukkan bagaimana kekuatan ini didistribusikan. Gaya yang
diberikan oleh pegas adalah jauh lebih dekat dengan pin sambungan lengan penarik dan oleh karena itu,
dengan mudah dikalahkan oleh kekuatan lengan tarik magnetik (jarak jauh dari titik rotasi).

Gambar 3. Diagram sistem pengereman


Gambar 4. Diagram benda bebas dari sistem pengereman

7. Governor

Governor ini dihubungkan ke kereta dengan menggunakan tali baja pengaman. Tali pengaman ini
meneruskan gerakan dari kereta ke governer dan memutar roda governor. Apabila kecepatan
kereta melebihi kecepaan aman yang diijinkan, maka governor akan bekerja dengan cara sebagai
berikut :
a. Memutus jalur kontrol melalui saklar pembatas kecepatan.
b. Menjepit tali governor dan membuat rem pengaman bekerja.
Perawatan Elevator

Perawatan terhadap elevator yang sehari-hari terus beropearasi perlu dilakukan dengan baik dan
benar. Hal ini agar elevator dalam operasinya tidak mendapat gangguan atau kemacetan dan agar
umur pemakaian elevator tersebut dapat memenuhi harapan yang wajar.

Ada beberapa perawatan dan pemeliharaan lift, sebagai berikut :

1. Pemeliharaan ringan
Yaitu pekerjaan pemeliharaan yang hanya meliputi service rutin dan penggantian bahan/alat
pakai seperti :
1. Penggantian oli
2. Penggantian bola lampu
3. Penggantian sepatu pintu
4. Pelumasan
2. Pemeliharaan keseluruhan
Yaitu pekerjaan pemeliharaan yang meliputi service rutin dan penggantian spare part seperti :
1. Penggantian tali baja
2. Penggantian komponen control sistim
3. Penggantian traveling cable
4. Readjustment.

DOMINAN FISIKA:

Ada perhitungan pengalihan kekuatan daya listrik seluruh sistem lift. Listrik dimasukkan ke

dalam motor sama dengan:


(untuk AC motor)

Di mana V adalah tegangan dan I / akar 2 adalah sumber arus AC. Hasil perhitungan Power
konsumsi ini kemudian ditransfer melalui output dari poros motor,

Dimana T adalah torsi dan w adalah Kecepatan rotasi. Setelah daya ditransfer melalui gigi
(pengurang kecepatan) output akan berkurang dan torsi akan lebih besar. Daya secara
keseluruhan akan sedikit lebih rendah karena sistem tidak 100% efisien. Tegangan pada tali baja
dari katrol lift adalah sama dengan berat dari lift, W e. The tension on the rope from the counter
weight is W c . Tegangan pada tali baja dari pemberat adalah W c.

Gambar 1. Benda bebas dari sistem katrol

Analisis berikut telah dilakukan untuk kondisi mapan (tanpa percepatan) operasi. Tekanan gaya
pada katrol pengemudi sama dengan perbedaan dari kedua ketegangan yang diberikan di setiap
sisi. Di satu sisi, gaya ini sama dengan W e dan di sisi lain, itu adalah W c. Oleh karena itu, gaya
total yang diberikan pada katrol 1 (drive katrol) adalah:

Dalam rangka untuk mencari daya yang diperlukan untuk gerakan lift, baik
kecepatan rotasi poros drive (melekat pada katrol 1) atau kecepatan lift harus diketahui. Daya
keluaran (asumsinya 100% efisiensi),

di mana r adalah radius katrol (katrol 1).

Gambar 2. Power mengalir melalui lift biasa

PERHITUNGAN BEBAN SIRKULASI VERTIKAL (LIFT)

Pemilihan kapasitas-kapasitas lift akan menetukan jumlah lift yang mempengaruhi pula kualitas
pelayanan gedung, terutama proyek-proyek komersil.
Instalasi lift yang ideal ialah yang menghasilkan waktu menunggu disetiap lantai yang minimal,
percepatan yang komfortavel, angkutan vertical yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di
setiap lantai.
11. DAYALISTRIK UNTUK LIFT

Daya listrik yang diperlukan untuk satu kelompok lift sangat tergantung kapasitas,
kecepatan dan jumlah lift.

Suatu lifi dengan kapasitas m dan kecepatan s m/detik memerlukan daya :

E= ”75
=075:mlnv

Sedangkan factor kebutuhan daya untuk suatu kelompok lift adalah :

Jumlah 2 3 4 5 6 7 10 15 20 25
lift
Factor 0.85 0.77 0.72 0.67 0.63 0.59 0.52 0.44 0.40 0.35

Contoh .

Lift dengan kapasitas 3500 lb = 1587.6 kg dan kecepatan 3 m/detik memerlukan daya

listrik

Untuk 5 lift = 0.67 x 5 x 48 HP = 160 HP

Catatan :

l orang diperhitungkan 75 kg

Penggunaan daya listrik oleh lift (10 jam/hart):

Kwh = 0.20 x 160 HP x pp x 10 jam = 240 kwh


12. BEBAN PANAS RUANG MESIN LIFT

Beban panas ruang mesin lifl inaksimum diperhitungkan 1/3 x juinlahHP dimana satu
HP = 2500 Btu ( 1 Btu = 0.25 kalori )

Temperature ruang mesin lift harus dipertahankan antara 60-900 F.

Suatu lift dengan kapasitas 2000 lb dan kecepatan 2.5 m/detik memerlukan daya listrik :

fk75 20DD > ß4S2d US


HP = 23 HP

( 1 pound = 0.4536 kg : I HP = 75 m/detik

1 HP = 0.746 KVA )

Beban panas = 1/3 x 23 x 2500 Btu = 19.167 Btu


BAB V. KESIMPULAN

salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang
dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi ataupun sebaliknya. Adapun jenis
mesin lift dibagi menjadi dua yaitu mesin lift penumpang dan lift barang.

Untuk satu buah lift dengan kapasitas 3500 lb=1587,6 Kg dengan kecepatan 3 m/detik
dengan perkraan 1 orang beat 75 Kg eerlukan daya sebesar 48 HP.

Pemilihan kapasitas-kapasitas lift akan menetukan jumlah lift yang mempengaruhi pula
kualitas pelayanan gedung, terutama proyek-proyek komersil.
Instalasi lift yang ideal ialah yang menghasilkan waktu menunggu disetiap lantai yang minimal,
percepatan yang komfortavel, angkutan vertical yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di
setiap lantai.

rem lift terdiri dari perakitan kompresi pegas , sepatu rem dengan lapisan, dan perakitan
sebuah solenoida . Bila solenoida tidak berenergi, kekuatan pegas sepatu rem untuk
mencengkeram drum rem yang menimbulkan torsiatau tekanan pengereman. Magnet dapat
mengerahkan gaya horizontal untuk menahan rem terbuka dan kembali menutup saat tidak
digunakan. Hal ini dapat dilakukan secara langsung di salah satu lengan operasi atau melalui
sistem linkage. Dalam kedua kasus, hasilnya adalah sama. Saat diaktifkan pegas sepatu rem
ditarik magnet menjauh dari poros drum rem bersamaan dengan putaran mesin elevator tersebut.
. Apabila kecepatan kereta melebihi kecepaan aman yang diijinkan, maka governor akan bekerja
dengan cara sebagai berikut :
a. Memutus jalur kontrol melalui saklar pembatas kecepatan.
b. Menjepit tali governor dan membuat rem pengaman bekerja.

.
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.sciencejoywagon.com/physicszone/lesson/otherpub/wfendt/gene
ratorengl.htm
 http://www.wikipedia.com
 http://www.dunialistrik.blogspot.com
 http://dee-elevator-system.blogspot.com/2010/02/persyaratan-fungsional-
utama.html"

Anda mungkin juga menyukai