Melly Ridaryanthi
Graduate Student Universiti Kebangsaan Malaysia, Media and Communication Departement
e-mail : melly_ridaryanthi@yahoo.com
Abstract, Korean cultural products such as music television drama dam has been known in
the community since the 1990s. Korea is now seen as an exporter of popular culture that
today a lot of fans. Culture and lifestyle of Korea (Hallyu or Korean Wave) has become a
popular culture that spread to many countries including Indonesia. If you look at how the
Korean culture spread in the community life of the world raises questions about the
possibility of Korean Wave form new interests and consumption behavior in those who have
an interest in the products of korea. Is the value of culture on Korean products transmitted
through mass media advertising can establish new consumption behavior in the form of (re)
construction product purchase preferences? This study uses the Focus Group Discussion is a
discussion technique against some groups of informants in small quantities. Field findings
indicate interests and preferences that do not go hand in hand. Respondents generally liked
the items for Korean products, but it is not directly proportional to their purchasing
preferences. It is because the financial factors that are not fully supported.
Abstrak, Produk budaya Korea seperti musik dam drama televisi telah dikenal luas di
masyarakat sejak tahun 1990an. Korea saat ini dipandang sebagai pengekspor produk budaya
populer yang saat ini banyak penggemarnya. Budaya dan gaya hidup Korea (Hallyu atau
Korean Wave) telah menjadi budaya populer yang menyebar ke berbagai negara termasuk
Indonesia. Jika melihat bagaimana budaya Korea menyebar di kehidupan masyarakat dunia
memunculkan pertanyaan tentang kemungkinan Korean Wave membentuk minat dan
perilaku konsumsi baru pada mereka yang memiliki minat pada produk-produk korea.
Apakah nilai budaya pada produk Korea yang ditransmisikan melalui iklan media massa
dapat membentuk perilaku konsumsi baru dalam bentuk (re)konstruksi preferensi pembelian
produk? Penelitian ini menggunakan metode Focus Group Discussion yang merupakan teknik
perbincangan terhadap beberapa kelompok informan dalam jumlah kecil. Temuan lapangan
menunjukkan adanya minat dan preferensi yang tidak berjalan beriringan. Responden
umumnya menyukai barang-barang produk Korea, namun hal ini tidak berbanding lurus
dengan preferensi pembelian mereka. Hal disebabkan karena faktor finansial yang tidak
sepenuhnya mendukung.
87
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 87-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 87-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
dari peran media massa di mana berbagai kesatuan dalam konteks penggerak roda
ciri produk (budaya) Korea diekspos globalisasi melalui persebaran produk
melalui media ke seluruh penjuru dunia. dengan katalis media yang telah mampu
Indonesia, salah satunya, menjadi pusat menghubungkan manusia dari titik ke titik
perkembangan fenomena tersebut. Tidak di seluruh dunia. Adaptasi dan adopsi
hanya produk musik dan drama Korea budaya baru pada suatu produk dapat
yang menjamur di Indonesia, namun berperan dalam pembentukan popularitas
produk-produk lainnya seperti produk produk tersebut. Sehingga tidak bisa kita
kecantikan, produk makanan, rumah sangkal lagi bahwa produk-produk Korea
makan, dan lainnya. adalah bagian dari produk efek globalisasi.
Sirkulasi dan konsumsi film, mode, Selain itu, media telah menjadi katalis
musik juga program televisi telah mampu yang kuat dalam transmisi pesan dan nilai
memengaruhi budaya lokal dan regional di baru dalam masyarakat, dalam penelitian
mana produk tersebut dikonsumsi. ini, khususnya remaja di Indonesia.
Indahnya pakaian a la tren artis Korea, Kemajuan perkembangan media
wujud desain arsitek bangunan, swalayan dan teknologi dengan mudah membawa
dan tempat makan bernuansa budaya informasi dari seluruh penjuru dunia untuk
Korea digambarkan pada setiap drama seri dapat diakses oleh setiap orang yang
yang menarik perhatian masyarakat global menggunakannya. Seiring pergerakan arus
(Korean culture and information service, globalisasi, perkembangan dan penyebaran
2011: 27). suatu budaya sebagai produk, paham dan
Demam Korea ini seperti telah gaya baru, bahkan identitas, dapat dengan
disebutkan di atas dipengaruhi juga mudah menyebar ke seluruh penjuru
perkembangannya karena sorotan media wilayah yang diinginkan melalui media.
yang meliput berbagai acara yang menjadi Di sini media iklan dapat dilihat
bagian dari produksi Korea. Melalui sebagai katalis bagaimana nilai-nilai
website yang dibentuk oleh para fans budaya Korea kemudian disampaikan
produk Korea ini bahkan dimanfaatkan sebagai sebuah pesan yang menjadi tren
sebagai sarana penjualan marchandise baru di kalangan masyarakat, khususnya
(Jung, 2011). Di sinilah marketing dan remaja. Pendapat sarjana menyebutkan
iklan digunakan khususnya dalam bahwa iklan dapat secara langsung
memasarkan produk secara online. Sekali memberikan efek terhadap perilaku
lagi, kemajuan teknologi pada era ini telah konsumen dan secara berangsur-angsur
banyak memberikan kemudahan dapat memengaruhi nilai suatu budaya
penyebaran demam Korea yang bahkan (Semenik, et.al., 2012: 197).
telah memasuki fase barunya yang disebut Dari fenomena sirkulasi produk
Neo-Korean Wave (Korean culture and Korea pada masa ini, iklan banyak
information service, 2011: 39). memberikan informasi yang sarat budaya.
Fenomena ini menggambarkan Konsumen biasanya mengkonsumsi
bagaimana trans-budaya yang mengalir sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan
telah memberikan kontribusi terhadap sosial, identitas sosial, keluarga, ritual,
pergerakan globalisasi. Korea sebagai budaya, simbol dan sejarah yang dipahami
komoditi, Korea sebagai budaya dan Korea bersama (Semenik, et.al., 2012: 196).
sebagai pemain pada pergerakan Perubahan pada peminatan pembelian bisa
perekonomian di kancah global. Ketika terjadi bergantung pada tataran mana
konsep Timur dan Barat dilihat sebagai tingkat keterlibatan seseorang terhadap
dua aspek yang berbeda, sebagai pembeda suatu produk; tinggi atau rendah.
dalam kehidupan sosial manusia, namun Mereka yang memiliki minat yang
kita dapat melihatnya sebagai satu cukup tinggi terhadap suatu produk dari
90
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
budaya tertentu mungkin akan memiliki 2005). Dikutip dalam Miller (2005) juga
keterlibatan yang tinggi mengenai pendapat sebagai berikut:
pengumpulan informasi produk dan If we accept the concept of
mengenal budaya produk sehingga dalam process, we view events and
jangka panjang mungkin dapat relationships as dynamic, on-
memengaruhi perilakunya. Di sini, going, ever-changing, continuous.
komunikasi persuasif berperan dalam When we label something as a
memberikan efek terhadap khalayak process we also mean that it does
melalui informasi yang dikemas dalam not have a beginning, an end, a
bentuk iklan melalui media massa. fixed sequence of events. It is not
Merujuk penjelasan di atas, dapat static, at rest. It is moving. The
disimpulkan bahwa arus globalisasi bukan ingredients within a process
hanya berdampak pada perputaran barang interact; each affects all others. (h.
dan peningkatan ekonomi saja. Justru 24)
melalui konsumsi produk dari berbagai
penjuru dunia, secara tidak langsung sudah Berbicara tentang komunikasi,
terjadi transmisi budaya dari negara pesan dan perubahan, kita tidak dapat
produsen, dalam konteks ini adalah melepaskannya dari nilai dan budaya yang
terjadinya demam Korea. Peranan media dikandung dalam setiap konteks pesan.
massa melalui persebaran drama, musik Bagaimana setiap pesan dengan berbagai
dan produk-produk Korea yang telah tujuan; menginformasikan, mendidik,
menjelajahi dunia selama lebih dari memengaruhi atau menghibur, mungkin,
sepuluh tahun terakhir ini. Iklan yang dapat berdampak pada perubahan dalam
mengandung pesan bukan hanya produk diri individu atau masyarakat secara luas.
namun juga nilai budaya di dalamnya telan Ketika menyentuh pembahasan
menjadi sumber informasi bagi khalayak. mengenai budaya artinya kita juga akan
Jika melihat bagaimana budaya berbicara tentang tiga tingkatan perilaku
Korea menyebar di kehidupan masyarakat yaitu terbuka dan rahasia, implisit dan
dunia sedemikian lama, memunculkan eksplisit, hal-hal yang Anda bicarakan dan
pertanyaan tentang kemungkinan Korean yang tidak Anda bicarakan
Wave untuk dapat membentuk minat dan (Farhurokhmah, 2011). Terdapat berbagai
perilaku konsumsi baru pada mereka yang hal dalam kehidupan kita yang secara tidak
memiliki minat pada produk-produk korea. sadar telah dipengaruhi oleh budaya dalam
Dengan merujuk pada penjelasan singkat bentuk budaya kolektif yang dipahami
tentang demam Korea di atas maka bersama. Budaya kolektif ini wujudnya
penelitian ini akan dilaksanakan dengan adalah perilaku nonverbal mengenai cara
rumusan masalah sebagai berikut: Apakah berbicara, dan lain sebagainya begitu pula
nilai budaya pada produk Korea yang dengan pertumbuhan ekonomi dan
ditransmisikan melalui iklan media massa pemerintahan, termasuk juga tren yang
dapat membentuk perilaku konsumsi baru dikonstruksikan oleh masyarakat
dalam bentuk (re)konstruksi preferensi (Freeman, 2011).
pembelian produk? Budaya bersifat dinamis, dapat
Komunikasi merupakan proses di bercampur, berakulturasi, berasimilasi
mana individu mentransmisikan stimuli bahkan ter-(re)konstruksi. Kenyataan
untuk memodifikasi perilaku orang lain bahwa banyak masyarakat dunia yang
(Miller, 2005: 3). Komunikasi sebagai melakukan perjalanan ke seluruh negara-
suatu proses yang diorientasikan secara negara di dunia yang mana masing-masing
kompleks dan terus menerus (Miller, dari individu tersebut memiliki konstruksi
budaya mereka masing-masing. Ketika
91
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Korea untuk disebarkan dan diakses ke tidak lagi berkutat dengan membeda-
seluruh dunia: pembelian produk secara bedakan mana yang tradisional dan mana
online, mengunduh film atau drama yang yang modern karena satu dan lainnya telah
ingin ditonton, dan lainnya. Seperti saling menambahkan nilai dalam
ungkapan McLuhan, the medium is the percampuran nilai budaya. Pada abad 20,
message. konsumerisme tidak hanya tentang
Alasan mengapa produk Korea kebutuhan pada barang atau jasa, namun
mudah memberikan pengaruh adalah tentang perbedaan kepemilikan barang
karena kebaruannya dan sebagai bentuk yang terkoneksi dengan formasi sosial,
alternatif produk di pasaran di luar produk- politik dan budaya yang akan berbeda-
produk Amerika, oleh karena itu Korean beda nilai dan wujudnya pada setiap
wave dan produknya menemukan wilayah, generasi bahkan jender (Heinz-
kekuatannya di pasar global. Ketika Gerhard Haupt as cited in Trentmann
berbicara tentang minat dan ketertarikan 2004). Karenanya, konsumsi pada masa
terhadap produk Korea ini, kecenderungan sekarang adalah mewakili kolektivitas
konsumen tidak akan berhenti pada identitas di mana nilai budaya digali dan
membeli barang atau produk saja, namun dikembangkan dan bahkan
mereka akan melakukan perjalanan untuk di(re)konstruksi dalam wujud produk
memenuhi rasa penasaran terhadap budaya untuk dikonsumsi.
Korea yang mereka minati itu. Bahkan Konsumerisme berkaitan dengan
ketika para konsumen membeli produk, konstruksi Barat yang merujuk pada
mereka bukan memenuhi kebutuhan dan konsumsi massal yang dihasilkan sebagai
keinginan mereka akan produk itu saja, akibat dari stimuli yang ditimbulkan oleh
namun lebih dari itu, mereka membeli nilai iklan (Chen & Chauhan, 2011: 27).
budaya yang terkandung di dalamnya. Perusahaan-perusahaan Barat memicu
Konsumerisme tumbuh dalam diri fenomena psikologis dan kultural yang
pengguna produk-produk tersebut. mengakibatkan munculnya konsumsi
Konsumerisme dapat dijelaskan sebagai massal terhadap barang ataupun jasa yang
berikut: ditawarkan.
…a society in which many Perilaku konsumen berkaitan
people formulate their goals dengan serangkaian proses di mana
through purchasing products that masing-masing individu berusaha untuk
actually not a basic need purpose. memenuhi kebutuhannya untuk
It appears as mentality, mendapatkan keuntungan dari produk dan
behavioral and individual action jasa (Semenik et al., 2012: 177). Pada
that lead the society to the dasarnya, setiap individu akan menjadi
motivation of consuming. pengambil keputusan dalam pembelian.
Consumption can be subjected Bukan hanya pemenuhan kebutuhan yang
into managing familial and social diperoleh dari penggunaan barang atau
relationships, it is not merely jasa, namun lebih dari itu berhubungan
pertaining self-centered dengan keuntungan pencapaian nilai emosi
acquisitiveness (Trentmann, dengan pembelian suatu produk. Ini juga
2004: 3). terkait dengan nilai yang terkadung dari
produk tersebut. Konsumen telah dengan
Dijelaskan juga bahwa sendirinya membentuk preferensi
Consumerism is influenced by the penggunaan produk yang kemungkinannya
environment, as mentioned earlier, which dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi
including family, social class as well as sosial, juga tidak terkecuali eksposur
culture. Pada kehidupan dunia global, kita media.
94
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Consumer behavior
Attitudes Advertising
Cultural Values
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Korean Wave dengan produknya telah menerima efek dari Hallyu ini. Teman-
sedemikian merujuk pada persepsi tertentu teman mereka juga ada yang dinilai
yang berkaitan dengan komoditas: hiburan mengalami pergeseran nilai diri yang
dan pariwisata sebagai bagian dari dilihat berubah secara fisik berdasarkan
perekonomian dalam era globalisasi. penampilan. Hal lainnya adalah kesadaran
Menurut mereka, media hanya mereka terhadap efek yang dapat
menyoroti mengenai pariwisata, artis-artis, ditimbulkan dari konsumsi produk ini oleh
penampilan atau pakaian dan dandanan anak-anak yang dinilai belum bisa
serta hal-hal yang bersifat hiburan, oleh memilah mana yang boleh diikuti dan
karena itu persepsi yang muncul mengenai tidak. Terpaan produk Korea di layar kaca
Korea pun tidak jauh dari apa yang mereka menjadi satu daya tarik bagi anak-anak
temukan dari media. Walau ada dari karena mereka melihat sesuatu yang
informan yang mengatakan pernah berbeda di sekitar mereka.
menonton tayangan yang berisi sejarah Pada kegiatan diskusi, para
Korea, namun tidak banyak media yang informan hampir tidak ada yang
memberikan informasi serupa itu. mengenakan atribut berkaitan dengan
Kebanyakan dari yang mereka temukan Korea dan kegemarannya. Tetapi, ketika
adalah bersifat „gosip‟ atau hiburan belaka. diskusi mengenai citra Korea, produk
Untuk remaja usia kuliah, mereka Korea dan hal lainnya berkaitan dengan
dapat dinilai cukup dewasa dan dapat Hallyu, mereka dengan antusias menjawab
dengan bijak memilah mana nilai yang dan menjelaskan secara detail. Memang
bisa diambil dan mana yang tidak. Dalam perlu disepakati bahwa kedekatan budaya
perbincangan, mereka menyebutkan bahwa adalah satu poin kuat yang memengaruhi
cara hidup, berpakaian dan berdandan bagaimana satu budaya beradaptasi dan
menjadi bagian yang mereka perhatikan mengadopsi budaya lainnya, namun tidak
dari setiap informasi yang mereka cari boleh dilupakan pula bahwa individu
melalui media. Tidak heran ketika ditanya menjadi penentu identitas diri seperti apa
informasi apa yang paling banyak dicari, yang ingin mereka terima. Di sinilah titik
mereka akan menjawab „gosip‟ tentang konstruksi baru pada masyarakat, terutama
kehidupan artis yang mereka idolakan, bagi para informan, dari apa yang mereka
tentang manajemennya dan tentang konsumsi, apakah mereka akan
perkembangan karir para artis berkaitan mempertahankan identitas diri mereka atau
film terbaru dan jadwal konser. membentuk transformasi baru pada diri
Para informan dalam penelitian ini dan pola pikir.
menjadi anggota fan-base satu atau dua Interaksi yang mereka lakukan
boyband Korea yang mereka gemari. dengan orang lain juga memberikan
Tidak semua orang akan menjadi anggota pengaruh terhadap kegemaran mereka
suatu fan-base secara aktif, kecuali pada produk Korea termasuk dukungan
memang mereka benar-benar memiliki keluarga. Interaksi dengan keluarga ini
minat. Banyak informasi yang sengaja berkaitan dengan bagaimana para informan
mereka cari dan mereka gali untuk menggunakan uang mereka untuk membeli
memenuhi rasa ingin tahu. Berdasarkan produk Korea dalam wujud fisik barang.
pengamatan peneliti selama proses Focus Dalam pertemanan, yang
Group Discussion, memang secara fisik merupakan lingkar interaksi selanjutnya
mereka tidak mengalami terpaan demam setelah keluarga, banyaknya informasi
Korea ini. yang beredar dalam interaksi ini menjadi
Namun mereka tidak menutup pemicu keingintahuan para informan untuk
mata, dengan melihat sekeliling, mereka menggali informasi baru tentang hal yang
tahu bahwa ada kalangan tertentu yang mereka sukai. Karena informasi tentang
99
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
produk Korea berupa musik dan drama ini suatu produk. Hal ini juga terkait dengan
bukanlah produk yang sering diiklankan di nilai yang terkadung dari produk tersebut.
media televisi maka internet menjadi satu- Konsumen telah dengan sendirinya
satunya „sumber harta karun‟ mereka membentuk preferensi penggunaan produk
untuk memperoleh apa yang mereka yang kemungkinan dipengaruhi oleh
butuhkan. lingkungan dan interaksi sosial tidak
Dari informasi sederhana seperti terkecuali eksposur media.
resensi film, foto idola, jadwal konser, Kisaran pengeluaran mulai dari Rp.
cerita mengenai kehidupan pribadi artis, 30.000 – Rp. 100.000 adalah batas yang
kemudian muncul minat untuk tidak hanya mereka sediakan untuk membeli pernak
sekedar menikmati produk Korea melalui pernik atau barang yang berkaitan dengan
pembelian produk sehingga dapat dilihat kegemaran mereka. Angka tersebut di luar
ada preferensi pembelian atas kegemaran harga tiket konser yang bisa mencapai Rp.
mereka. Di sini kemudian dapat dilihat 500.000. Dengan keterbatasan anggaran
bahwa ada perilaku pembelian yang menyebabkan pembelian tidak ditujukan
menjadi bagian dari perilaku konsumen pada barang-barang mewah. Bahkan
yang bukan hanya pada tataran pencarian kepingan CD/DVD yang biasa mereka beli
informasi saja namun sudak pada perilaku adalah berupa barang bajakan yang mereka
pembelian. sendiri tahu bahwa itu dilarang.
Seiring berjalannya waktu, minat Dua informan yang terlibat dalam
terhadap produk drama dan musik Korea Focus Group Discussion ini mengaku
berkembang tidak hanya sebatas pada mendapatkan suntikan dana dari orangtua
tataran ingin menikmati, namun juga ingin untuk mendukung kegemaran mereka ini.
memiliki barang-barang yang berkaitan Terbukti bahwa mereka sudah beberapa
dengan itu semua. Marchandise yang kali menonton konser group band Korea di
original maupun tidak menjadi sasaran Jakarta dengan harga tiket berkisar antara
mereka, selama itu berkaitan dengan apa Rp. 350.000 – Rp. 500.000. Selain itu,
yang mereka minati. Kalau sebelumnya mereka juga diperkenankan untuk meminta
menelusuri internet dan mencari segala uang lebih di luar uang saku harian untuk
sesuatu mengenai apa yang mereka suka membeli barang-barang yang mereka
sudah mencukupi apa yang mereka inginkan. Di sini terlihat adanya dorongan
butuhkan, namun penggunaan media bagi para informan untuk melakukan usaha
tradisional berupa media cetak pun tidak yang lebih dalam memenuhi preferensi
luput dari konsumsi mereka. Terlihat dari pembelian mereka.
bagaimana mereka rela memborong Interaksi yang baik dengan
majalah, tabloid atau koran apa saja yang keluarga memberikan keleluasaan bagi
di dalamnya memuat segala sesuatu mereka untuk memperoleh dana lebih dari
berkaitan dengan artis dan band yang orangtua sehingga mereka bisa membeli
mereka minati. Tidak hanya satu dalam atau menambah budget yang mereka
sekali pembelian, bahkan ada yang punya untuk membeli barang yang mereka
membeli hingga lima eksemplar yang inginkan terutama untuk barang yang
berbeda untuk satu berita yang serupa. berkaitan dengan artis kegemaran. Mereka
Dalam pemikiran dasarnya, setiap umumnya tidak sungkan untuk
individu akan menjadi pengambil mengenakan barang-barang yang berkaitan
keputusan dalam pembelian. Bukan hanya dengan artis tersebut, termasuk koleksi
pemenuhan kebutuhan yang diperoleh dari kaos yang mereka miliki. Bahkan, kaos
penggunaan barang atau jasa, namun lebih tersebut tidak hanya dikenakan untuk
dari itu berhubungan dengan keuntungan menghadiri acara yang berkaitan dengan
pencapaian nilai emosi dalam pembelian kegemarannya itu, namun ke tempat-
100
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
tempat umum seperti mall dan kampus. Di sudah sempat dikemukakan bahwa mereka
sini dapat dilihat bahwa secara tidak sadar mau mengenakan produk Korea bahkan ke
mereka telah merekonstruksi identitas diri tempat umum sekalipun yang
mereka berdasarkan apa yang mereka mengisyaratkan bahwa terdapat
gemari. kecenderungan pembentukan kembali citra
Memang, jika ditinjau secara fisik, diri mereka di masyarakat. Mereka
identitas mereka sebagai individu atau masing-masing memiliki batasan mana
perilaku mereka sehari-hari mungkin tidak nilai yang bisa mereka ambil dan mana
terlihat berubah. Namun dengan citra yang bisa mereka bangun, jadi tidak
mengenakan atribut artis kegemaran atau serta merta suka kemudian fanatik yang
barang kegemaran, mereka telah terang- menyebabkan perubahan semua identitas
terangan memberi label atas diri mereka yang ada.
sebagai penggemar produk tertentu. Sebagai konsumen, mereka cukup
Barang-barang di luar hal-hal yang sadar apa yang mereka butuhkan secara
berkaitan dengan drama, artis atau band fisik dan secara emosional. Hal ini
kegemaran ternyata tidak terlalu menarik mungkin juga dipengaruhi oleh faktor usia,
minat mereka. Hal ini dimungkinkan latar belakang pendidikan dan kemampuan
karena tidak ada ketertarikan secara finansial mereka saat ini. Seperti jika
emosional terhadap barang-barang ditanya apakah ada keinginan untuk
tersebut. Berbeda ketika berbicara mengunjungi Korea, atau memakai
mengenai drama yang memiliki alur cerita, barang-barang Korea lainnya seperti
musik yang mungkin memberikan efek kosmetik atau pakaian, jawaban mereka
menyenangkan atau artisnya yang adalah mungkin saja jika memang
memiliki daya tarik secara fisik. memiliki kemampuan finansial setara itu.
Pembahasan. Dari paparan di atas,
dapat dilihat bahwa mereka memang PENUTUP
menyukai produk Korea seperti drama dan
musik Korea. Hal ini telah membawa Simpulan, Dari uraian di atas,
mereka pada satu tindakan konsumsi dapat diambil beberapa hal yang perlu
tertentu dan mengkonstruksi sebagian diberikan sorotan secara khusus yang akan
indentitas mereka menjadi ciri tertentu. dibagi berdasarkan tema perbincangan
Media dan iklan telah menjadi alat sebagai berikut: pertama, faktor penarik
pemberi informasi berupa nilai-nilai dan pendorong minat pada budaya dan
budaya dan informasi produk yang produk Korea yang dapat berasal dari
memungkinkan terbentuknya perilaku dalam dan luar diri informan. Faktor
pembelian. Namun di sini dapat dipastikan penariknya adalah terpaan media dan
bahwa informan telah membentuk perilaku informasi yang bersumber dari
pembeliannya sendiri berdasarkan pertemanan. Faktor ini memberikan
kegemarannya, sehingga jika ada produk informasi yang membangkitkan
lain yang diasosiasikan dengan apa yang ia ketertarikan karena dikemas dengan apik
gemari, belum tentu dapat memberikan dan tidak lengkap, namun memberikan
efek yang sama dengan informasi atau kesan mendalam terhadap informan. Oleh
iklan yang secara langsung berkaitan karena itu, timbul keinginan informan
dengan minatnya. untuk mencari tahu dan menceburkan diri
Secara sadar informan mengakui menikmati produk itu secara langsung
bahwa mereka memang mengkonsumsi dengan menonton drama, mendengarkan
produk Korea, namun dengan tegas musik dan mencari informasi dengan lebih
menyatakan bahwa identitas diri mereka rinci. Faktor pendorong dari diri sendiri
tidak berubah. Walaupun, sebelumnya berasal dari seringnya media menayangkan
101
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
produk tersebut dan perbincangan di antara minat dan preferensi yang tidak berjalan
teman yang senantiasa menimbulkan rasa beriringan.
ingin tahu. Saran, Hal paling jelas adalah
Kedua, tayangan televisi, informasi bahwa mereka menyukai barang-barang
di internet, billboard dan sumber informasi produk Korea, bahkan di luar drama dan
lainnya yang hampir setiap hari menjadi musik sekali pun, namun hal ini tidak
perhatian informan memberikan kesan berbanding lurus dengan preferensi
mendalam sehingga informan membentuk pembelian mereka. Hal ini dapat
persepsi sendiri terhadap demam Korea disebabkan karena faktor finansial yang
dan produknya ini. Sejauh ini persepsi tidak sepenuhnya mendukung, minat
yang muncul ketika topik perbincangan secara emosional yang juga tidak
mengenai Korea bergulir adalah berkaitan mendukung dan usia serta latar belakang
dengan hiburan dan pariwisata. Dua hal pendidikan yang menjadikan mereka lebih
tersebut yang dianggap paling sering cerdas dan melek mengenai apa yang
disorot oleh media. Kedua hal itu pula mereka butuhkan walaupun kebutuhan itu
yang kemudian menjadi informasi yang pada dasarnya berlabelkan keinginan
dicari oleh para informan sehingga karena berkaitan dengan produk yang
menumbuhkan rasa ingin tahu dan bahkan sifatnya emosional.
ingin mengunjungi negara tersebut dengan
asumsi bahwa Korea sangat cantik dan
indah. DAFTAR REFERENSI
Ketiga, tidak lepas dari faktor
penarik dan pendorong yang telah dibahas Al-Rodhan, N. R. F. (2006) Definitions of
sebelumnya, interaksi sosial juga globalization: A comprehensive
melibatkan individu-individu yang overview and a proposed definition.
memberikan pengaruh sehingga informan Program on the geopolitical
merasa tertarik dan terdorong untuk implcations of globalization and
kemudian mengkonsumsi produk Korea transnational security. Geneva
ini. Kelompok rujukan menjadi pusat centre for security policy: Geneva.
rujukan informasi dan peneguhan tren Andrik, P. (2003) Komunikasi
yang sedang berlangsung. Melalui Multikultural. Muhammadiyah
kelompok rujukan, informan dapat university press: Surakarta.
memenuhi keingintahuannya dan tidak Christian, A. J. (2011) Fandom as
tertinggal informasi yang berkaitan dengan industrial response: Producing
idolanya. identity in an independent web
Keempat, para informan memang series. Journal of transformative
memiliki preferensi pembelian namun works and culture. Vol. 8.
secara spesifik terbatas pada produk yang http://bit.ly/SihFBW [accessed 25
benar-benar berkaitan dengan apa yang August 2012]
diminatinya. Hal ini dapat dilihat dari Doobo, S. (2011) Waxing the Korean
barang-barang yang dibeli yang berkaitan wave. Asia research institute,
dengan minat mereka berupa marchandise working paper series no. 158.
berupa kaos dan CD/DVD. Tidak semua National university of Singapore:
barang yang berlabelkan Korea kemudian Singapore.
menjadi preferensi barang yang dibeli, Doobo, S. (2006) Hybridity and the rise of
walaupun ketertarikan itu ada. Korean popular culture in Asia.
Kelima, banyak faktor yang Media, culture & society, 28(1): 25-
ditemukan di lapangan merujuk pada 44.
102
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
Featherstone, M. (2007) Consumer culture Lee, S. J. (2011) The Korean wave: The
and postmodernism 2nd edition. Sage Seoul of Asia. The elon journal of
Publication: London. undergraduate research in
Freeman, Barbara M. (2011) A Public communications, 2(1): 85-93.
Sense Of Ourselves : Leung, S. (2012) Catching the K-pop
Communication And Community- wave: Globality in the production,
Building In Canada‟s distribution and consumtion of south
Lesbianews/Lnews, 1989-98. korea poupular music. Bachelor
Westminster Papers (Vol 8 ISSUE 3 thesis http://bit.ly/NL8vwf [Diakses
December 2011, 143-168). 3 September 2012]
Mihalcea, R., & Catoiu, L. (n.d) Consumer
Fathurokhmah, Fita. (2011) Wacana identity and implications for the
Komunitas Agama: Sebuah brand.
Propaganda Media. Jurnal Penelitian http://www.oeconomica.uab.ro/uploa
dan Pengembangan Komunikasi dan d/lucrari/1020082/50.pdf [Diakses
Informatika ( Volume 2 No. 2 Juni 15 Agustus 2013]
2011, 222-236) Miller, K. (2005) Communication theories
perspectives, processes and context.
Guenette, L. (2009) The McDonaldization
New York: McGraw-Hill.
of China. A curriculum project for
Olsson, Michael R. (2013) Making Sense
Fulbright-Hays seminars abroad to
of Shakespeare: a Cultural Icon for
China. http://bit.ly/QpPT2S
Contemporary Audiences.
[Accessed 7 September 2012]
Cosmopolitan Civil Societies Journal
Ida, R. (2008) Consuming Taiwanese boys Vol. %, No. 3 ISSN: 1837-5391, 16-
culture watching meteor garden with 19). from
urban kampung women in indonesia http://utsescholarship.lib.uts.edu.au/e
in popular culture in indonesia fluid press/journal/index.php/mcs
identities in post-authoritarian
Ramesh, B. A. (n.d) Hallyu story: Behind
politics. Ariel Heryanto (Edited).
the origins and success of the
Routledge: New York.
Korean wave in China & the future
Ismail, Z., Masood, S., & Tawab, Z. M. of content in a broadband world.
(2012) Factors affecting consumer http://bit.ly/O8bhvq [Diakses 4
preference of international brands September 2012]
over local brands. 2nd international Reich, S. (1998) What is globalization?
conference on social science and Four possible answers. The Helen
humanity 31: 54-59. Kellogg institute for international
studies. http://bit.ly/WS2I6q
Jung, S. (2011) K-pop, Indonesian [Diakses 9 Desember 2012]
fandom, and social media. Journal Saeng-Yeon, S (2010). Constructing a new
of transformative works and image. H.allyu in Taiwan. European
culture, Vol. 8. Journal of East Asian Studies: 25-45
http://bit.ly/uiKg1q [Diakses 25 Schiffman, L., & Kanuk, L. L. (2008)
Agustus 2012] Perilaku konsumen edisi ketujuh
Korean culture and information service. (Terj.). Indeks: Jakarta.
(2011) The Korean wave: A new pop Scholte, J. A. (2012) What is
culture phenomenon. globalization? The definitional issue
http://bit.ly/OiMal8 [Diakses 3 – Again. http://bit.ly/SORXDq
September 2012] [Diakses 9 Desember 2012]
103
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104
Ridaryanthi: Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi perilaku Konsumen ...
104
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 88-104