Anda di halaman 1dari 15

B.

Pengawas Minum Obat (PMO)


Menurut Depkes RI (2009) Pengawas Minum Obat (PMO) adalah seseorang
yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita
dalam meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO bisa berasal dari
keluarga, tetangga, kader atau tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.
Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan kegiatan yang dilakukan
menjamin kepatuhan penderita untuk minum obat sesuai dengan dosis dan
jadwal seperti yang telah ditetapkan.
Persyaratan Pengawas Minum Obat (PMO)
1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien.
2. Seseorang yang dekat dengan pasien
3. Bersedia membantu pasien dengan sukarela
4. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien.
Tugas seorang PMO menurut Setiadi (2008) adalah:
1. Mengawasi pasien agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
2. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang pada waktu yang telah
ditentukan.
4. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien
Kepatuhan Menurut Sockett yang di kutip oleh Niven (2004) bahwa
kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang di berikan oleh profosional kesehatan. Orang mematuhi
perintah dari orang yang mempunyai kekuasaan bukan hal yang
mengherankan karena ketidak patuhan sering kali di ikuti dengan beberapa
bentuk hukuman. Meskipun demikian, yang menarik adalah pengaruh dari
orang yang tidak mempunyai kekuasaan dalam membuat orang mematuhi
perintahnya dan sampai sejauh mana kesediaan orang untuk mematuhinya.
C. Gakin
1. Sistem Pelayanan Kesehatan Gakin
Sejak 1998 muncul kebijakan lebih sistematis dan berskala nasional
untuk melayani kebutuhan kesehatan penduduk miskin, yakni program
Jaringan Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK). Tahun 2003,
pemerintah menyediakan biaya untuk rujukan ke rumah sakit (RS) bagi
penduduk miskin. Dana ini berasal dari pemotongan subsidi bahan bakar
minyak (BBM), yang disebut dana Penanggulangan Dampak Pemotongan
Subsidi Energi (PDPSE), kemudian diubah namanya menjadi Program
Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM).
Dana PDPSE langsung diberikan kepada RSU. Baik JPSBK dan PDPSE
adalah contoh “supply side approah” dalam memberikan subsidi bagi
penduduk miskin.
Pada awal pemerintahan 'Kabinet Indonesia Bersatu' telah dicanangkan
program 100 hari pertama bidang kesehatan dengan SK Nomor 121
SIMENKESI SKIX12004. Program 100 hari tersebut adalah meningkatkan
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) tenaga medis,
mengembangkan sistem jaminan kesehatan terutama bagi rakyat miskin
dan meningkatkan pelayanan kesehatan dasar. Berbagai tindakan yang
dilakukan antara lain: Rekrutmen tenaga medis untuk Puskesmas dan RS
di daerah tertinggal dan Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar secara
gratis di kelas Ill RSU Pemerintah untuk penduduk miskin
Kebijakan pemeliharaan kesehatan bagi penduduk miskin sudah lama
diterapkan di Indonesia. Pelayanan gratis bagi penduduk yang membawa
surat miskin dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), desa dan
pembagian kartu sehat, adalah contoh kebijakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk miskin dengan strategi “individual targeting”. Berbagai program
Instruksi Presiden (Inpres), secara tidak langsung juga mempunyai aspek
kebijakan membantu penduduk miskin, misalnya Inpres Obat dan Inpres
Samijaga, merupakan contoh kebijakan dengan strategi “geographic
targeting”
2. Dampak krisis ekonomi/krisis moneter
a. Gakin tidak mampu memenuhi kebutuhan dan kecukupan gizi dan
pangan, sehingga mereka rentan terhadap penyakit, terutama bayi,
balita, ibu hamil dan buteki (ibu menyusui)
b. Gakin tidak mampu berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, atau
seandainya mampu berobat tetapi tidak mampu membeli obat yang
dibutuhkan
c. Kalau terpaksa dirujuk ke rumah sakit, gakin tidak mampu membiayai
transportasi maupun biaya perawatan
d. Gakin tidak mampu untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit,
misalnya imunisasi bagi bayi dan ibu hamil

3. Kebutuhan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Dasar Penduduk


Miskin
Dalam program JPS-BK dan PKPS-BBM, pelayanan yang disediakan
umumnya seperti yang dirumuskan dalam pertemuan regional di Tokyo
tahun 1998, yaitu:
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)
b. Immunisasi; pengobatan penyakit menular, khususnya Tuberkolosis
(TB), malaria, demam berdarah dengue (DBD)
c. Peningkatan gizi
d. Promosi kesehatan
e. Pelayanan rujukan di RSU (untuk kasus KIA/persalinan dan penyakit
menular).
Data utilisasi pelayanan kesehatan oleh penduduk miskin selama
pelaksanaan program JPS-BK dan PKPS-BBM cukup baik untuk
mengetahui apa kebutuhan utama pelayanan kesehatan penduduk miskin.
4. Kegiatan program PKPS-BBM
a. Kegiatan pelayanan kesehatan di RS, BP4 dan BKKM berupa
pelayanan:
1) Pelayanan rawat jalan
2) Pelayanan rawat inap
3) Pelayannan penunjang medik ( rontgen, laboratoriun, dll) termasuk
pelayanan penyediaan darah
4) Pelayanan emergency/gawat darurat
5) Tindakan medik
b. Pemberian obat
1) Penyediaan obat yang termasuk dalam daftar obat program
kesehatan dan daftar obat pelayanan kesehatan dasar
2) Memberikan obat ke puskesmas dan jaringannya agar semua gakin
yang sakit dapat dilayani
c. Pemberian imunisasi
1) Penyediaan vaksin hepatitis B
2) Memberikan imunisasi hepatitis B di puskesmas dan jaringannya,
agaa semua bayi gakin mendapatkan imunisasi hepatitis B
d. Pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya:
Penyediaan dana untuk upaya-upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, raat jalan, rawat inap, dilakukan didalam dan diluar
gedung, termasuk kujungan rumah
Kegiatan tersebut dikemlompokkan dalam kegiatan :
1) Pelayanan kesehatan dasar, termasuk pelayanan KB dan rujukan
2) Pelayanan kebidanan
3) Revitalisasi posyandu
e. Pelayanan kesehatan oleh bidan di desa:
1) Penyediaan dana untuk pelayanan kebidanan dasar
2) Kegiatan pelayanan oleh bidan didesa:
a) Pelayanan antenatal bagi ibu hamil gakin
b) Pelayanan nifas bagi ibu dan bayinya
c) Pertolongan pertama/penanganan kegawat daruratan obstetri-
neonatal dan rujukannya ke puskesmas atau RS kab/kota
d) Pelayanan KB bagi PUS (pasangan usia subur) dari gakin (alat
kontrasepsi disediakan oleh BKKBN melalui dana PKPS-BBM
keluarga berencana)
f. Kegiatan penunjang
1) Operasional proyek dan program PKPS-BBM
2) Penyebarluasan informasi dalam rangka sosialisasi program
3) Pemantauan program
4) Penanganan keluhan/pengaduan masyarakat
5) Biaya distribusi obat dari kab/kota ke puskesmas

D. Jamkesmas
1. Definisi
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah jaminan
perlindungan untuk pelayanan kesehatan secara menyeluruh
(komprehensif) mencakup pelayanan promotif, preventif serta kuratif dan
rehabilitatif yang diberikan secara berjenjang bagi masyarakat/peserta
yang iurannya di bayar oleh Pemerintah.
Program Jamkesmas berbentuk bantuan sosial untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dan diselenggarakan
secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan
yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan
nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru
lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Perjanjian Kerjasama (PKS) adalah dokumen perjanjian yang
ditandatangani bersama antara Dinas Kesehatan selaku Tim Pengelola
Kabupaten/Kota dengan penanggung jawab institusi fasilitas kesehatan
pemerintah dan swasta yang mengatur hak dan kewajiban para pihak
dalam jaminan persalinan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Jamkesmas meliputi
a. Pembinaan, pengembangan pembiayaan dan jaminan pemeliharaan
kesehatan
b. pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin
c. pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin.

2. Tujuan pelaksanaan program Jamkesmas


a. Terselenggaranya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh
masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan
yang optimal secara efektif dan efisien.
b. Meningkatkan cakupan masyarakat tidak mampu yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan Rumah Sakit,
serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin.

3. Kepesertaan Program Jamkesmas


Peserta program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu
selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS, yang terdaftar dan memiliki
kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada
tahun 2010, sasaran program Jamkesmas diperluas kepada tiga kelompok
sasaran baru yaitu orang miskin baru akibat tertimpa musibah bencana,
orang miskin penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan di Rumah
Tahanan (Rutan), orang-orang tua miskin yang tinggal di Panti Sosial,
anak terlantar dan anak‐anak yatim piatu yang tinggal di panti‐panti
asuhan. Jaminan kesehatan pada kelompok tersebut ditetapkan melalui
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1185‐SKMenkes‐XII‐2009 tertanggal
13 Desember 2009 Tentang Penetapan orang miskin di LapasRutan,
Orang‐orang tua miskin, anak terlantar dan yatim piatu di panti‐panti
sosial, serta orang miskin akibat bencana dijamin oleh Jamkesmas. Sasaran
Jamkesmas di setiap Kabupaten/Kota belum dianggap sah apabila
Bupati/Walikota belum menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota
dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dengan bentuk
Keputusan Bupati/Walikota.

4. Manfaat pelayanan jaminan persalinan pada pelayanan nifas (Post


Natal Care) yaitu:
a. Tatalaksana pelayanan
Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini
ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibu
nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin.
Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru
lahir dan pelayanan KB pasca salin. Tatalaksana asuhan PNC
merupakan pelayanan Ibu dan Bayi baru lahir sesuai dengan Buku
Pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan
kunjungan neonatal.
Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-
masing 1 kali pada :
1) Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2)
2) Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7)
3) Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28)
4) Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42)
Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pasca
persalinan. Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan
komplikasi nifas antara lain :
1) Perdarahan
2) Sepsis
3) Eklamsi
4) Asfiksia
5) Ikterus
6) BBLR
7) Kejang
8) Abses/Infeksi diakibatkan oleh komplikasi pemasangan alat
kontrasepsi.
9) Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu dan bayi baru lahir
sebagai komplikasi persalinan

b. Keluarga Berencana (KB)


1) Jenis Pelayanan KB
Pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain;
a) Kontrasepsi mantap (Kontap)
b) IUD, Implant
c) Suntik.
2) Tatalaksana Pelayanan KB dan ketersediaan Alokon
Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk dan
keterkaitannya dengan Jaminan Persalinan, maka pelayanan KB
pada masa nifas perlu mendapatkan perhatian. Tatalaksana
pelayanan KB mengacu kepada Pedoman Pelayanan KB dan KIA
yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) sedangkan ketersediaan alat dan
obat kontrasepsi (alokon) KB ditempuh dengan prosedur sebagai
berikut:
a) Pelayanan KB di fasilitas kesehatan dasar:
(1) Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh BKKBN
terdiri dari IUD, Implant, dan Suntik.
(2) Puskesmas membuat rencana kebutuhan alat dan obat
kontrasepsi yang diperlukan untuk pelayanan KB di
Puskesmas maupun dokter/bidan praktik mandiri yang ikut
program Jaminan Persalinan. Selanjutnya daftar kebutuhan
tersebut dikirimkan ke SKPD yang mengelola program
keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat.
(3) Dokter dan bidan praktik mandiri yang ikut program Jaminan
Persalinan membuat rencana kebutuhan alokon untuk
pelayanan keluarga berencana dan kemudian diajukan
permintaan ke Puskesmas yang ada diwilayahnya.
(4) Puskesmas setelah mendapatkan alokon dari SKPD
Kabupaten/Kota yang mengelola program KB selanjutnya
mendistribusikan alokon ke dokter dan bidan praktik mandiri
yang ikut program Jaminan Persalinan sesuai usulannya.
(5) Besaran jasa pelayanan KB diklaimkan pada program
Jaminan Persalinan.
b) Pelayanan KB di fasilitas kesehatan lanjutan:
(1) Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh BKKBN.
(2) Rumah Sakit yang melayani Jaminan Persalinan membuat
rencana kebutuhan alat dan obat kontrasepsi yang diperlukan
untuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Rumah Sakit
tersebut dan selanjutnya daftar kebutuhan tersebut dikirimkan
ke SKPD yang mengelola program keluarga berencana di
Kabupaten/Kota setempat.
(3) Jasa pelayanan KB di pelayanan kesehatan lanjutan menjadi
bagian dari penerimaan menurut tarif INA CBG’s
Agar pelayanan KB dalam Jaminan Persalinan dapat berjalan dengan
baik, perlu dilakukan koordinasi yang sebaik-baiknya antara petugas
lapangan KB (PLKB), fasilitas kesehatan (Puskesmas/Rumah Sakit),
Dinas Kesehatan selaku Tim Pengelola serta SKPD Kabupaten/Kota
yang menangani program keluarga berencana serta BKKBN Provinsi.

5. Pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas menerapkan pola


pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan
jaringannya.
b. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang
rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS
TNI/POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama dengan Kementerian
Kesehatan.
c. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta
walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama.
d. RS/BKMM/BBKPM melaksanakan pelayanan rujukan lintas wilayah
dan biayanya dapat diklaimkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) yang bersangkutan ke Kementerian Kesehatan.

6. Pendanaan Jaminan Persalinan


Pendanaan Jaminan Persalinan merupakan bagian integral dari
pendanaan Jamkesmas, sehingga pengelolaannya pada Tim
Pengelola/Dinas Kesehatan Kab/Kota tidak dilakukan secara terpisah baik
untuk pelayanan tingkat pertama/ pelayanan dasar maupun untuk
pelayanan tingkat lanjutan/ rujukan. Pengelolaan dana Jamkesmas di
pelayanan tingkat pertama/ pelayanan dasar dilakukan oleh Dinas
Kesehatan selaku Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota
sedangkan pelayanan tingkat lanjutan/ rujukan dilakukan oleh RS.
Pendanaan Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar dan pelayanan
rujukan merupakan belanja bantuan sosial (bansos) bersumber APBN yang
dimaksudkan untuk mendorong pencapaian program, percepatan
pencapaian MDG’s 2015 serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
termasuk persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan.
7. Kelengkapan Pertanggung Jawaban Klaim
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama ke Tim Pengelola Kabupaten/ Kota
dilengkapi:
1) Fotokopi kartu identitas diri sasaran yang masih berlaku (KTP atau
identitas lainnya), dan bagi peserta jamkesmas dilengkapi dengan
fotokopi kartu Jamkesmas.
2) Fotokopi lembar pelayanan pada Buku KIA sesuai pelayanan yang
diberikan untuk Pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas, termasuk
pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Apabila peserta
Jamkesmas atau penerima manfaat Jaminan Persalinan non
Jamkesmas tidak memiliki buku KIA pada daerah tertentu, dapat
digunakan kartu ibu atau keterangan pelayanan lainnya pengganti
buku KIA yang ditandatangani ibu hamil/bersalin dan petugas yang
menangani. Untuk pemenuhan buku KIA di daerah, Tim Pengelola
Kabupaten/Kota melakukan koordinasi kepada penanggung jawab
program KIA daerah maupun pusat (Ditjen Gizi dan KIA).
3) Partograf yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong
persalinan untuk Pertolongan persalinan. Pada kondisi tidak ada
partograf dapat digunakan keterangan lain yang menjelaskan tentang
pelayanan persalinan yang diberikan.
4) Fotokopi/tembusan surat rujukan, termasuk keterangan tindakan pra
rujukan yang telah dilakukan di tandatangani oleh sasaran/keluarga

b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan


Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan di fasilitas
kesehatan lanjutan dilengkapi:
1) Fotokopi kartu identitas diri sasaran yang masih berlaku (KTP atau
identitas lainnya), dan bagi peserta jamkesmas dilengkapi dengan
fotokopi kartu Jamkesmas
2) Fotokopi/tembusan surat rujukan dari Puskesmas, Fasilitas
Kesehatan Swasta/Bidan Praktik Mandiri di tandatangani oleh
sasaran atau keluarga sasaran.
3) Bukti pelayanan untuk Rawat Jalan dan Resume Medis untuk rawat
inap
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Pengawas Minum Obat (PMO) adalah seseorang yang ditunjuk dan
dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita dalam meminum
obatnya secara teratur dan tuntas. PMO bisa berasal dari keluarga, tetangga,
kader atau tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.
Sejak 1998 muncul kebijakan untuk melayani kebutuhan kesehatan
penduduk miskin, yakni program Jaringan Pengamanan Sosial Bidang
Kesehatan (JPS-BK). Tahun 2003 pemerintah menyediakan biaya untuk
rujukan ke rumah sakit bagi penduduk miskin. Dana ini berasal dari
pemotongan subsidi bahan bakar minyak (BBM), yang disebut dana
Penanggulangan Dampak Pemotongan Subsidi Energi (PDPSE), kemudian
diubah namanya menjadi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan
Bakar Minyak (PKPS-BBM). Pelayanan gratis bagi penduduk yang
membawa surat miskin dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), desa
dan pembagian kartu sehat, adalah contoh kebijakan pelayanan kesehatan
bagi penduduk miskin dengan strategi “individual targeting”.
Program Jamkesmas berbentuk bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dan diselenggarakan secara
nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Jaminan Persalinan
adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB
pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan.
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
Sesuai sumber yang kami dapati dan diskusi kelompok, kami mengharapkan
makalah ini dapat meningkatkan pemahaman tentang sistem pelayanan pada
pasien dengan gangguan reproduksi, yang mencakup pelayanan Rujukan,
PMO, Gakin, Jamkesmas.untuk pelayanan pada pasien.
Daftar pustaka

Bachroen, Cholis et. all. 2005. Pelaksanaan Kebijaksanaan Pelayanan Kesehatan


Gratis Bag1 Keluarga Mlskln (Gakin) Dl Rumah Saklt Pemerintah Provlnsl
Nusa Tenggara Tlmur (Ntt). Studi Kasus di RSUD Prof Dr WZ Johannes
Kupang dan RSUD Kabupaten Timor Tengah Selatan.
https://media.neliti.com/media/publications/21126-ID-pelaksanaan-
kebijaksanaan-pelayanan-kesehatan-gratis-bagi-keluarga-miskin-gakin.pdf.
Diperoleh pada tanggal 5 Agustus 2019.

Deputi Bidang Sumberdaya Manusia Dan Kebudayaan. Perencanaan Dan


Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Miskin. Direktorat
Kesehatan Dan Gizi Masyarakat. Jakarta.
https://www.bappenas.go.id/files/4913/5078/6556/3perencanaan-dan-
pembiayaan-pelayanan-kesehaan-bagi-penduduk-
miskin__20081123002641__2.pdf. Diperoleh pada tanggal 5 Agustus 2019

Marf, R. B. 2010. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Keluarga Miskin


Pada Puskesmas Kabupaten Bone Bolango. Bagian Administrasi Kebijakan
Kesehatan FKM Unhas. Makassar.
https://media.neliti.com/media/publications/27400-ID-pelaksanaan-
pelayanan-kesehatan-bagi-keluarga-miskin-pada-puskesmas-kabupaten-
bo.pdf. Diperoleh pada tanggal 5 Agustus 2019

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Petunjuk Teknis Jaminan


Persalinan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2012/bn46-2012lamp.pdf.
Diperoleh pada tanggal 5 Agustus 2019

Mukti, Ali Ghufron et, all. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/buletin/buletin-jamkesmas.pdf. Diperoleh pada
tanggal 5 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai