Anda di halaman 1dari 37

REVISI

Per 17 Juli 2020

PROTOKOL TELE-KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI (KIE)


MELALUI SISTEM RELAWAN COVID-19 NASIONAL (RECON)
RELAWAN KEMANUSIAAN MELAWAN COVID-19

DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2020
ALUR KERJA TELE-KOMUNIKASI, INFORMASI,
DAN EDUKASI (TELE-KIE)

Penjelasan:

Kategori 1 = masyarakat yang melakukan skrining mandiri melalui RECON dan


memiliki gejala sedang/berat dengan diagnosis pneumonia ringan hingga berat dan Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) DENGAN hasil positif pemeriksaan laboratorium
RT-PCR (dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19). Pada kategori ini tidak dibedakan
sedang dengan berat karena keduanya direkomendasikan mendapatkan pelayanan
medis ke RS Darurat (gejala sedang) dan RS Rujukan (gejala berat).

2
Kategori 2 (Kasus Konfirmasi Gejala Ringan) = masyarakat yang melakukan skrining
mandiri melalui RECON dan memiliki gejala non-spesifik seperti demam, batuk, nyeri
tenggorokkan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot DENGAN hasil positif
pemeriksaan laboratorium RT-PCR (dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19)

Kategori 3 (Kasus Konfirmasi Tanpa Gejala) = masyarakat yang melakukan skrining


mandiri melalui RECON dan tidak memiliki gejala mencurigai COVID-19 DENGAN hasil
positif pemeriksaan laboratorium RT-PCR (dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19)

Kategori 4 (Kasus Probabel ATAU Suspek Gejala Sedang/Berat) = masyarakat yang


melakukan skrining mandiri melalui RECON dan memiliki kriteria kasus suspek (kategori
5) DENGAN ISPA Berat / ARDS / Meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan
COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR

Kategori 5 (Kasus Suspek Gejala Ringan) = masyarakat yang melakukan skrining


mandiri melalui RECON dan memiliki salah satu dari kriteria:
1. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara / wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal.
a. ISPA = demam (>= 38oC) atau riwayat demam dan disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat
2. Orang dengan salah satu gejala / tanda ISPA DAN pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi / probabel COVID-
19

Komunikator = relawan yang memberikan pendampingan kepada masyarakat / relawan


yang memberikan pendampingan

Komunikan = pelapor/masyarakat yang mengisi screening mandiri melalui RECON

Pendampingan = kegiatan yang dilakukan komunikator kepada komunikan, dalam


rangka pemberian Tele-KIE atau asistensi dalam mendapatkan layanan kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan / RS Darurat / RS Rujukan. Kegiatan pendampingan
dilakukan minimal 1x/hari kepada setiap komunikan dan dapat diakhiri sesuai dengan
tertera pada alur kerja di atas.

3
Kelompok Kasus Manajemen Kesehatan Masyarakat Direkomendasikan
Kementerian Kesehatan
Kasus Suspek 1. Bila tanpa gejala gejala ringan, isolasi mandiri di rumah,
dilakukan sejak seseorang dinyatakan sebagai kasus
suspek
2. Bila gejala sedang/berat, segera dirawat di RS Darurat atau
RS Rujukan COVID-19
3. Terapkan protokol kesehatan: physical distancing, pakai
masker dan cuci tangan pakai sabun
4. Usahakan dilakukan pemeriksaan RT-PCR / Swab di
fasilitas pelayanan kesehatan atau lokasi pemantauan
terdekat.
5. Pemantauan melalui telepon atau kunjungan berkala
(RECON melakukan pemantauan secara daring) dalam
bentuk pemantauan suhu tubuh dan skrining gejala harian.
Dengan memastikan taat melakukan isolasi mandiri dan
protokol kesehatan
6. Pemantauan dapat dihentikan apabila hasil pemeriksaan
RT-PCR selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu
>24 jam menunjukkan hasil negatif
7. KIE mengenai COVID-19, pencegahan penularan dan
terapi jika terjadi perburukan.
8. Identifikasi kontak erat / contact-tracing
Kasus Kontak Erat / 1. Karantina mandiri di rumah, dilakukan sejak seseorang
Pelaku Perjalanan dinyatakan sebagai kasus kontak erat. Karantina selama 14
hari
2. Terapkan protokol kesehatan: physical distancing, pakai
masker dan cuci tangan pakai sabun
3. Pemantauan melalui telepon atau kunjungan berkala
(RECON melakukan pemantauan secara daring) dalam
bentuk pemantauan suhu tubuh dan skrining gejala harian.
Dengan memastikan taat melakukan isolasi mandiri dan
protokol kesehatan
4. Pemantauan dapat dihentikan apabila hasil pemeriksaan
RT-PCR selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu
>24 jam menunjukkan hasil negatif
5. KIE mengenai COVID-19, pencegahan penularan dan
terapi jika terjadi perburukan.
6. Identifikasi kontak erat / contact-tracing
Kasus Probabel 1. Segara diarahkan untuk dirawat di RS Rujukan, isolasi
dilakukan sejak seseorang dinyatakan sebagai kasus
probabel
2. Terapkan protokol kesehatan: physical distancing, pakai
masker dan cuci tangan pakai sabun
3. Pemantauan dilakukan oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjut
4. Apabila kasus probabel meninggal, tatalaksana
pemulasaran jenazah sesuai protokol pemulasaran jenazah
kasus konfirmasi COVID-19
5. Identifikasi kontak erat / contact-tracing

4
6. Petugas kesehatan memberikan KIE kepada orang-orang
yang kontak erat dengan kasus probabel mengenai COVID-
19, pencegahan penularan dan terapi jika terjadi
perburukan.
Kasus Konfirmasi 1. Bila tanpa gejala gejala ringan, isolasi mandiri di rumah,
dilakukan sejak seseorang dinyatakan sebagai kasus
suspek
2. Bila gejala sedang/berat, segera dirawat di RS Darurat atau
RS Rujukan COVID-19
3. Terapkan protokol kesehatan: physical distancing, pakai
masker dan cuci tangan pakai sabun
4. Lakukan pemeriksaan RT-PCR / Swab sebagai follow-up di
fasilitas pelayanan kesehatan atau lokasi pemantauan
terdekat.
5. Pemantauan dilakukan oleh petugas Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjut
6. Identifikasi kontak erat / contact-tracing
7. Petugas kesehatan memberikan KIE kepada orang-orang
yang kontak erat dengan kasus probabel mengenai COVID-
19, pencegahan penularan dan terapi jika terjadi
perburukan.

Gambar 1. Contoh cara melakukan identifikasi kontak erat berdasarkan KMK No. HK.01.07-MENKES-413-2020

5
Gambar 2. Ringkasan Manajemen Kesehatan Masyarakat berdasarkan KMK No. HK.01.07-MENKES-413-2020

6
Gambar 3. Tabel Rangkuman Kriteria Gejala Klinis yang Berhubungan dengan Infeksi COVID-19 berdasarkan
Pedoman P2 COVID-19 Revisi 5 Kementerian Kesehatan

7
Gambar 4. (lanjutan) Tabel Rangkuman Kriteria Gejala Klinis yang Berhubungan dengan Infeksi COVID-19
berdasarkan Pedoman P2 COVID-19 Revisi 5 Kementerian Kesehatan

8
ETIKA KOMUNIKASI
1. Apabila pertama kali menghubungi komunikan, relawan dapat memulai
pembicaraan dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu, sampaikan
nama dan status sebagai relawan

“Selamat pagi/siang/sore/malam Ibu/Bapak/Kakak, perkenalkan saya


_______, relawan yang tergabung dalam RElawan COVID-19 Nasional
(RECON) Kemendikbud. Saya menghubungi karena Ibu/Bapak/Kakak telah
mengisi dan menjawab pertanyaan skrining seputar COVID-19 dan bersedia
didampingi oleh relawan. Apakah saya dapat mendampingi Ibu/Bapak/Kakak?
Apabila diperkenankan, saya akan melakukan verifikasi data terlebih dahulu”

2. Menggunakan bahasa yang sopan, formal, ramah dan mudah dimengerti


disertai intonasi yang menyesuaikan komunikan dalam menjawab maupun
bertanya
a. Apabila komunikan memiliki keterbatasan berbahasa Indonesia, dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang lebih halus dan formal, meminta
tolong untuk disambungkan dengan yang fasih berbahasa Indonesia
atau merujuk untuk mendengarkan materi edukasi berbahasa daerah di
https://covid19.heuproject.com/#download
3. Membangun hubungan empati yang baik dengan komunikan
4. Mendengar (demikian pula apabila menggunakan media komunikasi selain
telepon) secara aktif:
a. Memberikan kesempatan komunikan berbicara atau bertanya tanpa
diinterupsi
b. Mencatat hal-hal yang penting apabila diperlukan
c. Memahami komunikan tanpa menghakimi
d. Memberikan tanggapan atau pertanyaan untuk mengklarifikasi apabila
diperlukan

9
e. Melakukan konfirmasi pemahaman komunikan dengan meringkas poin-
poin utama
5. Dalam memberikan materi edukasi, komunikator dapat menyarankan
komunikan untuk mencatat, dan sampaikan poin-poin penting secara perlahan
6. Jika ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh komunikator, hindari
menjawab tanpa sumber yang terpercaya. Komunikator dapat menjawab
dengan “Mohon maaf Ibu/Bapak/Kakak, saat ini saya belum dapat menjawab
pertanyaan tersebut, izinkan saya mencari informasi dari narasumber kami,
kemudian saya akan menyampaikannya kepada Ibu/Bapak/Kakak, apakah
Ibu/Bapak/Kakak bersedia dihubungi kembali?”
7. Menutup pembicaraan dengan berterima kasih, salam, dan doa untuk
kesehatan bersama, dan dapat ditambahkan dengan pesan spesifik untuk
mengajak komunikan mendukung upaya menghentikan wabah

10
MEMULAI SESI WAWANCARA, VERIFIKASI
DATA DAN MENAWARKAN TELE-KIE
Awali dengan berdoa terlebih dahulu sebelum memulai sesi pendampingan dengan
komunikan.

1. Perkenalan

“Selamat pagi/siang/sore/malam Ibu/Bapak/Kakak, perkenalkan saya


_______, relawan yang tergabung dalam RElawan COVID-19 Nasional
(RECON) Kemendikbud. Saya menghubungi karena Ibu/Bapak/Kakak telah
mengisi dan menjawab pertanyaan skrining seputar COVID-19 dan bersedia
didampingi oleh relawan. Apakah saya dapat mendampingi Ibu/Bapak/Kakak?
Apabila diperkenankan, saya akan melakukan verifikasi data terlebih dahulu”

2. Verifikasi data komunikan, untuk memastikan komunikasi berlangsung


antara komunikator dengan orang yang sesuai dengan data yang
diberikan.
a. NIK
b. Tanggal lahir & usia
c. Pekerjaan & institusinya (tempat kerja, nama universitas, nama sekolah,
dan lainnya)
d. Alamat

3. Verifikasi gejala saat ini, sesuai dengan hasil pemeriksaan mandiri


a. Ingat Etika Komunikasi dalam melakukan verifikasi gejala. Cocokkan
gejala yang diverifikasi dengan status COVID-19 yang tertera pada
RECON (kategori 1-7), terjemahan dari status COVID-19 tertera pada
tabel berikut.

1
Gambar 5. Kombinasi 1-6 Skrining RECON

2
Gambar 6. Kombinasi 7-12 Skrining RECON

b. Awali dengan pertanyaan terbuka, “Bagaimana kondisi


Ibu/Bapak/Kakak?” atau “Bagaimana kabar Ibu/Bapak/Kakak saat ini?
Apakah ada keluhan?”

c. Berikan waktu komunikan untuk menyampaikan kondisi atau bercerita.


Catat dan konfirmasi.

d. Jika beberapa informasi di bawah ini belum disampaikan, dapat


ditanyakan:
i. “Apakah anda mengalami demam/riwayat demam?”
Jika ya, tanyakan sejak kapan, berapa suhu tubuhnya.
ii. “Apakah anda mengalami batuk?”

3
Jika ya, tanyakan sejak kapan
iii. “Apakah anda mengalami pilek?”
Jika ya, tanyakan sejak kapan
iv. “Apakah anda mengalami nyeri tenggorokan?”
Jika ya, tanyakan sejak kapan
v. “Apakah anda mengalami sesak nafas?”
Jika ya, tanyakan sejak kapan, keluhan sesaknya seperti apa
vi. “Apakah anda mempunyai riwayat perjalanan ke luar negeri atau
ke kota-kota yang diketahui terjangkit COVID-19 dalam 14 hari
sebelum timbul gejala?”
1. Jika ya, tanyakan kemana dan kapan
vii. “Apakah orang di sekitar Anda ada yang memiliki gejala serupa?”
1. Jika ya, tanyakan siapa, sejak kapan dan kondisi orang
tersebut sekarang
viii. “Apakah Anda melakukan kontak erat dengan penderita positif
COVID-19?”
1. Jika ya, tanyakan siapa, kapan dan kondisi orang tersebut
sekarang

e. Menanyakan kondisi dan penyakit penyerta


i. Apabila komunikan adalah seorang wanita dan sudah menikah,
dapat ditanyakan “Apakah saat ini Ibu/Kakak sedang
mengandung? Berapa minggu/bulan?”
ii. Untuk semua komunikan, dapat ditanyakan:
1. “Apakah Ibu/Bapak/Kakak pernah berobat dan dinyatakan
oleh dokter memiliki penyakit tertentu?”
2. Berikan waktu komunikan untuk menyampaikan kondisi
atau bercerita. Catat dan konfirmasi.
3. Apabila belum disebutkan, dapat ditanyakan:
a. Kencing manis / diabetes
b. Darah tinggi / hipertensi

4
c. Penyakit jantung
d. Penyakit paru
e. Penyakit ginjal
f. Penyakit keganasan / tumor / kanker
g. Penyakit imun / daya tahan tubuh terganggu
4. Tanyakan “sejak kapan Ibu/Bapak/Kakak mengidap
kondisi tersebut?” dan “apakah ada obat-obatan yang rutin
diminum? Apa saja?”

f. Setelah komunikator mengetahui gejala dan kondisi penyerta


(komorbiditas) dari komunikan, komunikator harus waspada (dan
harus ditanyakan) terhadap RED FLAGS / TANDA BAHAYA
komplikasi dari COVID-19, yaitu:
i. Sesak nafas berat ketika beristirahat hingga kesulitan
bernafas
ii. Nyeri dada/ dada seperti ditekan
iii. Kulit dingin, lembab, pucat, berbintik-bintik
iv. Kebingungan/ ling-lung
v. Tidak sadarkan diri/ sulit untuk bangun
vi. Bibir atau wajah membiru
vii. Urin hanya sedikit atau tidak sama sekali
Dan apabila dicurigai terdapat RED FLAGS / TANDA BAHAYA
komplikasi maka segera eskalasi kepada Case Manager.

g. Menanyakan riwayat pengobatan


Apabila komunikan memiliki gejala sakit seperti yang ditanyakan pada
nomor 3B-D / gejala yang dicurigai berhubungan dengan COVID-19,
dapat ditanyakan:
i. “Untuk gejala yang dirasakan Ibu/Bapak/Kakak saat ini, apakah
sudah pernah memeriksakan diri ke dokter? Kalau pernah,
kemana?”

5
ii. “Apakah sudah mengonsumsi obat-obatan?”
iii. Berikan waktu komunikan untuk menjelaskan. Catat dan
konfirmasi
h. Menanyakan riwayat rawat inap
Apabila komunikan memiliki gejala sakit seperti yang ditanyakan pada
nomor 5B-D / gejala yang dicurigai berhubungan dengan COVID-19,
dapat ditanyakan:
i. “Untuk gejala yang dirasakan Ibu/Bapak/Kakak saat ini, apakah
pernah menjalani rawat inap di rumah sakit?”
ii. Apabila pernah, tanyakan nama rumah sakit dan tempat/ruang
perawatannya, tanggal masuk dan lama perawatan

i. Menawarkan pemberian tele-KIE


i. Apabila komunikan bersedia, tanyakan informasi yang ingin
diketahui
ii. Jika komunikan tidak memiliki kebutuhan informasi secara
spesifik, atau tampak bingung, tawarkan informasi dengan
“Apakah Ibu/Bapak/Kakak sudah mengetahui penyakit COVID-
19?”
iii. Pemberian materi edukasi disesuaikan dengan jawaban dari
pertanyaan.

6
MELAKUKAN TELE-KIE DAN MATERI
EDUKASINYA

1. Apa itu COVID-19?


COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Novel Coronavirus atau
SARS-Cov-2 (lebih dikenal sebagai virus Corona).

2. Bagaimana penyakit ini bisa menular?


Seseorang dapat mengidap COVID-19 karena ditularkan melalui kontak dekat
dan droplet (yang keluar saat batuk, bersin maupun membuang nafas) dari
pengidap COVID-19 / mereka yang positif. Utamanya, COVID-19 ditularkan
dari pengidap COVID-19 yang bergejala dibandingkan yang tidak bergejala
kepada orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet bersama
virus dapat jatuh ke benda atau permukaan di sekitar penderita. Droplet
tersebut kemudian dapat tersentuh oleh orang-orang, dan kemudian dapat
masuk ke tubuh karena kebiasaan menyentuh muka, hidung, mulut. Droplet
bersama virus juga dapat terbang ketika batuk atau membuang napas, dan
orang di sekitarnya dapat menghirup droplet dan virus secara tidak sengaja,
atau selain jatuh ke benda atau permukaan, dapat juga jatuh tepat ke wajah,
mata, hidung maupun mulut orang di sekitarnya. Oleh karena itu, sangat
penting untuk menjaga jarak 1-2 meter dari mereka yang sedang sakit,
terapkan physical distancing, sebisa mungkin tetap di rumah dan tidak
berpergian dahulu. tetap jaga kebersihan tangan, hindari menyentuh wajah,
mata, hidung dan mulut, serta dapat membersihkan benda-benda yang sering
kita gunakan seperti telepon genggam, dan sebagainya.

1
a. Apa itu droplet?
Droplet adalah partikel berisi air dengan diameter >5-10 μm. Droplet ini
diketahui keluar dari seseorang yang memiliki gejala pernapasan
misalnya batuk atau bersin, dan pada orang yang positif COVID-19,
droplet tersebut diketahui mengandung SARS-CoV-2.

b. Apakah COVID-19 dapat tertular melalui udara / airborne?


Transmisi melalui udara dapat dimungkinkan dalam keadaan seperti
perawatan di rumah sakit yang menghasilkan aerosol seperti suction,
nebulisasi, ventilasi manual, intubasi dan lainnya. Sedangkan dalam
kehidupan sehari-hari masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan transmisi melalui udara, adapun saat ini dihimbau untuk
menghindari tempat-tempat dengan ventilasi udara yang buruk seperti
restoran, latihan paduan suara, tempat olahraga indoor dan lainnya.

c. Apakah virus Corona dapat bertahan lama di benda atau


permukaan?
Virus Corona (SARS-Cov-2) ini tidak jauh berbeda dengan virus SARS-
Cov lainnya dalam hal berapa lama dapat bertahan di benda. Studi
penelitian hingga kini, membuktikan bahwa virus Corona (SARS-Cov-2)
lebih stabil pada bahan plastik dan stainless steell (>72 jam), kardus (24
jam) dan penelitian lain membuktikan virus dapat ditemukan pada
gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari, namun
tidak pada sampel udara dari tempat tinggal seseorang yang positif
COVID-19. Namun hal ini bervariasi tergantung kondisi seperti suhu,
kelembapan. Oleh karena itu, tetap jaga kebersihan tangan, hindari
menyentuh wajah, mata, hidung dan mulut, serta dapat membersihkan
benda-benda yang sering kita gunakan seperti telepon genggam, dan
sebagainya.

2
d. Siapa saja yang berisiko terinfeksi COVID-19?
Orang yang beresiko terinfeksi COVID-19 adalah orang yang
berpergian ke area yang diketahui terjangkit COVID-19, dan orang yang
memiliki kontak dekat dengan pengidap COVID-19, baik itu anggota
keluarga, orang disekitarnya, rekan kerja atau tenaga medis yang
merawat pasien pengidap COVID-19 atau tenaga medis yang merawat
pasien sebelum diketahui pasien tersebut terinfeksi COVID-19. Tidak
ada batasan usia orang yang dapat terinfeksi COVID-19. Namun orang
yang lebih tua dan orang-orang dengan yang memiliki penyakit penyerta
sebelumnya seperti asma, diabetes, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, kanker, penyakit hati/liver atau yang memiliki kebiasaan merokok
lebih rentan untuk mengalami perburukan. Namun, berada dalam satu
lingkungan dengan pengidap COVID-19 tanpa kontak dekat atau
berjarak 2 meter, menurut penelitian termasuk dalam resiko rendah,
Oleh karena itu jaga jarak 2 meter antara anggota keluarga sekalipun
dan terapkan physical distancing serta sebisa mungkin tetap di rumah
dan tidak berpergian dahulu.

e. Apakah penyakit COVID-19 menular dari ibu hamil kepada janin?


Hingga kini, peneliti melaporkan menemukan COVID-19 pada bayi baru
lahir, namun belum dapat dibuktikan penularan dari ibu hamil kepada
janin. Pemeriksaan virus pada cairan ketuban, darah tali pusat dan air
susu ibu yang positi COVID-19 menunjukkan hasil negatif. Ibu hamil
yang diketahui positif COVID-19 juga tidak harus menjalani operasi
caesar saat melahirkan dan pemilihan metode caesar berdasarkan
preferensi dan indikasi medis yang sesuai. Oleh karena itu, tetap jaga
kesehatan dan kebersihan baik ibu hamil maupun si kecil yang baru
lahir. Ibu baru melahirkan juga diperbolehkan menyusui/ memberi ASI
dengan sebisa mungkin menggunakan masker dan mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh bayi serta menjaga seluruh
permukaan/ benda di sekitar bayi bersih.

3
f. Apakah penyakit COVID-19 bisa menular melalui hewan?
Hingga kini, belum dapat dibuktikan bahwa hewan seperti anjing, kucing
atau peliharaan lainnya dapat menularkan COVID-19. Meski terdapat
sebuah laporan bahwa ada seekor anjing yang tertular COVID-19,
namun tidak dapat dibuktikan hewan tersebut dapat menularkan virus
Corona pada orang disekitarnya. Oleh karena itu, tetap jaga kebersihan
tangan, hindari menyentuh wajah, mata, hidung dan mulut

g. Apakah penyakit COVID-19 bisa menular melalui feses?


Hingga kini, penularan melalui feses orang yang positif COVID-19
belum dilaporkan, namun beberapa penelitian menemukan virus
Corona pada feses orang yang positif COVID-19. Penularan melalui
feses juga bukanlah penyebab utama pandemi ini. Oleh karena itu, tetap
jaga kesehatan, kebersihan tangan dan hindari menyentuh wajah, mata,
hidung dan mulut.

h. Apakah penyakit COVID-19 bisa menular melalui jenazah yang


meninggal dan terinfeksi COVID-19?
Hingga kini, belum terdapat data apakah virus Corona dapat bertahan
dan berapa lama apabila dapat bertahan pada tubuh jenazah. Namun
penanganan jenazah terinfeksi COVID-19 harus dilakukan sesuai
pedoman pemulasaran jenazah COVID-19 menurut Kementerian
Kesehatan.

i. Apakah sebaiknya saya tidak menerima paket / kiriman benda dari


daerah / kota yang telah dilaporkan terdapat COVID-19?
Tidak apa-apa untuk menerima paket / kiriman karena hingga kini,
rendah kemungkinan untuk tertular COVID-19 dari paket yang telah
berpindah tempat, terpapar dengan berbagai kondisi dan suhu. Namun
tetap jaga kebersihan tangan, hindari menyentuh wajah, mata, hidung

4
dan mulut serta menggunakan masker ketika menerima barang dari
pengantar / kurir.

3. Apa yang harus dilakukan agar tidak tertular?


a. Physical Distancing dan usahakan sebisa mungkin di rumah
Sebaiknya sebisa mungkin tetap di rumah; bekerja, belajar dan
beribadah di rumah. Hal ini menjadi penting untuk memutus rantai
penularan COVID-19, karena apabila tidak bergejala, kita tidak tahu
apakah orang yang kita temui telah positif COVID-19, atau kita sendiri
tidak tahu apakah diri kita telah positif COVID-19. Oleh karena itu
dengan menerapkan physical distancing dan tetap berada di rumah,
tanpa berpergian dahulu, kita mencegah tertular dari orang lain dan juga
mencegah menularkan kepada orang lain. Apa saja langkah physical
distancing yang dapat dilakukan? Berjaga jarak meter (antar anggota
keluarga juga), kurangi menerima tamu, tidak bersalaman, tidak
berpelukan maupun berciuman, hindari penggunaan transportasi publik,
dan hindari keramaian.
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
- Sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir,
selama minimal 20 detik. Lakukan gerakan mencuci tangan dengan
baik. Sebagai alternatif, dapat menggunakan handrub atau hand
sanitizer berbahan alkohol minimal 70%.
- Apabila terpaksa bepergian keluar rumah, setiba d irumah langsung
mencuci tangan dan mandi serta mengganti pakaian
- Melakukan etika bersin dan batuk, yaitu menutup mulut dan hidung
dengan tisu, kemudian langsung dibuang dan mencuci tangan.
Apabila tidak terdapat tisu, dapat menggunakan siku tangan, bukan
telapak tangan. Apabila sudah sering bersin dan batuk, mulailah
menggunakan masker dan tetap di rumah
- Hindari menyentuh mata, mulut dan hidung dengan tangan yang
belum dicuci

5
- Membersihkan benda dan permukaan terutama yang sering disentuh
menggunakan cairan desinfektan. Contoh barang yang sering
disentuh seperti telepon genggam, gagang pintu, tombol lampu, dan
lainnya. Cairan desinfektan adalah cairan yang mengadung alkohol
minimal 70% atau hipoklorit 0,5%.
c. Berpikir positif, jangan panik
d. Jaga daya tahan tubuh
Suplemen vitamin C dan D dapat dikonsumsi dan jangan berlebihan.
Hindari merokok dan alkohol serta perbaiki pola tidur.
e. Makan makanan yang bergizi dan bersih
f. Istirahat yang cukup
g. Isi hari dengan aktifitas fisik yang cukup / olahraga di rumah
h. Berjemur telah diteliti dapat berperan dalam meningkatkan daya tahan
tubuh, namun hingga kini tidak ada bukti berjemur dapat mencegah
mengidap COVID-19. Oleh karena itu, berjemur dengan durasi
secukupnya 10-15 menit dibawah matahari yang tidak menyengat harus
tetap dibarengi dengan menjaga kebersihan diri.

4. Apakah saya dapat menghindari COVID-19 dengan merokok?


Tidak, penelitian membuktikan merokok produk apapun (rokok tembakau,
rokok herbal, dan lainnya) berhubungan erat dengan peningkatan resiko infeksi
saluran pernapasan, menurunkan sistem pertahanan tubuh pada saluran
napas dan seluruh tubuh. Terlebih merokok meningkatkan resiko menyentuh
bibir, dan saat merokok, bibir juga dapat bersentuhan dengan bagian dari rokok
yang mungkin terkontaminasi. Orang yang sudah lama merokok juga beresiko
memiliki penyakit paru-paru sebelumnya, dan hal ini berpengaruh terhadap
resiko perburukan ketiak mengidap COVID-19.

5. Apakah saya dapat menghindari COVID-19 dengan meminum obat-


obatan seperti antibiotik?

6
Tidak, antibiotik berperan mengobati infeksi bakteri dan bukan virus. Antibiotik
juga tidak boleh digunakan untuk mencegah COVID-19 atau tanpa indikasi/
arahan dari dokter, karena penggunaan antibiotik berlebihan dan tanpa indikasi
medis/ arahan dari dokter dapat berbahaya bagi tubuh. Antibiotik yang
digunakan pada pengobatan pasien COVID-19 hanya diberikan bila dicurigai
terdapat infeksi paru penyerta yang sering diakibatkan bakteri atau kondisi
sepsis (komplikasi akibat infeksi, dimana terjadi peradangan di seluruh tubuh).

6. Saya mendengar COVID-19 dapat disembuhkan dengan obat pengencer


darah, apakah saya bisa mengonsumsinya untuk mencegah tertular atau
mengobati gejala-gejala yang saya miliki dan saya curiga saya tertular
COVID-19?
Penyebab utama kematian pasien akibat COVID-19 BUKAN disebabkan oleh
trombosis, tetapi karena kegagalan pernapasan. Gejala utama dari COVID-19
adalah gangguan pernapasan atau kesulitan bernapas. Penyakit ini memang
dapat berkomplikasi menyebabkan beberapa penyakit sistemik, termasuk
gangguan yang disebabkan oleh pembekuan darah (trombosis). Karna itulah
WHO merekomendasikan obat-obat pengencer darah (antikoagulan) dalam
dosis kecil untuk mengatasi komplikasi tersebut. Tetapi bukan sebagai satu-
satunya obat untuk menyembuhkan COVID-19 secara langsung. Hanya untuk
mencegah komplikasinya saja. Sampai sekarang, tidak ada bukti ilmiah yang
mengatakan bahwa penyebab utama kematian oleh COVID-19 hanya
disebabkan oleh trombosis, dan belum ada obat yang benar-benar spesifik dan
terbuki secara saintifik efektif digunakan dalam penanganan COVID-19. Tidak
benar untuk menyarankan bahwa perawatan terhadap trombosis saja cukup
untuk menyembuhkan COVID-19. Masih banyak yang belum diketahui tentang
virus tersebut.

7. Saya mendengar COVID-19 dapat disembuhkan dengan berkumur air


garam saja?

7
Berkumur dengan air garam merupakan suatu cara tradisional untuk
meredakan gejala dari penyakit demam, pilek, dan hidung tersumbat.
Walaupun sampai sekarang masih belum jelas mengapa berkumur dengan air
garam bisa memberikan efek demikian.
Menurut pendapat ahli, dijelaskan bahwasanya berkumur dengan larutan
garam hanya bisa meredakan gejala dari infeksi saluran napas atas.
Sedangkan COVID-19 merupakan virus yang menyerang paru-paru secara
langsung atau bisa digolongkan ke infeksi saluran napas bawah.
Selain itu juga penyakit ini disebabkan oleh virus dan garam tidak memiliki
keampuhan yang signifikan dalam menghambat aktivitas virus maupun
merusak pembungkusnya. Sehingga berkumur dengan air garam tidak akan
memberi efek kepada pasien yang positif COVID-19. "Tidak ada bukti bahwa
berkumur dengan air garam secara teratur dapat melindungi dari infeksi
COVID-19. Meskipun ini dapat membantu meredakan sakit tenggorokan,
praktik ini tidak akan mencegah virus masuk ke paru-paru." – Harvard T.H.
Chan School of Public Health

8. Saya mendengar COVID-19 dapat dicegah dengan menyemprotkan


disinfektan pada tubuh?
Penggunaan disinfektan pada seluruh tubuh sangatlah tidak disarankan.
Substansi yang terkandung didalam disinfektan dan pemutih dapat berbahaya
jika tertelan dan dapat menyebabkan iritasi serta kerusakan pada kulit dan
mata. Tetapi disinfekan dapat digunakan untuk membersihkan permukaan-
permukaan benda untuk mencegah transmisi mikroorganisme berbahaya.

9. Saya mendengar COVID-19 dapat dicegah dengan merokok?


Sampai saat ini, rokok tradisional belum terbukti dapat menularkan COVID-19.
Meski demikian, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa COVID-19
bisa disembuhkan ataupun dicegah dengan rokok tradisional.
Penelitian membuktikan bahwa perokok akan lebih rentan untuk terkenal
infeksi flu, TBC, dan infeksi paru lain termasuk COVID-19.

8
Selain itu, Ketika terkena COVID-19, perokok akan lebih rentan untuk
mengalami kondisi yang lebih parah yang bisa berujung kepada kematian.
Jadi, berhenti merokok (jenis rokok apapun) bisa melindungi kamu, juga
lingkungan disekitarmu

10. Saya mendengar COVID-19 dapat dicegah dengan berendam di air laut?
Penelitian yang disampaikan pada webinar Water Research Foundation
menjelaskan bagaimana Coronavirus diketahui dapat bertahan dan infeksius
melalui air tawar seperti danau atau sungai, sementara penelitian mengenai
Coronavirus pada air asin (air laut) masih belum dapat menjelaskan apakah
Coronavirus dapat hidup dan infeksius pada air laut, oleh karena itu hingga
saat ini diirekomendasikan untuk tidak mengunjungi tempat rekreasi umum
seperti pantai dan laut. COVID-19 tidak dapat disembuhkan hanya dengan
berendam di laut karena Coronavirus tidak menyerang permukaan tubuh
seperti kulit, melainkan menyerang sel-sel dalam tubuh. Ditambah lagi adanya
kemungkinan kecil bahwa air laut bercampur dengan air limbah yang tidak
diolah dengan baik, dan dapat terkontaminasi dengan virus, dimana diketahui
Coronavirus ditemukan pada feses/tinja orang yang positif COVID-19.

11. Saya mendengar COVID-19 dapat dicegah dengan menggunakan kalung?


Kalung apa ya itu?
Terdapat 2 kalung yang sempat diklaim memiliki kemampuan “anti-virus”.
Kalung yang pertama adalah kalung berwarna biru yang mengandung larutan
klorin dioksida yang termasuk zat disinfektan/antimikroba. Produk tersebut
tidak akan memberikan manfaat apa pun, termasuk melindungi penggunanya
dengan membunuh virus.
Kalung yang lain adalah kalung berbahan eucalyptus atau minyak kayu putih
dimana kalung tersebut belum memiliki uji klinis maupun bukti ilmiah yang
mendukung. Saat ini studi yang ada baru membahas bagaimana Eucalyptus
mampu menghambat replikasi SARS-Cov-2 secara In Silico (dalam simulasi

9
komputer). Kementerian Pertanian pada Senin, 6 Juli 2020 menegaskan
produk tersebut tidak diklaim antivirus. Tetap disiplin protokol kesehatan dasar
dengan cuci tangan pakai sabun, pakai masker dan jaga jarak minimal 2 meter
terlepas menggunakan kalung tersebut maupun tidak.

12. Saya sepertinya memiliki gejala, apakah saya boleh minta resep obat?
Mohon maaf Ibu/Bapak/Kakak, karena resep obat tidak dapat diberikan oleh
relawan dalam pendampingan. Namun kami dapat berkonsultasi dengan
narasumber kami, terkait gejala-gejala yang ibu alami dan apakah narasumber
kami yang adalah dokter-dokter dapat memberikan rekomendasi obat-obatan
peringan gejala yang dapat dibeli tanpa resep obat.

13. Apakah saya harus selalu menggunakan masker?


Kita semua dapat melindungi diri dan melindungi sekitar dengan menggunakan
masker non-medis seperti masker kain. Tentu hindari menyentuh bagian luar
masker (apabila memerlukan melepas masker, lepas dengan hanya
menyentuh karet masker), dan cuci bersih setiap kali selesai digunakan.
Gunakan masker dengan baik, dengan tidak diturunkan dan masker menutup
hidung dan mulut.
a. Apakah saya boleh menyemprotkan alkohol atau hand sanitizer ke
masker? Saya dengar dapat membersihkan masker setelah
digunakan.
Menyemprotkan masker sekali pakai dengan alkohol atau hand
sanitizer dapat membuat virus lebih mudah untuk masuk dan terhirup,
dikarenakan zat alkohol yang bersifat lipofilik dan hidrofilik dapat
merusak lapisan kedap air pada masker sehingga mengurangi kualitas
saringan udara masker.
Selain daripada itu, zat alkohol yang menempel pada lapisan masker
membuat alkohol pun terhirup, menghirup alkohol dapat menyebabkan
saluran hidung yang seharusnya lembab menjadi kering, sehingga

10
tubuh lebih rentan terkena infeksi dan iritasi, yang dapat merusak organ
seperti otak, dan paru-paru.
Bersihkan masker kain cukup dengan dicuci dengan bersih dan
dikeringkan, sedangkan masker medis tidak dicuci dan langsung
dibuang setelah kotor atau setelah digunakan cukup lama.
b. Saya dengar menggunakan masker dalam jangka waktu lama dapat
berbahaya karena kekurangan oksigen?
Ada beberapa bahaya dari penggunaan masker. Pertama,
kemungkinan kontaminasi dari penggunaan masker yang tidak bersih.
Kedua, rasa keamanan semu yang dirasakan masyarakat sehingga
tingkat kepatuhan dalam cara-cara pencegahan lain akan menurun,
termasuk menggunakan masker. Ketiga, kemungkinan kesulitan
bernapas dari penggunaan beberapa jenis masker. Jenis masker yang
dimaksud adalah masker medis yang dilapisi N95 seperti yang
digunakan tenaga medis, dalam penelitian penggunaan masker seperti
ini akan menurunkan konsumsi oksigen sebanyak 17% dan
meningkatkan konsumsi karbon dioksida sebanyak 1.2-3%, walaupun
belum ada tanda perubahan fungsi tubuh yang dilaporkan. Oleh karena
itu tetap gunakan masker dengan taat dan menjaga kebersihannya.
c. Apa yang dapat saya lakukan untuk tetap aman menggunakan
masker?
1. Lakukan pencucian rutin pada masker kain, sebaiknya membawa
lebih dari 1 masker kain apabila beraktivitas di luar dalam waktu lama.
Ganti masker ketika basah akibat keringat atau cairan lain, dan ketika
sudah digunakan cukup lama untuk menghindari kontaminasi.
2. Tetap melakukan perilaku pencegahan lain seperti menggunakan
masker, menjaga jarak ketika terpaksa harus bertemu orang lain, rutin
mencuci tangan, hindari memegang wajah dan masker ketika
digunakan, dan upaya-upaya lain untuk menjaga kesehatan tubuh.
3. Hindari penggunaan masker medis yang dilapisi masker N95 karena
diperuntukkan tenaga medis. Masker kain meski akan terasa tidak

11
nyaman apabila digunakan, tidak terbukti menyebabkan kekurangan
oksigen.

14. Apa obat-obatan tradisional yang dapat membantu saya mencegah


COVID-19 atau meringankan gejala?
Obat-obatan tradisional sering digunakan seperti rimpang/empon-empon (jahe
merah, jahe, temulawak, kunyit, kencur dan lengkuas); umbi-umbian seperti
bawang putih; kulit kayu seperti kayu manis; batang seperti sereh; daun seperti
daun kelor, katuk, pegagan, seledri; buah seperti jambu biji, lemon dan jeruk
nipis memiliki khasiat untuk menjaga daya tahan tubuh (meniran, kencur,
mengkudu), mengurangi keluhan batuk (kencur, lagundi, saga, jahe merah,
lemon, daun mint), mengurangi keluhan flu (jintan hitam, meniran, jahe, mint,
cengkeh), mengurangi sakit tenggorokkan (jahe, kencur, jeruk nipis, adas,
pala) tapi tidak mencegah ataupun mengobati COVID-19!
a. Saya dengar bawang putih dapat juga mengobati COVID-19?
Bawang putih yang merupakan bumbu wajib hampir dalam setiap
masakan memang memiliki beberapa khasiat bagi kesehatan tubuh.
Salah satu khasiatnya adalah sebagai bahan yang bersifat
antimikrobial. Zat Allicin di dalam bawang putih mampu untuk
menghambat pertumbuhan bakteri, serta jamur. Sayangnya hingga saat
ini tidak ada bukti yang cukup bahwa bawang putih mampu untuk
membunuh virus. World Health Organization (WHO) juga telah
menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ada bukti bahwa bawang putih
mampu untuk melindungi manusia dari Coronavirus. Oleh karena itu,
tetap jaga kebersihan dan pastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang
mencukupi agar daya tahan tubuh tetap terjaga.
b. Saya dengar daun sirih dapat juga mengobati COVID-19?
Sirih (Piper betel) merupakan salah satu tanaman yang kerap
digunakan untuk jamu dan dipercaya untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Sirih mengandung Chavibetol yang berfungsi sebagai
antioksidan dan Piperine yang bersifat anti-kanker, antimikroba, dan

12
antimalarial. Piperine dalam sirih mampu menghambat pertumbuhan
bakteri, jamur, serta sel kanker.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa sirih mampu menjadi obat


influenza dan gejala pneumonia. Namun sayangnya, hingga saat ini
belum ada penelitian yang spesifik yang mengatakan bahwa meminum
air daun sirih dapat melindungi dari infeksi Coronavirus.
c. Saya dengar lemon dan teh hangat dapat juga mengobati COVID-
19?
Lemon diketahui mengandung flavonoid, hesperidin, hesperetin, vitamin
C dan lainnya yang telah dibuktikan dalam studi ilmiah memiliki
kemampuan antioksidan dan diteliti dapat menghambat pertumbuhan
virus Herpes simpleks.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan


Jamu Indonesia, Dr. dr. Inggrid Tania, M.Si memastikan pada 20/4/2020
kepada Kompas.com bahwa narasi yang beredar adalah hoaks, dan
menjelaskan meski bersifat antioksidan dan mampu mengurangi gejala
batuk ringan, lemon dan teh belum terbukti mencegah ataupun
mengobati COVID-19.

Bagaimana dengan teori bahwa mengkonsumsi sesuatu yang dapat


merubah pH atau kondisi keasaman dalam tubuh dapat
mencegah/membunuh COVID-19? Prof. Michael Kann, virolog dari
Universitas Gothenburg, Swedia menyatakan bahwa upaya tersebut
salah, Dr. Gerald Keusch menambahkan bahwa asam dan panas dapat
melawan virus itu mulai banyak dibuktikan dalam penelitian namun
hanya berlaku pada benda-benda, perangkat pelindung seperti APD
dan perangkat laboratorium. Karena segala upaya kita untuk merubah
pH tubuh sangatlah berbahaya bagi tubuh.

13
15. Bagaimana seseorang mengetahui bahwa dirinya positif terinfeksi virus
Corona?
Untuk mengetahui apakah seseorang positif terinfeksi COVID-19, harus
melalui pemeriksaan laboratorium yang menggunakan hapusan / bahan dari
tenggorokkan yang diambil oleh petugas / tenaga medis yang berwenang,
untuk kemudian diperiksa menggunakan metode PCR. Oleh karena itu sangat
penting jaga kebersihan tangan, hindari menyentuh wajah, mata, hidung dan
mulut jaga jarak 2 meter antara anggota keluarga sekalipun dan terapkan
physical distancing serta sebisa mungkin tetap di rumah dan tidak berpergian
dahulu, karena pasien positif COVID-19 juga bisa tidak bergejala. Dan terus
memantau kesehatan kita masing-masing dan orang-orang terdekat kita.

16. Apa gejala dari COVID-19?


Hingga kini, peneliti menemukan bahwa gejala COVID-19 yang sangat
beragam, dari tidak bergejala sama sekali hingga bergejala berat. Gejala yang
paling sering dialami adalah demam (suhu tubuh lebih dari 38 derajat celcius),
rasa lelah dan batuk kering. Beberapa pasien positif COVID-19 juga
mengeluhkan nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala,
konjungtivitis, sakit tenggoroka, diare, hilang penciuman dan pembauan atau
ruam kulit. 20% penderita COVID-19 mengalami gejala berat, gejala berat
diantaranya sesak nafas, nafas cepat (menarik nafas lebih dari 30 kali per
menit), saturasi oksigen kurang dari 93% tanpa bantuan oksigen dengan alat
pemeriksaan saturasi oksigen, syok, Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), gagal organ seperti gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga
berakibat kematian. Adapun orang lanjut usia dan orang dengan riwayat
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi,
gangguan jantung dan paru serta diabetes dan kanker berisiko lebih besar
mengalami keparahan bila mengidap COVID-19.
Oleh karena itu jangan panik, tetap waspada dan perhatikan kesehatan kita
masing-masing dan orang terdekat, hubungi pusat perbantuan relawan dan

14
rumah sakit atau call center 119 ext 9 atau 117 apabila membutuhkan bantuan
medis.

17. Apakah gejala COVID-19 dapat terlambat muncul?


Waktu yang diperlukan sejak tertular hinggam muncul gejala adalah masa
inkubasi. Hingga kini, penelitian memperkirakan masa inkubasi COVID-19
antara 1-14 hari. Oleh karena itu, sangat penting kita melakukan karantina
mandiri, tetap berada di rumah dan menerapkan physical distancing sementara
kita terus memantau kondisi kesehatan dan apakah ada gejala yang muncul.

18. Apakah saya bisa sembuh apabila mengidap COVID-19? Dan apakah saya
bisa memiliki gejala berat apabila mengidap COVID-19?
Kebanyakan pasien positif COVID-19 dapat sembuh dan tidak berarti apabila
positif COVID-19 maka akan mengidapnya seumur hidup.

19. Saya memiliki penyakit penyerta, dan telah dinyatakan positif COVID-19,
apakah saya harus menghentikan konsumsi obat untuk penyakit
penyerta saya?
Tidak, penghentian obat yang sudah rutin diminum tidak boleh dilakukan
sendiri, segera hubungi dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Karena penyakit penyerta ini harus dikontrol agar tidak memperburuk gejala
COVID-19.

20. Apakah sudah ada vaksin untuk COVID-19?


Hingga kini, terdapat beberapa penelitian yang masih berjalan terkait vaksin
untuk COVID-19.

21. Saya sepertinya memiliki gejala yang mencurigai COVID-19, apa yang
harus saya lakukan?
Setelah Ibu/Bapak/Kakak menjawab pertanyaan pengecekan mandiri, dan
setelah saya tanya-tanya tadi, betul sekali Ibu/Bapak/Kakak memiliki gejala

15
yang serupa dengan COVID-19. Selain itu, Ibu/Bapak/Kakak juga memiliki
faktor resiko ... (sesuai yang dijawab pada poin 5.e).
Apabila kategori 2, 3, 4 dan 5: Oleh karena itu yang Ibu/Bapak/Kakak perlu
lakukan adalah tetap tenang, dan lakukan langkah-langkah hidup bersih dan
sehat serta physical distancing (pada poin 3). Selain itu terus melakukan
pemantauan mandiri setiap harinya termasuk pengukuran suhu dan gejala
pernafasan selama 14 hari kedepan. Kemudian mencari bantuan/
menghubungi kami kembali apabila keluhan bertambah berat.
Apabila kategori 1: Oleh karena itu yang Ibu/Bapak/Kakak perlu lakukan
adalah tetap tenang, dan segera menghubungi fasilitas kesehatan/ nomor
bantuan 119 ext 9 (Kemenkes), 117 (BNPB) atau nomor bantuan setempat
lainnya sementara kami juga membantu mencarikan akses ke fasilitas
kesehatan terdekat. Selama menunggu dan melakukan perawatan dirumah,
tetap lakukan langkah-langkah hidup bersih dan sehat serta physical
distancing (pada poin 3), pemantauan mandiri dengan mengukur suhu dan
melihat gejala-gejala berat dan berbahaya, diantaranya:
- Sesak nafas berat ketika beristirahat hingga kesulitan bernafas
- Nyeri dada/ dada seperti ditekan
- Kulit dingin, lembab, pucat, berbintik-bintik
- Kebingungan/ ling-lung
- Tidak sadarkan diri/ sulit untuk bangun
- Bibir atau wajah membiru
- Urin hanya sedikit atau tidak sama sekali

22. Apabila sudah sembuh dari COVID-19, apakah dapat terkena lagi?
Infeksi yang terulang pada seseorang yang sudah sembuh dari COVID-19
masih diteliti hingga kini. Penelitian pada hewan kera, membuktikan kera yang
sudah sembuh dari COVID-19 tidak dapat terinfeksi kembali, namun terdapat
laporan bahwa seorang pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-
19, kemudian positif kembali dari hasil pemeriksaan laboratorium (PCR), hal
ini dicurigai karena kesalahan pada pemeriksaan laboratorium sebelum pulang

16
(negatif palsu) atau kejadian infeksi berulang, oleh karena itu sangat penting
bagi kita untuk tetap menerapkan kebiasaan baik seperti jaga kesehatan,
kebersihan tangan dan jarak.

23. Saya bingung karena banyak sekali informasi, apakah terdapat sumber
informasi terpercaya mengenai COVID-19?
Ingat, selalu saring sebelum sharing, selalu perhatikan kembali kebenaran
informasi sebelum membagikan, dan lebih baik tidak dibagikan apabila sumber
tidak jelas asalnya atau informasi tidak terbukti kebenarannya. Ketika
mendapatkan berita, jangan panik namun tetap waspada, jaga kesehatan,
kebersihan, dan jarak, sekaligus juga mengecek kebenaran informasi.
Beberapa sumber informasi terpercaya mengenai COVID-19:
- Website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:
1. https://relawan.kemdikbud.go.id/korona/
2. https://relawan.kemdikbud.go.id/korona/index.php/site/ngunduh
- Website BNPB:
1. https://www.covid19.go.id/
2. https://www.covid19.go.id/kampanye/materi-edukasi-baru/
- Website Kementerian Kesehatan:
1. https://www.covid19.kemkes.go.id/
2. https://www.promkes.kemkes.go.id/
3. https://www.infeksiemerging.kemkes.go.id/
- World Health Organization:
1. Halaman utama: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus-2019
2. Himbauan publik: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus-2019/advice-for-public
- Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-
19) oleh Dirjen P2P Kemenkes 2020. Revisi 5: 13 Juli 2020
- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.01.07-MENKES-
413-2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19

17
- Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-
19 di Indonesia oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
Revisi Maret 2020

18
PENUTUP WAWANCARA DAN TELE-KIE

1. Menutup pembicaraan, dapat dengan “Baik, terimakasih Ibu/Bapak/Kakak


karena telah meluangkan waktu dan memberikan informasi. Semoga
Ibu/Bapak/Kakak sekeluarga tetap menjalankan hidup bersih dan sehat,
menjaga jarak dengan orang lain dengan menghindari keramaian dan sebisa
mungkin tetap di rumah. Terimakasih. Salam.”

2. Mengisi activity logbook pada RECON sesuai dengan komunikan yang di-
assigned
a. Activity logbook diisi selengkap mungkin sesuai dengan komponen
yang ada
b. Melakukan pengecekan activity logbook kembali sesuai dengan hasil
Tele-KIE dengan komunikan

3. Melihat komunikan lainnya yang telah di-assigned untuk kemudian dihubungi


kembali

4. Mengucap doa kembali

1
1
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai