Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN POSTTERM

A. Definisi atau Deskripsi Penyakit


B. Pathway (etiologi, tanda dan gejala, kemungkinan komplikasi, diagnosa keperawatan,
NIC & NOC)
Definisi: Manifestasi Klinis:
Istilah postterm, postdates, prolonged dan postmature sering 1. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml.
salah digunakan dalam mengartikan kehamilan yang melebihi 2. Berkurangnya berat badan Ibu (lebih dari 1,4 kg/minggu).
waktu dari batas normal. 3. Berkurangnya ukuran lingkar perut (akibat berkurangnya cairan
Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung amnion)
melebihi 42 minggu yaitu kehamilan memanjang, kehamilan 4. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi, resiko
lewat bulan, kehamilan posterm dan pascamaturitas. terjadi aspirasi mekonium.
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari 5. O2 supply kepada janin mengalami penurunan: Resiko asfiksi.
setelah hari pertama menstruasi terakhir atau 280 hari setelah 6. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan
ovulasi. glukosa.
Kehamilan aterm adalah usia kehamilan antara 38 – 42 minggu Pada janin:
dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal 1. Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun
terkadang tampak telah tua 1-3 minggu.
Etiologi: 2. Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun
1. Pengaruh Progesteron dapat pula terjadi peningkatan berat janin
2. Teori Oksitosin 3. Kulit agak pucat dengan deskuamasi
3. Teori Kortisol/ACTH Janin 4. Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah
4. Saraf Uterus 5. Kuku janin panjang terkadang terisi dengan mekonium
5. Heriditer 6. Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin
7. Tali pusat layu dan berwarna kuning
Komplikasi: 8. Palpasi kepala janin mengeras.
1. Terhadap Ibu
Pemeriksaan Penunjang:
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis 1. Usia kehamilan ditentukan dengan menghitung HPHT
karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, Air (Hari Pertama Haid Terakhir) di kurangi dengan hari
ketuban berkurang dan makin kental, moulding kepala pemeriksaan ibu. Usia kehamilan diatas 42 minggu menandakan
kurang. Maka akan sering dijumpai partus lama, terjadinya Bayi Lahir Postmatur.
kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan 2. Pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi
perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka dan naiknya fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis
mordibitas dan mortalitas. Bayi Lahir Postmatur.
2. Terhadap Janin 3. Pemeriksaan rontgenologi pada janin dapat dijumpai telah
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu terjadi penulangan pada bagian distal femur, baguan proksimal
tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
tiga kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena
4. USG: ukuran diameter biparietal, gerakan janin yang
post maturitas akan menambah bahaya pada janin. mengalami perubahan semakin aktif maupun semakin lemah dan
Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi yaitu berat jumlah air ketuban mengalami penurunan.
badan janin dapat bertambah besar serhingga Daftar Pustaka:
5. Pemeriksaan sitologik Morhead sue et al, :NIC
air ketuban biru&Nil,
NOC,maka sel – sel
memerlukan tindakan persalinan, tetap dan ada yang yang mengandung lemak akan berwarna jingga.
ed.5
berkurang sesudah kehamilan 42 minggu, Pertumbuhan a. Melebihi 10% = Nurarif
kehamilan diatas 36
Hunda, minggu
2013, aplikasi
janin makin lambat, Berkurangnya nutrisi dan O2 ke b. Melebihi 50% = asuhan
kehamilan diatas 39 keperawatan
minggu
janin yang menimbulkan asfiksia akibat makrosomia, 6. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan
berdasarkan diagnosa airmedis
ketuban, tampak
aspirasi mekonium, hipoksia dan hipoglikemia dan kekeruhan karenaNANDA
bercampur NIC mekonium
NOC, jilid 2,
setiap saat dapat meninggal di rahim, terjadi perubahan 7. Kardiotografi: mengidentifikasi denyutaction
yogyakarta: media jantung janin, penurunan
metabolisme janin, Ada pula yang bisa terjadi kematian DJJ terjadi karena insufiensi plasenta
Heather T.H, 2015, Diagnosa
8. Uji oksitosin ( stressKeperawatan
test), yaitu dengan infus tetes &
Definisi oksitosin dan
janin dalam kandungan (IUFD).
diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
Klasifikasi, ed.10, Jakarta: EGC Jika ternyata
3. Suhu yang tidak stabil. reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya
4. Hipoglikemi. dalam kandungan dan dapat segera dilakukan SC
5. Polisitemia. 9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin ibu
6. Kelainan neurogenik. 10. Pemeriksaan pH darah janin : menentukan derjat hipoksia,
mupun intrepretasi asidosis/alkalosis pada janin.
C. Diagnosa dan Intervensi
Risk syok hipovolemik
NIC : menejemen cairan, monitor cairan, resusitasi cairan, pencegahan syok, menejemen hipovolemi, monitor ttv,
terapi O2
NOC : status sirkulasi, kontrol resiko, deteksi resiko, ttv
Anxiety
NIC : pengurangan kecemasan, peningkatan koping, dukungan kelompok
NOC : tingkat kecemasan, koping, memperoses informasi, penerimaan status kesehatan,
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
NIC : menejemen jalan nafas, monitor pernafasan, menejemen batuk, monitor ttv
NOC : status pernafasan : kepatenan jalan nafas, pertukaran gas & ventilasi, ttv, kontrol gejala, keparahan infeksi,
Ketidakefektifan Pola Nafas
NIC : menejemen jalan nafas, bantuan ventilasi, monitor ttv, menejemen ventilasi, bantuan O2
NOC : status pernafasan, ventilasi, pepatenan jalan naas,
Risk Penyebaran Infeksi
NIC : kontrol infeksi, perlindungan infeksi, identifikasi resiko, monitor nutrisi, terapi nutrisi
NOC : kontrol resiko, status imunitas, deteksi resiko, status nutrisi, asupan nutrisi
Risk Keterlambatan Perkembangan (janin)
NIC : peningkatan perkembanagn
NOC :keparahan infeksi, kontrol kejang sendiri, kontrol resiko, manajemen pe nyakit kronik,
Nyeri akut
NIC : manajemen nyeri, analgetik
NOC : nyeri hilang / berkurang
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
NIC : pemantauan sirkulasi,
NOC : TTV stabil, sirkulasi baik, kognitif baik, pompa jantung efektif

D. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu monitoring
janin secara intensif
2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan
berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk melakukan pilihan antara
persalinan tanpa intervensi persalinan yang di induksi atau secara sectio caesaria.
3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau tanpa
amniotomi. Bila :
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
d. Pada kehamilan > 40-42 minggu.
e. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan
diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan (Rustam
Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998).
5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin,
atau
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan :
a. Induksi persalinan
Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah servik matang
dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan
prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan servik
dibanding oksitosin.
b. Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan (misalnya minyak
jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis), memiliki
kisaran keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian untuk
menguatkan rekomendasinya.
c. Metode hormon untuk induksi persalinan :
1) Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik
sudah matang.
2) Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan servik
sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya
menunjukkan hal yang positif.
3) Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan
intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk
induksi)
4) Dinoproston Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam
dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi
persalinan pada tahun 1995).
5) Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel
0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi persalinan
pada tahun 1993).
d. Metode non hormon Induksi persalinan
1) Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu
pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik yang mudah
diraih dan segmen uterus bagian bawah. Mekanisme kerjanya
memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi ibu.
Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat ruptur membran
yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun bagi
janin. Pemisahan memban serviks tidak dilakukan pada kasus – kasus
servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang
tidak diketahui, atau perdarahan pervaginam yang tidak diketahui.
2) Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja
3) Pompa Payudara dan stimulasi puting.
Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena menggunakan metode yang
sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan. Penanganannya dengan
menstimulasi putting selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode
kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali perhari.
4) Minyak jarak
Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus
jeruk dapat meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika
diberikan pada kehamilan cukup bulan.
5) Kateter foley atau Kateter balon.
Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian balon di isi
udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya.
Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif
Pelaihari, April 2018

Preseptor Akademik Preseptor Klinik 1 Preseptor Klinik 2

( ) ( ) (
)
Progesteron Teori oksitosin internal Teori prostaglandin Teori hipotalamus Saraf uterus
dan glandula
Kadar progesteron Oksitosin tidak suprarenalis
Pada kehamilan 15 Tidak ada tekanan pada
ibu masih tinggi dikeluarkan oleh minggu tidak terjadi ganglion servikalis
hipofisis anterior Kelainan bawaan
sekresi prostaglandin
>> anensepalus
Otot rahim tidak
Tidak terjadi Tidak ada kontraksi
terpegaruh oleh
perubahan Tidak terjadi kontraksi Tidak terbentuk uterus HIS
oksitosin
keseimnbangan HIS hipotalamus
progesteron dan
Tidak terjadi estrogen Herediter
Hasil konsepsi tidak Penurunan sekresi
kontraksi otot
Tidak terjadi bisa dikeluarkan kortisol / ACTH
rahim (his) Keturunan
perubahan sensitifitas Janin
otot rahim orangtua

Tidak terjadi kontraksi Tidak terjadi


perubahan pada Kecenderungan
braxton hiks
plasenta anak mengalami
kehamilan postterm
Kadar progesteron
tidak menurun Kadar progesteron masih tinggi,
kadar estrogen massih rendah,
Tidak terjadi kadar prostaglandin masih rendah
peningkatan oksitosin
Tidak terjadi
persalinan

KEHAMILAN LEWAT WAKTU

Anda mungkin juga menyukai