Anda di halaman 1dari 11

ETIKA PROFESIONAL DALAM AUDITING

OLEH

Iftitah Hana
Shania 11160000004

Rizka Amanda
11160000232

Sintha Aprilia 11160000244

Dosen : Drs. Kunarto, M.AK,AK,CA


Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi Akuntan
Hari /Ruang : Rabu (18.30) / B.110

PROGRAM STUDI STRATA – 1 AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan karunia-
Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Penulisan makalah dilakukan untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah Etika Bisnis Dan Profesi Akuntan pada Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Adapun judul makalah yang penulis susun adalah: Etika
Profesional Dalam Auditing.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tidak luput dari
adanya kekurangan dan kelemahan baik dalam penyusunannya maupun penulisannya.
Untuk itu, dengan senang hati penulis menerima segala kritik, saran maupun komentar
untuk menyempurnakannya, dengan tetap menyatakan secara keseluruhan makalah ini
menjadi tanggung jawab penulis.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan dari
penulisan makalah.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Etika dalam berbagai hal, sangatlah penting dijunjung tinggi oleh kebanyakan orang.
Etika dianggap sebagai sesuatu hal yang bernilai tinggi, begitu juga dalam hal proses
auditing. Dalam proses auditing, seorang auditor haruslah bekerja dan bertindak secara
profesional sesuai dengan etika dan aturan yang ada. Etika dan regulator itu telah
ditetapkan oleh pasar modal dan Bapepam. Kebutuhan akan informasi keuangan saat ini
sangat tinggi, setiap pengambilan keputusan-keputusan bisnis, informasi keuangan sangat
dibutuhkan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk pengambilan keputasan.
Informasi keuangan yang dibutuhkan salah satunya bersumber dari Laporan
Keuangan.Pengambilan keputusan seorang auditor nantinya sangat berpengaruh kepada
publik dan para pengguna keputusan. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai
Etika Profesional Dalam Auditing.

1.2 Rumusan Masalah

Pada penulisan makalah ini yang menjadi rumusan masalah dan akan dicari
pemecahan dengan penjelasan penjabarannya sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Etika Dalam Auditing?


2. Apa pentingnya kepercayaan masyarakat umum  sebagai pengguna jasa audit atas
independen?
3. Apa pentingnya Etika Dalam Profesi Akuntansi?
4. Apa peranan profesi auditor kepada publik?
5. Apa saja tanggung jawab dasar auditor?
6. Apa yang dimaksud Independensi Auditor?
7. Apa saja penilaian yang mencakup peraturan pasar modal?
8. Apa pentingnya Independensi Akuntan Publik?

1.3 Manfaat dan Tujuan

Sebuah makalah ditulis tentunya dengan manfaat dan tujuan yang indin dicapai,
sehingga masalah dapat bermanfaat tidak hanya sebagai tugas yang hanya dituntut untuk
menyelesaikannya saja. Berikut tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam makalah
berjudul “Etika Profesional Dalam Auditing” :
1. Dapat dijadikan sebagai bahan informai bagi mahasiswa/pembaca lainnya mengenai
Bagaimana” Etika Dalam Auditing”.

2. Dapat memberikan pengajaran bahwa sebagai seorang yang berprofesi sebagi auditor
haruslah bekerja sesuai dengan integritasnya dan tidak melanggar etika dan aturan yang
telah diciptakan oleh Bapepam dan Pasar Modal.

3. Sebagai referensi dalam penulisan makalah yang berhubungan dengan Etika Profesi
Dalam Auditing
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ETIKA DALAM AUDITING

Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip yang dilakukan oleh seorang
yang kompeten dan independen untuk melakukan suatu proses yang sistematis dalam
proses pengumpulan dan pengevalusian bahan bukti secara objektif tentang informasi yang
dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas ekonomi, dengan tujuan untuk
menentukan dan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut, serta
melaporkan kesesuaian informasi tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Auditor harus bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan
tujuan untuk memperoleh keyakinan memadai mengenai apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.

Seorang auditor dalam mengaudit sebuah laporan keuangan harus berpedoman


terhadap standar auditing yang telah ditentukan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar
auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri
atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan
demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di
dalam standar auditing.

2.2 PENTINGNYA ETIKA DALAM PROFESI AKUNTANSI

Seorang professional diharapkan dapat berprilaku pada tingkat yang lebih tinggi dari
yang dilakukan oleh sebagian besar anggota masyarakat lain. Professional sendiri adalah
tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri
maupun ketentuan hukum dan masyarakat. Akuntan publik sebagai professional mengakui
adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku
yang terhormat meskipun itu berarti pengorbanan diri. Alasan utamanya adalah kebutuhan
akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh profesi tanpa memandang
individu yang menyediakan jasa tersebut. Itulah mengapa seorang akuntan harus memiliki
etika dan profesionalitas yang baik. Tujuannya adalah agar dapat melakukan tugasnya
dengan baik dan mendapat kepercayaan dari masyarakat maupun klien.
2.3 KEPPERCAYAAN PUBLIK

Kepercayaan masyarakat umum  sebagai pengguna jasa audit atas independen


sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan
menurun jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata berkurang, bahkan
kepercayaan masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh keadaan mereka yang berpikiran
sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independensi tersebut. Untuk menjadi
independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas dari setiap kewajiban terhadap
kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya baik merupakan
manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Kompetensi dan independensi yang dimiliki
oleh auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban
untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka
bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan mempunyai
tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka.

2.4 TANGGUNG JAWAB AUDITOR KEPADA PUBLIK

Menurut PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa :

“Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk memperoleh
keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, yang
disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karna sifat dari bahan bukti audit dan karakteristik
kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan keyakinan yang memadai, namun bukan absolute,
bahwa salah saji material telah dideteksi. Auditor tidak memiliki tanggung jawab untuk
merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatakan keyakinan yang memadai bahwa
kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan
terhadap laporan keuangan telah terdeteksi”.

Profesi auditor di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib dengan menilai kewajaran dari laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan. Ketergantungan antara auditor dengan publik menimbulkan tanggung
jawab auditor terhadap kepentingan publik. Dalam kode etik diungkapkan, auditor tidak hanya
memiliki tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung
jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan
institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan auditor untuk memenuhi
tanggung jawabnya dengan integritas, obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan
untuk melayani publik.Para auditor diharapkan memberikan jasa yang berkualitas, mengenakan jasa
imbalan yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa dengan tingkat profesionalisme yang tinggi.
Atas kepercayaan publik yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus
menunjukkan dedikasinya untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.

Justice Buger mengungkapkan bahwa akuntan publik yang independen dalam memberikan


laporan penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan memandang bahwa tanggung jawab
kepada publik itu melampaui hubungan antara auditor dengan kliennya. Akuntan publik yang
independen memiliki fungsi yang berbeda, tidak hanya patuh terhadap para kreditur dan pemegang
saham saja, akan tetapi berfungsi sebagai ”a publicwatchdogfunction”. Dalam menjalankan fungsi
tersebut seorang akuntan harus mempertahankan independensinya secara keseluruhan di setiap
waktu dan memenuhi kesetiaan terhadap kepentingan publik. Hal ini membuat konflik kepentingan
antara klien dan publik mengenai konfik loyalitas auditor.

Hal serupa juga diungkapan oleh Baker dan Hayes, bahwa seorang akuntan publik diharapkan
memberikan pelayanan yang profesional dengan cara yang berbeda untuk mendapatkan keuntungan
dari contractualarragment antara akuntan publik dan klien. Ketika auditor menerima penugasan audit
terhadap sebuah perusahaan, hal ini membuat konsekuensi terhadap auditor untuk bertanggung
jawab kepada publik. Penugasan untuk melaporkan kepada publik mengenai kewajaran dalam
gambaran laporan keuangan dan pengoperasian perusahaan untuk waktu tertentu memberikan
”fiduciaryresponsibility” kepada auditor untuk melindungi kepentingan publik dan sikap independen
dari klien yang digunakan sebagai dasar dalam menjaga kepercayaan dari publik.

Kalbers dan Cenker (2008) menyatakan bahwa tanggung jawab tampaknya menjadi karakteristik
berharga bagi auditor independen, terutama ketika mereka mempercepat dan memberikan perbaikan
pengawasan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan audit. Berdasarkan penelitian-
penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab memiliki keterkaitan terhadap
prestasi kerja individu. Sama halnya dengan variabel conscientiousness dan internal locusofcontrol,
dalam penelitian ini diharapkan individu dengan tingkat tanggung jawab lebih tinggi memiliki performa
yang baik.

2.5 TANGGUNG JAWAB DASAR AUDITOR

TheAuditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari AuditingPracticesBoard,


ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) mengenai tanggung jawab auditor:
1)   Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan, mengendalikan
dan mencatat pekerjannya.
2)   Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan
pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
3)   Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk
memberikan kesimpulan rasional.
4)   Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada
pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan
melakukan compliancetest.
5)   Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan tinjau ulang
laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan yang
diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas
pendapat mengenai laporan keuangan.

2.6 INDEPENDENSI AUDITOR

Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26). Auditor diharuskan bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Tiga aspek
independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :

1)   Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus mempunyai


kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.

2)   Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya pandangan pihak


lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.

3)   Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) : Independensi dari


sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.

2.7 PERATURAN PASAR MODAL

Penilaian kecukupan peraturan perlindungan investor pada pasar modal Indonesia


mencakup beberapa komponen analisa yaitu:
1)   Ketentuan isi pelaporan emitmen atau perusahaan publik yang harus disampaikan kepada
publik dan Bapepam,

2)   Ketentuan Bapepam tentang penerapan internal control pada emitmen atau perusahaan
public,

3)   Ketentuan Bapepam tentang, pembentukan Komite Audit oleh emitmen atau perusahaan
public,

4)   Ketentuan tentang aktivitas profesi jasa auditor independen.

Seperti regulator pasar modal lainnya Bapepam mempunyai kewenangan untuk


memberikan izin, persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses
pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari
perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan kepada investor
dari kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti pemalsuan data dan laporan keuangan,
windowdressing, serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan pelaksana di bidang pasar
modal. Dalam melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam sebagai
regulator telah mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan keaslian data
yang disajikan emiten baik dalam laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten.

Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah Peraturan
Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang Independensi
Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Dalam Peraturan ini yang dimaksud
dengan:

1)   Periode Audit adalah periode yang mencakup periode laporan keuangan yang menjadi
objek audit, review, atau atestasi lainnya.

2)   Periode Penugasan Profesional adalah periode penugasan untuk melakukan pekerjaan


atestasi termasuk menyiapkan laporan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan.

3)   Anggota Keluarga Dekat adalah istri atau suami, orang tua, anak baik di dalam maupun di
luar tanggungan, dan saudara kandung.

4)   FeeKontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional yang
hanya akan dibebankan apabila ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
5)   Orang Dalam Kantor Akuntan Publik adalah orang yang termasuk dalam penugasan audit,
review, atestasi lainnya, dan/atau non atestasi yaitu: rekan, pimpinan, karyawan
professional, dan/atau penelaah yang terlibat dalam penugasan.

2.8 INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK

Supriyono (1988) membuat kesimpulan mengenai pentingnya independensi


akuntan publik sebagai berikut:

1)   Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi akuntan publik untuk
memulai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada pemakai informasi.

2)   Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan dari klien dan
masyarakaat, khususnya para pemakai laporan keuangan.

3)   Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan
oleh manajemen.

4)   Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang dia berikan tidak mempunyai arti
atau tidak mempunyai nilai.

5)   Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang secara berkesinambungan


perlu dipertahankan.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Etika dalam auditing sangat diperlukan oleh auditor. Kode etik atau aturan etika
profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor  profesional dalam mempertahankan
diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit. Berperilaku etis/etik
sesuai dengan etika profesi yang dianut menunjukkan bahwa seorang auditor tersebut dapat
berkomitmen dengan baikdalam menjalankan tugasnya. Perilaku etis merupakan hal yang
paling mendasar dalam melakukan suatu pekerjaan. Segala sesuatu yang berawal dari
kesadaran dan ketulusan dalam bekerja maka hasilnya juga akan lebih baik.
Pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya masalah etika akan memberikan
peluang untuk melindungi diri sendiri dan pada saat yang sama akan membangun suasana
etis di lingkungan kerja. Peraturan pasar modal dan regulator independensi akuntan publik
telah diatur oleh Bapepam. Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam
antara lain adalah Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-
20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit Di Pasar Modal.

3.2 SARAN

            Etika dalam auditing harus diterapkan oleh seorang auditor, agar mendapatkan
kepercayaan dari publik sehingga akan memberikan dampak positif bagi perkembangan
profesi auditor.

Anda mungkin juga menyukai