Anda di halaman 1dari 24

Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar dalam Matematika

Studi Kasus Seorang Siswaa SMA Di Kota Jayapura

Kecamatan Jayapura Selatan Kabupaten Kota Jayapura Provinsi Papua

Disusun dalam rangka plaksanaa tugas matakuliah

diagnosis, Remidiasi. Dan pengayaan dalam

pembelajaran matematika

Disusun Oleh :

Lily . M. Maturbongs

Nim : 171414064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020

1
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan sehingga
saya dapat menyselesaikana laporan untuk tugas mata kuliah Diagnosis, Remediasi, dan
Pengayaan dalam Pembelajaran Matematika. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi yaitu vio selaku subjek pada tugas
kami dan Pak Suwarsono yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini. Harapan
saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca
khususnya calon guru dan guru mengenai langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa terutama dalam pembelajaran matematika .
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
sekali kekurangan dalam laporan ini, sehinga karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Abstrak
Tujuan dari kegiatan yang saya ini untuk melaksanakan tugas ini yaitu untuk mengetahui
kesulitan siswa dalam belajar matematika dan mengatasi kesulitan belajar siswa tersebut.
Langkah-langkah yang saya lakukan yaitu mencari satu siswa yang memiliki kesulitan belajar
untuk menjadi subjek penelitian, kemudian memberikan diagnosis dan remediasi kepada siswa
tersebut berdasarkan langkah-langkah atau tahap-tahap diagnosis dan remediasi.
Hasil dari kegiatan ini yaitu siswa mampu menyelesaikan kesulitan belajar mereka, terlihat dari
hasil postest yang nilainya jauh lebih baik dari pretest.

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................2
Abstrak ...............................................................................................................2
BAB I Pendahuluan ............................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................5
C. Tujuan penelitian .......................................................................................5
E. Manfaat penelitian ………………………………………………………..5
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................6
A. Langkah-langah Diagnosis dan Remediasi..................................................6
B. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar .......................................................6
C. Prosedur Remediasi Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar.........................10
D. Analisis Kesalahan Dalam Pembelajaran Matematika.............................11
E. Materi yang digunakan.............................................................................12
F. Kerangka berpikir.....................................................................................12
BAB III KEGIATAN YANG AKAN DILAKUKAN DALAM PROSES DIAGNOSISDAN
REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MATEMATIKA, UNTUK SISWA
YANG MENJADI SUBYEK DALAM LAPORAN INI..................................13
1.Melaksanakan Diagnosis..............................................................................13
2.Melaksanakan Remediasi..............................................................................14
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL KEGIATAN, SERTA PEMBAHASAN
...........................................................................................................................15
A.Latar Belakang Subyek.............................................................................15
B.Pelaksanaan Kegiatan...............................................................................15
C.Hasil Kegiatan...........................................................................................16
D.Pembahasan .............................................................................................16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN UNTUK TINDAK LANJUT.............20
A.Kesimpulan ..............................................................................................20
B.Saran dan Tindak Lanjut ..........................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................22
LAMPIRAN......................................................................................................23

3
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Istilah mathematics (Inggris), mathematic (German ), berasal dari bahasa Yunani
dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu, atau dari kata lain yang
serupa yaitu mathanein yang berari belajar atau berpikir. Secara etimologis perkataan
matematika berarti “ ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Yang lebih
menekan pada aktifitas penalaran ratio. Menurut James dan James (1976). Matematika
adalah pola piker, terogarnisir, bukti logis, matematika adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat reprensentasi dari symbol dan
padat, lebih bahasa symbol dari sebuah ide dari pada kedengaranya. Johson salam
Russefendi (1972) mengemukakan bahwa matematika merupakan unsur – unsur yang
tidak didefinisakan, definisi, aksioma dan dalil – dalil dimana argument setelah terbukti
valid pada umumnya, karena matemtika ini sering disebut ilmu deduktif. Menurut Kline
(1973) mengemukakan matematika adalah sebuah makalah penelitian tentang poladan
huungan, jalan atau pola berpikir, suatu seni , bahasa dan alat – alat.
Dimyati dan Mudjino (2006) belajar merupakan suatu proses interna yang
kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur afektif,
dalam matra afektif berkaitan dengan sikap, nilai –nilai, interes, apresiasi, dan
penyesuaian perasaan sosial.
Dalam mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri peran guru sangatlah dibutuhkan.
Selain dituntut untuk bisa mengajar guru juga harus bisa mengetahui dan mengatasi
kesulitan siswa dalam belajar. Penangana kesulitan belajar tidak hanya ranah kognitif
tetapi juga psikomototrik . penangana kesulitan belajat siswa dapat dilakukan dengan
diagnosa dan remidiasi. Pada laporan ini saya akan memapaptkan langkah yang saya
lakukan dalam mengatasi atau menangani kesulitan belajar siswa alam belajar
matematika terutama pada trigonometri.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kesulitan yang dialami siswa dalam belajar matematika
2. Apa penyebab dari kesulitan belajar siswa dalam belajar matematika
3. Bagaimana penanganan penyebab keuslitan belajar siswa dalam pelajaran matematika
4. Apa langkah- langkah yang dapat dilakukan apabila penyebaba kelutian belajar dari
siswa tidak dapat dipulihkan

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kesulitan siswa dalam belajar matematika
2. Untuk mengetahui penyebab kesulitan yang dialami siswa dalam belajar matematika
3. Untuk mengetahui penanganan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan penyebab
kesulitan belajar yang dialami siswa
4. Untuk mengetahui langkah – langkah yang dapat dilakukan apaila penyebab dari
kesulitan belajar siswa tidak dapat disembuhkan

D. Manfaat Penelitian
1. Agar guru dapat mengethui kesulitan siswa dalam belajar matematika
2. Guru dapat membantu siswa dalam menangani kesulitian belajar siswa dalam
matematika
3. Agar siswa tidak lagi mendapati kesulitan belajar dan mampu memahami pelajaran
matematika
4. Agar guru juga dapat mengeetahui langkah –langkah dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa dalam matematika

5
BAB II
LANDASAN TEORIS

A. Langkah – langkah Dalam Proses Diagnosis dan Remedisai Kesulitan belajar

Tahap 1 : Penelaahan Status (Status Assesment)


Tahap penalaahan status adalah tahap dimana status seseorang siswa dalam hal kesulitan
belajar ditentukan, artinya dalam tahap ini ditentukan apakah anak tersebut mengalami
kesulitan belajar atau tidak. Status ini ditentukan dengan memberikan suatu tes atau cara
pengukuran lain. Dari tes ini akan terlihat apakah seorang siswa mengalami kesulitan
belajar atau tidak berdasarkan gejala-gejala yang terlihat pada hasil tes tersebut.
Tahap 2 : Perkiraan Sebab (Cause Estimation)
Pada tahap ini letak kesulitan belajar sesungguhnya yang dialami oleh siswa diselidiki
(diperkirakan dan ditentukan), sekaligus penyebab yang sesungguhnya dari gejala yang
diamati pada tahap 1.
Tahap 3 : Pemecahan Kesulitan dan Penilaiannyaikan
Tahap ini merupakan tahap untuk berusaha menghilangkan sebab dari kesulitan yang
dihadapi siswa. Atau apabila sebab itu tidak dapat disembuhkan, hal ini dapat menjadi
tahap untuk memberikan bantuan kepada siswa tersebut dalam belajar sesuai dengan
sebabnya yang sudah ditentukan pada tahap 2.

B. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar


Dibawah ini merupakan langkah-langkah pokok prosedur dan tekhnik diagnosis kesulitan
belajar :
1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifkasi kesulitan belajar :
a. Menandai siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang
sifatnya umum maupun yang sifatnya lebih khusus. Caranya dapat dibandingkan
dengan kriteria tingkat ketuntasan penguasan yang telah ditetapkan sebelumnya
(Penilaian Acuan Patokan (PAP)).
b. Tehnik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain :

6
 Meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan akademik kemudian
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas (PAN) atauu dengan kriteria
tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut (PAP).
 Menganalisa hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuat
 Observasi pada saat proses pembelajaran
 Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan
 Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang
terdapat pada siswa.
2. Melokalisasikan Letaknya Kesulitan (Permasalah)
Setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan
belajar, maka selanjutnya yang perlu ditelaah ialah (1) dalam mata pelajaran manakah
kesulitan itu terjadi, (2) pada tujuan belajar (aspek prilaku) manakah kesulitan itu
terjadi, (3) pada bagian manakah kesulitan itu terjadi, (4) dalam segi proses
pembelajaran manakah kesulitan itu terjadi .
a. Mendekati kesulitan belajar pada bidan studi tertentu
Dengan jalan membandingkan nilai prestasi individu yang bersangkutan dari
semua pelajaran yang diikutinya, dengan mudah akan ditemukan pada pelajaran
apa siswa mengalami kesulitan belajar.
b. Menitik pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan pelajaran
manakah kesulitan terjadi
Seperti yang dikatakan oleh Burton, bahwa pendekatan yang tepat menggunakan
test diagnostik. Telah dijelaskan bahwa test diagnostik ini pada hakekatnya adalah
test prestasi belajar ( TPB atau THB). Namun jika belum tersedia test diagnostik
yang khusus dipersiapkan untuk mengetahui kesulitan siswa, maka analisa masih
tetap dapat dilakukan dengan menggunakan hasil jawaban ujian tengah semester
atau akhir semester.
c. Analisis Terhadap Catatan Mengenai Proses Belajar
Hasil analisis dapat dilakukan dengan hasil analisa empiris terhadap catatan
keterlambatan penyelesaian tugas/soal, ketidak hadiran (absensi), kurang aktif dan
partisipasi, kurang penyesuaian sosial (sosiometris). Tinjauan lebih lanjut dapat
dilakukan dalam analisa tentang latar belakang atau sebab-sebabnya.

7
3. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan
Secara garis besar sebab kesulitan belajar dapat timbul dari dua hal yaitu :
a. Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri.
Hal ini antara lain disebabkan oleh :
 Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi, atau kecakapan/bakat
khusus tertentu yang dapat diketahui melalu tes.
 Kelemahan fisik, pencaindra, syaraf, kecacatan karena sakit dan sebagainya,
gangguan yang bersifat emosional.
 Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan ajar
 Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk
memahami bahan ajar.
b. Faktor ekternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya
hambatan atau kesulitan. Faktor ekternal antara lain meliputi :
 Situsi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif
 Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
 Ketidakseragaman pola dan standar administrasi
 Beban studi yang terlalu berat
 Metode mengajar yang kurang memadai
 Sering pindah sekolah
 Kurangnya alat dan sumber untuk proses pembelajaran
 Kondisi rumah yang kurang mendorong melakukan aktivitas belajar
c. Untuk mengenal berbagai faktor dapat dipergunakan berbagai alat, baik yang
dibuat oleh guru maupun yang telah dibuat oleh orang lain.
Cara dan alat tersebut antara lain :
 Test kecerdasan
 Test bakat khusus
 Skala sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa
dibuat oleh guru
 Inventory

8
 Wawancara dengan murid yang bersangkutan
 Mengadakan observasi yang intensif didalam maupun diluar kelas
 Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-
temanya yang dipandang perlu
4. Perkiraan kemungkinan bantuan
Jika ditelaah tentang letak kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan
dengan latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka akan
diperkirakan :
a. Apakah siswa masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami
siswa
c. Kapan dan dimana pertolongan itu diberikan
d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan
e. Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif
f. Siapa sajakah yang harus ikut serta dalam menolong siswa tersebut
5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Langkah ini adalah langkah menyusun satu rencana atau beberapa alternatif rencana
yang dapat dilakuakn untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa,
rencana ini berisi :
a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami
mahasiswa tersebut
b. Menjaga agar kesulitan yang seripa jangan terulang
6. Tindak Lanjut ( Pelaksanaan kegiatan pemberian bantuan )
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran remidial yang
diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa :
a. Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial untuk mata
pelajaran tertentu
b. Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan
kepada siswa dan kepada penyuluh atau guru yang sedang melaksanakan kegiatan
remidial

9
c. Senantiasa mencek dan recek kemajuan siswa atas bantuan yang diberikan
Mentransfer siswa yang menurut perkiraan kita tidak mungkin ditolong karena diluar
kemampuan dan wewenang penyuluh.
C. Prosedur Remediasi Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar
Pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan diagnosis kesulitan
belajar dan kegiatan ini harus dilandasi kegiatan diagnosis. Dalam melakukan kegiatan
pengajaran remidial, seorang guru dituntut untuk :
1. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan
Kegiatan ini dimaksudkan agar memperoleh gambaran yang lebih definitif tentang
seorang siswa dengan masalah yang dihadapinya, kelemahan yang dialaminya, dan
letak kelemahan, faktor utama penyebab kelemahan apakah masih dapat ditolong
guru atau memerlukan bantuan orang lain, berapa lama bantuan harus diberikan,
kapan, oleh siapa dan sebagainya.
2. Alternatif tindakan
Jika sudah mendapatkan gambaran yang lengkap tentang siswa yang memerlukan
bantuan, barulah direncanakan alternatif tindakan sesuai dengan karakteristik
kesulitan yang dihadapinya. Alternatif tindakan berupa :
a. Mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberikan petunjuk antara lain :
 Tentang berbagai istilah yang harus dipahami yang terdapat dalam bahan
bacaan
 Menandai dan menunjukan bagian-bagian yang dianggap pentik dan
merupakan kelemahan bagi siswa
 Membuat pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memperlajari
bahan tersebut
 Memberi dorongan dan semangat belajar
 Menyediakan bahan bacaan lain
 Menyediakan waktu diskusi dan menjawab pertanyaan siswa
b. Mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan pembelajaran yang
sudah ditempuh dan mempunyai tujuan yang bersifat instruksional maupun efek
pengiring, misalnya diberikan arahan tentang
 Kegiatan apa yang harus dikerjakan siswa

10
 Bagian mana yang harus mendapat penekanan khusus
 Dan lain sebagainya
c. Bila kesulitan belajar siswa yang bersangkutan bukan semata-mata kesulitan
dalam belajar akan tetapi disebabkan karena hal lain seperti kesulitan belajar
karena latar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar,
kebiaan belajar yang salah atau masalah lain dalam hubungan orang tua, teman
dan sebagainya maka :
 Siswa tersebut harus terlebih dahulu diberikan layanan bimbingan dan
penyluhan yang bersofat psikoterapi. Layanan bimbingan ini bisa dibentuk
layanan individual maupun layanan kelompok.
 Jika masalah ini sudah dapat diatasi barulah dilaksanakan pengajaran remidial
seperti butir a dan b
3. Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir kegiatan pengajaran remedial dilakukan evaluasi kembali sampai sejauh
mana pengajaran remedial tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tujuan
utama adalah terpenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan misalnya 75%
taraf penguasan. Bila ternyata masih belum berhasil makan dilakukan kembali
diagnosis, prognosis dan pengajaran remidial berikutnya, dan demikian siklus ini
beruang terus.
D. Analisis Kesalahan Dalam Pembelajaran Matematika
Analisis kesalahan merupakan analisis yang dilakukan oleh seseorang (misalnya guru
atau peneliti) terhadap pekerjaan siswa atau uraian siswa ketika menyelesaikan sesuatu
soal dalam matematika, untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa.
Berdasarkan hasil analisis oleh Movshovitz-Hadar, Zazlavsky, dan Inbar (1987),
kesalahan siswa dalam matematika dapat diklasifikasikan atas berbagai jenis, sebagai
berikut :
1. Kesalahan Interpretasi Bahasa (misinterpreted language) : misalnya kesalahan dalam
menerjemahkan kalimat sehari-hari dalam soal ke dalam kalimat matematika ,
kesalahan dalam menafsirkan sesuatu lambang matematika yang digunakan, atau
kesalahan dalam menafsirkan sesuatu ungkapan tertentu yang diberikan dalam soal.

11
2. Kesalahan dalam menarik inferensi yang logis (logically invalid inference) : misalnya
menyimpulkan bahwa jika diketahui “Jika p maka q”, lalu disimpulkan bahwa “Jika
q maka p”, atau “Jika tidak p maka tidak q”.
3. Kesalahan dalam Penggunaan Teorema atau Definisi (Distorted Theorem or
Definition) : misalnya menerapkan Teorema Pythagoras pada segitiga yang bukan
segitiga siku-siku, menggunakan definisi secara tidak lengkap, atau menerapkan sifat
distributif pada operasi yang sesungguhnya tidak bersifat distributif
4. Kesalahan yang berupa Penyelesaian yang Tidak Diperiksa Kembali (Unverified
Solution) : misalnya diminta mencari nilai x, tetapi hasil yang ditampilkan masih
mengandung x. Perhitungannya tidak salah, tetapi hasil yang ditampilkan tidak sesuai
dengan yang diharapkan

E. Materi yang digunakan


1. Trigonometri

F. Kerangka berpikir
Dalam melaksanakan proses diagnosis dan remediasi kerangka berpikirnya yaitu :
mencari subjek, melakukan wawancara untuk mengetahui materi matematika yang
dianggap sulit, melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami
materi tersebut, menganalisis hasil pretest untuk dapat mengetahui kesalahan atau
penyebab kesulitan siswa, memberikan treatment berdasarkan hasil analisis pretest,
memberikan postest untuk mengetahui apakah kesulitan belajar siswa sudah teratasi atau
belum agar dapat melanjutkan ke langkah yang berikutnya apabila siswa tidak mencapai
standar nilai yang sudah ditentukan.

12
BAB III
KEGIATAN YANG AKAN DILAKUKAN DALAM PROSES DIAGNOSIS DAN
REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MATEMATIKA,
UNTUK SISWA YANG MENJADI SUBYEK DALAM LAPORAN INI

Kegiatan yang akan kami lakukan dalam proses diagnosis dan remediasi yaitu :
1. Melaksanakan Diagnosis
a. Wawancara
Kami melakukan wawancara untuk mengetahui materi apa yang dianggap sulit oleh
siswa. Wawancara ini kami laksanakan pada pertemuan pertama secara online. Dari
kegiatan wawancara secara online ini harapan kami yaitu dapat mengetahui materi
matematika apa yang siswa anggap sulit, dan menurut siswa mengapa materi tersebut
dianggap sulit. Informasi-informasi seperti itu berguna untuk kami agar dapat ke
langkah diagnosis yang selanjutnya.
b. Pretest
Setelah mengetahui materi yang dianggap sulit oleh siswa yang menjadi subjek, kami
memberikan pretest untuk mengetahui sampai dimana pemahaman siswa mengenai
masing-masing materi yang mereka anggap sulit. Dari hasil pretest kami kemudian
menentukan treatment yang akan diberikan kepada masing-masing subjek.
c. Memberikan treatment
Treatment kami lakukan selama dua kali pertemuan dengan vidiocall melalui aplikasi
zoom untuk siswa yang menjadi subjek. Treatment ini berisi penjelasan materi dan
sedikit latihan soal.
d. Postest
Postest dilakukan pada pertemuan setelah pemberian treatment, untuk mengetahui
apakah treatment yang diberikan berhasil membantu siswa dalam mengatasi kesulitan
atau tidak.

2. Melaksanakan Remediasi apabila Siswa Mendapatkan Nilai Dibawah KKM pada saat tes
akhir Apabila siswa yang sudah diberikan treartment tapi kemudian pada saat postest

13
hasilnya tidak memuaskan atau dibawah KKM yang sudah ditentukan maka kami akan
memberika remediasi yang berupa penjelasan ulang sedikit materi, latihan soal, dan
kemudian test remediasi.

14
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL KEGIATAN, SERTA PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Subyek


Subjek Pertama
Nama Lengkap : Veronika Manufandu
Nama Panggil : Vio
Tanggal Lahir : 20 April 2004
Sekolah : SMA Negeri 4 Jayapura
Alamat Sekolah : Jl. Beringin, Entrop, Jayapura

B. Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan kami melakukan lima kali pertemuan dengan subjek, hal
pertama yang kami lakukan adalah mencari subjek untuk dianalisis kesulitan belajarnya,
kami mengunakan subjek satu orang yaitu siswa SMA kelas X. Subjek ini adalah ade dari
teman saya, saya memilih subjek ini karena menurut teman saya siswa ini sulit untuk
memahami materi ajar dan sangat tidak menyukai pelajaran matematika. Siswa yang
menjadi subjek yang saya analisi ini mengunakan kurikulum menggunakan menggunakan
KTSP untuk proses analisis kesulitan belajar karena kebanyakan sekolah di Papua masih
menggunakan KTSP termasuk sekolah siswa yang menjadi subjek saya ini. dari siswa yang
menjadi subjek ini saya melihat dari materi apa yang dianggap subjek ini sulit. Setalah itu
saya melakukan wawancara melalui videocall untuk mengetahui materi apa yang dianggap
sulit atau susah oleh subjek tersebut. Wawancara ini saya laksanakan pada pertemuan
pertama. Dari kegiatan wawancara ini subjek mengatakan sebenarnya materi matematika
tidak terlalu sulit jika dipelajari pelan-pelan, namun yang menjadi kendala bagi subjek
adalah cara guru mengajar yang sulit dipahami, guru hanya memberi materi ajar saja tanpa
mengetahui apakah siswa memahami dengan baik materi yang diajarkan. Subjek juga
mengatakan jika sudah tidak memahami materi siswa merasa malas untuk belajar dikelas
dan bertanya kepada guru, sehingga subjek tetap saja terus menerus merasa kesulitan pada
materi yang tidak dipahaminya. Dari wawancara ini juga saya dapat mengetahui materi apa
yang subjek anggap sulit, setelah itu pada pertemuan kedua saya melakukan pretest secara

15
online dengan mengirim kan tutgas lalu hasilnya dikirim dalam bentuk gambar apakah
subjek benar-benar tidak memahami materi tersebut . Ternyata dari hasil pretest yang saya
lakukan subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pretest tersebut karena hasil
pretes tidak terlalu baik.
Langkah yang saya lakukan untuk membantu subjek ini adalah dengan memberikan
bimbingan belajar terkait materi yang subjek anggap sulit walapum secara video call. saya
memberikan bimbingan belajar dengan beberapa dua kali pertemuan, disetiap pertemuan
bimbingan belajar kami melihat perkembang subjek apakah subjek sudah mulai ada
perubahan memahami materi tersebut. Setelah melakukan bimbingan belajar dengan dua
kali pertemuan dan dirasa subjek sudah memahami materi dengan baik, saya memberikan
subjek posttest untuk mengukur kemampuan dan melihat perkembangannya apakah subjek
mengalami perubahan dan memahami materi yang diberikan. Dari hasil posttest ternyata
untuk subjek masih perlu melakukan proses pembelajaran remediasi karena masih terjadi
kesalaha-kesalahan dalam pengerjaan soal, maka dari itu proses pembelajaran remediasi ini
dilakukan agar kesalahan-kesalahan pada posttest subjek tidak terulang kembali.

C. Hasil Kegiatan
Dari kegiatan diagnosis yang sudah dilakukan terhadap subjek, hasil yang didapatkan
yaitu dari subjeknya sendiri sudah bisa mengatasi kesulitan belajar mereka pada materi
trigonoetri. Hal ini terlihat dari hasil postest yang mereka dapatkan jauh lebih baik dari
hasil pretest. Kegiatan ini juga dapat membuat siswa lebih kritis dalam menyelesaikan
permasalahan matematika dengan aktif bertanya.
Hasil yang saya dapatkan sebagai calon guru dari kegiatan ini yaitu saya dapat
mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa, penyebab dari kesulitan tersebut, dan
bagaimana cara mengatasinya. Kegiatan ini melatih saya sebagai calon guru untuk dapat
memberikan tindakan yang tepat kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu
melalu diagnosis dan remediasi.
D. Pembahasan
Dari kegiatan yang sudah dilaksanakan, melalui analisis data maupun pengamatan
terhadap siswa yang menjadi subjek ini yang memiliki latar belakang yang saya ketahui
dengan mudah dari sumber sehingga saya dapat mengetahui kesulitan – kesulitan apa saja

16
yang dialami oleh subjek dan penyebab kesulitan tersebut, dan proses dalam mengatasi
kesulitan tersebut melalui kegiatan diagnosis dan remediasi

1. Analisis dan Pembahasan terhadap hasil kegiatan diagnosis kesulitan belajar subjek
(vio)
Berdasarkan kegiatan diagnosis kesulitan belajar siswa yang sudah saya lakukan
terhadap subjek yang bernama Vio, dari hasil wawancara yang sudah dilakukan subjek
mengemukakan bahwa ia kesulitan dalam memahami materi trigonometri khususnya
pada penyelesaian soal terkait materi tersebut. Untuk mengetahui jenis kesulitan dan apa
penyebab dari kesulitan yang dialami saya melakukan pretest terhadap subjek pada
pertemuan kedua. Mengamati hasil pretest yang subjek kerjakan, terlihat bahwa memang
benar subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal terkait materi trigonometri.
Dari empat soal pretest yang saya berikan kepada subjek ini hanya bisa mengerjakan dua
soal benar, satu soal salah, dan satu soal lainnya tidak dikerjakan. Penyebab dari kesulitan
yang dialami subjek adalah pemahaman subjek masih kurang terkait trigometri dasar
(pemahaman tantang rumus atau hafalan trigometri, perbandingan, phytagoras) yang
merupakan dasar yang harus diketahui dan dipahami untuk membuktikan trigometri
yang lain. Kurangnya pemahaman yang siswa alami ini kemungkin dikarenakan subjek
kurang latihan soal, karena dengan latihan soal siswa akan terbiasa dalam langkah-
langkah penyelesaiannya. Dengan sering latihan soal juga subjek akan mudah dalam
mengingat rumus yang ada pada trigonometri yang ada sehingga siswa menafsirkan
mana yang bias digunakan untuk penyelesai suatu soal terkait materi trigonometri.
Untuk mengatasi kesulitan subjek tesebut saya memberikan treatment yang
berupa bimbingan belajar. Treatment saya berikan pada pertemuan yang selanjutnya yaitu
pertemuan ketiga Kegiatan bimbingan belajar yang saya berikan berdasarkan penyebab
yang sudah diketahui melalui hasil pretest. Langkah-langkah kegiatan bimbingan belajar
yang saya laksanakan yaitu:
1) Pemberian materi diawal kegiatan bimbingan dengan tujuan agar subjek mengingat
materi yang sudah siswa pelajari di sekolah, materi yang saya berikan antara lain
pembuktian phytagoras yang dibuktikan menggunakan teorema phytagoras, dan

17
trigonometri lain yang didapatkan dari materi yang berkaitan dengan trigonometri yaitu
sudut.
2) Memberikan contoh soal kepada subjek dan membimbing subjek dalam menyelesaikan
soal yang diberikan. Bimbingan yang diberikan yaitu mengamati langkah-langkah
pengerjaannya dan membantu apabila subjek bertanya apabila subjek mengalami
kesulitan.
3) Memberikan dua latihan soal untuk mengetahui apakah materi yang telah kami
sampaikan dapat diterima oleh subjek.
4) Membahas soal latihan secara bersama-sama. Setelah siswa selesai mengerjakan soal-
soal, kami membahas soal-soal tersebut secara bersama-sama. Dari latihan soal subjek
sudah bisa menyelesaikannya dengan baik, tapi ini tidak berarti bahwa siswa sudah
memahami materinya dengan baik karena proses penyelesaian latihan soal subjek
diberikan bantuan.
5) Membahas soal pretest pada pertemuan sebelumnya. Membahas soal pretest sebagai
bagian dari latihan soal yang saya berikan kepada subjek (vio), dengan tujuan untuk
melatih subjek dalam mengingat-ingat apa yang sudah dipelajari dan membiasakan
subjek untuk mengerjakan soal.
Melalui kegiatan pemberian materi dan latihan soal yang berlangsung pada dua
pertemuan, kesulitan lain yang saya temukan pada subjek yaitu subjek kurang mampu
mengahafal dan memahami rumus yang ada pada trigonometri yang sudah ada atau sudah

1
dipelajari contohnya sin2 θ+cos 2 θ=1↔ 1−sin 2 θ=cos2 θ, atau sec x dan pada
cos x
rumus trigonometri yang lainya.
Melalui penjelasan materi dan latihan soal subjek menjadi lebih kritis dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan trigonometri, hal ini terlihat dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan subjek kepada kami. Pada pertemuan yang selanjutnya, saya
memberikan posttest untuk mengetahui sejauh mana pemahaman subjek akan apa yang
telah saya dan subjek pelajari bersama. saya memberikan empat soal posttest degan
tingkatan yang berbeda, dari tigkatan mudah, sedang, dan sulit, dengan waktu pengerjaan
dua jam. Dari hasil posttest yang sudah dilaksanakan, subjek masih sangan sulit
mengatasi kesulitannya dalam menyelesaikan soal terkait materi trigonometri. Subjek

18
berhasil memperoleh hasil posttest yang masih kurang baik dari hasil pretest. Sehingga,
karena hasil posttest sumbjek yang belum meningkat dan masih kurang dari hasil pretest
sehingaa saya memberikan kegiatan remediasi terhadap subjek ini.
Pengajaran remedial yang dilakukan yaitu memberikan bimbingan belajar lagi.
Bimbingan belajar pada pengajaran remedial difokuskan untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan subjek yang ada pada hasil posttest. Pengeajaran remedial diberikan pada satu
kali pertemuan, yang kegiatannya berupa pembahasan soal posttest dan menunjukkan
kesalahan yang dilakukan subjek serta memperbaikinya dengan mengulang materi
tersebut. Kemudian saya juga memberikan beberapa lataihan soal dan membahasnya
bersama-sama. Dari kegiatan pengajaran remedial yang diberikan, subjek sedikit demi
sedikit dapat mengatasi kesulitannya. Hal ini terlihat dari latihan soal yang sudah bisa
subjek kerjakan dengan baik.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN UNTUK TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diagnosis dan remidiasi yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa, dalam proses pembelajaran tugas guru tidak hanya sekedar
menyampaikan materi atau mentransfer ilmu saja kepada siswa, guru juga dituntut dapat
memahami kesulitan belajar yang dialami siswa, untuk mengetahui kesulitan belajar siswa
dapat dilakukan diagnosis kesulitan belajarnya. Kesulitan belajar adalah suatu keadaan siswa
yang memiliki masalah sehingga tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga
berdampak pada keberhasilan belajar siswa. Salah satu faktor intelektual yang menyebabkan
siswa mengalami kesulitan belajar khususnya pada satu subjek pada materi Trigonometri
adalah subjek salah dalam memahami konsep materi pembelajaran, subjek pertama kurang
memahami konsep dasar dari trigonemetri tersebut sehingga dalam menyelesaikan persoalan
mengalami kesulitan. Faktor lain yang menyebabkan subjek mengalami kesulitan belajar
adalah subjek malas untuk mencatat materi yang diberikan oleh guru disekolah sehingga
subjek merasa kebinggungan jika diberikan tugas.
Setelah diberikan treatment untuk membantu subjek mengatasi kesulitan belajarnya
pemahaman konsep pada trigonometri untuk subjek lebih baik dari hasil pretes yang
dilakukan dilihat dari hasil posttest yang dilakukan, kesalahan-kesalahan yang dilakukan
subjek pertama sedikit berkurang, namun subjek ini masih harus melakukan proses
pembelajaran remediasi, beberapa kesalahan yang masih dilakukan oleh subjek ini dalam
posttest adalah subjek kurang teliti dalam pengerjaan soal dan subjek kurang mengerti
lagkah-langkah pengerjaan dari soal yang diberikan maka dari itu subjek diberikan
bimbingan belajar lagi agar kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh subjek tidak
terulang lagi. proses pembelajaran remediasi karena dari hasil posttest yang dilakukan sudah
baik dan tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan soal.

20
B. Saran untuk Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil diagnosis dan kesimpulan diatas, maka kami ingin mengajukan beberapa
saran dan tindak lanjut dalam permasalah kesulitan belajar siswa yaitu untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa, guru dituntun dapat mengenal tiap-tiap kesulitan yang dihadapi
siswa, agar guru dapat menentukan cara terbaik mengatasi kesulitan belajar siswa. Guru juga
diharapkan dapat memberikan pembelajaran remedial pada siswa yang nilainya belum
mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Program remedial harus disesuaikan dengan
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa sehingga setiap siswa memperoleh pelayanan
yang tepat. Untuk langkah remedial yang tepat, maka sebaiknya program remedial
dilaksanakan setelah tes diagnosis yang berfungsi sebagai alat identifikasi kesulitan siswa.
Selain itu kami juga menyarankan agar guru melakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa ditinjau dari berbagai faktor seperti
faktor fisiologis, emosional, sosial maupun faktor internal dan faktor ekternal.

21
DAFTAR PUSTAKA
Entang, M. 1984. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN
REMEDIAL. Jakarta: Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sukino. 2007. MATEMATIKA JILID 3A untuk kelas XII. Jakarta: Erlangga
Partowisastro, Koestoer & A. Hadisuparto. 1984. DIAGNOSA DAN
PEMECAHAN KESULITAN BELAJAR jilid 1. Jakarta: Erlangga
Wirodikromo, sartono. 2006. MATEMATIKA JILID 1 untuk kelas X. Jakarta:
Erlangga

22
LAMPIRAN
Lampiran Lembar Kerja Subjek

23
24

Anda mungkin juga menyukai