Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG

DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

Emanuel Agung Wirawan*, Dwi Novitasari**, Fiki Wijayanti***


1. Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo, Ungaran, Indonesia
2. PSIK STIKES Ngudi Waluyo, Ungaran, Indonesia
3. PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ungaran, Indonesia

Email: agungwirawanemanuel@yahoo.com

ABSTRAK

Pengawasan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan kegiatan yang penting dalam rangka
mencapai hasil yang optimal. Pengawasan diperlukan sebagai sarana pembelajaran bagi orang yang diawasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara supervisi kepala ruang dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Ambarawa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelatif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi pada penelitian ini sejumlah 81 responden perawat. Sampel perawat dengan menggunakan total
populasi terhadap 81 responden. Analisis data dengan uji chi square.
Hasil penelitian didapatkan supervisi kepala ruang paling banyak adalah kurang baik yaitu 37 responden
(45,7%). Pendokumentasian asuhan keperawatan diketahui paling banyak adalah baik sebanyak 56 responden
(69,1%). Terdapat hubungan antara supervisi kepala ruang dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa (p value 0,000).
Saran bagi rumah sakit perlunya supervisi secara periodik terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan karena dokumentasi merupakan aspek legal yang penting untuk mengetahui tindakan terhadap
pasien dan perkembangan pada pasien yang dirawat.

Kata kunci: Supervisi, pendokumentasian asuhan keperawatan

Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan 1


Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Emanuel Agung Wirawan, Dwi Novitasari, Fiki Wijayanti
PENDAHULUAN keperawatan dapat dilakukan supaya
Setiap pelaksanaan proses seluruh anggota ruangan memiliki
keperawatan, perawat akan selalu kesempatan yang sama memperoleh
melakukan pencatatan atau sering disebut pendampingan.
pendokumentasian, mulai dari pengkajian, Menurut Keliat (2012) supervisi
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan adalah proses pengawasan terhadap
evaluasi. Dokumentasi merupakan aspek pelaksanaan kegiatan untuk memastikan
penting dari praktik keperawatan karena apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai
berisi catatan-catatan yang berguna untuk tujuan organisasi dan standar yang telah
komunikasi, tagihan finansial, edukasi, ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh orang
pengkajian, riset, audit dan dokemenatasi yang memiliki kemampuan yang cakap
legal, Dokumentasi didifinisikan sebagai dalam bidang yang disupervisi. Supervisi
segala sesuatu yang tertulis atau tercetak biasanya dilakukan oleh atasan terhadap
yang dapat diandalkan sebagai catatan bawahan atau konsultan terhadap
tentang bukti bagi individu yang pelaksana. Menurut Keliat (2012) manajer
berwenang, dokumentasi yang baik keperawatan atau kepala ruang memiliki
mencerminkan tidak hanya kualitas tanggung jawab dalam pelaksanaan asuhan
perawatan tetapi juga membuktikan keperawatan yang efektif serta aman
pertanggunggugatan setiap anggota tim kepada sejumlah pasien dan memberikan
perawat dalam memberikan perawatan kesejahteraan fisik, emosional dan
(Potter & Perry, 2005). kedudukan bagi perawat.
Dokumentasi yang akurat adalah
salah satu pertahanan diri yang terbaik METODE PENELITIAN
terhadap tuntutan yang berkaitan dengan Jenis penelitian ini adalah korelasi
asuhan keperawatan. Catatan dokumentasi dengan metode kuantitatif, dengan
berfungsi sebagai bukti tertulis terhadap menggunakan rancangan cross-sectional.
segala sesuatu yang terjadi dan dilakukan Populasi adalah seluruh perawat pelaksana
kepada klien. Asuhan keperawatan dapat dan ketua tim ruang rawat inap di RSUD
saja berjalan dengan sangat baik, namun Ambarawa sejumlah 81 perawat.
asuhan keperawatan yang tidak Penelitian dilakukan pada bulan Februari
didokumetasikan berarti asuhan yang tidak 2013 di RSUD Ambarawa. Instrumen yang
dilakukan dalam peradilan hukum (Perry digunakan dalam penelitian ini adalah
& Potter, 2005). kuesioner dan lembar observasi tentang
Penelitian yang berhubungan pelaksanaan dokumentasi asuhan
dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Analisi data yang digunakan
keperawatan dilakukan oleh Pribadi (2009) adalah analisis chi square.
yang didapatkan hasil bahwa pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD HASIL PENELITIAN
Kelet Jepara dalam kategori baik 58,1% Hasil penelitian didapatkan
dan kategori tidak baik 41,9%. Perawat gambaran supervisi kepala ruangan paling
dalam melaksanakan tugas sehari-hari banyak adalah kurang baik yaitu sebanyak
dipimpin oleh seorang kepala ruang. 37 responden (45,7%). Gambaran
Kaitannya dengan pendokumentasian pendokumentasian asuhan keperawatan
asuhan keperawatan tersebut, kepala oleh perawat pelaksana paling banyak
ruangan memiliki tugas untuk memberikan adalah baik sebanyak 56 responden
pendampingan/supervisi terhadap anggota (69,1%). Terdapat hubungan yang
ruangannya karena sebagian besar hasil signifikan antara supervisi kepala ruang
dari audit dokumentasi masih kurang dari dengan pendokumentasian asuhan
nilai 75 (Keliat, 2012). keperawatan di Rumah Sakit Umum
Pendampingan/supervisi dalam Daerah Ambarawa (p value 0,000).
pelaksanaan dokumentasi asuhan

2 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-6


PEMBAHASAN Rumah Sakit Umum Daerah
1. Gambaran supervisi kepala ruangan di Ambarawa
Rumah Sakit Umum Daerah Hasil penelitian menunjukkan
Ambarawa pendokumentasi belum dapat mencapai
Supervisi kepala ruang kurang baik angka yang optimal, karena belum adanya
didapatkan karena berdasarkan isian upaya evaluasi kinerja dalam
kuesioner oleh perawat, kepala ruang pendokumentasian yang dilakukan oleh
belum secara maksimal menjadi role perawat, sehingga faktor tingkat
model bagi perawat, penjelasan tindak pendidikan dan masa kerja juga tidak
lanjut dan pemberian umpan balik positif memiliki dampak yang signifikan terhadap
belum dilakukan secara optimal oleh kelengkapan dokumetasi asuhan. Faktor
kepala ruang. Hasil penelitian yang pendidikan belum tentu menjadi faktor
menunjukkan bahwa sebagian besar penentu kelengkapan dalam dokumentasi
supervisi dalam kategori tidak baik, asuhan keperawatan. Pengalaman dalam
sehingga kepala ruang memerlukan bekerja serta faktor sosial yang telah
bantuan dalam mengambil keputusan menjadi kebiasaan akan menjadikan hasil
melalui pengamalan dalam tugas. Manajer dari suatu kinerja menjadi kurang
kemudian menemukan metoda yang lebih maksimal. Melainkan terdapat berbagai
baik guna melaksanakan pendelegasian faktor antara lain kebiasaan/budaya,
tugas dalam kelompok kerja, yang tentu banyaknya pekerjaan perawat dan evaluasi
memerlukan dukungan dari anggota dari atasan lebih menentukan kelengkapan
kelompok. Tingkat pendidikan kepala dokumentasi asuhan keperawatan.
ruang di RSUD Ambarawa yang bervariasi Hal ini sejalan dengan penelitian
antara D3 Keperawatan dan S1 Sugiharti (2012) bahwa kelengkapan hasil
Keperawatan dimungkinkan menjadi dokumentasi asuhan keperawatan di rumah
kategori supervisi menjadi tidak baik. sakit belum dapat mencapai 80%. Hasil
Selain faktor pendidikan, peralatan penelitian pada pendokumentasian yang
keperawatan dan lingkungan keperawatan belum mencapai 80%, hal ini disebabkan
sangat mempengaruhi keberhasilan asuhan karena kelengkapan dokumentasi bukan
keperawatan yang dapat menunjang kinerja hanya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan
perawat (Hidayati, 2009). Tujuan utama perawat, tetapi beban kerja perawat dan
supervisi adalah orientasi, latihan dan ketersediaan waktu juga dapat
bimbingan individu, berdasarkan mempengaruhi kelengkapan dokumentasi.
kebutuhan individu dan mengarah pada Hal ini sesuai dengan pendapat Fiscbach
pemanfaatan kemampuan dan (2011), bahwa banyak faktor yang
pengembangan keterampilan yang baru. merupakan hambatan dalam melaksanakan
Perawat pelaksana setelah kegiatan dokumentasi keperawatan, meskipun pada
supervisi akan mampu menyesuaikan dasarnya proses keperawatan telah
tugasnya dengan melakukan tindakan diterapkan.
asuhan yang diajarkan (Suyanto, 2009). Beberapa hambatan yang
Pelaksana supervisi, membuat suatu berhubungan dengan pendokumentasian
keputusan tentang suatu pekerjaan yang asuhan keperawatan menurut Depkes RI
akan dilaksanakan. Pembagi tugas (2008) yaitu kurangnya pemahaman dasar-
pelaksanaan supervisi kemudian mengatur dasar dokumentasi keperawatan. hal ini
siapa yang akan melaksanakan supervisi. bisa terjadi karena latar belakang
Pelaksana supervisi perlu memberikan pendidikan yang berbeda-beda, sehingga
penjelasan dalam bentuk arahan kepada tidak adanya keseragaman pelaksanaan
para pelaksana (Suarli, 2009). dokumentasi keperawatan. Kurangnya
kesadaran akan pentingnya dokumentasi
2. Gambaran pendokumentasian asuhan keperawatan. Penulisan dokumentasi
keperawatan oleh perawat pelaksana di keperawatan tidak mengacu pada standar
yang sudah ditetapkan, sehingga terkadang

Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan 3


Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Emanuel Agung Wirawan, Dwi Novitasari, Fiki Wijayanti
tidak lengkap dan akurat. Dokumentasi positifnya terhadap pekerjaannya. Sikap-
keperawatan dianggap beban. Banyaknya sikap positif perawat terhadap
lembar format yang harus diisi untuk pekerjaannya akan tercapai apabila
mencatat data dan intervensi keperawatan diberikan motivasi, bimbingan dan
pada pasien membuat perawat terbebani. penghargaan terhadap hasil kerjanya yang
Keterbatasan tenaga. Kurangnya tenaga akan menciptakan kepuasan kerja perawat.
perawat yang ada dalam suatu tatanan Kepuasan kerja perawat pada praktik
pelayanan kesehatan memungkinkan keperawatan tercapai apabila perawat
perawat bekerja hanya berorientasi pada merasa telah memberikan kontribusi,
tindakan saja. Tidak cukup waktu untuk dianggap penting, mendapat dukungan dari
menuliskan setiap tindakan yang telah sumber-sumber yang ada, dan out-come
diberikan pada lembar format dokumentasi keperawatan banyak tercapai (Huber,
keperawatan. Ketiadaan pengadaan lembar 2006).
format dokumentasi keperawatan oleh Supervisi merupakan bagian yang
institusi. Tidak semua tindakan penting dalam manajemen keperawatan.
keperawatan yang diberikan kepada pasien Pengelolaan asuhan keperawatan
dapat didokumentasikan dengan baik. membutuhkan kemampuan manajer
Karena lembar format yang ada tidak keperawatan dalam melakukan supervisi.
menyediakan tempat (kolom untuk Kepala ruangan merupakan manajer garda
menuliskannya). depan dan penanggung jawab ruangan
harus mampu menjadi supervisor yang
3. Analisis hubungan antara supervisi baik terhadap perawat pelaksana, sehingga
kepala ruang dengan dapat meningkatkan kualitas asuhan
pendokumentasian asuhan keperawatan keperawatan yang diberikan dan pada
di RSUD Ambarawa. akhirnya dapat meningkatkan kinerja
Berbagai upaya telah dilakukan perawat pelaksana. Hal ini didukung oleh
untuk menuju kearah pelayanan penelitian Izzah (2002) tentang hubungan
keperawatan yang profesional melalui teknik dan frekuensi kegiatan supervisi
peningkatan ilmu pengetahuan, kepala ruangan dengan kinerja perawat
ketrampilan, hubungan interpersonal yang pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit
dikemas dalam berbagai bentuk pelatihan, umum daerah Batang Jawa Tengah juga
seminar, lokakarya dan workshop. mendapatkan bahwa proporsi perawat
Penerapan pendekatan manajemen yang pelaksana yang mendapatkan supervisi
ditujukan untuk memantau satu kali dalam satu harinya akan memiliki
pendokumentasian asuhan keperawatan peluang kinerja lebih baik dibandingkan
adalah kegiatan supervisi yang dapat perawat pelaksana yang mendapatkan
dilakukan oleh kepala ruang. Adanya supervisi dua kali atau lebih dalam satu
supervisi diharapkan akan berpengaruh hari.
pada pendokumentasian yang benar pada Banyak beberapa hal yang
proses keperawatan, maka bukti secara mempengaruhi perawat dalam
profesional dan legal dapat dipertanggung penatalaksaan ketrampilan yang berkaitan
jawabkan, oleh karena itu pelaksanaan prosedur tetap yang tidak semata hanya
pendokumentasian merupakan aspek yang karena adanya faktor pengetahuan.
harus diperhatikan sehingga apa yang telah Didukung dengan penjelasan Soekanto
dilaksanakan telah tercatat dengan baik (2003), menyatakan bahwa tidak semua
dan benar (Setyowaty & Kemala Rita, pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya
2008). pengetahuan yang tersusun secara
Supervisi terhadap sistematis saja yang merupakan ilmu
pendokumentasian asuhan keperawatan pengetahuan. Pengetahuan yang lebih
merupakan kegiatan yang perlu dilakukan menekankan pengamatan dan pengalaman
terhadap perawat pelaksana. Perawat perlu inderawi dikenal sebagai pengetahuan
dijaga, dibina, dan ditingkatkan sikap empiris atau pengetahuan aposteriori.

4 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-6


Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan asuhan keperawtan berjalan sesuai dengan
melakukan pengamatan dan observasi yang prinsip-prinsip utaa pendokumentasian.
dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengetahuan empiris tersebut juga dapat DAFTAR PUSTAKA
berkembang menjadi pengetahuan
deskriptif bila seseorang dapat melukiskan Departemen Kesehatan Republik
dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan Indonesia. (2008). Standar
gejala yang ada pada objek empiris pelayanan minimal rumah sakit.
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa Jakarta: Direktorat Jendral Bina
didapatkan melalui pengalaman pribadi Pelayanan Medik, Depkes RI.
manusia yang terjadi berulangkali (Suarli.
2009). Fiscbach, T. F., (2011), Documentating
Perilaku pendokumentasian asuhan care: the communication, the nursing
keperawatan dipengaruhi oleh faktor process and documentation
internal dari perawat itu sendiri. Faktor standards. F.A, Davis Comp.
internal tersebut dapat diakibatkan dengan Philadelphia.
sikap perawat, kebiasaan atau perilaku
yang ada selama bekerja, adapun faktor Hidayati, S. (2009), Pengaruh gaya
eksternal yang ada dapat diakibatkan oleh kepemimpinan kepala ruangan
jumlah peralatan/sarana, perbandingan terhadap kinerja perawat dalam
tenaga perawat pelaksana dan pasien, melaksanakan asuhan keperawatan
sehingga dalam pelaksanaan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
pendokumentasian asuhan keperawatan Diunduh dari http://www.unair.ac.id,
diperlukan pengawasan dan bimbingan tanggal 23 Februari 2013.
dalam bentuk supervisi.
Supervisi yang kurang baik tetapi Huber., D.L. (2006). Leadership & nursing
pendokumentasian asuhan keperawatan care management. Third Edition.
yang baik didapatkan pada 16 responden USA: Saunders, Elsevier Inc.
(28,6%), dan supervisi yang baik
menghasilkan pendokumentasian asuhan Izzah, N., (2002), Hubungan teknik dan
keperawatan kurang baik sebanyak 2 frekuensi kegiatan supervisi kepala
responden (8,0%). ruangan dengan kinerja perawat
Menurut penjelasan Suarli (2009) pelaksana di ruang rawat inap
bahwa perbedaan antara pengetahuan, rumah sakit umum daerah Batang
ketrampilan dan sikap yang oleh pekerja Jawa Tengah. Diunduh dari
dengan pengetahuan, ketrampilan dan http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libr
sikap yang telah dimiliki inilah yang i2/detail.jsp?id=71407&lokasi=lokal
merupakan arti kebutuhan. tanggal 23 Februari 2013.
Pendokumentasian asuhan keperawatan
dipengaruhi oleh pengalaman seseorang Keliat, BA., Akemat, (2012), Model
tersebut. Proses supervisiyang kurang baik, praktik keperawatan profesional
dalam hal ini tidak akan mempengaruhi jiwa, EGC, Jakarta.
pendokumentasian, adanya pengalaman
nyata dan rutin dilakukan dapat Potter P.A., & Perry, A.G., (2005), Buku
membentuk perawat mampu melaksanakan saku: ketrampilan & prosedur dasar.
kegiatan pendokumentasian secara baik. Edisi 5. Jakarta: EGC

KESIMPULAN Pribadi, A., (2009), Analisis faktor


Supervisi kepala ruangan pengetahuan, motivasi dan
diperlukan terhadap pelaksanaan pengetahuan persepsi perawat
pendokumentasian asuhan keperawatan tentang supervisi kepala ruang
untuk menjamin bahwa pendokumentasian terhadap pelaksanaan dokumentasi

Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan 5


Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Emanuel Agung Wirawan, Dwi Novitasari, Fiki Wijayanti
asuhan keperawat di ruang rawat Suarli, S., & Bachtiar, (2009), Manajemen
inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Keperawatan dengan Pendekatan
Tengah di Jepara, Tesis Magister Praktik. Jakarta: Erlangga
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentras Administrasi Rumah Suyanto, (2008), Mengenal kepemimpinan
Sakit. dan manajemen keperawatan di
rumah sakit. Jokjakarta:Mitra
Setyowati Dan Kemala Rita, (2008). Suatu Cendikia Press
alternatif pemecahan masalah dalam
pendokumentasian keperawatan Sugiharti, (2012), Persepsi perawat
telaahan penelitian optimalisasi terhadap sistem penilaian kinerja
pendokumentasian keperawatan di dan hubungannya dengan
Rumah Sakit. JKI. II. 5. Jakarta: kelengkapan dokumentasi asuhan
FIKUI. keperawatan di rumah sakit
krakatau medika cilegon. Tesis
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Master Tidak Diterbitkan.
(2003), Suatu Tinjauan Singkat Universitas Indonesia, Jakarta :
Kepatuhan, Rajawali Press, Jakarta, Indonesia

6 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-6

Anda mungkin juga menyukai