Diskusi 1
Diskusi 1
2. Menurut hadits Nabi, aspek iman ada tiga. Sebutkan dan jelaskan
ketiga aspek tersebut dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami!
Al iimaanu, ‘aqdun bil qalbi wa iqraarun bil lisaani wa ‘amalun bil arkaani.
- Aqdun berkaitan dengan adanya ikatan, keterpaduan,
kekompakan.
- Qalbi memiliki nuansa dasar perasaan, hati, atau batin yang murni.
- Iqrar iqraarunbil lisaan berkaitan dengan apa yang dilisankan
- Amal bil arkaan berkaitan dengan amal perbuatan
Berdasarkan uraian singkat mengenai definisi di atas, kalbu, lisan, dan
perbuatan menjadi unsur-unsur dalam keimanan. Dengan demikian, iman adalah
bentuk beriringannya kalbu, lisan, dan perbuatan.
3. Ada dua macam iman, yaitu iman hak dan iman batil. Jelaskan apa
yang dimaksud dengan iman hak dan iman batil, dengan
mengemukakan ilustrasi dan contoh konkret, tentang ciri-ciri dari
keduanya?
Iman haq adalah Iman yang benar menurut Allah. Indikator iman haq dalam
konteks ini ditandai dengan beriman kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, kitab-
kitabNya, dan rasul-rasulNya. Salah satu ayat Quran yang menunjukkan perilaku
iman haq adalah QS Al Baqarah 285:
Iman bathil adalah iman yang tidak benar menurut Allah. Indikator iman jenis ini
yaitu mengimani selain Allah (kufur), Jibt (sesembahan selain Allah), Thagut
(berhala), seperti yang tercantum dalam QS An Nisa: 51
Perilaku yang menunjukkan iman bathil adalah meminta pertolongan dukun,
mendalami ilmu santet
Animisme/Dinamisme
Berawal dari masyarakat primitif, masyarakat ini memandang bahwa
kehidupannya ditentukan oleh keyakinan suatu benda yang bertuah
(dinamisme). Masyarakat ini menganggap benda tertentu yang bernilai ‘keramat’
perlu dijaga dan dirawat sebagai bentuk hormat. Mereka memiliki kepercayaan
bahwa apabila benda-benda itu tidak dijaga, marabahaya akan menerpanya.
Benda-benda itulah yang dianggapnya sebagai Tuhan.
Selain dinamisme, ada bentuk kepercayaan lain yang dianut masyarakat primitif,
yaitu animisme. Sedikit memiliki persamaan dengan dinamisme, masyarakat
yang mempercayai paham animisme memandang bahwa suatu benda yang
‘keramat’ itu memiliki roh di dalamnya. Oleh karena itu, cara mereka memujanya
dengan membuat sesajen yang biasanya diletakkan pada benda yang
dikeramatkan tersebut.
Politeisme
Akan tetapi, paham yang dianut masyarakat primitif itu membuat mereka
“kuwalahan” sendiri dalam memandang konsep Ketuhanan. Hal itu terjadi karena
semakin luas jangkauan pemikiran mereka. Dalam perkembangannya, mereka
berpandangan bahwa semakin luas jangkauan pemikiran mengenai benda-
benda, semakin banyak pula Tuhan yang harus disembah. Oleh karena itu,
mereka menyederhanakan kuantitas yang mereka sembah, dengan cara
mengelompokkan benda-benda sejenis sesuai bidangnya. Setelah tahap
pengelompokan, mereka memilih koordinator yang disebutnya sebagai dewa
atau dewi. Kepercayaan terhadap dewa atau dewi disebut dengan politeisme.
Masing-masing dewa atau dewi tersebut memiliki ranah bidangnya masing-
masing, misalnya Dewi Sri (dewi kesuburan), dan Dewa Matahari.
Henoteis
Dalam perkembangan lebih lanjut, ada tatanan paham yang merupakan
peningkatan dari paham politeisme, yaitu paham henoteis. Menurut paham ini,
manusia menganggap bahwa satu bangsa=satu Tuhan. Setiap bangsa memiliki
Tuhan yang berbeda dengan bangsa lainnya.
Monoteisme
Akan tetapi, paham henoteis bukan akhir dari konsep ketuhanan. Setelah
hubungan antarbangsa terjalin, masyarakat modern meyakini hanya ada satu
Tuhan di dunia. Paham ini disebut monoteisme. Tuhan menjadi penguasa dunia.
Deisme
Dalam paham ini, peranan Tuhan hanya dipandang sebagai pencipta alam,
bukan pengatur alam. Artinya, tugas Tuhan selesai seketika setelah menciptakan
alam. Dengan demikian, Tuhan hanya diakui kehebatanNya, namun ajarannya
tidak berperan dalam kehidupan. Dalam Islam disebut Qadariah.
Panteisme
Dalam paham ini, Tuhan dipandang sebagai pencipta alam sekaligus ada
bersama alam. Artinya, setiap bagian dari alam, itulah juga Tuhan. Dalam Islam
disebut Jabariah.
Eklektisme
Paham ini menggabungkan kedua paham deisme dan panteisme. Manusia
memiliki peranan sebagai perencana, sedangkan Tuhan berperan sebagai
penentu.