Anda di halaman 1dari 16

Arah Kebijakan

Ketenagakerjaan Dalam
Era New Normal
PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA 2020

APINDO
POTENSI RESESI GLOBAL

APINDO
EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I 2020

APINDO
Kondisi Ketenagakerjaan Pra-Covid 19
Dampak Covid-19 Terhadap Tenaga Kerja

Kementerian Ketenagakerjaan
dan BPJS Ketenagakerjaan
mencatat terdapat sekitar 2,8
juta pekerja terkena dampak
pandemic Covid-19. Hal ini
akibat terhentinya operasional
perusahaan tempat mereka
bekerja

Sumber: katadata
Kondisi Ketenagakerjaan Saat Covid-19
Investasi & Penyerapan Tenaga Kerja
Tahun Investasi Jumlah Tenaga Kerja Penyerapan/Triliyun
(Rp Triliyun) ( orang ) ( orang )

2013 398.3 1.829.950 4.594

2014 463 1.430.846 3.090

2015 545.4 1.435.711 2.632

2016 613 1.392.398 2.271

2017 692.8 1.176.353 1.698

2018 721.3 960.052 1.331

2019 809.6 1.033.835 1.277

2020-Q1 210.7 303.085 1.438

Sumber: Laporan Realisasi Investasi BKPM


Rekomendasi
Arah Kebijakan Ketenagakerjaan
Di Masa New Normal
Kebijakan Ketenagakerjaan yang fleksibel, tidak
rigid

Mendukung keberlangsungan usaha dan tidak


menambah beban dunia usaha

IJAKAN KETENAGAKERJAAN Memperluas kesempatan kerja berbasis


ASA NEW NORMAL skills development dan job matching

Mendorong adaptasi penerapan teknologi dan


protokol kesehatan baru

Mendukung daya tahan dan transformasi sektor


informal menuju sektor formal
Kebijakan Ketenagakerjaan yang
fleksibel, tidak rigid

Pandemi Covid-19 berdampak pada PHK dan


unpaid leave pekerja di berbagai sektor usaha.
Dunia usaha disibukkan dengan dispute
ketenagakerjaan dalam menegosiasikan
kemampuan membayar upah dan kewajiban
lainnya. Selain itu, biaya pesangon yang tinggi
juga mengakibatkan tingkat kepatuhan rendah
yang menyebabkan dispute berkepanjangan
sehingga usaha berlangsung tidak produktif.
Untuk itu diperlukan kebijakan
ketenagakerjaan yang fleksibel dan
mengakomodir kondisi yang terjadi.
Mendukung keberlangsungan usaha dan tidak menambah beban
dunia usaha

Peraturan ketenagakerjaan di Indonesia sangat rigid dan memberikan beban yang besar bagi
dunia usaha namun tidak diikuti dengan produktivitas yang seimbang. Saat ini pengusaha dan
pekerja sudah memikul beban ketenagakerjaan yang besar ditambah lagi dengan kondisi pandemi
Covid-19 yang mematikan aktivitas usaha. Untuk itu arah kebijakan ketenagakerjaan kedepan
harus mendukung keberlangsungan usaha dan tidak menambah beban baru bagi pengusaha dan
pekerja.
Memperluas kesempatan kerja berbasis skills development dan
job matching

Salah satu penyebab masalah pengangguran di Indonesia adalah ketidaksesuaian kurikulum yang
diajarkan di sekolah dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri. Selain itu, berdasarkan
hasil studi Lembaga Demografi FEB UI pada tahun 2018 ditemukan bahwa separuh tenaga kerja
Indonesia mengalami vertical dan horizontal missmatch dengan upah yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan pekerja yang sesuai dengan persyaratan pekerjaan. Untuk itu diperlukan
kesempatan kerja seluas mungkin yang berbasis pada peningkatan keterampilan dan kesesuaian
kompetensi yang dibutuhkan. Upaya tersebut dapat dilakukan antara lain dengan perbaikan sistem
pelatihan nasional yang mencakup:

• Pemberian insentif bagi kegiatan pengembangan keterampilan (sudah diterbitkan PP 45/2019)


• Kerjasama antara Industri dengan SMK di lingkungan sekitar industri
• Dukungan untuk implementasi Kebijakan Multi Entry Multy Exit (MEME) di Politeknik
• Sinkronisasi Program Pemerintah dan Anggaran untuk Pengembangan Keterampilan
• Skema Kebijakan Sektor Ketenagakerjaan secara Komprehensif melalui Pengembangan Keterampilan
• Membangun Lingkungan Pengembangan Keterampilan yang Baik antara lain: Pengembangan SKKNI Sektor Prioritas,
Pemagangan, Pelatihan Kejuruan, Revitalisasi BLK, dan Badan Manajeman Talenta Nasional (MTN).
1
Mendorong adaptasi penerapan teknologi digital dan protokol 4
kesehatan baru

Kedepan, kebijakan ketenagakerjaan tidak hanya


berkaitan dengan Norma Ketenagakerjaan namun juga
dihadapkan pada tantangan kondisi “New Normal”
pasca pandemi Covid-19 yaitu penerapan teknologi
digital dan protokol kesehatan di tempat kerja.

Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan protokol


kesehatan yang harus dipatuhi dunia usaha ketika
kondisi “New Normal” diberlakukan. Hal ini tentu
menjadi tugas bersama agar kebijakan
ketenagakerjaan yang dibuat dapat mengakomodir
penerapan teknologi digital dan protokol kesehatan
untuk mencegah kluster-kluster baru penyebaran virus
Covid-19 serta melindungi keselamatan pekerja,
pengusaha, dan masyarakat sekitar.
Mendukung daya tahan dan transformasi sektor informal menuju
sektor formal

Berbagai kajian menunjukkan bahwa sektor informal menjadi salah satu sektor yang paling
terdampak dari pandemi Covid-19 ini. Dari sisi supply, banyak sektor informal mengalami
kekurangan tenaga kerja yang memadai pada masa pandemi karena alasan kesehatan, dikarenakan
adanya penerapan PSBB. Sementara dari sisi demand, berkurangnya permintaan atas barang dan
jasa juga mengakibatkan berkurangnya pendapatan. Untuk itu diperlukan dukungan agar sektor
informal dapat bertahan serta dapat tetap bertransformasi melalui langkah sebagai berikut:

• Memberikan akses yang lebih baik terhadap keuangan dan modal kerja untuk membantu alur dana
tunai jangka pendek melalui bantuan keuangan, pinjaman yang terjangkau atau pengurangan
pajak sementara
• Mendorong permintaan atas produk dan jasa seperti mendukung pengalihan bentuk produk
sementara kepada produk yang diperlukan saat COVID-19.
•Memaksimalkan platform digital dalam kegiatan pemasarannya.
• Melindungi pekerjaan dan perlindungan sosial seperti skema subsidi guna membantu sektor
informal mempertahankan usahanya
Permata Kuningan Building, 10th Fl.
Kuningan Mulia Kav. 9C Guntur – Setiabudi
Jakarta 12980 – Indonesia
Phone : (021) 8378 0824
Fax : (021) 8378 0823 / 8378 0746
Website : www.apindo.or.id

Thanks!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by
Freepik.

Do you have any


questions?

Anda mungkin juga menyukai