Anda di halaman 1dari 19

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. DS

Usia : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Cianjur

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

B. ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamensis dengan pasien pada tanggal 11 Februari 2016 Pukul 09.37 WIB

1. Keluhan Utama

Gatal-gatal pada kedua tungkai bawah ± 1 bulan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Kab. Cianjur dengan keluhan gatal-gatal pada kedua
tungkai bawah lebih satu bulan. Gatal sering tidak tertahankan hingga pasien terus ingin
menggaruk. Sering kali pasien menggaruk hingga nampak keluar darah. Pasien
merasakan daerah yang gatal lama-kelamaan menjadi terasa tebal dan bersisik akibat
pasien sering menggaruknya. Gatal sering muncul ketika sedang kuliah.
Pasien merasakan gatal bertambah apabila pasien banyak pikiran dan stress. Pasien
menyangkal keluhan gatal menjadi semakin bertambah apabila pasien sedang berkeringat
ataupun bertambah berat apabila pasien menggunakan detergen untuk mencuci.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

Pasien tidak memilik riwayat atopi seperti asma, dermatitis atopik, rhinitis, dll.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami seperti ini sebelumnya.

Tidak terdapat riwayat atopik pada keluarga, seperti asma, dermatitis atopik, rinitis dll

5. Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Pasien mengatakan pernah membeli salap

sendiri dari apotik namun menurutnya tidak ada perbaikan.

6. Riwayat Alergi

Alergi terhadap makan-makanan laut, obat, debu dan cuaca disangkal.

7. Riwayat Psikososial

Kehidupan sehari-hari pasien kuliah dan rapat organisasi. Pasien mengaku sering

merasa stress jika deadline tugas kuliah dan organisasi bersamaan. Pasien jarang

berolahraga, kuliah dengan menggunakan sepatu serta kaus kaki. Mandi kadang 2 kali

sehari, lebih sering satu kali sehari, karena tiba di rumah sudah sangat lelah dan

langsung tertidur. Pasien jarang mengonsumsi sayuran, sering makan nasi dengan

jumlah yang banyak dan cepat berkeringat.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tanda Vital
- Tekanan Darah : Tidak dilakukan

- Nadi : 92 x / menit

- Suhu : 36.7º C

- Pernafasan : 18 x / menit

D. STATUS GENERALIS

1. Kepala

- Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata, ketombe (-)

- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)

- Hidung : Deviasi Septum Nasi (-), Sekret (-)

- Telinga : Tidak ada kelainan bentuk, Serumen (-)

- Mulut : Bibir kering (-), Mukosa Faring Hiperemis (-)

Tonsil T1/T1, Karies Dentis (-)

- Kulit Kepala : Tidak terdapat lesi

- Kulit Wajah : Tidak terdapat lesi

2. Leher

- Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran KGB

- Pembesaran Tiroid : Tidak ada pembesaran Kelenjar Tiroid

- Kulit Leher : Tidak terdapat lesi

3. Thoraks

- Paru

 Inspeksi : Bentuk & Gerakan Dada Simetris

 Palpasi : Vokal Fremitus (+/+), Nyeri Tekan (-/-)

 Perkusi : Sonor di semua lapang paru


 Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)

- Jantung

 Inspeksi : Ictus Cordis Tidak Nampak

 Palpasi : Ictus Cordis Teraba

 Perkusi : Tidak dilakukan

 Auskultasi : BJ I&II, Regular, Murmur (-), Gallop (-)

- Kulit : Tidak terdapat lesi

4. Abdomen

- Inspeksi : Perut nampak cembung. Lesi Kulit (-)

- Auskultasi : Bising usus (+). Dalam batas normal

- Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen

- Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepatosplenomegali (-)

- Kulit : Tidak terdapat lesi

5. Ekstremitas

- Atas : Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-) Deformitas (-/-)

- Bawah : Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-) Deformitas (-/-)

- Kulit : (lihat status dermatologikus)

E. STATUS DERMATOLOGIKUS

Distribusi Regional

Regio Malleolus Medialis Dextra dan Sinistra

Lesi Lesi multiple. Sebagian tepi lesi sirkumskripta, sebagian tepi lesi

lainnya difus. Sebagian permukaan lesi nampak menimbul dari


permukaan kulit sebagian lagi nampak cekung dari permukaan kulit.

Diameter kedua lesi ± 5-6 cm. Bentuk lesi nampak bulat. Lesi

bilateral. Sebagian permukaan lesi nampak kering, dan sebagian lagi

nampak basah.

Efloresensi Erosi, Eskoriasi, Likenifikasi, Skuama

F. DOKUMENTASI

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

H. RESUME

Laki-laki 22 tahun datang ke Poli IKK RSUD Cianjur dengan keluhan gatal-gatal pada

kedua tungkai bawah lebih satu bulan. Gatal sering tidak tertahankan hingga pasien terus ingin

menggaruk. Sering kali pasien menggaruk hingga nampak keluar darah. Pasien merasakan

daerah yang gatal lama-kelamaan menjadi terasa tebal dan bersisik akibat pasien sering

menggaruknya, gatal bertambah apabila pasien banyak pikiran dan stress. Pasien pernah

membeli salap sendiri dari apotik namun menurutnya tidak ada perbaikan.

Pemeriksaan Fisik, keadaan umum dan status generalisata dalam batas normal. Status

dermatologikus ditemukan :
- Distribusi : Regional

- Regio : Malleolus Medialis Dextra dan Sinistra

- Lesi : Lesi multiple. Sebagian tepi lesi sirkumskripta, sebagian tepi lesi lainnya

difus. Sebagian permukaan lesi nampak menimbul dari permukaan kulit sebagian

lagi nampak cekung dari permukaan kulit. Diameter kedua lesi ± 5-6 cm. Bentuk

lesi nampak bulat. Lesi bilateral. Sebagian permukaan lesi nampak kering, dan

sebagian lagi nampak basah.

- Efloresensi : Erosi, Eskoriasi, Likenifikasi, Skuama

I. DIAGNOSIS

1. Diagnosis Banding

- Neurodermatitis

- Liken Planus

- Psoriasis

2. Diagnosis Kerja

Neurodermatitis Sirkumskripta

J. USULAN PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Histopatologi

K. PENATALAKSANAAN

1. Non Medikamentosa

a. Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya


b. Mencegah garukan pada daerah yang gatal

c. Hindari stress psikologis

d. Istirahat yang cukup

e. Menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kelembapan kulit agar kulit tidak kering.

2. Medikamentosa

- Topikal

Kortikosteroid Topikal : Desoximetasone 0.25% 2 x 1 applic

Maksimal Pemberian 2 minggu

- Sistemik

Antihistamin : Cetirizine 1 x 10 mg/hari

L. PROGNOSIS

- Quo ad Vitam : Bonam

- Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam

- Quo ad Functionam : Bonam


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN

Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit

tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu akibat

garuka atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus

memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo

nodularis.

Hipotesis mengenai pruritus dapat karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal

ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, diabetes mellitus, penyakit kulit yang mendasari

seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga dan aspek psikologi dengan

tekanan emosi. Etiologi dari neurodermatitis belum diketahui, diduga karena ada hubungannya

dengan ketegangan jiwa. Neurodermatitis jarang terjadi pada anak, tetapi lebih sering terjadi

pada dewasa terutama pada usia 30-50 tahun. Dan lebih sering terjadi pada wanita daripada

laki-laki.

B. DEFINISI

Nama lain neurodermatitis sirkumskripta ialah liken simpleks kronikus, istilah yang

dipakai pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut liken Vidal.

Neurodermatitis sirkumskripta adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal,

sirkumskripta, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi timbul sebagai respon dari

kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama, atau
kebiasaan menggaruk pada satu area tertentu pada kulit sehingga garis kulit tampak lebih

menonjol menyerupai kulit batang kayu. Secara histologis, karakteristik likenifikasinya adalah

akantosis dan hyperkeratosis dan secara klinis muncul penebalan dari kulit, utamanya pada

permukaan kulit.

Neurodermatitis sirkumskripta merupakan proses yang sekunder ketika seseorang

mengalami sensasi gatal pada daerah kulit yang spesifik dengan atau tanpa kelainan kulit yang

mendasar yang dapat mengakibatkan trauma mekanis pada kulit yang berakhir dengan

likenifikasi. Penyakit ini biasanya timbul pada pasien dengan kepribadian yang obsessif,

dimana selalu ingin menggaruk bagian tertentu dari tubuhnya.

C. EPIDEMIOLOGI

Neurodermatitis sirkumskripta jarang ditemukan pada anak-anak. Biasanya terjadi pada

orang dewasa. Puncaknya ditemukan antara umur 30 sampai 50 tahun. Lebih banyak

ditemukan pada wanita dibandingkan dengan pria. Insidens tertinggi didapatkan pada bangsa

ras Asia.

D. ETIOLOGI

Penyebab neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui secara pasti. Namun ada berbagai

faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, faktor penyebab dari

neurodermatitis sirkumskripta dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Faktor Eksterna

a. Lingkungan

Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi dala

menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang tinggi


memudahkan seseorang berkeringat sehingga dpat mencetuska gatal, hal ini

biasanya menyebabkan neurodermatits sirkumskripta pada daerah anogenital

b. Gigitan Serangga

Gigitan seranga dapat meyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang

mengakibatkan rasa gatal.

2. Faktor Interna

a. Dermatitis Atopik

Asosiasi antara neurodermatitis sirkumskripta dan gangguan atopik telah

banyak dilaporkan, sekitar 26% sampai 75% pasien dengan dermatitis atopic

terkena neurodermatits sirkumskripta.

b. Psikologi

Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang mengakibatkan

neurodermatitis sirkumsripta. Anxietas sebagai bagian dari proses patologis

dari lesi yang berkembang. Telah dirumuskan bahwa neurotransmitter yang

mempengaruhi perasaan, seperti dopamine, serotonin, atau peptide opioid,

memodulasikan persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal.

E. PATOGENESIS

Stimulus untuk perkembangan neurodermatitis sirkumskripta adalah pruritus. Pruritus

sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan kulit, proliferasi

dari nervus, dan tekanan emosional. Pruritus yang memegang peranan penting dapat dibagi

dalam dua kategori besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan pruritus dengan lesi. Pasien dengan

neurodermatitis mempunyai gangguan metabolik atau gangguan hematologik. Pruritus tanpa

kelainan kulit dapat ditemukan pada penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi
kelenjar biliaris, Hodgkins lymphoma, polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive

enteropathy, dan infeksi imunodefisiensi. Pruritus yang disebabkan oleh kelainan kulit yang

terpenting adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, dan gigitan serangga.

Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat menimbulkan

penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari garukan, maka

disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan yang terus-menerus diduga karena

adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti

melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul karena respon dari adanya stress. Adanya

sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP

(Substance Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan pada prurigo nodularis, tetapi

tidak pada neurodermatitis sirkumskripta.

Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif somatostatin, peptide histidine, isoleucin,

galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo

nodularis dan kulit normal. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus

akibat dari trauma mekanik, seperti garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin

dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan sel

perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang kemungkinan

terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah dermis alpha-MSH

(Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler.

F. GEJALA KLINIS

Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simpleks kronik. Menggosok dan menggaruk

mungkin disengaja dengan tujuan menggantikan sensasi gatal dan nyeri, atau dapat secara tidak

sengaja yang terjadi pada waktu tidur. Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari
dapat mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu yang

tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk,

setelah luka baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).

Keparahan gatal dapat diperburuk dengan berkeringat, suhu atau iritasi dari pakaian. Gatal juga

dapat bertambah parah pada saat terjadi stress psikologis.

Pada liken simpleks kronik, penggosokan dan penggarukan yang berulang menyebabkan

terjadinya likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-garis kulit semakin terlihat) plak yang

berbatas tegas dengan ekskoriasis, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema

menghilang. Bagian tengah berskuama dan menebal, sekitarya hiperpigmentasi, batas dengan

kulit normal tidak jelas. Biasanya, hanya satu plak yang tampak, namun dapat melibatkan lebih

dari satu tempat.

Tempat yang biasa terjadi liken simpleks kronik adalah di skalp, tengkuk, samping leher,

lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai

bawah lateral, pergelangan kaki bagian bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis di

daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil, di tengah

tengkuk atau dapat meluas hingga ke skalp. Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis.

Variasi klinis dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita

yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan

mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih

gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya multiple, lokalisasi tersering di ekstremitas.

G. DIAGNOSIS

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh


merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami

proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki,

siku, lutut, pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul pada

saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal timbul

intermiten.

Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan terjadi

likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan

penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis,

akantosis dengan pemanjangan rete ridges, hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk neurodermatitis

sirkumskripta. Pada pasien dengan pruritus generalisata yang kronik yang diduga

disebabkan oleh gangguan metabolik dan gangguan hematologi, maka pemeriksaan

hitung darah harus dilakukan, juga dilakukan tes fungsi ginjal dan hati, tes fungsi tiroid,

elechtroporesis serum, tes zat besi serum, tes kemampuan pengikatan zat besi (iron

binding capacity). Kadar immunoglobulin E dapat meningkat pada neurodermatitis

yang atopik, tetapi normal pada neurodermatitis nonatopik.

2. Pemeriksaan Histopatologi

Gambaran histopatologik neurodermatitis sirkumskripta berupa ortokeratosis,

hipergranulosis, akantosis, dengan rate ridges memanjang teratur. Bersebukan sel

radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas

bertambah, dan kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah
lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel Schwan berproliferasi, dan

terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.

I. DIAGNOSIS BANDING

Kasus-kasus primer yang menyebabkan likenifikasi :

1. Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh bahan kimia

yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas spesifik pada kasus. Penderita

umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit tergantung pada keparahan dermatitis dan

lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematous yang berbatas jelas

kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla

dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi.

2. Plak Psoriasis

Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan karakteristik plak

eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan, skuama yang kasar, berlapis-

lapis, transparan, disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner. Lokasi terbanyak

ditemukan didaerah ekstensor. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi

beberapa hipotesa telah mendapatkan bahwa penyakit ini bersifat autoimun, dan residif.

3. Liken Planus

Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna kemerahan

berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas. Sering ditemukan pada permukaan

fleksor dari ekstremital, genitalia dan membrane mukus. Mirip dengan reaksi mediasi

imunologis. Liken planus ditandai dengan papul-papul yang mempunyai warna dan
konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuk

siku-siku.

4. Dermatitis Atopic

Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama

masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam

serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul

gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan.

Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat berupa plak papuler, eritematosa,

dan berskuama atau plak likenifikasi yang gatal.

J. PENATALAKSANAAN

Pengobatan utama dari neurodermatitis adalah untuk mengurangi pruritus dan

memperkecil luka akibat garukan atau gosokan. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin

oral bertujuan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian

steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis.

Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak

direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada

pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang low-poten, pemakaian high-potent steroid

hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.

1. Kortikosteroid

Memiliki kegunaan sebagai anti-inflamasi, yang berguna mengurangi pruritus,

menipiskan liken, dan mengurangi reaksi inflamasi.

a. Clobetasol (Temovate)
Termasuk dalam superpotent steroid topikal: suppresses mitosis dan meningkatkan

sintesis protein sehingga mengurangi inflamasi dan menyebabkan vasokontriksi.

b. Fluocinolon 0,01% atau 0,025% cream (Synalar, Fluonid)

Merupakan topical steroid yang medium potent yang menhambat proliferasi sel,

juga sebagai imunosuprosor, anti-proliferasi, dan anti-inflamasi.

c. Hydrocortisone Valerate cream 0,02% (Westcort)

Salah satu derifat dari adrenokortikosteroid sesuai untuk penggunaan pada kulit

atau selaput lendir eksternal.

d. Fluocinonide cream 0,1% atau 0,05% (Lidex)

Merupakan topical corticosteroid yang menghambat proliferasi sel.

2. Anti-Pruritus

Memberikan efek pengendalian terhadap pelepasan histamine secara endogen.

Sehingga dapat, mengurangi efek gatal, efek sedasi dan menyebabkan kantuk. Obat ini

bekerja menstabilkan membrane saraf dan mencegah transmisi dan inisiasi dari impuls

saraf, dan menghasilkan anastesi lokal.

a. Diphenhydramine (Benadryl, Benylin, Diphen, Allermax)

Mengurangi rasa gatal yang disebabkan oleh pelepasan histamine.

b. Chlorpheniramine (Chlor-Trimeton)

Penghambat histamine atau H1-Reseptor pada sel efektor di pembuluh darah dan

traktus respiratori.

c. Hydroxyne (Atarax, Vistaril)

Antagonis H1-Reseptor pada bagian luar, dan menekan aktifitas dari histamine.

d. Doxepin (Sinequan, Zonaton)


Penghambat aktifitas histamine dan asetilkolon. Penggunaannya dapat memberikan

efek sedasi, dan penyerapannya tinggi pada pemberian secara topical.

3. Edukasi

- Anjurkan agar pasien tidak menggaruk lagi, karena penyakit ini akan bertambah

berat jika terus digaruk oleh pasien.

- Mendiskusikan tentang bagaimana merubah kebiasaan menggaruk.

- Memilih sabun yang lembut.

- Menggunakan pakaian yang berbahan cotton sehingga mengurangi iritasi.

- Dapat ditutup dengan kasa basah, untuk mencegah penggarukan.

- Manajemen stress yang baik.

K. PROGNOSIS

Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah :

- Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan pigmentasi dapat

diatasi setelah dilakukan pengobatan.

- Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosional yang

meningkat.

- Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapat membantu untuk

mengurangi proses likenifikasi.

Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien, apabila ada gangguan

psikologis dan apabila ada penyakit lain yang menyertai. Pengobatan yang teratur dapat

meringankan kondisi pasien. Penyebab utama dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul

kembali. Pencegahan pada tahap awal dapat menghambat proses penyakit ini.
BAB III
KESIMPULAN

Neurodermatitis sirkumskripta atau juga disebut dengan liken simpleks kronik merupakan

penyakit gatal-gatal lokal yang berlangsung kronik, lesi disebabkan garukan dan gosokan

berulang, dengan gambaran likenifkasi berbatas tegas. Umumnya mengenai orang dewasa,

kebanyakan pada umur 30-50 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Patofisiologi

yang mendasari penyakit ini tidak diketahui tetapi mungkin melibatkan perubahan pada sistem

saraf yang menerima dan memproses sensasi gatal.

Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simplek kronik. Gatal bisa paroksismal, terus

menerus, atau sporadik. Penggosokan dan penggarukan berulang menyebabkan terjadinya

likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-garis kulit semakin terlihat), plak yang berbatas tegas

dan ekskoriasi, sedikit edematous, lambat laun eritema dan edema menghilang, bagian tengah

berskuama dan menebal, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Liken

simplek kronik dapat didiagnosis banding dengan dermatitis atopi, dermatitis kontak alergi, dan

liken planus. Terapi yang dapat diberikan pada liken simplek kronik adalah steroid topical,

antiaxietas, dan antibotik topical bila sudah terjadi infeksi sekunder.


DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, SA. Neurodermatitis Sirkumskripta. In: Menaldi SLSW, Kusmarinah B, Wresti I,

editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : FKUI ; 2015.p. 183-185.

2. Wolff, Klaus, Johnson, Richard A., Suurmond, Dick, 2007. In: Fitzpatrick’s Color Atlas &

Synopsis of Clinical Dermatology. 6th edition.McGraw-Hill’s.p.907-915

3. Burgin, Susan. Nummular Eczema and Lichen Simplex Chronicus/Prurigo Nodularis. In :

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill: 2008.p158-161

Anda mungkin juga menyukai