Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan kegawatdaruratan pada Ny. R Umur 28

tahun G2P1A0 usia kehamilan 9 minggu dengan Abortus Inkomplit, maka penulis

dapat mengemukakan hal-hal sebagai berikut

I. DATA SUBYEKTIF

A. TEORI

Data subyektif ialah data yang didapat dari klien sebagai langkah

awal dari mengidentifikasi masalah dan menganalisis masalah

1. Identitas pasien

a. Nama pasien, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan dan alamat.

2. Alasan datang : alasan wanita mengunjungi bidan ke BPM,

puskesmas, RS atau rumah yang diungkapkan dengan kata-kata

sendiri. (Yuliani dkk, 2017;h.176)

3. Keluhan utama : untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat

pemeriksaan serta berhubungan dengan abortus. Untuk

mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan denga masa

kehamilan misalnya ada pengeluaran darah dari jalan lahir,

pada kasus abortus biasa terjadi yaitu pengeluaran darah dari

jalan lahir, badan terasa lemas, nyeri perut dan penglihatan

berkunang-kunang.
4. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

b. Riwayat kesehatan yang lalu

c. Riwayat kesehatan keluarga

Diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada

yang menderita penyakit menurun seperti jantung, asma,

hepatitis, kejiwaan dan DM serta penyakit menular seperti

TBC, HIV/AIDS, penyakit kulit dan hepatitis.

5. Riwayat haid

Ibu mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah

darah yang dikeluarkan dan pernahkah disminorhea. Riwayat

perkawinan

6. Riwayat kehamilan sekarang

(a) Paritas klien, dituliskan dengan G...P...A

(b) HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dikaji untuk

menentukan usia kehamilan dan HPL. Dikaji dari tanggal hari

pertama periode menstruasi yang terakhir. (Yuliani dkk,

2017;h.177)

(c) HPL : HPL (Hari Perkiraan Lahir) dapat diketahui melalui

HPHT.

(d) ANC : Selama hamil minimal melakukan kunjungan

antenatal sebanyak empat kali, satu kali hingga usia 28 minggu,

satu kali pada umur kehamilan 28-36 minggu, dan dua kali
pada usia kehamilan diatas 36 minggu (Prawirohardjo, 2010;

h.279).

(e) Gerak janin: dikaji kapan mulainya dan berapa kali.

(Yuliani dkk, 2017;h.176)

(f) Tetanus toxoid

Dikaji status imunisasi tetanus toxoid (TT). Berikut tabel

rentang waktu pemberian imunisasi TT dan lama

perlindungannya:

(g)Fe: pemberian tablet tambah darah ibu hamil sejak awal

kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama 90

hari. (KIA, 2017)

(h) Tanda Bahaya

(i) Kekhawatiran khusus : adanya kekhawatiran khusus atau

ketidaknyamanan yang dirasakan ibu

(j) Kebiasaan minum obat-obatan/jamu: dikaji obat-obatan

yang digunakan sejak kehamilan, paparan terhadap penyakit

khususnya rubella dan penyakit imun diperlukan untuk

mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari masalah tersebut

pada kehamilan. (Mufdillah, 2009;h.13)

7. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat

persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran,

lamanya melahirkan dan cara melahirkan. Riwayat kelahiran

anak mencakup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah


kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi

hidup/mati saat dilahirkan.

8. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah dikuret dan

beralih kontrasepsi apa.

9. Pola kebiasaan sehari hari

Dikaji mulai dari pola nutrisi, pola eliminasi, istirahat dan tidur,

personal hygine, dan hubungan seksual

B. PRAKTIK

Ny. R umur 28 tahun, beragama islam, pendidikan terakhir

SMP. Pekerjaan IRT, suku bangsa Jawa, dan alamat di Pasiraman

Lor 3/6. Pada pelaksanaan pengkajian, penulis tidak menemukan

hambatan karena adanya kerjasama yang baik dari klien, keluarga

dan petugas sehingga memudahkan dalam pengumpulan data.

C. PEMBAHASAN

Dalam pengkajian ini tidak ada kesenjangan antar teori dan praktik.

II. DATA OBYEKTIF

A. TEORI
Data obyektif adalah Pendokumentasian hasil pemeriksaan

fisik klien dan hasil pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan

diagnostik lain. (Mangkuji dkk, 2012;h.8).

1. Pemeriksaan umum

(a) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu

apakah baik, sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan

kuretase, adalah sedang. Berdasarkan tanda-tanda pasien post

kuret yaitu adanya ibu merasakan nyeri danada darah keluar

dari jalan lahir dan ibu merasa lemas.

(b) Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu

apakah komposmentis, apatis, samnolen atau koma.

(c) Tanda vital

1) Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas

normal tekanan darah antara sistolik 90-130 mmHg, diastolik

70-90 mmHg. Sedangkan tekanan darah pada diagnosa abortus

normal atau menurun

2) Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan

yang normal 36,50c -37,50c.sedangkan pada kasus abortus

suhu badan normal atau meningkat.

3) Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien. Berdasarkan

kasus abortus denyut nadi normal, cepat, kecil dan lambat

(Irianti Bayu, 2014: 77)

4) Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang

dihitung dalam menit. Sedangkan respirasi pada ibu abortus


cenderung lebih lambat. Pada abortus inkomplit, kuman dapat

berimigrasi pada daerah abdomen hingga

menyebabkan infeksi dalam rahim, syok dan perdarahan jika

kontraksi dan sisah hasil konsepsi belum keluar semua. Tanda-

tanda infeksi pada ibu post kuret yaitu suhu tubuh meningkat,

nadi cepat dan nyeri perut bagian bawah.

(d)Tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan pasien.

(e) Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas

pasien. Pada kasus post kuret dengan dengan riwayat abortus

inkomplit, pengeluaran darah dari jalan lahir merupakan salah

satu terjadinya abortus inkomplit

2. Pemeriksaan fisik

(a) Rambut

(b) Muka : untuk mengetahui keadaan wajah pucat atau tidak,

(c) Mata: kongjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak

dan mata cekung atau tidak.

d. hidung : Umtuk mengetahui kebersihan, adanya nafas cuping

hidung, dan adanya benjolan atau tidak

(d) Mulut dan gigi:

(e) Abdomen: untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau

tidak. Pada kasus abortus pembesaran uterus sesuai atau lebih

kecil dari usia kehamilan.

(f) Vulva: untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau

tanpa jaringan hasil konsepsi.


(g) Anus: untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid.

(a) Leher:

(b) Dada:

c. ketiak : Adakah tumor atau benjolan abnormal atau tidak.

(c) Abdomen: untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus,

timggi fundus uteri berapa jari dibawah pusat.

(d) Genetalia: pemeriksaan pembukaan serviks, inspekulo

menilai ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri

terbuka atau tertutup, ada atau tidaknya jaringan di ostium.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan

diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium (hemoglobin,

golongan darah, protein urin, glukosa urine), pemeriksaan USG

(Jannah Nurul, 2012: 203)

B. PRAKTIK

Untuk memperoleh data objektif penulis melakukan

pemeriksaan yaitu dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

derta pemeriksaan laboraturium. Kemudian mendapatkan hasil Ny.

R keadaan umum baik, kesadaran composmentis, BB55 Kg. TB

154 cm, LILA 24 cm, TD 120/80 mmHg, Nadi 86 x/menit, suhu

36,5°C, RR 24 x /menit. Ppv terdapat darah yang keluar 25 ml.

Pada pelaksanaan pemeriksaan, penulis tidak menemukan

hambatan karena adanya kerjasama yang baik dari klien, keluarga

dan petugas.
C. PEMBAHASAN

Dalam pemeriksaan ini tidak ada kesenjangan antara teori

dengan praktik.

III. ANALISA

A. TEORI

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis

atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data data

yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan

masalah yang spesifik.

B. PRAKTIK

Dirumuskan diagnosa sebagai berikut

Diagnosa : Ny. R umur 28 tahun G2P1A0 usia kehamilan 9

minggu dengan Abortus Incomplete.

Masalah : keluar darah dari jalan lahir dan merasa nyeri pada

pinggang.

Diagnosa potensial : Syok haemorragic, anemia dan infeksi

Kebutuhan segera : kolaborasi dengan dokter SPOG untuk

dilakukan tindakan selanjutnya.

C. PEMBAHASAN

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik
IV. PENATALAKSAAN

A. TEORI

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah

yang telah diidentifikasi.

B. PRAKTIK

Tindakan yang dilakukan pada Ny. R tanggal/jam 29 Oktober 2018

Pukul 17.30 WIB yaitu :

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada ibu yaitu TD 110/80

mmHg, Suhu 36,5 derajat celcius, RR 24 x / menit, Nadi 86

x/menit

Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2. Memberitahu klien bahwa ibu mengalami keguguran dan

terdapat darah yang keluar, dan akan dilakukan kuretase atau

pembersihan rahim ibu

Hasil : ibu mengerti

3. Menganjurkan ibu untuk mekan dan minum dan menjaga

kebersihan diri dan lingkungan seperti mandi, menjaga

kebersihan genetalia (mengganti pembalut jika sudah penuh),

membuang sampah pada tempatnya. Memberitahu ibu hand

hygine 6 langkah yang benar, kemudian memberikan informasi

pada ibu dan keluarga untuk cara batuk yang efektif.


Hasil : ibu dan keluarga mengerti

4. Memberitahu persiapan kuretase yang dilakukan pada tanggal

30 oktober 2018, yaitu berpuasa 6-8 jam sebelum tindakan

kuretase, yaitu puasa dimulai pada pukul 03.00 WIB.

Kemudian mempersiapkan psikis ibu agar selama tindakan

lancar dengan cara memberikan pemahaman bahwa kuretase

adalah jalan terbaik untuk mengatasi masalah yang ada

Hasil : telah dilakukan

5. Mengajarkan kepada ibu untuk melakukan relaksasi nafas

dalam untuk mengurangi rasa nyeri yang dikeluhkan ibu pada

pinggangnya

Hasil : ibu bersedia

6. Melakukan dokumentasi

Hasil : dokumentasi telah dilakukan

C. PEMBAHASAN

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Anda mungkin juga menyukai