Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERTEMUAN 1

AKUNTANSI LEMBAGA KELAS XII


HESTI ARVIANI CALISTA

SMK MUHAMMADIYAH 3 JAKARTA


JALAN GELONG BARU NO. 23 A TOMANG, JAKARTA BARAT
Materi

Transaksi Akuntansi Asset

1. Akuntansi asset satker


2. Akuntansi asset desa/kelurahan

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA


A.           PENDAHULUAN

            Sesuai definisi dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006, yang dimaksud dengan Satker
adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang. Dalam uraian berikutnya menyangkut akuntansi di Satker, Satker dapat terdiri dari
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satker Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

            Khusus yang menyangkut peran akuntansi di SKPKD, yang termasuk dalam kategori
pencatatan di Satker adalah fungsi SKPKD sebagai entitas akuntansi yang mencatat
transaksi-transaksi yang terjadi di Satker tersebut oleh sekretariat. Bukan sebagai entitas
pelaporan yang mewakili transaksi Pemda. Untuk fungsi yang mewakili transaksi Pemda
dilakukan oleh PPKD sebagai entitas pelaporan yang mewakili transaksi Pemda secara
keseluruhan.

            Struktur akuntansi untuk Pemda menggunakan struktur akuntansi Pusat-Cabang.


Dalam hal ini akuntansi yang berlaku di Satker adalah sebagai akuntansi cabang (Branch
Office). Konsekuensi dari akuntansi Pusat – Cabang ini adalah adanya akun resiprokal
(reciprocal account) yaitu RK-PPKD (yang ada di Satker) di kelompok ekuitas dana, dan RK-
Satker (yang ada di PPKD) di kelompok aset.

B.        AKUNTANSI PENDAPATAN


B.1.     Definisi
Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
pendapatan didefinisikan sebagai berikut :

“Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.”

            Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, mendefinisikan pendapatan
sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak pemerintah
yang menambah nilai ekuitas dana pemerintah.
Kelompok pendapatan yang diterima oleh PPKD adalah sebagai berikut:

- Pendapatan Asli Daerah (PAD)


- Dana Perimbangan (pendapatan transfer)
- Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Dari kelompok pendapatan di atas, pada umumnya Pendapatan Asli Daerah ada di Satker,
sedangkan dua kelompok pendapatan lainnya ada di PPKD. Rincian dari kelompok PAD
menurut kedua peraturan pemerintah tersebut, yaitu:

-  Pajak Daerah
-  Retribusi Daerah
-  Hasil pengelolaan kekayaan daerah
   yang dipisahkan
-  Lain-lain PAD yang sah

B.2.     Akuntansi  Pendapatan Satker


a. Transaksi pendapatan di Satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan
Satker (PPK-Satker). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh
bendahara penerimaan atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.
b. Koreksi atas pengembalian pendapatan (yang tidak berulang), yang terjadi atas
pendapatan tahun berjalan, dicatat sebagai pengurang pendapatan. Sedangkan
koreksi atas pengembalian pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai belanja
tidak terduga.
c. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan
periode berjalan atau sebelumnya, dicatat sebagai pengurang pendapatan.
d. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto.

B.3.     Dokumen Sumber yang Digunakan


            Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi pendapatan di
Satker ini adalah sebagai berikut :

Transaksi Dokumen sumber


Penerimaan PAD - Surat Ketetapan Pajak Daerah
- Surat Ketetapan Retribusi
- Surat tanda bukti pembayaran
- Bukti penerimaan lainnya

B.4.     Standar Jurnal Transaksi Pendapatan


Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan pendapatan di Satker :

No Transaksi Standar Jurnal


.
1 Penerimaan pendapatan Dr. Kas di Bend Penerimaan ...........……  xx
pajak daerah        Cr. Pendapatan Pajak Daerah ...............  xx
2 Penerimaan pendapatan Dr. Kas di Bend Penerimaan …...........…  xx
Retribusi daerah        Cr. Pendapatan Retribusi Daerah …......  xx
3 Penerimaan hasil Dr. Kas di Bend Penerimaan  .................  xx
pengelolaan kekayaan        Cr. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
daerah yang dipisahkan dipisahkan ....   xx
4 Penerimaan Lain-lain PAD Dr. Kas di Bend Penerimaan .................. xx
yang sah       Cr. Lain-lain PAD yang sah ...................... xx

Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi penyetoran pendapatan ke Kas
Daerah :

Penyetoran Pendapatan Ke Kas Dr. RK-PPKD ........................................... xx


Daerah       Cr. Kas di Bend Penerimaan  ................... xx

            Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan terjadi pengembalian kelebihan pendapatan


yang harus dikembalikan ke pihak ketiga. Jika pengembalian kelebihan pendapatan sifatnya
berulang (recurring) baik yang terjadi di periode berjalan atau periode sebelumnya, dan juga
berlaku bagi pengembalian yang sifatnya tidak berulang tetapi terjadi dalam periode
berjalan. PPK-Satker berdasarkan informasi transfer kas dari BUD mencatat transaksi
pengembalian kelebihan tersebut dengan jurnal sebagai berikut :

Pengembalian kelebihan Dr. Pendapatan ........................................ xx


pendapatan      Cr. RK-PPKD ............................................. xx

Pada saat pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dilakukan melalui Rekening Kas
Daerah, Akuntansi PPKD akan mencatat transaksi pengembalian kelebihan pendapatan
tersebut dengan jurnal sebagai berikut :

Pengembalian kelebihan Dr. RK-Satker ..........................................  xx


Pendapatan Satker yang dicatat oleh       Cr. Kas di Kas Daerah .............................  xx
PPK-PPKD

            Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang (non
recurring) dan terkait dengan pendapatan periode sebelumnya, Satker tidak melakukan
pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Akuntansi PPKD dengan jurnal sebagai berikut :

Pengembalian kelebihan Dr. SILPA ............................................. xx


Pendapatan, bersifat tidak berulang       Cr. Kas di Kas Daerah .............................. xx
(non recurring)
C.           AKUNTANSI BELANJA
C.1.     Definisi
            Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai
berikut :
“Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.”
            Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :
“Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih.”
            Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan
menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah.
            Kedua peraturan yang mengatur penatusahaan belanja tersebut, mengklasifikasikan
belanja dengan klasifikasi yang berbeda. Perbedaan dimaksud semata-mata karena ada hal
lain  yang ingin dicakup dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006. Sebagaimana diketahui
Permendagri No. 13 Tahun 2006 merupakan pedoman pengelolaan keuangan daerah, yang
mencakup mengenai perencanaan, penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan
pertanggungjawaban. Sebagai instrumen penganggaran, beberapa informasi diperlukan
diantaranya informasi  pengendalian.yang dikaitkan dengan konsep anggaran berbasis
kinerja.
Konsep anggaran berbasis kinerja menghendaki adanya keterkaitan antara output/hasil dari
suatu program/kegiatan dikaitkan dengan input yang digunakan. Dalam bahasa keuangan
input tersebut tercermin dari belanja yang dikeluarkan untuk membiayai suatu program
ataupun kegiatan. Oleh karena itu untuk tujuan dimaksud dalam  Permendagri No. 13 Tahun
2006 terdapat pengelompokkan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja
Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara  langsung dengan program
dan kegiatan. Sedangkan Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program/kegiatan.
Selanjutnya untuk keperluan penyajian Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
Permendagri No. 13 Tahun 2006 telah mengamanatkan bahwa penyajian laporan keuangan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005.
            Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

No. PP No. 24 tahun 2005 Permendagri No. 13 tahun 2006


1 Belanja Operasi Belanja Tidak Langsung
- Belanja pegawai - Belanja pegawai
- Belanja barang - Belanja bunga
- Bunga - Belanja subsidi
- Subsidi - Belanja hibah
- Hibah - Belanja bantuan sosial
- Bantuan sosial - Belanja bagi hasil kepada Provinsi/
  Kabupaten/Kota dan Pemerintah
  Desa
- Belanja bantuan keuangan kepada
  Provinsi/Kabupaten/Kota dan
  Pemerintah Desa
- Belanja tidak terduga
Belanja modal Belanja Langsung
- Belanja tanah - Belanja pegawai
- Belanja peralatan dan mesin - Belanja barang dan jasa
- Belanja gedung dan bangunan - Belanja modal
- Belanja jalan, irigasi, dan Jaringan
- Belanja aset tetap lainnya

Kewenangan SATKER dalam transaksi belanja meliputi :


a. Belanja tidak langsung, yaitu : belanja pegawai.
b. Belanja langsung, yaitu : belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.
C.2.     Akuntansi Transaksi Belanja Satker
a.  Transaksi belanja di Satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan Satker (PPK-
Satker). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas dibayarkan oleh bendahara pengeluaran
atau pada saat menerima tembusan bukti transfer ke pihak ketiga.
b.  Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja,
dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain (PP No. 24 th 2005).
c.   Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto.
d.  Untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat
dengan 2  (dua) jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja, dan yang lainnya untuk
mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut.
e.  Transaksi belanja di Satker dilakukan dengan dua (2) cara yaitu :
- pembayarannya dengan SP2D UP/GU/TU
- pembayarannya dengan SP2D LS
f. Transaksi penerimaan fihak ketiga (PFK) merupakan transaksi transitoris berupa
penerimaan kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus diakui sebagai utang.
C.3.     Dokumen Sumber yang Digunakan
Dokumen sumber yang dijadikan dasar dalam pencatatan transaksi belanja ini adalah
sebagai berikut :

No. Transaksi Belanja Dokumen Sumber Lampiran Dokumen


Sumber
1 Belanja dengan mekanisme - SP2D - SPM
LS - nota debit bank - SPD
- bukti - berita acara serah
  pengeluaran terima barang / jasa
  lainnya
2 Belanja dengan mekanisme - Bukti Pengesahan - SPM
UP/GU/TU SPJ - SPD
- bukti transaksi lainnya
3 Penerimaan PFK -      SP2D -    SPM
-      Bukti potongan
4 -      Surat Setoran -    SPM
Pelunasan PFK -      Nota Kredit
-      Bukti potongan
-      Bukti
pengeluaran lainnya

C.4.     Standar Jurnal Transaksi Belanja


Di bawah ini adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi belanja di Satker :

No. Transaksi Standar Jurnal


1 Penerimaan SP2D UP/GU/TU oleh Dr. Kas di Bend Pengeluaran ….........   xx
bendahara pengeluaran di Satker      Cr. RK-PPKD ………………..……….….   xx       

2 Pelaksanaan Belanja dengan Dr. Belanja ……………........................   xx


menggunakan uang persediaan       Cr. Kas di Bend Pengeluaran  .............   xx
yang sebelumnya dicairkan melalui
SP2D UP/GU/TU
3 Pelaksanaan belanja dengan Dr. Belanja ……………........................   xx
menggunakan SP2D LS       Cr. RK-PPKD .......................................   xx

Dalam hal terjadi pengembalian sisa uang persediaan dari SP2D UP/TU dari Satker ke BUD,
maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

4 Pengembalian kas SP2D UP/TU di Dr. RK-PPKD ........................................  xx


Satker       Cr. Kas di Bend Pengeluaran ................ xx

Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-Satker juga mengakui
penambahan aset (sesuai dengan jenis asetnya) dengan menjurnal :

5 Belanja modal yang menggunakan Dr. Belanja  modal ………................   xx


uang persediaan       Cr. Kas di Bend Pengeluaran ..............   xx
6 Belanja modal dengan Dr. Belanja modal …………...……….  xx
menggunakan SP2D LS        Cr. RK-PPKD ......................................   xx
7 Pengakuan aset tetap dari belanja Dr. Aset tetap ………........................   xx
modal Satker        Cr. Ekuitas Dana Investasi –
             Diinvestasikan dalam Aset tetap ...  xx 

Keterangan : Pengakuan aset pada butir No. 7 disesuaikan dengan kebijakan akuntansi
tentang kapitalisasi aset yang merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas dan
nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap.
Dalam kasus LS Gaji dan Tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai adalah
jumlah neto (setelah dikurangi potongan), namun PPK-Satker tetap mencatat belanja gaji
dan tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-Satker tidak perlu mencatat potongan tersebut
karena pencatatannya sudah dilakukan oleh BUD dalam sub sistem Akuntansi PPKD.
            Standar jurnal nya adalah sebagai berikut :

8 Belanja LS Gaji di Satker Dr. Belanja Gaji dan Tunjangan ..................... xx


Dr. Tunjangan Keluarga ................................. xx
Dr. Tunjangan Fungsional Umum .................. xx
      Cr. RK-PPKD ................................................. xx

Dalam kasus Belanja Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana
yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan pajak),
namun PPK-Satker tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. PPK-Satker
kemudian mencatat potongan tersebut sebagai Utang, dengan jurnal sebagai berikut :

9 Penerimaan Potongan Dr. Kas di Bend Pengeluaran ......................... xx


Pajak di Satker       Cr. Utang Pajak .............................................  xx
10 Pelunasan Pajak Dr. Utang Pajak .............................................. xx
      Cr. Kas di Bend Pengeluaran ........................... xx

Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja di
catat sebagai pengurang belanja. PPK-Satker mencatat transaksi pengembalian belanja
tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

11 Pengembalian Dr. Kas di Bend Pengeluaran  ........................ xx


kelebihan      Cr. Belanja ....................................................... xx
Belanja

            Jika terjadi pengembalian belanja atas transaksi belanja yang terjadi pada tahun
sebelumnya, maka Satker mencatat jurnal sebagai berikut :

12 Pengembalian kelebihan Dr. Kas di Bend Pengeluaran  ........................ xx


Belanja, diterima pada       Cr. Pendapatan lain-lain ................................. xx
periode berikutnya

D.           AKUNTANSI  ASET SATKER


D.1.     Definisi
            Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah, mendefinisikan Aset sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non
keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
            Aset terbagi ke dalam dua kelompok, yakni :
1. Aset Lancar (Current Asset); dan
2. Aset Tidak Lancar (Non Current Asset)

            Aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan dapat direalisasi atau dimiliki
untuk dipakai atau dijual dalam waktu dua belas (12) bulan sejak tanggal pelaporan.

D.2.     Prosedur Pencatatan Aset di Satker


            Prosedur pencatatan aset pada Satker  meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi
atas pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap
yang dikuasai/digunakan Satker. Berdasarkan bukti transaksi yang ada, fungsi akuntansi
Satker membuat bukti memorial yang sedikitnya memuat informasi sebagai berikut :
(1) Tanggal Transaksi
(2) Jenis/nama aset
(3) Kode rekening terkait
(4) Klasifikasi aset tetap
(5) Nilai aset tetap

D.3.     Standar Jurnal Akuntansi Aset


a.    Standar Jurnal untuk Aset Tetap

Pengakuan aset tetap Dr. Aset Tetap ............................................. xx


      Cr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Tetap .. xx
Pelepasan aset tetap Dr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Tetap .. xx
      Cr. Aset Tetap ............................................... xx

b.      Standar jurnal untuk Konstruksi dalam Pengerjaan


Pengakuan Konstruksi Dr. Konstruksi dalam Pengerjaan  ................ xx
dalam Pengerjaan       Cr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Tetap .. xx
Jika Konstruksi sudah Dr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Tetap .. xx
selesai dilakukan       Cr. Konstruksi dalam Pengerjaan  ................. xx
Pengakuan Aset Tetap Dr. Gedung  …………………………............... xx
yang sudah jadi (contoh:       Cr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Tetap .. xx
gedung)

c.      Standar jurnal untuk Penyusutan (depresiasi)

Pengakuan depresiasi atas Dr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Tetap ... xx
aset tetap       Cr. Akumulasi Depresiasi …………………….. xx

d.      Standar jurnal untuk Pemberian Hibah/Donasi dalam bentuk Aset Tetap

Pengakuan aset tetap Dr. Aset Tetap ............................................... xx


(sesuai jenisnya)       Cr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Tetap .. xx

e.      Standar jurnal untuk aset lainnya

Pengakuan aset Dr. Aset Lainnya ................................................... xx


lainnya       Cr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Lainnya ….  xx
Pelepasan aset lainnya Dr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Lainnya …. xx
      Cr. Aset Lainnya ................................................... xx

E.        AKUNTANSI TRANSAKSI SELAIN KAS


Akuntansi Transaksi Selain Kas meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi
atau kejadian selain kas yang meliputi transaksi: koreksi kesalahan dan penyesuaian;
pengakuan aset tetap, utang jangka panjang, dan ekuitas; depresiasi; dan transaksi yang
bersifat accrual dan prepayment; hibah selain kas.

E.1.     Koreksi Kesalahan dan Penyesuaian, Pengakuan Aset Tetap, Utang Jangka Panjang,
dan Ekuitas; Depresiasi; Transaksi yang bersifat accrual dan prepayment; serta Hibah
Selain Kas
Koreksi kesalahan dan penyesuaian merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat
jurnal dan telah diposting ke buku besar.
Pengakuan Aset Tetap merupakan pengakuan terhadap perolehan aset yang dilakukan oleh
Satker. Pengakuan aset tetap dan ekuitas sangat terkait dengan belanja modal yang
dilakukan oleh Satker. (Lihat pada Akuntansi Belanja)
Pengakuan Utang, dalam hal ini adalah pengakuan utang perhitungan fihak ketiga di Satker
sangat terkait dengan transaksi belanja yang mengharuskan pemotongan pajak atau
potongan-potongan belanja lainnya.  (Lihat pada Akuntansi Belanja). Namun jika utang yang
dimaksud adalah utang jangka panjang, maka hal ini timbul dari transaksi pembiayaan
penerimaan yang dilakukan oleh PPKD.
Depresiasi dilakukan untuk menyusutkan nilai aset yang dimiliki oleh Satker (apabila
diperlukan).
Transaksi yang bersifat accrual dan prepayment muncul karena adanya transaksi yang sudah
dilakukan Satker namun pengeluaran kas belum dilakukan (accrual) atau terjadi
pengeluaran kas untuk belanja di masa yang akan datang (prepayment). Pada umumnya
transaksi seperti ini jarang terjadi di Pemerintah Daerah.

E.2.     Dokumen Sumber yang Digunakan


Dokumen sumber yang dijadikan dasar dalam pencatatan transaksi non kas adalah sebagai
berikut :

No. Transaksi Dokumen sumber Lampiran dokumen


sumber
1 Koreksi kesalahan pencatatan Bukti memorial Bukti transaksi
pendukung
2 Pengakuan aset dan ekuitas -      Berita acara Bukti transaksi
penerimaan barang pendukung
-      Berita acara serah
terima barang
-      Beritavacara
penyelesaian pekerjaan
3 Pengakuan Utang Titipan Fihak -    Surat Setoran Pajak -    SP2D
Ketiga (SSP)
-    Surat Setoran
Pemotongan
Taperum/IWP
-    Bukti lainnya
4 Transaksi yang Bukti memorial Bukti transaksi
bersifat accrual dan prepaymen pendukung
t

E.3.     Standar Jurnal Transaksi Selain Kas


Di bawah ini adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi selain kas di Satker :

No. Transaksi Standar Jurnal


1 Koreksi kesalahan pencatatan Dr.  Belanja ATK ………………………  xx
(contoh: seharusnya belanja ATK,       Cr. Belanja Dokumen …………….......  xx
salah dicatat ke belanja dokumen)
2 Pengakuan aset dan ekuitas Dr. Aset Tetap ………….. ………….… xx
      Cr. EDI  - Diinvestasikan dalam
            Aset Tetap …………………………. xx
3 Pengakuan Utang Titipan Fihak Dr. Kas di Bend Pengeluaran  .........  xx
Ketiga       Cr. Utang PFK ……………...……….… xx
F.            AKUNTANSI TRANSAKSI PPKD-SATKER
F.1.     Akuntansi Rekening Koran-PPKD (RK-PPKD)
Akuntansi Rekening Koran-PPKD merupakan akuntansi ekuitas dana di tingkat Satker. Akun
“RK-PPKD” setara dengan akun “Ekuitas Dana”, tetapi penggunanya khusus Satker. Hal ini
dikarenakan SATKER dianggap merupakan cabang dari Pemda, sehingga sebenarnya SATKER
tidak memiliki ekuitas dana sendiri, melainkan hanya menerima ekuitas dana dari Pemda,
melalui mekanisme transfer. Akun “Rekening Koran-PPKD” akan bertambah bila Satker
menerima transfer aset (seperti menerima SP2D UP/GU dan menerima aset tetap dari
Pemda), pelaksanaan belanja LS (menerima SP2D LS), dan akan berkurang bila Satker
mentransfer aset ke Pemda (seperti penyetoran uang ke Pemda).
Akun “Rekening Koran-PPKD” dapat dibagi menjadi :
- Rekening Koran-PPKD Kas
- Rekening Koran-PPKD Piutang
- Rekening Koran-PPKD Persediaan
- Rekening Koran-PPKD Aset Tetap
- Rekening Koran-PPKD Aset lainnya
- Rekening Koran-PPKD Belanja
- Rekening Koran-PPKD Utang

Akun Rekening Koran-PPKD Utang merupakan contra account dari Rekening Koran-PPKD,


sehingga saldonya adalah debit (Dr). Akun-akun Rekening Koran-PPKD
ini rekening reciprocal – nya yaitu akun Rekening Koran-SKPD yang ada di PPKD sebagai
akun aset.
Akun Rekening Koran-PPKD yang ada di Satker ini mempunyai rekening reciprocal berupa
akun Rekening Koran-Satker  yang ada di PPKD sebagai akun aset. Saldo normal akun
“Rekening Koran-Satker” adalah Debit (Dr) sedangkan saldo normal akun “Rekening Koran-
PPKD” adalah kredit (Cr).  Akun-akun Rekening Koran-PPKD dan Rekening Koran-Satker ini
akan dieliminasi pada saat akan dibuat laporan gabungan Pemda. Pengeliminasian
dilakukan oleh PPKD/BUD.
Ilustrasi atas hubungan antar RK-PPKD dengan RK-Satker dapat dilihat dalam gambar di
bawah ini :

Neraca PPKD         Neraca SATKER


Aset Kewajiban Aset Kewajiban
RK-Satker
Ekuitas Dana Ekuitas Dana

RK-PPKD

F.2.     Dokumen Sumber yang Digunakan


Dokumen sumber yang digunakan untuk mencatat mutasi akun RK-PPKD ini adalah
dokumen yang terkait dengan transaksi antar kantor, antara Satker dengan PPKD sebagai
kantor pusat, yaitu dokumen transfer antara kedua kantor tersebut, yaitu sebagai berikut :

No Jenis Transaksi Dokumen Sumber


1 Satker menerima SP2D dari PPKD (Transfer - SP2D UP
uang dari PPKD) - SP2D GU
- SP2D TU
2 Satker menerima tembusan pelunasan belanja Tembusan SP2D LS
LS dari PPKD (transfer belanja dari Satker)
3 Satker menerima atau menyerahkan barang Berita acara serah terima
(aset tetap) dari atau ke PPKD (transfer aset barang
tetap)
4 Satker menyetorkan pendapatan ke PPKD STS
(transfer uang ke PPKD)
5 Satker mengembalikan kas dari SP2D UP/TU STS

F.3.     Standar Jurnal Transaksi RK-PPKD


a.    Standar jurnal untuk transaksi penerimaan SP2D dari BUD

Satker menerima SP2D UP/GU/TU Dr. Kas di Bend Pengeluaran ......… xx


      Cr. RK-PPKD ………….…………….  xx

b.    Standar jurnal untuk transaksi penerimaan tembusan SP2D LS dari BUD

Satker menerima tembusan SP2D LS Dr. Belanja ……………………………. xx


(transfer belanja)       Cr. RK-PPKD ………….…………….. xx

c.    Standar jurnal untuk transaksi transfer aset tetap dari/kepada Satker

Satker menerima aset tetap dari Pemda Dr. Aset Tetap ……………….………. xx
      Cr. RK-PPKD ……….……………….. xx
Satker menyerahkan aset tetap ke Pemda Dr. RK-PPKD …………….………….. xx
      Cr. Aset Tetap …………….…………  xx

d.    Standar jurnal untuk transaksi transfer aset lainnya dari/kepada Satker


Satker menerima aset lainnya dari Pemda
Dr. Aset Lainnya  ………….………. xx
     Cr. RK-PPKD …………..…………….. xx
Satker menyerahkan aset lainnya ke Dr. RK-PPKD ……………..……….. xx
Pemda       Cr. Aset Lainnya …………….………  xx

e.    Standar jurnal untuk transaksi penyetoran uang ke rekening Kas Daerah

Penyetoran hasil pendapatan oleh Satker Dr. RK-PPKD ……………….……….. xx


     Cr. Kas di Bend Penerimaan .........… xx

f.     Standar jurnal untuk transaksi pengembalian sisa uang persediaan dari SP2D UP/TU

Penyetoran sisa uang persediaan oleh Dr. RK-PPKD ……………….……….. xx


Satker      Cr. Kas di Bend Pengeluaran …........ xx

PENUTUP
            Transaksi akuntansi di Satker secara umum terbagi atas akuntansi pendapatan,
akuntansi belanja, akuntansi aset, akuntansi transaksi selain kas dan transaksi PPKD-SATKER.
Terdapat standar jurnal untuk masing-masing transaksi yang terjadi di Satker. Di sini yang
terpenting adalah pengidentifikasian dari tiap transaksi tersebut (yang di dukung oleh
dokumen relevan) untuk kemudian dapat dibuat pencatatan kedalam jurnal yang benar. Jika
dasar pemahaman atas pembuatan jurnal ini sudah baik, maka untuk proses selanjutnya
yakni pelaporan keuangan tidak akan ditemui masalah yang berarti.

Anda mungkin juga menyukai