Sesuai definisi dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006, yang dimaksud dengan Satker
adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang. Dalam uraian berikutnya menyangkut akuntansi di Satker, Satker dapat terdiri dari
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satker Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).
Khusus yang menyangkut peran akuntansi di SKPKD, yang termasuk dalam kategori
pencatatan di Satker adalah fungsi SKPKD sebagai entitas akuntansi yang mencatat
transaksi-transaksi yang terjadi di Satker tersebut oleh sekretariat. Bukan sebagai entitas
pelaporan yang mewakili transaksi Pemda. Untuk fungsi yang mewakili transaksi Pemda
dilakukan oleh PPKD sebagai entitas pelaporan yang mewakili transaksi Pemda secara
keseluruhan.
“Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.”
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, mendefinisikan pendapatan
sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak pemerintah
yang menambah nilai ekuitas dana pemerintah.
Kelompok pendapatan yang diterima oleh PPKD adalah sebagai berikut:
Dari kelompok pendapatan di atas, pada umumnya Pendapatan Asli Daerah ada di Satker,
sedangkan dua kelompok pendapatan lainnya ada di PPKD. Rincian dari kelompok PAD
menurut kedua peraturan pemerintah tersebut, yaitu:
- Pajak Daerah
- Retribusi Daerah
- Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan
- Lain-lain PAD yang sah
Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi penyetoran pendapatan ke Kas
Daerah :
Pada saat pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dilakukan melalui Rekening Kas
Daerah, Akuntansi PPKD akan mencatat transaksi pengembalian kelebihan pendapatan
tersebut dengan jurnal sebagai berikut :
Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang (non
recurring) dan terkait dengan pendapatan periode sebelumnya, Satker tidak melakukan
pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Akuntansi PPKD dengan jurnal sebagai berikut :
Dalam hal terjadi pengembalian sisa uang persediaan dari SP2D UP/TU dari Satker ke BUD,
maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-Satker juga mengakui
penambahan aset (sesuai dengan jenis asetnya) dengan menjurnal :
Keterangan : Pengakuan aset pada butir No. 7 disesuaikan dengan kebijakan akuntansi
tentang kapitalisasi aset yang merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas dan
nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap.
Dalam kasus LS Gaji dan Tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai adalah
jumlah neto (setelah dikurangi potongan), namun PPK-Satker tetap mencatat belanja gaji
dan tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-Satker tidak perlu mencatat potongan tersebut
karena pencatatannya sudah dilakukan oleh BUD dalam sub sistem Akuntansi PPKD.
Standar jurnal nya adalah sebagai berikut :
Dalam kasus Belanja Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana
yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan pajak),
namun PPK-Satker tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. PPK-Satker
kemudian mencatat potongan tersebut sebagai Utang, dengan jurnal sebagai berikut :
Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja di
catat sebagai pengurang belanja. PPK-Satker mencatat transaksi pengembalian belanja
tersebut dengan jurnal sebagai berikut:
Jika terjadi pengembalian belanja atas transaksi belanja yang terjadi pada tahun
sebelumnya, maka Satker mencatat jurnal sebagai berikut :
Aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan dapat direalisasi atau dimiliki
untuk dipakai atau dijual dalam waktu dua belas (12) bulan sejak tanggal pelaporan.
Pengakuan depresiasi atas Dr. EDI – Diinvestasikan dalam Aset Tetap ... xx
aset tetap Cr. Akumulasi Depresiasi …………………….. xx
E.1. Koreksi Kesalahan dan Penyesuaian, Pengakuan Aset Tetap, Utang Jangka Panjang,
dan Ekuitas; Depresiasi; Transaksi yang bersifat accrual dan prepayment; serta Hibah
Selain Kas
Koreksi kesalahan dan penyesuaian merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat
jurnal dan telah diposting ke buku besar.
Pengakuan Aset Tetap merupakan pengakuan terhadap perolehan aset yang dilakukan oleh
Satker. Pengakuan aset tetap dan ekuitas sangat terkait dengan belanja modal yang
dilakukan oleh Satker. (Lihat pada Akuntansi Belanja)
Pengakuan Utang, dalam hal ini adalah pengakuan utang perhitungan fihak ketiga di Satker
sangat terkait dengan transaksi belanja yang mengharuskan pemotongan pajak atau
potongan-potongan belanja lainnya. (Lihat pada Akuntansi Belanja). Namun jika utang yang
dimaksud adalah utang jangka panjang, maka hal ini timbul dari transaksi pembiayaan
penerimaan yang dilakukan oleh PPKD.
Depresiasi dilakukan untuk menyusutkan nilai aset yang dimiliki oleh Satker (apabila
diperlukan).
Transaksi yang bersifat accrual dan prepayment muncul karena adanya transaksi yang sudah
dilakukan Satker namun pengeluaran kas belum dilakukan (accrual) atau terjadi
pengeluaran kas untuk belanja di masa yang akan datang (prepayment). Pada umumnya
transaksi seperti ini jarang terjadi di Pemerintah Daerah.
RK-PPKD
Satker menerima aset tetap dari Pemda Dr. Aset Tetap ……………….………. xx
Cr. RK-PPKD ……….……………….. xx
Satker menyerahkan aset tetap ke Pemda Dr. RK-PPKD …………….………….. xx
Cr. Aset Tetap …………….………… xx
f. Standar jurnal untuk transaksi pengembalian sisa uang persediaan dari SP2D UP/TU
PENUTUP
Transaksi akuntansi di Satker secara umum terbagi atas akuntansi pendapatan,
akuntansi belanja, akuntansi aset, akuntansi transaksi selain kas dan transaksi PPKD-SATKER.
Terdapat standar jurnal untuk masing-masing transaksi yang terjadi di Satker. Di sini yang
terpenting adalah pengidentifikasian dari tiap transaksi tersebut (yang di dukung oleh
dokumen relevan) untuk kemudian dapat dibuat pencatatan kedalam jurnal yang benar. Jika
dasar pemahaman atas pembuatan jurnal ini sudah baik, maka untuk proses selanjutnya
yakni pelaporan keuangan tidak akan ditemui masalah yang berarti.