Anda di halaman 1dari 2

Nama : Vinka Kirana Putri

NIM : 190910101084
Mata kuliah : Pengantar Ilmu Pemerintahan A2

Berpemerintahan merupakan bagian dari realitas kehidupan bermasyarakat; antara


lain pelibatan anggota masyarakat dalam memilih pemimpin pemerintahan. Kemudian
apakah realitas elit masyarakat kita sudah mendukung keadaban demokrasi? Sebelumnya
pengertian dari demokrasi itu sendiri adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga
negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau
melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi
mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya
praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Menurut saya, arti demokrasi bukan hanya
adanya kebebasan mengungkapkan pendapat. Tetapi juga tentang esensi demokrasi yang
harusnya mengandung niai-nilai keadaban, yang menjunjung tinggi sopan santun.
Masalah demokrasi Indonesia yang terlihat krusial adalah absennya masyarakat sipil
yang kritis kepada kekuasaan, buruknya kaderisasi partai politik, hilangnya oposisi, pemilu
biaya tinggi karena masifnya politik uang dalam pemilu, kabar bohong dan berita palsu,
rendahnya keadaban politik warga, masalah pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang
belum tuntas hingga kini, kebebasan media dan kebebasan berkumpul, dan berserikat, serta
masalah masalah intoleransi terhadap kelompok minoritas. Semua masalah ini tentu sudah
menjawab pertanyaan tentang sudahkah masyarakat mendukung keadaban demokrasi.
Bangunan demokrasi begitu rentan, dan bisa saja setiap saat terancam roboh jika
diterpa gelombang pasang krisis ekonomi dan politik. Atau peristiwa-peristiwa yang
memiliki tekanan yang lebih besar dibanding kekuatan bangunan sehingga dapat saja
meluluhlantakkan demokrasi Indonesia. Kalau hingga hari ini kita masih mampu
menyelenggarakan pemilu, pemilukada, persidangan parlemen, serta kerja pemerintahan,
namun kesemua itu dapat dianggap bagian saja dari ornamen kelangsungan sistem politik dan
pemerintahan yang memang dilangsungkan secara formal. Padahal, demokrasi yang demikian
tidak akan menghasilkan tenaga untuk menggapai tujuan bernegara sebagaimana
diamanatkan dalam konstitusi. Kita memerlukan demokrasi yang substantif. Melampaui dari
sekadar ritual, rutinitas atau instrumentatif belaka.
Sekarang solusinya adalah bagaimana menghadirkan corak bernegara yang mampu
menjamin sistem pemerintahan akuntabel dan responsif, perlindungan hak-hak warga negara
dari negara, serta penegakan hukum demi mewujudkan keadilan secara nyata. Oleh karena
itulah, tantangan terbesar mencegah robohnya demokrasi, bagaimana memperbaiki dan
memperkuat kembali pilar-pilar itu sesuai prinsip demokrasi yang benar, di atas fondasi cita-
cita keindonesiaan. Sudah terlalu banyak politisi dihukum, baik oleh hakim karena urusan
korupsi dan masalah pidana lainnya, maupun oleh rakyat dalam pemilu karena mengabaikan
amanat. Namun demikian belum juga jera. Sekalipun kita menghujat dan mencaci maki
politisi dan parpol, kita tidak mungkin mengingkari betapa pentingnya posisi dan peran
parpol jika kita bersepakat dengan demokrasi.
Oleh karena itulah, tantangan kita adalah di satu sisi harus selalu mengingatkan dan
mengontrol parpol untuk segera berbenah, mereformasi organisasi mesin kekuasaan ini agar
dikembalikan ke jalan yang benar. Sebegitu besarnya otoritas atau kuasa politik yang
digenggamnya di dalam mengoperasikan kewenangannya tentu harus diimbangi komitmen
membangun etika berpolitik, kemampuan organisasi dalam mencetak pemimpin, serta
ketrampilan mengolah aspirasi rakyat menjadi kebijakan. Tujuannya agar parpol sebagai pilar
demokrasi kompatibel dengan tugas dan fungsinya menjalankan sistem bernegara.
Sementara pada sisi lain, upaya pendidikan politik, pencerahan dan pengorganisasian
masyarakat sebagai entitas politik non-parlementaris sangat diperlukan sebagai strategi
penyeimbang parpol. Masyarakat yang cerdas dan berdaya jangan dianggap sebagai ancaman
parpol. Tetapi perlu dibaca sebagai partner, atau bagian dari kontestasi perebutan pengaruh.
Bahkan, warga negara yang kritis dapat diolah sebagai daya dorong parpol untuk makin
kompetitif dan berbenah diri. Di situ kita akan menyehatkan dua pilar: parpol dan masyarakat
sipil. Jikalau kita memiliki parpol yang kredibel dalam membentuk struktur parlemen,
masyarakat yang kritis membentuk struktur pemerintahan, maka akan menghasilkan hukum
yakni regulasi, produk perundangan serta kebijakan yang akuntabel sebagaimana dikerangkai
dalam sistem demokrasi. Perbedaan pendapat dalam pilihan politik jangan sampai membuat
kita terpecah-belah. Jangan kita bermusuhan hanya karena proses sesaat di kotak-kotak suara.
Karena itu, kita perlu membangun demokrasi yang berkualitas dengan menjadi masyarakat
cerdas dan bijak dalam bersuara begitu pula dengan pemerintahan harus menjalankan
tugasnya sesuai dengan prosedur dan tidak menyalahgunakan wewenangnya.

Anda mungkin juga menyukai