Kebudayaan Sebelah Barat Sumatera
Kebudayaan Sebelah Barat Sumatera
Dikepalai Tuhenori
Ori (Kepala Ori)
(Negeri)
Dikepalai Salawa
Banua (Kepala Desa)
(Desa)
Mado
SISTEM DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
Sawuyu (Budak)
Tediri dari Binu (menjadi budak karena kalah perang atau diculik), Sondrara hare (menjadi budak karena
tidak dapat membayar hutang), Holito (menjadi budak karena ditebus orang setelah dijatuhi hukuman mati)
SISTEM PENGETAHUAN
Sistem Pengetahuan yang dimiliki suku Nias sudah cukup
berkembang. Diantaranya mereka mengetahui akan
kesadaran waktu di dalam kehidupan. Suku Nias juga
memiliki ahli astrologi yang dikenal sebagai orang
Boronadu atau Sibihasa. Orang ini memberikan keterangan
musim tanam atau tunai telah tiba dalam pertanian.
Mereka juga menggunakan pengetahuan waktu dalam
perkembangan untuk mempermudah hidup. Diantaranya
pada bidang pertanian yaitu untuk mengetahui musim
tanam dan panen.
Selain mengetahui pentingnya kesadaran akan waktu,
orang Nias juga memiliki pengetahuan mengenai
pengecoran perunggu, pandai emas, seni pahat batu dan
ukiran kayu juga telah dimiliki orang Nias sejak lama yang
diwariskan secara turun temurun.
KESE Fahombo atau Lompat Batu
adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya merupakan ritual
NIAN pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisata
tradisional unik yang teraneh hingga ke seluruh dunia. Mereka harus melompati
susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm atau lebih.
Tarian Perang Fataele
Tari dari Tanah Dalam ini, tidak bisa dilepaskan dengan fahombo atau lompat batu.
Seiring perkembangan zaman, tari Fataele berubah, yang dulu untuk menyerang
musuh atau mempertahankan daerahnya, sekarang hanya berfungsi dalam acara
pesta saja.
Tarian Maena yang Penuh Sukacita
Lain dengan Fataele yang penuh nuansa mistis dan ketegangan, masyarakat Nias
punya tarian lain yang lebih lembut. Jenis tarian ini memang ditujukan sebagai
ungkapan wujud sukacita dan dilakukan secara massal. Gerakan dalam tarian ini pun
cukup sederhana.
PAKAIAN ADAT
Pakaian adat Suku
Nias dinamakan Baru
Oholu untuk pakaian laki-
laki dan Õröba
Si’öli untuk pakaian
perempuan. Pakaian
adat tersebut biasanya
berwarna emas atau
kuning yang dipadukan
dengan warna lain
seperti hitam, merah, dan
putih.
ALAT MUSIK
• Doli-Doli Gahe.
• Gondra.
• Nduri Mbewe.
• Aramba.
• Faritia.
• Druri Dana.
• Raba (Tello)
RUMAH ADAT
Bentuk rumah (omo) di Nias ada dua macam, yaitu rumah
adat (omo hada) dan rumah biasa (omo pasisir).
Omo Hada Omo Pasisir
Bercocok tanam
• Bercocok tanam dilakukan di ladang (sabe’e) dan di sawah Berburu
(laza). • Dilakukan setelah benih padi di ladangnya mulai be
• Alat yang dipergunakan masih sederhana. Pada peladangan rsemi dengan maksud melenyapkan binatang-binat
digunakan fato (kapak besi) serta belewa (parang besi) ang perusak ladang, sekaligus memperoleh sumber
untuk membuka hutan dan membabat semak-semak dan protein.
taru (tongkat tunggal) untuk menanam benih padi. • Binatang yang diburu adalah sokha (babi hutan),
Sedangkan untuk di sawah hanya digunakan belewa dan laosi (kancil), boho (rusa), nago atau laoyo (kijang),
kadang juga foku (cangkul) untuk menggemburkan tanah. sigolo (tenggiling), bogi (kalong) dan lain-lain.
• Tanaman yang ditanam ditanam di ladang adalah padi digilir • Alat yang digunakan adalah jala, toho (tombak),
dengan palawija, seperti ubi kayu, ubi jalar, terong, kacang- sukha (ranjau) dan bolodi (pelanting).
kacangan, cabe, jagung, pisang dan lain-lain. Ladang yang
sudah beberapa kali, maka sebelum tanahnya menjadi
tandus, akan ditanami dengan karet, kopi, durian atau pohon
buah-buahan lain yang berjangka panjang.
Mata Pencaharian Hidup
Pertukangan
Menangkap ikan Beternak • Orang Nias sudah mengenal
• Ikan yang ditangkap antara l • Binatang yang diternakkan kepandaian membuat benda-
ain ikan mugu (teri air yang utama adalah babi. benda logam sejak jaman pra
• Babi dipelihara di bagian-bagi sejarah.
tawar).
an ladang yang sudah mulai • Mereka membuat seno, gari dan
• Alat yang digunakan buwu tandus, sesudah bagian telogu, yaitu berbagai jenis
(tangguk) yang dipasang di ladang tadi ditutup dengan pedang dan pisau perang yang
bagian sungai yang dengan pagar dan ditutupi ketajaman dan keindahannya
menurun, fauru (pukat), dengan ubi jalar. tidak kalah dengan mandau
gai (kail) dan diala (jala). • Selain babi, kambing dan babi orang Dayak.
juga dipelihara oleh orang • Sayangnya pengetahuan
Nias, sedangkan kerbau mengenai pengecoran perunggu,
pandai emas, seni pahat batu
hanya ada di tempat dengan
dan ukir kayu kini sudah hampir
banyak penduduk beragama
dilupakan oleh penduduk Nias
Islam. muda.
MASALAH PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI
• Didirikan oleh Denninger,
Mengenal pendidikan sekolah pendeta Rheinische
sejak tahun 1865 Mission Gesellschaft yang
pertama datang ke Nias
Pantai Sorake
KEBUDAYAAN MENTAWAI
SISTEM DAN
IDENTIFIKASI ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
PENDUDUK DAN BAHASA
SISTEM PENGETAHUAN
SISTEM RELIGI dan
UPACARA KESENIAN
KEAGAMAAN
SISTEM
MATA PENCAHARIAN
KEKERABATAN
MASALAH
PEMBANGUNAN
DAN MODERNISASI
25% 20%
10%
15%
PENDUDUK dan BAHASA
Sekitar tahun 1796 jumlah penduduk Mentawai diperkirakan
berjumlah 1.400 jiwa sedangkan data terakhir pada tahun 2013
menunjukkan jumlahnya sekitar 81.840 jiwa.
Bahasa yang mereka pergunakan adalah bahasa Mentawai yang
merupakan bahasa dari rumpun Austronesia.
Bahasa Mentawai dituturkan di Desa Monganpoula, Kecamatan
Siberut Utara; Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan; dan
Desa Sioban, Kecamatan Sipora, dan Desa Makalo, Kecamatan
Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra
Barat.[1]
Bahasa Mentawai terdiri atas tiga dialek, yaitu:
• Dialek Siberut Utara (dituturkan di Desa Monganpoula,
Kecamatan Siberut Utara)
• Dialek Siberut Selatan (dituturkan di Desa Maileppet,
Kecamatan Siberut Selatan)
• Dialek Sipora Pagai (dituturkan di Desa Maileppet, Kecamatan
Siberut Selatan). Dialek ini merupakan dialek standar karena
sebaran geografisnya paling luas dan paling banyak jumlah
penuturnya serta berada di pusat pemerintahan kabupaten.
Dulu desa-desa disebut laggai,
tetapi sekarang lazim disebut
kampung. Nama desa hampir
semua diambil dari nama sungai
yang merupakan tempat lokasinya.
Dessa Simatalu di Siberut
misalnya, terletak di hilir sungai
Simatalu. Pada zaman dahulu, tiap-tiap kampung
terdiri dari tiga sampai lima wilayah yang
disebut perumaan, yang berpusat
kepada satu rumah panggung yang
besar atau uma. Fungsi dari uma adalah
sebagai balai pertemuan umum untuk
upacara bersama dan pesta-pesta suci.
SISTEM RELIGI dan
UPACARA KEAGAMAAN
Sebagian besar masyarakat Mentawai beragama Kristen Protestan,
selain itu ada juga yang beragama Katolik dan Islam.
Selain itu ada berbagai konsep lama dan adat dari religi lama yang
masih hidup, misalnya dalam upacara kematian dan pemakaman.
Jenazah akan ditempatkan dalam peti mati berbentuk perahu,
karena dalam konsepsi lama roh dari orang yang menunggal akan
pergi ke dunia roh yang dibayangkan ada di sebuah pulau lain di
seberang laut. Selain itu, untuk mengantar jenazah ke kubur
dengan menghindari jalan-jalan yang biasa dilewati, karena diyakini
roh orang yang meninggal akan kembali ke tempat tinggalnya
melalui jalan yang biasa dilalui saat masih hidup.
SISTEM RELIGI dan
UPACARA KEAGAMAAN
Tokoh dukun dalam masyarakat Mentawai lama adalah Sikerei.
Seperti dukun pada umumnya, Sikerei dipercaya bisa
mneyembuhkan penyakit. melalui beberapa teknik ilmu gaib.
Selain itu Sikerei juga dipercaya mampu menolong orang
untuk mendapatkan hasil yang banyak saat menangkap ikan
atau untuk menolak hama yang mengganggu perkebunan.
Sikerei biasanya mendapatkan ilmunya dari ayahnya. Biasanya
yang menjadi Sikerei adalah laki-laki.
SISTEM DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN
masih mempunyai hubungan punen juga berarti hari libur dan hari
(patrilineal).
SISTEM DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
Sibakat
Laggai Dalam masyarakat
(Keturunan Mentawai lama ada tokoh
yang
yang disebut rimata yang
mendirikan
desa)
bertugas memelihara
bangunan uma beserta
benda-benda keramatnya,
mengorganisasi, mengatur,
Taitoi dan memimpin upacara
(Keturunan klan- serta aktifitas sosial yang
klan yang datang berkaitan dengan uma.
kemudian)
SISTEM PENGETAHUAN
Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh orang Mentawai
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kadang
pengetahuan berbeda-beda sehingga seseorang harus
mencari pengetahuan kepada orang lain atau di klen
lain, seperti pengetahuan cara membuat jerat babi
hutan, pengetahuan membuat racun panah, membuat
sampan, rumah dan lain sebagainya.
Pengetahuan yang dimiliki orang Mentawai yang
tinggal dipesisir pantai berbeda dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh orang Mentawai yang tinggal di hulu
sungai. Pengetahuan masing-masing akan
dipraktekkan sesuai dengan kondisi alam masing-
masing juga.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut kemudian
diturunkan secara turun-temurun.
SENI Tato Mentawai
Tato atau gambar yang dilukis diatas tubuh masyarakat Mentawai merupakan salah
satu seni budaya dan tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang. Bagi orang
DAN mentawai, tato merupakan busana abadi yang akan dibawa sampai mati sehingga
mereka akan mentato seluruh tubuhnya mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki.
Selain itu, tato juga merupakan sebuah alat komunikasi untuk menunjukkan jati diri dan
Kateuba
RUMAH ADAT
Suku Mentawai mempunyai rumah adat
bertipe rumah panggung khas yang terdiri
dari 3 macam rumah yakni:
Uma, berupa rumah traditional yang sangat
besar dan dihuni oleh keluarga batin dari
garis keturunan ayah.
Lalep, rumah keluarga di samping uma
yang diisi oleh pasangan dengan status
pernikahan belum resmi.
Rusuk, penginapan khusus berupa pondok
bagi anak muda dan janda yang diusir dari
kampung.
Mata Pencaharian Hidup