Anda di halaman 1dari 39

Kepulauan Sebelah Barat Sumatera

Di sebelah Barat Sumatera ada suatu deret


kelompok kepulauan yang merupakan bagian
dari deret-deret pulau-pulau di pinggir deret
pokok dari kepulauan Indonesia. Kelompok-
kelompok kepulauan itu dari utara ke selatan
adalah: Simalur, Banyak, Nias, Batu, Mentawai
dan Enggano.
KEBUDAYAAN NIAS
SISTEM DAN ORGANISASI
IDENTIFIKASI
KEMASYARAKATAN

PENDUDUK DAN BAHASA


SISTEM PENGETAHUAN

SISTEM RELIGI dan


KESENIAN
UPACARA KEAGAMAAN

SISTEM KEKERABATAN MATA PENCAHARIAN


MASALAH
PEMBANGUNAN DAN
MODERNISASI
IDENTIFIKASI
Pulau Nias merupakan pulau terbesar dari seluruh
deret. 25%
Penduduknya kurang terpengaruh oleh
20%
kebudayaan Hindu maupun Islam, tetapi berlandaskan
kebudayaan Megalithik yang telah mereka bawa dari
benua Asia pada zaman perunggu, mereka telah
mengembangkan suatu kebudayaan sendiri, yaitu
kebudayaan Megalithik yang bukan berdasarkan adat
pengurbanan kerbau melainkan babi.
Sebelum kedatangan orang Belanda pada tahun 1669,
orang Nias sudah banyak berhubungan dengan orang-
orang Aceh, Cina, Melayu dan Bugis, yang datang
kesana untuk berdagang. 10%
Agama yang paling banyak mempengaruhi mereka
15
adalah Kristen Protestan yang masuk kesana%sejak
tahun 1865 mulai dari Gunung Sitoli, sedangkan
agama Kristen Katolik datang kemudian dari bagian
Selatan
PENDUDUK dan BAHASA
Asal dari orang Nias atau Ono Niha yang
secara lahiriah mempunyai warna kulit yang
lebih kuning dari orang Indonesia lainnya
belum kita ketahui.
Bahasa Nias juga termasuk rumpun bahasa
Melayu-Polinesia, tetapi agak berbeda
dengan bahasa Nusantara lainnya sifatnya
vokalis, yaitu tidak mengenal konsonan di
tengah maupun akhir kata. Bahasa Nias
mempunyai dua logat, yaitu logat Nias Utara
(dipergunakan di Nias bagian Utara, Timur
dan Barat) dan Nias Selatan atau Tello
(dipergunakan di Nias bagian Tengah, Selatan
dan Kepulauan Batu).
Jumlah penduduk pada tahun 1914 adalah
135.000 jiwa, sedangkan angka terakhir dari
tahun 2010 adalah 756.762 jiwa.
Penduduk Nias mendiami Banua-banua (desa-desa) Nias di
kabupaten Nias yang terdiri satu pedalaman sukar dihampiri, karena
pulau besar Utama dan beberapa desa-desa tersebut, untuk pertahanan
pulau kecil yang berada di
dalam masa lampau, selalu didirikan di
sekitarnya, seperti Pulau Hinako
di Barat, Pulau Senau dan Lafau puncak-puncak bukit atau gunung. Satu
di Utara, Pulau Batu di Selatan banua terdiri dari beberapa kampung
dan lain-lainnya. dan dari dua puluh sampai dua ratus
rumah yang masing-masing biasanya
didiami oleh suatu keluarga-luas
virilokal, terdiri dari satu keluarga batih
senior ditambah dengan keluarga batih
dari putra-putranya.
SISTEM RELIGI dan
UPACARA KEAGAMAAN
Sebagian besar masyarakat Nias beragama Kristen
Protestan, selain itu ada juga yang beragama Islam,
Katolik, Budha dan Pelebegu. Penganut Islam sebagian
besar adalah Nias keturunan Minagkabau, Aceh dan
Bugis, sedangkan umat Budha adalah orang Nias
Keturunan Cina. Pelebegu adalah nama agama asli
diberikan oleh pendatang yang berarti “penyembuh
roh”. Sifat agama adalah pada penyembahan ruh. Untuk
keperluan ini mereka membuat patung-patung kayu
yang disebut adu.
SISTEM RELIGI dan
UPACARA KEAGAMAAN
Fanömba adu merupakan kepercayaan
tradisional masyarakat Pulau Nias. Fanömba
adu sebenarnya hanya merujuk pada sebuah
ritual, yaitu pemujaan patung tetapi kemudian
berkembang penggunaanya menjadi istilah
terhadap kepercayaan Suku Nias secara
umum. Dalam melaksanakan ritualnya,
penganut fanömba adu melakukan Molehe
Adu, yaitu kegiatan pemujaan roh leluhur.
Sebagai sarana ritual, dipergunakan patung-
patung kayu (adu). Patung-patung tersebut
dipercaya ditempati oleh roh-roh para leluhur.
SISTEM KEKERABATAN

Sangambato adalah kelompok Mado (di Nias Utara, Timur dan


kekerabatan terkecil, yaitu keluarga Barat) atau gana (di Nias Tenggara
batih. dan Selatan adalah gabungan dari
sangambato sebua dari satu leluhur.
Fungsi Mado adalah untuk mengurus
dalam hal pembatasan jodoh dalam
perkawinan. Di Nias berlaku exogami
Sangambato sebua adalah kelompok mado, artinya seseorang boleh kawin
yang penting yang terdiri dari dengan orang semado, asalkan
keluarga batih senior ditambah ikatan kekerabatan leluhurnya sudah
dengan keluarga batih putra- mencapai sepuluh tingkatan ke atas.
putranya yang tinggal serumah.
SISTEM DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN

Dikepalai Tuhenori
Ori (Kepala Ori)
(Negeri)

Dikepalai Salawa
Banua (Kepala Desa)
(Desa)

Mado
SISTEM DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN

 Pada zaman Belanda, semua ori dipersatukan menjadi Afdeeling Nias di

bawah assistent resident.

 Sejak zaman kemerdekaan Afdeeling Nias dijadikan satu kabupaten dari

Propinsi Sumatera Utara.


SISTEM DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN
Pelapisan Masyarakat
Siulu (Bangsawan)
Terdiri dari Balo Ziulu (yang memerintah) dan Siulu (bangsawan kebanyakan)

Ere (Pemuka agama)

Ono Mbanua (Rakyat jelata)


Terdiri dari Silia (cerdik pandai dan pemuka agama) dan Sato (rakyat kebanyakan)

Sawuyu (Budak)
Tediri dari Binu (menjadi budak karena kalah perang atau diculik), Sondrara hare (menjadi budak karena
tidak dapat membayar hutang), Holito (menjadi budak karena ditebus orang setelah dijatuhi hukuman mati)
SISTEM PENGETAHUAN
Sistem Pengetahuan yang dimiliki suku Nias sudah cukup
berkembang. Diantaranya mereka mengetahui akan
kesadaran waktu di dalam kehidupan. Suku Nias juga
memiliki ahli astrologi yang dikenal sebagai orang
Boronadu atau Sibihasa. Orang ini memberikan keterangan
musim tanam atau tunai telah tiba dalam pertanian.
Mereka juga menggunakan pengetahuan waktu dalam
perkembangan untuk mempermudah hidup. Diantaranya
pada bidang pertanian yaitu untuk mengetahui musim
tanam dan panen.
Selain mengetahui pentingnya kesadaran akan waktu,
orang Nias juga memiliki pengetahuan mengenai
pengecoran perunggu, pandai emas, seni pahat batu dan
ukiran kayu juga telah dimiliki orang Nias sejak lama yang
diwariskan secara turun temurun.
KESE Fahombo atau Lompat Batu
adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya merupakan ritual
NIAN pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisata
tradisional unik yang teraneh hingga ke seluruh dunia. Mereka harus melompati
susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm atau lebih.
Tarian Perang Fataele
Tari dari Tanah Dalam ini, tidak bisa dilepaskan dengan fahombo atau lompat batu.
Seiring perkembangan zaman, tari Fataele berubah, yang dulu untuk menyerang
musuh atau mempertahankan daerahnya, sekarang hanya berfungsi dalam acara
pesta saja.
Tarian Maena yang Penuh Sukacita
Lain dengan Fataele yang penuh nuansa mistis dan ketegangan, masyarakat Nias
punya tarian lain yang lebih lembut. Jenis tarian ini memang ditujukan sebagai
ungkapan wujud sukacita dan dilakukan secara massal. Gerakan dalam tarian ini pun
cukup sederhana.
PAKAIAN ADAT
Pakaian adat Suku
Nias dinamakan Baru
Oholu untuk pakaian laki-
laki dan Õröba
Si’öli untuk pakaian
perempuan. Pakaian
adat tersebut biasanya
berwarna emas atau
kuning yang dipadukan
dengan warna lain
seperti hitam, merah, dan
putih.
ALAT MUSIK
• Doli-Doli Gahe.
• Gondra.
• Nduri Mbewe.
• Aramba.
• Faritia.
• Druri Dana.
• Raba (Tello)
RUMAH ADAT
Bentuk rumah (omo) di Nias ada dua macam, yaitu rumah
adat (omo hada) dan rumah biasa (omo pasisir).
Omo Hada Omo Pasisir

Bentuk asli Nias. Berasal dari luar.

Tempat kediaman para Tuhenori, Tempat kediaman rakyat jelata.


Salawa dan para bangsawan.

Lebih megah, bentuknya rumah pa Lebih sederhana, bentuknya


nggung di atas tiang yang lebih bes rumah panggung di atas tiang
ar dan lebih tinggi yang lebih kecil dan lebih rendah

Dibuat dari kayu, nibung, dengan alas dari daun rumbia.


Tiap ruang dalam rumah adat dibagi menjadi dua bagian, yang
depan digunakan untuk menerima tamu menginap dan yang Di lapangan desa di Teluk Dalam, Nias
belakang untuk keluarga pemilik rumah. Selatan, masih dapat dilihat batu-batu untuk
Di depan rumah tradisional pada umumnya terdapat bangunan latihan lompat tinggi (zawozawo). Pada masa
Megalithik seperti tugu batu (menhir) yang disebut saita gari dahulu ilmu lompat tinggi penting untuk
(Nias Selatan) atau behu (Nias Tenggara) dan gowe zalava melompati pagar pertahanan musuh.
(Nias Utara, Timur dan Barat). Selain itu juga di depan rumah
da tempat duduk dari batu yang disebut daro-daro atau harefa.
Mata Pencaharian Hidup

Bercocok tanam
• Bercocok tanam dilakukan di ladang (sabe’e) dan di sawah Berburu
(laza). • Dilakukan setelah benih padi di ladangnya mulai be
• Alat yang dipergunakan masih sederhana. Pada peladangan rsemi dengan maksud melenyapkan binatang-binat
digunakan fato (kapak besi) serta belewa (parang besi) ang perusak ladang, sekaligus memperoleh sumber
untuk membuka hutan dan membabat semak-semak dan protein.
taru (tongkat tunggal) untuk menanam benih padi. • Binatang yang diburu adalah sokha (babi hutan),
Sedangkan untuk di sawah hanya digunakan belewa dan laosi (kancil), boho (rusa), nago atau laoyo (kijang),
kadang juga foku (cangkul) untuk menggemburkan tanah. sigolo (tenggiling), bogi (kalong) dan lain-lain.
• Tanaman yang ditanam ditanam di ladang adalah padi digilir • Alat yang digunakan adalah jala, toho (tombak),
dengan palawija, seperti ubi kayu, ubi jalar, terong, kacang- sukha (ranjau) dan bolodi (pelanting).
kacangan, cabe, jagung, pisang dan lain-lain. Ladang yang
sudah beberapa kali, maka sebelum tanahnya menjadi
tandus, akan ditanami dengan karet, kopi, durian atau pohon
buah-buahan lain yang berjangka panjang.
Mata Pencaharian Hidup

Pertukangan
Menangkap ikan Beternak • Orang Nias sudah mengenal
• Ikan yang ditangkap antara l • Binatang yang diternakkan kepandaian membuat benda-
ain ikan mugu (teri air yang utama adalah babi. benda logam sejak jaman pra
• Babi dipelihara di bagian-bagi sejarah.
tawar).
an ladang yang sudah mulai • Mereka membuat seno, gari dan
• Alat yang digunakan buwu tandus, sesudah bagian telogu, yaitu berbagai jenis
(tangguk) yang dipasang di ladang tadi ditutup dengan pedang dan pisau perang yang
bagian sungai yang dengan pagar dan ditutupi ketajaman dan keindahannya
menurun, fauru (pukat), dengan ubi jalar. tidak kalah dengan mandau
gai (kail) dan diala (jala). • Selain babi, kambing dan babi orang Dayak.
juga dipelihara oleh orang • Sayangnya pengetahuan
Nias, sedangkan kerbau mengenai pengecoran perunggu,
pandai emas, seni pahat batu
hanya ada di tempat dengan
dan ukir kayu kini sudah hampir
banyak penduduk beragama
dilupakan oleh penduduk Nias
Islam. muda.
MASALAH PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI
• Didirikan oleh Denninger,
Mengenal pendidikan sekolah pendeta Rheinische
sejak tahun 1865 Mission Gesellschaft yang
pertama datang ke Nias

Surat kabar setempat sudah ada • Mingguan Sura Duria


sejak tahun 1914 • Diasuh oleh RMG

Dalam hal Pergerakan Nasional, • Tahun 1925 cabang PKI


sejak tahun 1914 di Gunung • Tahun 1933 perkumpulan
Sitoli telah berdiri cabang dari
Serikat Islam. Selain itu juga ikut Muhamadiyah
dalam Perang Kemerdekaan. • Partai-partai lain juga
MASALAH PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI
Saat ini Pemerintah Nias sedang berupaya untuk membangun daerahnya, salah satunya
adalah melalui sektor pariwisata. Pembangunan ini dilakukan sejalan dengan kearifan
lokal penduduk Nias. Selain itu sektor-sektor lain pun diharapkan dapat dibangun secara
menyeluruh termasuk dalam hal infrastruktur dan sumber daya manusia.

Pantai Sorake
KEBUDAYAAN MENTAWAI
SISTEM DAN
IDENTIFIKASI ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
PENDUDUK DAN BAHASA
SISTEM PENGETAHUAN
SISTEM RELIGI dan
UPACARA KESENIAN
KEAGAMAAN
SISTEM
MATA PENCAHARIAN
KEKERABATAN
MASALAH
PEMBANGUNAN
DAN MODERNISASI
25% 20%

10%
15%
PENDUDUK dan BAHASA
Sekitar tahun 1796 jumlah penduduk Mentawai diperkirakan
berjumlah 1.400 jiwa sedangkan data terakhir pada tahun 2013
menunjukkan jumlahnya sekitar 81.840 jiwa.
Bahasa yang mereka pergunakan adalah bahasa Mentawai yang
merupakan bahasa dari rumpun Austronesia.
Bahasa Mentawai dituturkan di Desa Monganpoula, Kecamatan
Siberut Utara; Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan; dan
Desa Sioban, Kecamatan Sipora, dan Desa Makalo, Kecamatan
Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra
Barat.[1]
Bahasa Mentawai terdiri atas tiga dialek, yaitu:
• Dialek Siberut Utara (dituturkan di Desa Monganpoula,
Kecamatan Siberut Utara)
• Dialek Siberut Selatan (dituturkan di Desa Maileppet,
Kecamatan Siberut Selatan)
• Dialek Sipora Pagai (dituturkan di Desa Maileppet, Kecamatan
Siberut Selatan). Dialek ini merupakan dialek standar karena
sebaran geografisnya paling luas dan paling banyak jumlah
penuturnya serta berada di pusat pemerintahan kabupaten.
Dulu desa-desa disebut laggai,
tetapi sekarang lazim disebut
kampung. Nama desa hampir
semua diambil dari nama sungai
yang merupakan tempat lokasinya.
Dessa Simatalu di Siberut
misalnya, terletak di hilir sungai
Simatalu. Pada zaman dahulu, tiap-tiap kampung
terdiri dari tiga sampai lima wilayah yang
disebut perumaan, yang berpusat
kepada satu rumah panggung yang
besar atau uma. Fungsi dari uma adalah
sebagai balai pertemuan umum untuk
upacara bersama dan pesta-pesta suci.
SISTEM RELIGI dan
UPACARA KEAGAMAAN
Sebagian besar masyarakat Mentawai beragama Kristen Protestan,
selain itu ada juga yang beragama Katolik dan Islam.
Selain itu ada berbagai konsep lama dan adat dari religi lama yang
masih hidup, misalnya dalam upacara kematian dan pemakaman.
Jenazah akan ditempatkan dalam peti mati berbentuk perahu,
karena dalam konsepsi lama roh dari orang yang menunggal akan
pergi ke dunia roh yang dibayangkan ada di sebuah pulau lain di
seberang laut. Selain itu, untuk mengantar jenazah ke kubur
dengan menghindari jalan-jalan yang biasa dilewati, karena diyakini
roh orang yang meninggal akan kembali ke tempat tinggalnya
melalui jalan yang biasa dilalui saat masih hidup.
SISTEM RELIGI dan
UPACARA KEAGAMAAN
Tokoh dukun dalam masyarakat Mentawai lama adalah Sikerei.
Seperti dukun pada umumnya, Sikerei dipercaya bisa
mneyembuhkan penyakit. melalui beberapa teknik ilmu gaib.
Selain itu Sikerei juga dipercaya mampu menolong orang
untuk mendapatkan hasil yang banyak saat menangkap ikan
atau untuk menolak hama yang mengganggu perkebunan.
Sikerei biasanya mendapatkan ilmunya dari ayahnya. Biasanya
yang menjadi Sikerei adalah laki-laki.
SISTEM DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

Kesatuan sosial yang paling penting Dalam karangan-karangan etnografi


dalam kehidupan sehari-hari tentang Mentawai, selalu dilaporkan
masyarakat Mentawai adalah tentang adanya waktu-waktu
keluarga batih. instirahat yang bersifat keramat,
yang disebut punen. Pada saai ini
punen sudah jauh berkurang,
terutama punen yang terkait dengan

Suatu uma merupakan suatu mata pencaharian hidup dan

kelompok dari orang-orang yang kehidupan ekonomi. Sekarang kata

masih mempunyai hubungan punen juga berarti hari libur dan hari

kekerabatan melalui ayah suci agama Kristen.

(patrilineal).
SISTEM DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN

Sibakat
Laggai Dalam masyarakat
(Keturunan Mentawai lama ada tokoh
yang
yang disebut rimata yang
mendirikan
desa)
bertugas memelihara
bangunan uma beserta
benda-benda keramatnya,
mengorganisasi, mengatur,
Taitoi dan memimpin upacara
(Keturunan klan- serta aktifitas sosial yang
klan yang datang berkaitan dengan uma.
kemudian)
SISTEM PENGETAHUAN
Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh orang Mentawai
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kadang
pengetahuan berbeda-beda sehingga seseorang harus
mencari pengetahuan kepada orang lain atau di klen
lain, seperti pengetahuan cara membuat jerat babi
hutan, pengetahuan membuat racun panah, membuat
sampan, rumah dan lain sebagainya.
Pengetahuan yang dimiliki orang Mentawai yang
tinggal dipesisir pantai berbeda dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh orang Mentawai yang tinggal di hulu
sungai. Pengetahuan masing-masing akan
dipraktekkan sesuai dengan kondisi alam masing-
masing juga.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut kemudian
diturunkan secara turun-temurun.
SENI Tato Mentawai
Tato atau gambar yang dilukis diatas tubuh masyarakat Mentawai merupakan salah
satu seni budaya dan tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang. Bagi orang

DAN mentawai, tato merupakan busana abadi yang akan dibawa sampai mati sehingga
mereka akan mentato seluruh tubuhnya mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki.
Selain itu, tato juga merupakan sebuah alat komunikasi untuk menunjukkan jati diri dan

BUDAYA untuk perbedaan status sosial di masyarakat.

Gigi runcing perempuan mentawai


Gigi runcing pada masyarakat Mentawai merupakan simbol tingkat kecantikan
perempuan Mentawai, semakin runcing gigi yang dimiliki maka semakin cantik pula
perempuan tersebut dimata para lelak. Dalam kepercayaan mentawai, saat fajar
menyingsing roh dan jiwa orang mentawai akan terpisah sehingga gigi runcing yang
diukur oleh perempuan mentawai juga sering difungsikan sebagai simbol penyeimbang
antara roh dan jiwa.

Tarian Turuk Laggai


Merupakan tarian yang gerakannya adalah peniruan dari gerak binatang-binatang di
alam sekitar. Karena kedekatan suku Mentawai dengan alam itulah, maka gerakan dan
tingkah laku binatang-binatang tersebut dituangkan dalam tarian. Selain itu,
gerakan Turuk Laggai juga menyimpan nilai-nilai luhur yang penting dalam kehidupan
suku Mentawai. Misalnya adalah perdamaian antar suku, cinta kasih, dan sebagainya.
Seiring berjalannya zaman,
berbagai macam tradisi termasuk
tato tubuh dan mengukir gigi
untuk mendapatkan bentuk gigi
yang runcing ini perlahan mulai
ditinggalkan karena berbagai
macam pengaruh kebudayaan
luar yang masuk kedalam
masyarakat Mentawai.
PAKAIAN ADAT ALAT MUSIK

Kateuba
RUMAH ADAT
Suku Mentawai mempunyai rumah adat
bertipe rumah panggung khas yang terdiri
dari 3 macam rumah yakni:
Uma, berupa rumah traditional yang sangat
besar dan dihuni oleh keluarga batin dari
garis keturunan ayah.
Lalep, rumah keluarga di samping uma
yang diisi oleh pasangan dengan status
pernikahan belum resmi.
Rusuk, penginapan khusus berupa pondok
bagi anak muda dan janda yang diusir dari
kampung.
Mata Pencaharian Hidup

Berkebun Menangkap ikan Berburu


• Tanaman pokoknya adalah keladi • Pada umumnya mencari ikan, • Binatang yang diburu adalah
dan ubi jalar, selain itu juga padi, kerang, kepiting dan lain-lain, baik di rusa atau babi, selain itu juga
pisang, pepaya, tebu, sayur- sungai, rawa maupun laut secara kera, burung dan lain-lain.
mayur, bumbu-bumbuan dan perseorangan di waktu-waktu yang • Alat yang digunakan adalah
ramu-ramuan. tak tentu. panah, dengan dibantu oleh
• Namun ada macam-macam ikan anjing-anjing.
yang hanya bisa ditangkap pada
waktu tertentu, atau harus ditangkap
secara bergotong royong.
• Selain menggunakan pancing,
tombak jala, atau perangkap-
perangkap, mereka juga menagkap
ikan dengan cara meracuni air.
MASALAH PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI

• Saat ini, Mentawai termasuk dalam 122 kabupaten


tertinggal.
• Fokus utama pemerintah saat ini adalah melakukan
pembangunan infrastruktur yang bisa mengoneksikan
daerah-daerah terisolir. Dengan terbukanya akses
transportasi, diharapkan akan menggerakkan kegiatan
ekonomi dan memajukan taraf hidup masyarakat
Mentawai.
• Pembangunan yang dilakukan tersebut harus
mempertimbangkan keberadaan suku asli Mentawai
yang masih hidup harmonis di dalam perdalaman.
Pembangunan besar-besaran tidak seharusnya
mengusik tatatan kearifan lokal yang sudah terbangun
selama ratusan tahun.
Sumber Rujukan

Koentjaraningrat.2004. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia


https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Nias
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mentawai
https://niaskab.bps.go.id/
https://mentawaikab.bps.go.id/
TERIMA KASIH..

Anda mungkin juga menyukai