Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan
Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
Dosen Pembimbing:
Ns. Septiyanti., S. Kep., M. Pd
Disusun oleh:
Kelompok 4
Agung Robby I (P0 5120420 001) Wisti Agustina (P0 5120420 034)
Elda Damayanti (P0 5120420 007) Woelan Okta. A (P0 5120420 035)
Tria Pratiwi (P0 5120420 031) Yohana Dewi. A (P0 5120420 036)
Widya Oktari (P0 5120420 032) Yola Anggraeni (P0 5120420 037)
Winda Aprilia (P0 5120420 033)
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu kegiatan dalam mata kuliah
Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
sebagai tugas yang harus diselesaikan. Makalah juga menjadi salah satu aspek
penilaian dalam nilai akhir yang digunakan sebagai nilai tambah. Kami membuat
makalah ini yang berjudul “Analisis Kasus Hazard dan Risiko” berdasarkan
sistematika yang diberikan Dosen Pembimbing dengan menggunakan Buku
Panduan dan dari berbagai literatur sebagai sumber referensi utama.
Penulisan makalah ini juga sebagai pelatihan bagi kami sebagai bekal
untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang nanti akan berguna bagi kami dan
menjadi dasar dari nilai akhir. Oleh karena itu makalah merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dalam kegiatan belajar di lingkungan pendidikan kami.
Kritik dan saran yang membangun selalu diterima demi sempurnanya
makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Pendahuluan........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II ISI.........................................................................................................................3
A. Cedera Punggung (Back Injury).........................................................................3
B. Paparan Penyakit Menular (Exposure to Communicable Disease)..................9
C. Cedera Akibat Pasien Agresif (Injury from Aggressive Clients).....................11
D. Cedera Tertusuk Jarum Suntik (Needle Stick Injury)....................................13
E. Paparan Bahan Kimia Berbahaya (Exposure to Hazardous Chemicals)........14
F. Kecelakaan (Accidents).....................................................................................20
G. Alergi Lateks (Latex Allergies).........................................................................22
H. Stres dalam Bekerja (Stress from Work)..........................................................29
I. Risiko Berdiri Terlalu Lama (Long Standing Risks).......................................32
BAB III PENUTUP........................................................................................................37
A. Kesimpulan........................................................................................................37
B. Saran..................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................38
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan
memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. WHO
(2013) mencatat, dari 39,47 juta petugas kesehatan di seluruh dunia, 66,7%-
nya adalah perawat. Di Indonesia, perawat juga merupakan bagian terbesar
dari tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit yaitu sekitar 47,08% dan
paling banyak berinteraksi dengan pasien (Depkes RI, 2014). Ada sekitar dua
puluh tindakan keperawatan, delegasi, dan mandat yang dilakukan dan yang
mempunyai potensi bahaya biologis, mekanik, ergonomik, dan fisik terutama
pada pekerjaan mengangkat pasien, melakukan injeksi, menjahit luka,
pemasangan infus, mengambil sampel darah, dan memasang kateter
(Anggrianti, 2017).
Hasil penelitian di beberapa negara membuktikan bahwa rumah sakit
adalah salah satu tempat kerja yang berbahaya dan perawat adalah salah satu
petugas kesehatan yang berisiko untuk mengalami gangguan kesehatan dan
keselamatan kerja akibat dari pekerjaannya. Sebagai gambaran, biro statistik
ketenagakerjaan dan Konsil Nasional Asuransi Amerika (2013)
menyimpulkan pada rumah sakit di Amerika setiap 100 jam kerja terjadi 6,8
kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Angka ini
menempatkan kecelakaan kerja dan PAK di rumah sakit sedikit lebih tinggi
dibanding dengan kecelakaan kerja dan PAK di sector lainnya, seperti sektor
konstruksi, manufaktur, dan pelayanan profesional dan bisnis lainnya.
Sebanyak 48% kecelakaan kerja disebabkan karena penggunaan tenaga/otot
yang berlebihan oleh perawat ketika menangani pasien, seperti mengangkat,
memindahkan atau menjangkau pasien, dan peralatan medis lainnya. Selain
itu, 54% jenis kecelakaan yang dialami berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal, seperti sprain dan strain otot, dan hal ini menempatkan
gangguan muskuloskeletal sebagai penerima klaim kompensasi terbesar dari
1
2
biaya rumah sakit. Kerugian material yang harus dikeluarkan dari kecelakaan
kerja dan PAK setiap tahunnya sekitar 2 Milyar US$ (Anggrianti, 2017).
Penelitian lainnya di negara berkembang seperti India juga
menyimpulkan hasil yang sama. Nayak et al (2016) melaporkan dalam 1
tahun terakhir 5,4% perawat rumah sakit di India mengalami luka akibat
tertusuk jarum suntik, 7,4% mengalami varises, dan 56,9% mengalami stres
kerja. Situasi menegangkan yang sering dialami perawat adalah tindakan
kekerasan dan pelecehan dari pasien. Sementara itu data-data tentang
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada petugas kesehatan rumah
sakit di Indonesia belum tercatat dan dilaporkan dengan baik, hal ini
mengindikasikan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit
di Indonesia masih memerlukan upaya perbaikan.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko gangguan
kesehatan dan keselamatan kerja dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan
perawat yaitu pengelolaan risiko atau dikenal dengan manajemen risiko.
Menurut standar Australia/New Zealand (2004), pada dasarnya manajemen
risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun kecelakaan
kerja. Langkah-langkah pengelolaan risiko dilakukan secara berurutan yang
bertujuan untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik
dengan melihat risiko dan dampak yang kemungkinan ditimbulkan. Tujuan
dari manajemen risiko itu sendiri adalah meminimalkan kerugian dengan
urutan terdiri dari penentuan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko,
evaluasi risiko, pengendalian risiko, monitor dan evaluasi, serta komunikasi
dan konsultasi (Anggrianti, 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan hasil analisis kasus dari hazard dan risiko pada perawat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hasil analisis kasus hazard dan risiko pada perawat
BAB II
ISI
3
4
c) Durasi Bekerja
Ketika manusia duduk, beban yang diterima lebih berat
6-7 kali dari berdiri. Jika riding position-nya salah, bagian
tulang belakang yakni vertebra lumbal 2-3 akan terserang LBP.
Durasi bekerja yang produktif adalah 8-10 jam sehari.
Diperkirakan apabila lebih dari 10 jam produktivitas kerja akan
menurun.
d) Repetisi
Pengulangan gerakan kerja yang terjadi secara terus
menerus dengan pola yang sama mampu meningkatkan
terjadinya LBP. Hal ini dapat terlihat dimana frekuensi
pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerja harus
terus menerus bekerja sesuai sistem yang ada. Gerakan bekerja
yang berulang mampu menyebabkan degenerasi tulang
punggung daerah lumbal.
e) Pekerjaan statis
Pekerjaan dengan postur yang dinamis, memiliki resiko
MSDs lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang
menuntut postur statis. Hal ini disebabkan karena dengan
postur yang statis mampu menurunkan sirkulasi darah dan
nutrisi pada jaringan otot.
f) Pekerjaan yang membutuhkan tenaga atau beban
Pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon,
ligamen, dan sendi. Beban yang berat tersebut akan
menyebabkan iritasi, inflamasi otot, kerusakan otot, tendon dan
jaringan lainnya.
2) Faktor Individu
a) Usia
8
f) Obesitas
Obesitas atau kegemukan adalah terjadinya penimbunan
lemak di jaringan lemak tubuh. Keadaan ini diakibatkan
konsumsi kalori tidak seimbang dengan kebutuhan energi.
Seseorang dikatakan obesitas apabila berat badan lebih dari
20% dari berat badan ideal. Berat badan berlebihan (obesitas)
menyebabkan tonus abdomen melemah, sehingga
menimbulkan kelelahan pada otot paravertebra, hal ini
merupakan faktor resiko terjadinya LBP.
droplet dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui
vektor (vector borne) (Irwan, 2017).
WHO pada tahun 2000 mencatat kasus infeksi akibat tertusuk
jarum suntik yang terkontaminasi virus diperkirakan mengakibatkan
Hepatitis B sebesar 32%, Hepatitis C sebesar 40%, dan HIV sebesar 5%
dari seluruh infeksi baru Panamerican Health Organization tahun 2017
memperkirakan 8-12% SDM Fasyankes sensitif terhadap sarung tangan
latex (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Berdasarkan data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan tahun 1987-2016
terdapat 178 petugas medis yang terkena HIV AIDS. Penelitian yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan pada tahun 1998 menunjukkan bahwa 85%
suntikan imunisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan ternyata tidak
aman (satu jarum dipakai berulang) dan 95% petugas kesehatan mencoba
ketajaman jarum dengan ujung jari. Selain itu dari hasil penelitian Start
dengan Quick Investigation of Quality yang melibatkan 136 Fasyankes
dan 108 di antaranya adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),
menunjukkan bahwa hampir semua petugas Puskesmas belum memahami
dan mengetahui tentang kewaspadaan standar (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018).
diakibatkan oleh cedera akibat jarum suntik akibat faktor pekerjaan dan
ribuan lainnya HBV atau HCV.
F. Kecelakaan (Accidents)
1. Bahaya yang terjadi pada kasus adalah kecelakaan (terjatuh)
2. Risiko yang terjadi pada kasus kecelakaan (terjatuh):
a. Luka
b. Strain
c. Nyeri
d. Dislokasi
e. Memar
f. Kurangnya kemampuan untuk merawat pasien
3. Hal yang harus dilakukan jika terjadi kasus kecelakaan (terjatuh):
21
dokter
berkualifikasi.
Stres kerja adalah kondisi ketika stessor kerja secara sendiri atau
bersama faktor lain berinteraksi dengan karakteristik individu,
menghasilkan gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis (Colligan
et al., n.d.).
Jika berlangsung lama, gangguan itu dapat mengganggu sistem
kardiovaskuler, gangguan jiwa, gangguan muskuloskeletal, dan gangguan
kesehatan lain. Selain itu stres kerja dapat berhubungan dengan
kecelakaan dan kekerasan di tempat kerja. Stres kerja juga dapat
menyebabkan organizational strain dalam bentuk absensi, penurunan
performa kerja, peningkatan angka cedera dan turn-over karyawan.
Keperawatan adalah profesi dengan pajanan berbagai situasi yang
berpotensi menimbulkan stres di tempat kerja. Sumber stres dalam profesi
keperawatan berhubungan dengan interaksi terhadap pasien dan profesi
kesehatan lain. Perawat memiliki banyak tugas yang harus dilakukan
dibandingkan profesi lain. Hasil penelitian Persatuan Perawat Nasional
Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan 50,9% perawat Indonesia
pernah mengalami stres kerja, dengan gejala sering pusing, kurang
ramah, merasa lelah, kurang istirahat akibat beban kerja berat serta
penghasilan tidak memadai. Menurut data Kementerian Kesehatan RI
tahun 2014 jumlah perawat di Indonesia mencapai 237.181 orang, dengan
demikian angka kejadian stres kerja pada perawat cukup besar.
Surilena et al mendapatkan faktor konflik peran dan beban kerja
berlebih secara kualitatif berhubungan dengan stres kerja, sedangkan
tanggung jawab personal, pengembangan karir, beban kerja berlebih
secara kuantitatif, dan ketidakjelasan peran tidak berhubungan dengan
stres kerja. Yana mendapatkan faktor individu (kepercayaan diri) dan
dukungan (dukungan atasan) merupakan faktor yang berhubungan dengan
tingkat stres kerja, sedangkan usia, masa kerja, jenis kelamin, status
pernikahan, pendidikan, dan status kepegawaian tidak berhubungan
dengan stres kerja. Revalicha tidak menemukan hubungan antara kerja
shift di instalasi rawat inap medik dengan stres kerja. Almasitoh yang
32
A. Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis
dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam profesi perawat. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata.
B. Saran
Sebagai mahasiswa/i keperawatan, kita harus mengetahui apa itu hazard
dan risiko dalam bekerja agar kita dapat memperhatikan keselamatan dalam
bekerja baik dari segi perawat maupun pasien.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
39