Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(PPN B)
INSTRUKTUR
Anwar Hidayat
Outline
PPnBM
Restitusi PPN
Pemungut PPN
FASILITAS
PPN
Matriks Barang/Jasa Dalam UU PPN
Barang/Jasa
Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP
Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut
Fasilitas di Bidang PPN (Pasal 16B UU PPN)
Pajak Masukan atas perolehannya dapat Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dikreditkan dapat dikreditkan
1 Fasilitas PPN di Kawasan Berikat 1 Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu/JKP
Tertentu
Proyek Pemerintah yang dananya berasal dari
2
hibah/bantuan luar negeri Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu yang
2
bersifat Strategis
3 Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu/JKP
Tertentu
3 Fasilitas PPN di Kawasan Bebas
(Batam, Bintan, Karimun, Sabang)
4 Fasilitas PPN ke Kawasan Bebas
(Batam, Bintan, Karimun, Sabang)
KAWASAN BERIKAT
Untuk menimbun
barang dengan tujuan tertentu
Dengan mendapatkan
penangguhan Bea Masuk
KAWASAN BERIKAT
Hasilnya terutama
utk diekspor
Barang yang berasal dari luar daerah pabean yang dimasukkan dari
tempat Penimbunan Berikat, Kawasan Bebas, kawasan ekonomi
khusus, atau kawasan ekonomi lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
ke Kawasan Berikat :
diberikan penangguhan Bea Masuk;
diberikan pembebasan Cukai;
tidak dipungut PDRI; dan/atau
tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM
JENIS BARANG YANG MENDAPAT FASILITAS
(Pasal 20 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)
Disampaikan
oleh
Penyelenggara/ Pengusaha TPB
Kantor
Pengawas Jalur SPJM
Merah
Penelitian kelengkapan &
kebenaran pengisian BC
4.0
Tidak
Sesuai
SPJM : Surat Pemberitahuan Jalur Merah NOPEN : Nomor & Tgl Pendaftaran
SPPB : Surat Persetujuan Pemasukan Barang NPP : Nota Pemberitahuan Penolakan
PENGELUARAN BARANG DARI KAWASAN BERIKAT
(Pasal 23 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)
• Apabila Barang yang dikeluarkan berasal dari luar daerah pabean dengan
tujuan diimpor untuk dipakai maka Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
wajib melunasi Bea Masuk, Cukai, dan PDRI
• PDRI yang dilunasi yang dilampiri dengan dokumen kepabeanan, dapat
dikreditkan
• Atas penyerahan barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah
pabean dengan tujuan diimpor untuk, Pengusaha Kawasan Berikat atau
PDKB wajib membuat faktur pajak dan memungut PPN atau PPN dan
PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan
• Atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat selain penyerahan barang
Sesuai Pasal 23 (2) PMK 131/PMK.04/2018 tidak dikenai PPN atau PPN
dan PPnBM
• Dalam hal barang yang dikeluarkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain
dalam daerah pabean berupa sisa pengemas dan limbah, Pengusaha
Kawasan Berikat atau PDKB dikecualikan dari kewajiban membayar Bea
Masuk, Cukai dan/atau PDRI
PENGELUARAN BARANG DARI KAWASAN BERIKAT UNTUK BARANG
YANG BERASAL DARI LUAR DAERAH PABEAN
• Apabila Barang yang dikeluarkan berasal dari luar daerah pabean dengan
tujuan diimpor untuk dipakai maka Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
wajib melunasi Bea Masuk, Cukai, dan PDRI
• PDRI yang dilunasi yang dilampiri dengan dokumen kepabeanan, dapat
dikreditkan
• Atas penyerahan barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah
pabean dengan tujuan diimpor untuk, Pengusaha Kawasan Berikat atau
PDKB wajib membuat faktur pajak dan memungut PPN atau PPN dan
PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan
• Atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat selain penyerahan barang
Sesuai Pasal 23 (2) PMK 131/PMK.04/2018 tidak dikenai PPN atau PPN
dan PPnBM
• Dalam hal barang yang dikeluarkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain
dalam daerah pabean berupa sisa pengemas dan limbah, Pengusaha
Kawasan Berikat atau PDKB dikecualikan dari kewajiban membayar Bea
Masuk, Cukai dan/atau PDRI
PENGELUARAN BARANG DARI KAWASAN BERIKAT UNTUK BARANG
YANG BERASAL DARI TLDDP
• Apabila Barang yang dikeluarkan berasal dari tempat lain dalam daerah
pabean dikeluarkan ke tempat lain dalam daerah pabean dan merupakan
penyerahan barang kena pajak, Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
wajib melunasi PPN atau PPN dan PPnBM yang pada saat pemasukannya
tidak dipungut.
• Pelunasan PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan dengan menggunakan
surat setoran pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan
surat setoran pajak berupa bukti penerimaan negara sesuai dengan
ketentuan yang mengatur mengenai surat setoran pajak
• PPN atau PPN dan PPnBM yang dilunasi menggunakan surat setoran pajak
atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan surat setoran pajak
berupa bukti penerimaan negara yang dilampiri dengan dokumen
kepabeanan, dapat dikreditkan
• Atas penyerahan barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah
,Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib membuat faktur pajak dan
memungut PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
• Atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat selain penyerahan barang
Sesuai Pasal 23 (2) PMK 131/PMK.04/2018 tidak dikenai PPN atau PPN
dan PPnBM
Pemberitahuan Pabean BC 4.1
Kantor
Pengawas Jalur SPJM
Merah
Penelitian kelengkapan &
kebenaran pengisian BC
4.1
Tidak
Sesuai
SPJM : Surat Pemberitahuan Jalur Merah NOPEN : Nomor & Tgl Pendaftaran
SPPB : Surat Persetujuan Pengeluaran Barang NPP : Nota Pemberitahuan Penolakan
Dasar Perhitungan BM, CUKAI dan PDRI
Dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya pengenaan Bea Masuk,
Cukai, dan PDRI atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain
dalam daerah pabean yaitu sebagai berikut :
PDRI dihitung berdasarkan harga jual dan tarif pada saat pengeluaran barang
dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean
Skema Fasilitas PPN di Kawasan Berikat (1)
X Co. Y Co
Impor BKP mendapat fasilitas
PPN tidak dipungut
Pengusaha PKP di
Kawasan
Berikat
TLDDP
Pembelian BKP mendapat
fasilitas PPN tidak dipungut
PK 0 PK 0
PM 0 PM 8
Nihil 0 LB 8 restitusi
HIBAH LUAR NEGERI
PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH
YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI
FP FP
BKP/JKP
SUBKONTRAKTOR
KONSULTAN BKP/JKP KONTRAKTOR
PEMERINTAH
UTAMA
PEMASOK
FP dibubuhi cap :
PPN PPN & PPnBM
TDK DIPUNGUT
SESUAI PP NO. 42
TAHUN1995
PM YANG
DAPAT
DIKREDITKAN DASAR HUKUM & JUKLAK
PP No.42/1995 sttd PP 25/2001 jo Kepmenkeu
No.239/KMK.04/1995 sttd KMK-486/KMK.04/2000, 1- 4- 1995 ;
SE-19/PJ.53/1996, 4 - 6 - 1996
(SERI PPN 34-95) 34
PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH
YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI DANA PENDAMPING APBN
PROYEK PEMERINTAH
YG DANANYA DARI BANTUAN LUAR NEGERI
DAN DANA PENDAMPING APBN/APBD/DANA LAIN
(Kepmenkeu Nomor 239/KMK.01/1996 sttd KMK-486/KMK.04/2000, 1-4-1996)
PP Nomor 10 Tahun 2012 dan PMK Nomor 62 Tahun 2012 sttd PMK 171/PMK.03/2017
Kawasan Bebas di Indonesia
Pasal 1 angka 1 UU No. 36 Tahun 2000
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) adalah suatu kawasan yang berada dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas
dari pengenaan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Cukai
Sabang Batam
Perpu No. 2 Tahun 2000 PP No.46 Tahun 2007
Bintan Karimun
PP No.47 Tahun 2007 PP No.48 Tahun 2007
KAWASAN BEBAS BATAM
KAWASAN BEBAS PULAU BINTAN
KAWASAN BEBAS PULAU KARIMUN
Pengaturan Fasilitas Fiskal PP 10 Tahun 2012
TPB/KEK
PENYERAHAN BKP BERWUJUD
PENYERAHAN JASA/BKP TIDAK BERWUJUD
Pengaturan BKP Tidak Berwujud dan JKP (1)
Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari
pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (1))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak di
dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (2))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lainnya, dibebaskan dari pengenaan PPN
(Pasal 33 ayat (3))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean, dikenai PPN (Pasal 33 ayat
(4))
Dikecualikan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (4), untuk
penyerahan Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (5))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari tempat lain dalam Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (6))
Pengaturan BKP Tidak Berwujud dan JKP (2)
Penyerahan Jasa Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke
Kawasan Bebas yang penyerahannya dilakukan di tempat lain dalam Daerah
Pabean, dipungut PPN (Pasal 33 ayat (7))
Penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu dari tempat lain dalam Daerah Pabean
ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (8))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dibebaskan dari pengenaan PPN, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (9))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
tertentu dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus ke
Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (10))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi
Khusus, dipungut PPN (Pasal 33 ayat (11))
PENYERAHAN JASA TELEKOMUNIKASI
Pengaturan Jasa Angkutan Udara
(Pasal 34 PP 10/2012 dan Pasal 7 PMK 62/2012)
a. Pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan
Bebas melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
b. Pemasukan Barang Kena Pajak dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan
Ekonomi Khusus ke Kawasan Bebas melalui pelabuhan atau bandar udara yang
ditunjuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
c. Penyerahan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari tempat lain dalam Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai.
d. Penyerahan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Tempat Penimbunan Berikat
atau Kawasan Ekonomi Khusus ke Kawasan Bebas, tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai.
e. Penyerahan Jasa Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan
Bebas yang penyerahannya dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang bertempat
tinggal atau berkedudukan di tempat lain dalam Daerah Pabean, terutang dan
dipungut Pajak Pertambahan Nilai.
FASILITAS PPN SESUAI PMK-171/PMK.03/2017
f. Penyerahan Jasa Kena Pajak dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan
Ekonomi Khusus ke Kawasan Bebas yang penyerahannya dilakukan oleh Pengusaha
Kena Pajak yang bertempat tinggal atau berkedudukan di Tempat Penimbunan
Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus, terutang dan dipungut Pajak Pertambahan
Nilai.
g. Penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke
Kawasan Bebas, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai.
h. Penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu dari Tempat Penimbunan Berikat atau
Kawasan Ekonomi Khusus ke Kawasan Bebas, tidak dipungut Pajak Pertambahan
Nilai.
i. Jasa Kena Pajak tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf g dan h adalah Jasa
Kena Pajak yang batasan kegiatan dan jenisnya diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai.
j. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, d, g, dan h, juga berlaku untuk
pemasukan Barang Kena Pajak dan penyerahan Jasa Kena Pajak yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai.
k. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tidak berlaku untuk
pemasukan Barang Kena Pajak yang telah dilunasi Pajak Pertambahan Nilai dengan
menggunakan stiker lunas Pajak Pertambahan Nilai, dan Bahan Bakar Minyak
bersubsidi.
FASILITAS PPN SESUAI PMK-171/PMK.03/2017
PPFTZ 01
Form Dokumen PPFTZ
PPFTZ 01
Form Dokumen PPFTZ
PPFTZ 02
Form Dokumen PPFTZ
PPFTZ 02
Form Dokumen PPFTZ
PPFTZ 03
Form Dokumen PPFTZ
PPFTZ 03
ENDORSEMENT
4. Petugas Endorsement meneliti dan mencocokkan data antara Inward Manifest, PPFTZ-03
dan pelengkap pabean, sebagai berikut:
- fotokopi dengan asli dokumen pelengkap pabean;
- softcopy dengan hardcopy PPFTZ-03 (melalui menu viewer);
- PPFTZ-03 dengan dokumen pelengkap pabean; dan
- PPFTZ-03 dengan Inward Manifest (melalui menu viewer) atau PPFTZ-03 dengan
hardcopy Inward Manifest dari pengusaha.
a. dalam hal fotokopi dokumen pelengkap pabean tidak cocok dengan aslinya,
yang dipakai adalah dokumen pelengkap pabean asli dan kepada pengusaha
diminta untuk memfotokopi kembali sesuai dengan aslinya dan menyerahkan
kepada Petugas.
b. dalam hal terdapat data yang tidak sesuai, petugas mengembalikan hardcopy
dan softcopy dokumen Pemberitahuan Pabean serta asli dokumen pelengkap
pabean kepada pengusaha untuk diperbaiki dengan terlebih dahulu
menyimpannya (save) ke dalam komputer sebagai temporary file. Sedangkan
fotokopinya disimpan sementara oleh Petugas sampai pengusaha menyerahkan
kembali PPFTZ-03 yang telah diperbaiki.
c. apabila setelah diperbaiki, data sebagaimana dimaksud pada huruf b tetap tidak
cocok/tidak sesuai, petugas memberikan endorsement dengan catatan "DATA
TIDAK SESUAI dst........." sebagaimana dimaksud pada butir 6 huruf b.
Tata cara Endorsement
4. Petugas Endorsement meneliti dan mencocokkan data antara Inward Manifest, PPFTZ-03
dan pelengkap pabean, sebagai berikut:
- fotokopi dengan asli dokumen pelengkap pabean;
- softcopy dengan hardcopy PPFTZ-03 (melalui menu viewer);
- PPFTZ-03 dengan dokumen pelengkap pabean; dan
- PPFTZ-03 dengan Inward Manifest (melalui menu viewer) atau PPFTZ-03 dengan
hardcopy Inward Manifest dari pengusaha.
a. dalam hal fotokopi dokumen pelengkap pabean tidak cocok dengan aslinya,
yang dipakai adalah dokumen pelengkap pabean asli dan kepada pengusaha
diminta untuk memfotokopi kembali sesuai dengan aslinya dan menyerahkan
kepada Petugas.
b. dalam hal terdapat data yang tidak sesuai, petugas mengembalikan hardcopy
dan softcopy dokumen Pemberitahuan Pabean serta asli dokumen pelengkap
pabean kepada pengusaha untuk diperbaiki dengan terlebih dahulu
menyimpannya (save) ke dalam komputer sebagai temporary file. Sedangkan
fotokopinya disimpan sementara oleh Petugas sampai pengusaha menyerahkan
kembali PPFTZ-03 yang telah diperbaiki.
c. apabila setelah diperbaiki, data sebagaimana dimaksud pada huruf b tetap tidak
cocok/tidak sesuai, petugas memberikan endorsement dengan catatan "DATA
TIDAK SESUAI dst........." sebagaimana dimaksud pada butir 6 huruf b.
Tata cara Endorsement
• BKP > PPN/PPnBM disetor oleh Pengusaha di Kawasan Bebas atas nama
Pembeli di TLDDP paling lambat sebelum barang dikeluarkan dari Kawasan
Bebas, dengan demikian di kolom atas SSP dicantumkan Nama, NPWP, dan
alamat pembeli sedangkan di penyetor dicantumkan nama dan NPWP
pengusaha Kawasan bebas. Bagi PKP di TLDDP sebagai Pajak Masukan
sedangkan bagi non PKP sebagai biaya dan dilaporkan SSP lembar ke-3 ke KPP
Terdaftar;
• BKP Tidak Berwujud/JKP > Disetorkan sendiri oleh PKP di TLDDP, bagi PKP
sebagai Pajak Masukan sedangkan Non PKP sebagai biaya dan non PKP
mempunyai kewajiban melaporkan SSP Lembar ke-3 ke KPP terdaftar.
• Penyerahan yang tidak melalui endorsement atau endorsementnya tidak
mendapatkan fasilitas > membuat faktur pajak pengganti mengubah kode
transaksi dari 070 menjadi 011 dan PPN berlaku PPN umum
• PPBTT > Disetorkan PPN menggunakan SSP dan sanksi dengan penerbitan STP
(sanksi dihitung dari barang dikeluarkan dari kawasan bebas s.d. dibayarkan
PPN/diterbitkan ketetapan
BKP/JKP TERTENTU
TIDAK DIPUNGUT
PP 50 TAHUN 2019
Impor Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak
Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api,
serta suku cadangnya, dan alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia,
alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang diimpor oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan, Tentara
Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api,
serta suku cadangnya, dan alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia,
alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang diimpor oleh pihak lain
yang ditunjuk oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
untuk melakukan impor tersebut
kapal angkutan laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, serta
suku cadangnya, alat perlengkapan kapal, alat keselamatan pelayaran dan alat
keselamatan manusia yang diimpor dan igunakan oleh perusahaan pelayaran niaga
nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa
kepelabuhan nasional, dan perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau dan
penyeberangan nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya;
pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional
Impor Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak
kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan
pemeliharaan serta prasarana perkeretaapian yang diimpor dan digunakan
oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau
Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum; dan
komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan
Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk
pembuatan:
1. kereta api;
2. suku cadang;
3. peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan; dan/atau
4. prasarana perkeretaapian,
yang akan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian Umum
Penyerahan Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak
alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api,
serta suku cadangnya, dan alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia,
alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang diserahkan kepada
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan, Tentara
Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
kapal angkutan laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, serta
suku cadangnya, alat perlengkapan kapal, alat keselamatan pelayaran, dan alat
keselamatan manusia yang diserahkan kepada dan digunakan oleh perusahaan pelayaran
niaga nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa
kepelabuhan nasional dan perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya
kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan
pemeliharaan serta prasarana perkeretaapian yang diserahkan
kepada dan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian Umum; dan
komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan
Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk
pembuatan:
1. kereta api;
2. suku cadang;
3. peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan; dan/atau
4. prasarana perkeretaapian,
yang akan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian Umum
Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu yang atas penyerahannya
tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
Jasa yang diterima oleh perusahaan pelayaran niaga nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional,
perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, dan perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai,
danau, dan penyeberangan nasional yang meliputi:
1. jasa persewaan kapal;
2. jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; dan
3. jasa perawatan dan perbaikan kapal.
Jasa yang diterima oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional yang meliputi:
1. jasa persewaan pesawat udara; dan
2. jasa perawatan dan perbaikan pesawat udara
jasa perawatan dan perbaikan kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara SaranaPerkeretaapian
Umum
Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean terkait alat angkutan tertentu yang
atas pemanfaatannya tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean terkait alat angkutan tertentu
yang atas pemanfaatannya tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
meliputi jasa persewaan pesawat udara yang dimanfaatkan oleh badan
usaha angkutan udara niaga nasional.
BKP/JKP TERTENTU
DIBEBASKAN PPN
Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah rumah yang
perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau
melalui pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan:
1. luas bangunan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);
2. harga jual tidak melebihi:
3. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.
4. luas tanah tidak kurang dari 60 m2 (enam puluh meter persegi)
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok
Boro, Asrama Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya
• Rumah Susun Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu dengan unit
hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas
kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan:
a) Harga Rumah Susun :
a) luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2 (dua puluh satu meter persegi);
b) pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun; dan
c) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.
• Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak
bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau koperasi karyawan yang diperuntukkan
bagi para buruh tidak tetap atau para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah dengan biaya sewa yang disepakati,
yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh.
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok
Boro, Asrama Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya
a. Senjata, amunisi, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang
diimpor oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata dan
amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI
b. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
c. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
d. Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuk suku cadang; Memerlukan SKB PPN dari
Ditjen Pajak
e. Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
f. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak; Tidak Memerlukan SKB PPN
g. Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
h. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikanan Tidak Memerlukan SKB PPN
Impor Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan
Dari Pengenaan PPN (1)
i. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan Tidak Memerlukan SKB PPN
j. pakan ikan Tidak Memerlukan SKB PPN
k. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan
pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian ikan Tidak
Memerlukan SKB PPN
l. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak
batangan Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang
Dibebaskan Dari Pengenaan PPN (1)
a. Senjata, amunisi, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang
diimpor oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata dan
amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI
b. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
c. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
d. Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuk suku cadang; Memerlukan SKB PPN dari
Ditjen Pajak
e. Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
f. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak; Tidak Memerlukan SKB PPN
g. Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
h. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikanan Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang
Dibebaskan Dari Pengenaan PPN (1)
i. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan Tidak Memerlukan SKB PPN
j. pakan ikan Tidak Memerlukan SKB PPN
k. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan
pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian ikan Tidak
Memerlukan SKB PPN
l. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak
batangan Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang
Dibebaskan Dari Pengenaan PPN (2)
j. Unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik yang perolehannya dibiayai melalui kredit atau
pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• luas untuk setiap hunian paling sedikit 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan tidak
melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);
• pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
• merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat
tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang rumah susun; dan
• batasan terkait harga jual unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik dan penghasilan
bagi orang pribadi yang memperoleh unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik
ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
k. listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) Voltase
Amper; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
Penyerahan Jasa Kena PajakTertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan
Dari Pengenaan PPN (2)
a. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan untuk Rumah
sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama
mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang batasannya ditetapkan oleh
Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana
Wilayah dan pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah
b. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat
sederhana
c. Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan dalam
rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk
mendukung pertahanan nasional
Mekanisme Pajak Masukan
268/PMK.03/2015 Pasal 2
DASAR PERTIMBANGAN
PENGENAAN PPn BM
Penjelasan Ps. 5 (1)
Karakteristik PPnBM
Pabrikan
Ps. 5 (1)
PPn BM
DIKENAKAN ATAS
PENYERAHAN BKP YANG IMPOR BKP YANG
TERGOLONG MEWAH TERGOLONG MEWAH
OLEH PENGUSAHA YANG
MENGHASILKAN BKP
YANG TERGOLONG MEWAH
PPn BM DIKENAKAN HANYA SATU KALI PADA WAKTU PENYERAHAN BKP YANG
TRGOLONG MEWAH OLEH PKP YANG MENGHASILKAN BARANG MEWAH ATAU
PADA WAKTU IMPOR Ps. 5 (2)
112
Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah
Pasal 8 ayat 1
Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah
Dengan PP ditetapkan kelompok BKP Yang Macam dan jenis BKP Yang Tergolong Mewah
Tergolong Mewah yang dikenakan PPnBM ditetapkan dengan PMK
PPnBM dikenakan
atas
Impor Kendaraan CBU berupa Penyerahan kendaraan hasil Penyerahan kendaraan bermotor
Kendaraan pengangkutan orang perakitan/produksi di dalam Daerah berupa Kendaraan pengangkutan
sampai dengan 15 (lima belas) Pabean berupa Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima
orang termasuk pengemudi, orang sampai dengan 15 (lima belas) belas) orang termasuk pengemudi
kendaraan Double Cabin, orang termasuk pengemudi, kendaraan dan kendaraan Double Cabin hasil
Kendaraan khusus, kendaraan Double Cabin, kendaraan khusus, pengubahan dari Kendaraan sasis
bermotor beroda 2 (dua) kendaraan bermotor beroda 2 (dua) atau Kendaraan pengangkutan
dengan kapasitas silinder lebih dengan kapasitas silinder lebih barang.
dari 250 CC. dari 250 CC.
JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK DIKENAKAN PPnBM
DALAM DALAM
BENTUK CKD BENTUK
SASIS
UNTUK BERODA DUA UTK
ANGKUTAN Dg. KAPASITAS PENGANGKUTAN
BARANG ISI SILINDER > 16 ORANG
250 CC
JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIBEBASKAN DARI PPnBM
DIBEBASKAN DARI
PENGENAAN PPnBM
YG. DIGUNAKAN
UTK KENDARAAN : YG. DIGUNAKAN
• AMBULAN ; UTK KEPERLUAN
• JENASAH ; PATROLI TNI/POLRI
• PEMADAM
KEBAKARAN ;
• TAHANAN ;
• ANGKUTAN KBM Angkutan Orang Untuk 10 Orang atau Lebih
YG. DIGUNAKAN
UMUM TERMASUK Pengemudi dengan motor bakar cetus
UNTUK
api atau nyala kompresi (Diesel/Semi Diesel) Dg.
TUJUAN PROTOKOLER
Semua Kapasitas isi Silinder yg. digunakan utk
KENEGARAAN
Kend. Dinas TNI/POLRI.
Pembebasan PPnBM
5 Tahun
DIPINDAHTANGANKAN/
DIUBAH PERUNTUKANNYA PPnBM wajib dibayar kembali
Jika Tidak
1 Bulan Dibayar
TERBIT SKPKB
Penghitungan PPnBM
IMPOR:
DPP utk. HJ
DPP utk. HJ
Berlaku untuk KBM TMSK PPnBM yg Dikenakan
TIDAK TMSK
Impor CBU Atas Peny. Dr.Pabrikan/atas Impor
PPN & PPnBM KBM mewah
PMK - 86/PMK.010/2019
Jenis BKP Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor
Contoh mekanisme pemungutan PPN dan PPn BM Untuk kendaraan impor dalam
keadaan CBU:
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih
besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya
Ayat (4)
Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku
Ayat (4a)
kecuali
a. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. PKP yang melakukan penyerahan BKPdan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN;
c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak dipungut;
d. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
e. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor JKP, dan/atau
f. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)
Ayat (4b)
Pengembalian PPN
Pasal 9 UU PPN jo PMK-39/PMK.03/2018 sttd PMK -117/PMK.03/2019
Pengembalian kelebihan PM kepada PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (4b) huruf a
sampai dengan huruf e, yang mempunyai kriteria sebagai PKP berisiko rendah, dilakukan
dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17C ayat (1) UU 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya
Ayat (4c)
a. Pengusaha Kena Pajak merupakan Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria
diatas, selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f yaitu
Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai lebih
bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah);
b. Pengusaha Kena Pajak telah menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai selama
12 (dua belas) bulan terakhir;
c. Pengusaha Kena Pajak tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; dan
d. Pengusaha Kena Pajak tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
e. perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
PKP dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah PKP yang memenuhi
ketentuan :
Telah ditetapkan sebagai PKP WP Kriteria Tertentu (Pasal 17C WP Persyaratan Tertentu (Pasal
berisiko rendah UU KUP) 17D UU KUP)
Pasal 9 UU PPN jo PMK-39/PMK.03/2018 stdd
PMK-117/PMK.03/2019 PMK-39/PMK.03/2018 stdd PMK-
117/PMK.03/2019
dan melakukan kegiatan:
Pengembalian
Kenaikan Psl 17C (5)
Pendahuluan
1 bulan SKPPKP 100% atau 17D (5)
PKP juga (Psl 17C/17D UU
SKPKB UU KUP
Restitusi akhir tahun buku, berstatus WP KUP)
selain PKP: Patuh (17C) atau
1. Eksportir WP Kecil (17D)
Pemeriksaan Kenaikan
2. Penyerahan kpd Pemungut Psl 15 (2) UU
(Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
PM > PK KOMPENSASI 3. Penyerahan yg PPN-nya Tidak KUP
KUP) SKPKBT
Dipungut
(Psl 9 ayat (4)) 4. Ekspor JKP/ BKP Tidak
Berwujud PKP tidak
5. Belum berproduksi Pemeriksaan Kenaikan
berstatus WP Psl 15 (2) UU
(Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
(Psl 9 ayat (4a)) Patuh (17C) atau KUP
KUP) SKPKBT
WP Kecil (17D)
PKP tidak
Pengembalian Bunga 2%
berstatus WP Psl 9 (4f) UU
Pendahuluan 1 bulan SKPPKP perbulan
Patuh (17C) atau PPN
(Psl 17C UU KUP) max 24 bulan
WP Kecil (17D)
Resiko
Rendah
PKP juga
Restitusi setiap Masa Pajak, Pengembalian Bunga 2%
berstatus WP Psl 9 (4f) UU
oleh PKP: Pendahuluan 1 bulan SKPPKP perbulan
Patuh (17C) atau PPN
(Psl 17C UU KUP) max 24 bulan
1. Eksportir WP Kecil (17D)
2. Penyerahan kpd
Pemungut
3. Penyerahan yg PPN-nya PKP tidak
Tidak Dipungut Pemeriksaan Kenaikan
berstatus WP Psl 15 (2) UU
4. Ekspor JKP/ BKP Tidak (Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
Patuh (17C) atau KUP
Berwujud KUP) SKPKBT
WP Kecil (17D)
Non Resiko
5. Belum berproduksi Pengembalian
Rendah Kenaikan Psl 17C (5)
Pendahuluan
1 bulan SKPPKP 100% atau 17D (5)
(Psl 9 ayat (4b)) PKP juga (Psl 17C/17D UU
SKPKB UU KUP
berstatus WP KUP)
Patuh (17C) atau
WP Kecil (17D)
Pemeriksaan Kenaikan
Psl 15 (2) UU
(Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
KUP
KUP) SKPKBT
Restitusi Turis Asing
Dasar Hukum
NEGARA
PPN
Harga + PPN
152
Skema Pasal 16A UU PPN (Pemungut PPN)
NEGARA
PPN
153
DALAM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN BKP DAN/ATAU JKP KEPADA
PEMUNGUT PPN MAKA :
Pemungut PPN
wajib
memungut
menyetorkan
melaporkan PPN yang dipungut
OBJEK PEMUNGUTAN
kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1 juta, dan tidak merupakan jumlah yang
terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut /
dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan
Mekanisme pemungutan
PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat
oleh Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi
“02”)
0 2 0.000.0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Tahun Penerbitan
Kode Transaksi Nomor Urut
Kode Status
Nomor Seri FP
PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN)
Mekanisme pemungutan
Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran
Penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN dilaporkan oleh PKP Rekanan dalam
SPT Masa PPN pada masa sesuai dengan tanggal Faktur Pajak
160
Penunjukan Kembali KPS Sebagai Pemungut PPN
Permasalahan krn tiap kontrak KPS Migas menyebutkan kewajiban bagi KPS Migas
untuk memungut PPN terutang
PMK-11/PMK.03/2005
Berlaku sejak 1 Februari 2005
PMK-73/PMK.03/2010
Berlaku sejak 1 Februari 2012
1. kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
2. kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber
daya panas bumi, yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya.
161
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI)
Obyek Pemungutan
0 3 0.000.0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status
Nomor Seri FP
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh KKS Migas dan Panas Bumi adalah :
• PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan
• PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
(dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM).
Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM,
maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak.
KKS Migas dan Panas Bumi yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap
"Disetor Tanggal ......" dan menandatanganinya pada Faktur Pajak.
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Penyetoran :
Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan
SSP dilakukan oleh KKS Migas dan Panas Bumi sebagai penyetor atas nama Rekanan.
165
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Pelaporan :
Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa
PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1107 PUT)
166
BUMN
Penunjukan Badan Usaha Milik Negara
sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Pemungut PPN
169
Penunjukan Kembali BUMN Sebagai Pemungut PPN
PMK Nomor 85 /PMK.03/2012 sdtd PMK
136/PMK. 03/2012
Berlaku sejak 1 Juli 2012
BUMN Ditunjuk
Sebagai Pemungut PPN
1. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan.
2. BUMN terdiri dari:
a. Persero (minimal 51% sahamnya dimiliki Pemerintah); dan
b. Perum (seluruh modalnya dimiliki Pemerintah).
(Pasal 9 UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN)
170
Daftar BUMN Seluruhnya sebanyak 115 Perusahaan
http://bumn.go.id/halaman/situs/
171
PMK-85/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10juta, dan tidak merupakan jumlah
yang terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut /
dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN
PMK-85/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
mekanisme pemungutan
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP
kepada BUMN. FP dibuat saat :
Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP
Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP
Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”)
0 3 0.000.0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status
Nomor Seri FP
PMK-85/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
mekanisme pemungutan
Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh BUMN adalah :
• PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan
• PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
(dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM).
Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM,
maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak.
BUMN yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap "Disetor Tanggal ......" dan
menandatanganinya pada Faktur Pajak.
PMK-85/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
mekanisme pemungutan
Penyetoran :
Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan
SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama Rekanan.
PMK-85/2012 sdtd PMK 136/PMK. 03/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
mekanisme pemungutan
Pelaporan :
Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa
PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1107 PUT)
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1107 PUT) wajib
dilampiri dengan daftar nominatif Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak
PMK-85/2012 sdtd PMK 136/PMK. 03/2012
PMK 37/PMK.03/2015
Berlaku sejak 1 April 2015
kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10juta, dan tidak merupakan jumlah
yang terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut /
dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA TERTENTU)
mekanisme pemungutan
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP
kepada BUMN. FP dibuat saat :
Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP
Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP
Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”)
0 3 0.000.0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status
Nomor Seri FP
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA TERTENTU)
mekanisme pemungutan
Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh BUMN adalah :
• PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan
• PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
(dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM).
Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM,
maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak.
BUMN yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap "Disetor Tanggal ......" dan
menandatanganinya pada Faktur Pajak.
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA TERTENTU)
mekanisme pemungutan
Penyetoran :
Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan
SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama Rekanan.
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA TERTENTU)
mekanisme pemungutan
Pelaporan :
Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa
PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1107 PUT)
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1107 PUT) wajib
dilampiri dengan daftar nominatif Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak
LOGO
LOGO
Anwar Hidayat