Anda di halaman 1dari 5

PENGADILAN AGAMA BERBASIS KEADILAN DAN

KESETARAAN GENDER DI INDONESIA

Fauzan Arrasyid1 dan JM Muslimin

I. ABSTRAK
dan kekerasan karena konstruksi gender yang
hidup dalam masyarakat dan mempengaruhi
Penelitian ini menganalisis sumber pertimbangan hakim. Kedua berkaitan dengan
masalah dari ketidakadilan gender yang terjadi bagaimana Mahkamah Agung memaknai
di lingkungan Pengadilan Agama di Indonesia. kekerasan, ternyata ditemukan adanya
Dimulai dengan menganalisis regulasi yang pemahaman legal positivistic yang sangat kuat
digunakan, pelayanan publik, sensitifitas sehingga menafikan pengalaman perempuan,
gender para hakim dan pegawai, kemudahan disini terlihat Mahkamah Agung menjadi
akses dalam mendapatkan keadilan hukum, manifestasi dari kultur patriarki masyarakat.
dan sarana prasarana pendukung yang Terakhir adalah gugurnya dikotomi antara
dimiliki pengadilan. Faktanya, keseluruhan ruang pidana dan ruang perdata karena
aspek tersebut saling terintegrasi dan kekerasan terhadap perempuan muncul dalam
seringkali menciptakan iklim negatif yang kasus perdata.

merugikan perempuan. Sumber dari Kajian seperti yang dilakukan peneliti


ketidakadilan gender yang terjadi tidak dapat diatas tentu dapat dijadikan sumber kajian
dilihat terpisah, semua aspek saling terhubung pertimbangan dan juga sebagai bentuk
dan untuk menemukan solusi harus dilakukan dukungan bagi Mahkamah Agung dalam
analisis secara integral dan serius.
menciptakan ekosistem Pengadilan Agama
berbasis kesetaraan dan keadilan gender.
II. PENDAHULUAN
Ekosistem yang dimaksud adalah 5 (lima)
aspek yang terdapat di lingkungan pengadilan
Bias jender merongrong tatanan sosial yaitu regulasi yang digunakan, pelayanan
dan merendahkan kita semua. Ini bukan hanya publik, sensitivitas gender hakim dan pegawai,
masalah hak asasi manusia; itu adalah akses terhadap keadilan, dan sarana
pemborosan luar biasa dari potensi manusia prasarana. Kelima aspek tersebut memiliki
dunia. Dengan mengingkari hak-hak peran penting dalam menghadirkan keadilan,
perempuan yang setara, kita menyangkal juga sebaliknya memilki peran dalam
separuh populasi untuk sebuah kesempatan memunculkan ketidakadilan gender di
dalam menjalani hidup secara maksimal. lingkungan pengadilan.

Keadilan, politik, ekonomi dan persamaan


sosial bagi perempuan akan menguntungkan III. KAJIAN TERDAHULU

semua warga negara Indonesia. [1].

Untuk memastikan terciptanya Beberapa tahun belakangan, kajian


kesetaraan gender di wilayah hukum, terkait keadilan gender dalam lingkungan
Mahkamah Agung mengeluarkan PERMA pengadilan sangat banyak dilakukan. Seperti
Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman yang dilakukan Sulistyowati Irianto & Antonius
Mengadili Perkara Perempuan Berhadapan Cahyadi [2] yang menemukan tidak adanya
dengan Hukum. Peraturan ini diterbitkan pada kepekaan akan rasa keadilan perempuan di
saat kelompok akademisi dan aktivis Hak ruang sidang, kuatnya pandangan Legal
Asasi Manusia ramai mengkritisi pengadilan di Positivistic para hakim yang memperlihatkan
Indonesia yang dinilai sangat bias gender persoalan prosedural formal jauh lebih
dimana budaya patriarki mendominasi dan diutamakan dari pada rasa keadilan, dan
keadilan gender menjadi sangat sulit tercipta.
penundaan sidang yang sering terjadi akibat
Setidaknya ada tiga temuan dari dari lemahnya pengelolaan administrasi badan
penelitian yang dilakukan Sulistyowati Irianto peradilan.

dkk di lingkungan Pengadilan Agama. Pertama Penelitian selanjutnya dilakukan oleh


adanya tiga bentuk kekerasan yang terjadi Arskal Salim, Euis Nurlaelawati, Lies Marcoes
yaitu kekerasan fisik, kekerasan yang dialami Natsir dan Wahdi Sayuti [3] dalam penelitian
perempuan dalam kepemilikan harta benda, tersebut terlihat penolakan Hakim terhadap isu

1 Calon Hakim di Pengadilan Agama Tarutung dan sedang mengikuti Program Pendidikan Calon Hakim
(PPC) di Pengadilan Agama Tigaraksa. Makalah sudah disampaikan pada kegiatan The 1st International
Colloqium on Interdiciplinary Islamic Studies (ICIIS) Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
9-10 Oktober 2018
1
gender akibat cara pandang (paradigma) lama 4 Akses terhadap Keadilan
dan mempertanyakan relevansi dan
signifikansinya walau terdapat beberapa 5 Sarana dan Prasarana
hakim yang sangat terbuka dan menerima isu
gender. Hal ini disebabkan tatanan sistem Source: Processed by the author
sosial yang lebih mengutamakan peran dan
kedudukan lelaki yang akhirnya dinamika A. Peraturan Perundang-undangan dan
relasi sosial antar laki-laki dan perempuan ini Sensitivitas Gender Para Hakim

membuahkan sejumlah ketimpangan dalam Achie Sudiarti Luhulima [7]


putusan yang dihasilkan.
menyimpulkan bahwa hak perempuan dijamin
Dalam penelitian ini, penulis fokus dalam UUD 1945 hasil amandemen. Adalah
pada analisis kritis terhadap lima ekosistem kewajiban dan akuntabilitas negara (bidang
peradilan yang menjadi sumber kekerasan eksekutif, yudikatif, legislatif, dan masyarakat)
terhadap wanita.
untuk melindungi dan menegakkan hak
perempuan, melalui perundang-undangan,
IV. METODOLOGI PENELITIAN
kebijakan dan semua langkah - tindak yang
diperlukan. UUD 1945 menjadi nilai dasar
Penelitian ini merupakan penelitian pembentukan peraturan perundang-undangan
yuridis yang bersifat kualitatif [4] bersifat dibawahnya, termasuk diantaranya UU No. 1
deskriptif analitis, yaitu dimana peneliti akan Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Inpres
mendeskripsikan serta menganalisa dari data- No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
data serta literatur lainnya yang berkaitan Islam (KHI). Kedua peraturan ini menjadi
dengan penelitian ini. Dalam melakukan re g u l a s i y a n g d o m i n a n d i g u n a k a n d i
analisis, penulis menggunakan dua Pengadilan Agama dan dinilai sudah
pendekatan. Pertama, dengan pendekatan membuka semangat perlindungan terhadap
yuridis normatif, mencakup penelitian perempuan meskipun belum totalitas.

terhadap asas-asas hukum, sistematika Di tahun 2003, Nadjematul Faizah


hukum, taraf sinkronisasi hukum, sejarah melakukan penelitian terkait implikasi
hukum, dan penelitian perbandingan hukum. penggunaan kedua peraturan ini dalam
pertimbangan hukum para hakim pada saat
Kedua, dengan pendekatan berspektif
memutus perkara perkawinan. Hasilnya,
perempuan, yaitu alat untuk mengintegrasikan Faizah berkesimpulan bahwa peraturan
perspektif kesetaraan gender dalam perundang-undangan yang berpihak pada
pembentukan hukum sesuai dengan perempuan dan pertimbangan hakim juga
hierarkinya [5]. Penelitian yang berspektif berpihak pada perempuan menghasilkan
perempuan atau penelitian yang berorientasi putusan hakim yang berkeadilan gender.
gender adalah penelitian yang dianggap dapat Selain itu, ada peraturan yang tidak berpihak
membantu proses penguatan diri kaum pada perempuan, tetapi pertimbangan hukum
perempuan [6].
berpihak pada perempuan sehingga
putusannya berkeadilan gender. Kemudian,
ada juga peraturan perundang-undangan yang
V. PEMBAHASAN
berpihak pada perempuan, namun
pertimbangan hukum hakim tidak berpihak,
Dalam proses menciptakan hukum maka putusan hakim tidak berkeadilan gender.
yang berspektif kesetaraan dan keadilan di Dalam penelitian ini juga mengungkap
Pengadilan Agama, penulis melihat 5 (lima) peristiwa pidana (yaitu kekerasan fisik, psikis,
aspek penting yang sangat menentukan ekonomi, dan seksual) didiamkan dalam
pembentukan ekosistem Pengadilan Agama perkara perdata [8].

berbasis kesetaraan dan keadilan gender. Dari penelitian ini dapat kita lihat,
Aspek tersebut adalah:
walaupun regulasi yang ada sudah membuka
semangat perlindungan terhadap perempuan,
No Basis Aspek namun perspektif yang digunakan pada saat
menafsirkan peraturan tersebut masih bias
1 Peraturan Perundang-undangan gender, kondisi seperti ini akan tetap
menghasilkan ketidakadilan gender. Sehingga
2 Pelayanan Masyarakat diperlukan asas baru paradigma kesetaraan
gender yang seragam bagi para hakim
3 Sensitivitas Gender Para Hakim dan sehingga pada saat menggunakan regulasi
Pegawai Pengadilan dalam mempertimbangkan suatu sengketa
hukum, menghasilkan keputusan yang

2
berpihak pada keadilan yang setara. Penulis setiap konsensus dalam regulasi yang ada
menilai, hal ini juga menjadi alasan utama menjadi hukum yang aktif dalam aktivitas
diterbitkannya PERMA Nomor 3 Tahun 2017 harian.

tentang Pedoman Mengadili Perkara


Perempuan Berhadapan dengan Hukum.
B. Pelayanan Publik, Sarana, Prasarana, dan
Terhitung sudah satu tahun sejak Akses terhadap Keadilan.

diterbitkan, peraturan ini digunakan di World Justice Project menerbitkan


keempat lingkungan peradilan (Pengadilan Indeks Negara Hukum periode tahun
Negeri, Pengadilan Agama, Pengadilan Tata 2017/2018 yang menempatkan Indonesia
Usaha Negara, Pengadilan Militer) dibawah pada peringkat ke 63 dari 113 negara atau
Mahkamah Agung. Peraturan ini mengatur mengalami penurunan sebanyak dua
asas, proses pemeriksaan, dan paradigma peringkat dari tahun sebelumnya [12]. Ketua
kesetaraan gender bagi para hakim. Asas Mahkamah Agung Prof. Hatta Ali menjelaskan
dalam beracara yang harus dijadikan bahwa penyebabnya karena adanya
pedoman yaitu a) Penghargaan atas harkat penurunan dalam indeks korupsi di lembaga
dan martabat manusia, b) Non diskriminasi, c) peradilan yang pada tahun 2016 mendapatkan
Kesetaraan Gender [9], d) Persamaan di depan nilai 0,32 menurun menjadi 0,27 pada periode
hukum, e) Keadilan, f) Kemanfaatan, dan g) 2017-2018 atau menjauh dari nilai sempurna 1
Kepastian hukum. Untuk menjawab kritik para sebagai nilai terkuat dalam kepatuhan
ahli terhadap pemahaman legal positivistic terhadap hukum.

yang sangat kuat, dalam Pasal 8 ayat (2) juga Hemat penulis, praktik korupsi ini
mendorong para Hakim untuk terjadi karena mudahnya interaksi langsung
memberitahukan kepada perempuan tentang antara penyedia dan penerima layanan publik.
hak-haknya dalam suatu perkara. Ketentuan Sehingga pemanfaatan teknologi informasi,
ini sedikit bias dengan paradigma umum merupakan salah satu solusi untuk menutup
hukum acara yang diyakini para Hakim celah tersebut.

tentang asas Hakim bersifat pasif [10]. Kini Mahkamah Agung telah
Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah membangun aplikasi untuk mencapai tujuan
sudah sejauh mana pemahaman stakeholder tersebut diantaranya Sistem Informasi
terhadap peraturan ini?
Penelusuran Perkara (SIPP), Sistem Informasi
Untuk menjawabnya, penulis Administrasi Perkara (SIAP) Mahkamah
melakukan wawancara singkat kepada hakim, Agung, Direktori Putusan, e-tilang, Sistem
pegawai pengadilan, dan calon hakim yang Informasi Pengawasan Mahkamah Agung RI
sedang mengikuti Program Pendidikan Calon (SIWAS MARI), dan yang terakhir adalah
Hakim (PPC) [11]. Hasilnya sangat layanan pembayaran biaya perkara e-Court
mengkhawatirkan, sebagian kecil narasumber System. Seluruh layanan ini disediakan untuk
yang ditanyai menjawab hanya pernah mempermudah masyarakat pencari keadilan
mendengar informasi saja tentang peraturan sebagai pengguna aplikasi.

ini. Sebagian besar sama sekali tidak tahu Karena layanan ini juga dibuat untuk
dan belum pernah membacanya, dan sangat masyarakat, maka perlu dievaluasi terkait
sedikit sekali yang mengetahui peraturan ini desain aplikasi website dari aspek User
secara komprehensif.
Interface (UI) dan User Experience (UX),
Kondisi ini tentu harus menjadi khususnya untuk layanan SIPP. Desain web
perhatian bersama. Banyak sekali peraturan pada SIPP belum memiliki desain yang sesuai
yang diterbitkan namun dalam prakteknya dengan kebutuhan pengguna sehingga ketika
tidak terlaksana. Keadaan ini membuat menggunakan aplikasi tersebut pengguna
sumber masalah menjadi semakin besar dan masih merasa kesulitan karena banyaknya
tidak terselesaikan. Kealpaan terhadap cita- informasi yang ditampilkan dalam satu layar.
cita negara yang terkodifikasi ke dalam Sedangkan untuk SIWAS MARI, sosialisasi
kumpulan peraturan perundang-undangan dan edukasi penggunaannya terhadap
menjadi salah satu penyebab hilangnya masyarakat masih sangat kecil sehingga
sensitivitas gender setiap warga negara. Jika partisipasi masyarakat sangat sedikit.

tidak segera dicarikan formulasi solusinya, Disamping itu Program Pelayanan


semangat menciptakan sistem hukum yang Terpadu Satu Pintu (PTSP) juga merupakan
berspektif kesetaraan dan keagilan gender optimalisasi terhadap layanan administrasi
hanya akan menjadi semu, bias gender akan peradilan yang diharapkan meminimalisir
terus terjadi. Untuk itu, dibutuhkan suatu terjadinya penyimpangan baik dalam bentuk
skema sosialisasi, advokasi, dan edukasi mal administrasi maupun perilaku-perilaku
peraturan perundang-undangan secara massif yang berpotensi mengarah ke perbuatan
lewat media cetak dan/atau online. Sehingga tercela secara etika dan hukum. PTSP
3
diharapkan dapat menjadi transformasi dalam sudah dijelaskan harus terhubung menjadi
pelayanan sektor publik, memangkas mata satu kesatuan dan dilakukan secara massif.
rantai birokrasi, dan menjadi kontribusi Penguatan Pengetahuan hukum tentang
pengadilan dalam mendorong kemudahan instrumen hukum yang menjamin keadilan
berusaha bagi para pencari keadilan.
bagi perempuan akan melahirkan pelaksana
Di lingkungan Pengadilan Agama, pengadilan yang memiliki perspektif gender.

Ditjen Badilag melakukan standarisasi


sekaligus meningkatkan kinerja dan pelayanan VII. REFERENSI

pengadilan melalui program Sertifikasi


Akreditasi Penjaminan Mutu (SAPM). Ruang (1) The Global Goals for Sustanable
lingkup penilaian dilakukan terhadap beberapa Development (SDGs) pada https://
aspek diantaranya Administrasi Manajemen, www.globalgoals.org/5-gender-equality
Administrasi Kesekretariatan, Administrasi diakses pada 27 September 2018 Pukul
Kepaniteraan, Sarana dan Prasarana, dan 08.40 AM

Program Prioritas.
(2) Sulistyowati Irianto & Antonius Cahyadi,
Seluruh program yang sudah Runtuhnya Sekat Perdata dan Pidana Studi
dijelaskan diatas merupakan wujud nyata Peradilan Kasus Kekerasan terhadap
keseriusan Mahkamah Agung, dengan Perempuan, (Jakarta: Pusat Kajian Wanita
keempat lingkungan pengadilan dibawahnya dan Jender Universitas Indonesia dan
dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan Yayasan Obor Indonesia, 2008).

lewat sarana prasarana, pelayanan publik, dan (3) Arskal Salim, dkk. Demi Keadilan dan
kemudahan akses terhadap keadilan sebagai Kesetaraan Dokumentasi Program
bentuk akuntabilitas pengadilan.
Sensitivitas Jender Hakim Agama di
Disamping keseriusan Mahkamah Indonesia, (Jakarta: PUSKUMHAM, 2009)

Agung dalam memperkuat lembaganya, masih (4) Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
tetap saja terjadi pelayanan pengadilan yang Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
bias gender. Pengetahuan hukum yang lemah 2012), hal. 13.

tentang instrumen hukum yang menjamin (5) Parameter Kesetaraan gender dalam
keadilan bagi perempuan akan melahirkan Pembentukan Peraturan Perundang-
pelaksana pengadilan yang tidak memiliki undangan diterbitkan oleh Kementrian
perspektif gender [13].
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementrian
Selain itu, dibutuhkan juga ruang Pemberdayaan Perempuan dan
pengadilan yang bersahabat dengan keluarga Perlindungan Anak, dan Kementrian Dalam
seperti penataan ruang yang nyaman, Negeri Republik Indonesia.

penghargaan terhadap privasi keluarga, serta (6) Siti Hidayati Amal, Penelitian yang
kebutuhan lain seperti tempat penitipan anak Berperspektif Perempuan. Dalam T.O. Ihromi
dan ruang laktasi. Walaupun beberapa poin ini (Ed.) Kajian Wanita dalam Pembangunan,
sudah menjadi fokus utama pengadilan dalam (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995),
SAPM, dalam pelaksanaannya masih sering 116

terabaikan. Program SAPM yang dilakukan (7) Achie Sudiarti Luhulima, Hak Perempuan
masih menyisakan beberapa catatan penting. dalam Konstitusi Indonesia dalam
Seperti persiapan dalam proses penilaian yang Sulistyowati Irianto (Ed.), Perempuan &
terkesan terburu-buru dan kurangnya Hukum Menuju Hukum yang Berspektif
pemahaman pelaksana pengadilan terhadap Kesetaraan dan Keadilan, (Jakarta: The
dokumen administrasi. Agar Program SAPM Convention Watch & UI, 2006) p. 83

tidak menjadi sia-sia, dibutuhkan monitoring (8) Nadjematul Faizah, Studi Keadilan Gender
dan evaluasi yang dilakukan internal satuan atas Putusan Hakim bidang Perkawinan
kerja masing-masing pengadilan.
(Disertasi), (Depok: Kajian Wanita Program
Pascasarjana UI, 2003)

VI. KESIMPULAN
(9) Kesetaraan Gender dalam PERMA Nomor 3
Ta h u n 2 0 1 7 a d a l a h k e s a m a a n d a n
Untuk mengembangkan Pengadilan keseimbangan kondisi antara laki-laki dan
Agama berbasis kesetaraan dan keadilan perempuan untuk memperoleh kesempatan
gender di Indonesia dibutuhkan perbaikan dan hak-haknya sebagai manusia agar
dalam 5 (lima) Ekosistem Pengadilan, yaitu: mampu berperan dan berpartisipasi di
regulasi yang digunakan, pelayanan publik, berbagai bidang.

sensitivitas gender hakim dan pegawai, akses (10) Sunarto, Prinsip Hakim Aktif Dalam Perkara
terhadap keadilan, dan sarana prasarana. Perdata (Disertasi), Jurnal Hukum dan
Program perbaikan jangan lagi dilakukan Peradilan Vol 5, No.2, Mahkamah Agung RI,
secara terpisah, kelima aspek ekosistem yang Jakarta, Juli 2016, hlm. 249.

4
(11) Wawancara kepada hakim dan pegawai
pengadilan dilakukan di lingkungan
Pengadilan Agama di wilayah Pengadilan
Tinggi Agama Medan, Sumatera Utara.
Sedangkan narasumber dari calon hakim
dilakukan di pusat pendidikan konstitusi dan
pancasila Mahkamah Konstitusi.

(12) https://badilag.mahkamahagung.go.id/
seputar-ditjen-badilag/seputar-ditjen-
badilag/ketua-ma-akreditasi-dan-ptsp-
upaya-pembenahan-peradilan diakses pada
27 September 2018 pukul 12:19 PM

(13) Sulistyowati Irianto & Antonius Cahyadi,


Runtuhnya Sekat Perdata dan Pidana Studi
Peradilan Kasus Kekerasan terhadap
Perempuan, (Jakarta: Pusat Kajian Wanita &
Jender Universitas Indonesia, 2008). p. 328

Anda mungkin juga menyukai