I. ABSTRAK
dan kekerasan karena konstruksi gender yang
hidup dalam masyarakat dan mempengaruhi
Penelitian ini menganalisis sumber pertimbangan hakim. Kedua berkaitan dengan
masalah dari ketidakadilan gender yang terjadi bagaimana Mahkamah Agung memaknai
di lingkungan Pengadilan Agama di Indonesia. kekerasan, ternyata ditemukan adanya
Dimulai dengan menganalisis regulasi yang pemahaman legal positivistic yang sangat kuat
digunakan, pelayanan publik, sensitifitas sehingga menafikan pengalaman perempuan,
gender para hakim dan pegawai, kemudahan disini terlihat Mahkamah Agung menjadi
akses dalam mendapatkan keadilan hukum, manifestasi dari kultur patriarki masyarakat.
dan sarana prasarana pendukung yang Terakhir adalah gugurnya dikotomi antara
dimiliki pengadilan. Faktanya, keseluruhan ruang pidana dan ruang perdata karena
aspek tersebut saling terintegrasi dan kekerasan terhadap perempuan muncul dalam
seringkali menciptakan iklim negatif yang kasus perdata.
1 Calon Hakim di Pengadilan Agama Tarutung dan sedang mengikuti Program Pendidikan Calon Hakim
(PPC) di Pengadilan Agama Tigaraksa. Makalah sudah disampaikan pada kegiatan The 1st International
Colloqium on Interdiciplinary Islamic Studies (ICIIS) Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
9-10 Oktober 2018
1
gender akibat cara pandang (paradigma) lama 4 Akses terhadap Keadilan
dan mempertanyakan relevansi dan
signifikansinya walau terdapat beberapa 5 Sarana dan Prasarana
hakim yang sangat terbuka dan menerima isu
gender. Hal ini disebabkan tatanan sistem Source: Processed by the author
sosial yang lebih mengutamakan peran dan
kedudukan lelaki yang akhirnya dinamika A. Peraturan Perundang-undangan dan
relasi sosial antar laki-laki dan perempuan ini Sensitivitas Gender Para Hakim
berbasis kesetaraan dan keadilan gender. Dari penelitian ini dapat kita lihat,
Aspek tersebut adalah:
walaupun regulasi yang ada sudah membuka
semangat perlindungan terhadap perempuan,
No Basis Aspek namun perspektif yang digunakan pada saat
menafsirkan peraturan tersebut masih bias
1 Peraturan Perundang-undangan gender, kondisi seperti ini akan tetap
menghasilkan ketidakadilan gender. Sehingga
2 Pelayanan Masyarakat diperlukan asas baru paradigma kesetaraan
gender yang seragam bagi para hakim
3 Sensitivitas Gender Para Hakim dan sehingga pada saat menggunakan regulasi
Pegawai Pengadilan dalam mempertimbangkan suatu sengketa
hukum, menghasilkan keputusan yang
2
berpihak pada keadilan yang setara. Penulis setiap konsensus dalam regulasi yang ada
menilai, hal ini juga menjadi alasan utama menjadi hukum yang aktif dalam aktivitas
diterbitkannya PERMA Nomor 3 Tahun 2017 harian.
yang sangat kuat, dalam Pasal 8 ayat (2) juga Hemat penulis, praktik korupsi ini
mendorong para Hakim untuk terjadi karena mudahnya interaksi langsung
memberitahukan kepada perempuan tentang antara penyedia dan penerima layanan publik.
hak-haknya dalam suatu perkara. Ketentuan Sehingga pemanfaatan teknologi informasi,
ini sedikit bias dengan paradigma umum merupakan salah satu solusi untuk menutup
hukum acara yang diyakini para Hakim celah tersebut.
tentang asas Hakim bersifat pasif [10]. Kini Mahkamah Agung telah
Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah membangun aplikasi untuk mencapai tujuan
sudah sejauh mana pemahaman stakeholder tersebut diantaranya Sistem Informasi
terhadap peraturan ini?
Penelusuran Perkara (SIPP), Sistem Informasi
Untuk menjawabnya, penulis Administrasi Perkara (SIAP) Mahkamah
melakukan wawancara singkat kepada hakim, Agung, Direktori Putusan, e-tilang, Sistem
pegawai pengadilan, dan calon hakim yang Informasi Pengawasan Mahkamah Agung RI
sedang mengikuti Program Pendidikan Calon (SIWAS MARI), dan yang terakhir adalah
Hakim (PPC) [11]. Hasilnya sangat layanan pembayaran biaya perkara e-Court
mengkhawatirkan, sebagian kecil narasumber System. Seluruh layanan ini disediakan untuk
yang ditanyai menjawab hanya pernah mempermudah masyarakat pencari keadilan
mendengar informasi saja tentang peraturan sebagai pengguna aplikasi.
ini. Sebagian besar sama sekali tidak tahu Karena layanan ini juga dibuat untuk
dan belum pernah membacanya, dan sangat masyarakat, maka perlu dievaluasi terkait
sedikit sekali yang mengetahui peraturan ini desain aplikasi website dari aspek User
secara komprehensif.
Interface (UI) dan User Experience (UX),
Kondisi ini tentu harus menjadi khususnya untuk layanan SIPP. Desain web
perhatian bersama. Banyak sekali peraturan pada SIPP belum memiliki desain yang sesuai
yang diterbitkan namun dalam prakteknya dengan kebutuhan pengguna sehingga ketika
tidak terlaksana. Keadaan ini membuat menggunakan aplikasi tersebut pengguna
sumber masalah menjadi semakin besar dan masih merasa kesulitan karena banyaknya
tidak terselesaikan. Kealpaan terhadap cita- informasi yang ditampilkan dalam satu layar.
cita negara yang terkodifikasi ke dalam Sedangkan untuk SIWAS MARI, sosialisasi
kumpulan peraturan perundang-undangan dan edukasi penggunaannya terhadap
menjadi salah satu penyebab hilangnya masyarakat masih sangat kecil sehingga
sensitivitas gender setiap warga negara. Jika partisipasi masyarakat sangat sedikit.
Program Prioritas.
(2) Sulistyowati Irianto & Antonius Cahyadi,
Seluruh program yang sudah Runtuhnya Sekat Perdata dan Pidana Studi
dijelaskan diatas merupakan wujud nyata Peradilan Kasus Kekerasan terhadap
keseriusan Mahkamah Agung, dengan Perempuan, (Jakarta: Pusat Kajian Wanita
keempat lingkungan pengadilan dibawahnya dan Jender Universitas Indonesia dan
dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan Yayasan Obor Indonesia, 2008).
lewat sarana prasarana, pelayanan publik, dan (3) Arskal Salim, dkk. Demi Keadilan dan
kemudahan akses terhadap keadilan sebagai Kesetaraan Dokumentasi Program
bentuk akuntabilitas pengadilan.
Sensitivitas Jender Hakim Agama di
Disamping keseriusan Mahkamah Indonesia, (Jakarta: PUSKUMHAM, 2009)
Agung dalam memperkuat lembaganya, masih (4) Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
tetap saja terjadi pelayanan pengadilan yang Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
bias gender. Pengetahuan hukum yang lemah 2012), hal. 13.
tentang instrumen hukum yang menjamin (5) Parameter Kesetaraan gender dalam
keadilan bagi perempuan akan melahirkan Pembentukan Peraturan Perundang-
pelaksana pengadilan yang tidak memiliki undangan diterbitkan oleh Kementrian
perspektif gender [13].
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementrian
Selain itu, dibutuhkan juga ruang Pemberdayaan Perempuan dan
pengadilan yang bersahabat dengan keluarga Perlindungan Anak, dan Kementrian Dalam
seperti penataan ruang yang nyaman, Negeri Republik Indonesia.
penghargaan terhadap privasi keluarga, serta (6) Siti Hidayati Amal, Penelitian yang
kebutuhan lain seperti tempat penitipan anak Berperspektif Perempuan. Dalam T.O. Ihromi
dan ruang laktasi. Walaupun beberapa poin ini (Ed.) Kajian Wanita dalam Pembangunan,
sudah menjadi fokus utama pengadilan dalam (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995),
SAPM, dalam pelaksanaannya masih sering 116
terabaikan. Program SAPM yang dilakukan (7) Achie Sudiarti Luhulima, Hak Perempuan
masih menyisakan beberapa catatan penting. dalam Konstitusi Indonesia dalam
Seperti persiapan dalam proses penilaian yang Sulistyowati Irianto (Ed.), Perempuan &
terkesan terburu-buru dan kurangnya Hukum Menuju Hukum yang Berspektif
pemahaman pelaksana pengadilan terhadap Kesetaraan dan Keadilan, (Jakarta: The
dokumen administrasi. Agar Program SAPM Convention Watch & UI, 2006) p. 83
tidak menjadi sia-sia, dibutuhkan monitoring (8) Nadjematul Faizah, Studi Keadilan Gender
dan evaluasi yang dilakukan internal satuan atas Putusan Hakim bidang Perkawinan
kerja masing-masing pengadilan.
(Disertasi), (Depok: Kajian Wanita Program
Pascasarjana UI, 2003)
VI. KESIMPULAN
(9) Kesetaraan Gender dalam PERMA Nomor 3
Ta h u n 2 0 1 7 a d a l a h k e s a m a a n d a n
Untuk mengembangkan Pengadilan keseimbangan kondisi antara laki-laki dan
Agama berbasis kesetaraan dan keadilan perempuan untuk memperoleh kesempatan
gender di Indonesia dibutuhkan perbaikan dan hak-haknya sebagai manusia agar
dalam 5 (lima) Ekosistem Pengadilan, yaitu: mampu berperan dan berpartisipasi di
regulasi yang digunakan, pelayanan publik, berbagai bidang.
sensitivitas gender hakim dan pegawai, akses (10) Sunarto, Prinsip Hakim Aktif Dalam Perkara
terhadap keadilan, dan sarana prasarana. Perdata (Disertasi), Jurnal Hukum dan
Program perbaikan jangan lagi dilakukan Peradilan Vol 5, No.2, Mahkamah Agung RI,
secara terpisah, kelima aspek ekosistem yang Jakarta, Juli 2016, hlm. 249.
4
(11) Wawancara kepada hakim dan pegawai
pengadilan dilakukan di lingkungan
Pengadilan Agama di wilayah Pengadilan
Tinggi Agama Medan, Sumatera Utara.
Sedangkan narasumber dari calon hakim
dilakukan di pusat pendidikan konstitusi dan
pancasila Mahkamah Konstitusi.
(12) https://badilag.mahkamahagung.go.id/
seputar-ditjen-badilag/seputar-ditjen-
badilag/ketua-ma-akreditasi-dan-ptsp-
upaya-pembenahan-peradilan diakses pada
27 September 2018 pukul 12:19 PM