Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL KEGIATAN

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT


Fakultas Farmasi
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Moh Kahfi II, Srengseng Sawah, Jagakarsa, RT.13/RW.9, Srengseng Sawah
Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12630

PROGRAM STUDI
PROFESI APOTEKER - FAKULTAS FARMASI
INSTITU SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang–Undang No.36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.Pelayanankesehatan merupakan salah satu jenis layananpublik yang
bisa didapatkan di rumah sakit. Menurut UU No. 44 tahun 2009, Rumah sakit adalahinstitusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas
pelayanan kesehatan meliputi Balai Pengobatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit
Umum, dan Rumah Sakit Khusus (UU No. 36, 2009).
Pelayanan kesehatan di Rumah sakit tidak terlepas dari pelayanan kefarmasian. Oleh
sebab itu, pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan. Keberadaan pelayanan farmasi yang baik akan memberikan dampak yang
baik, seperti peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan biaya kesehatan, dan
peningkatan perilaku yang rasional dari seluruh tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan
masyarakat lain.Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung danbertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaanfarmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untukmeningkatkan mutu kehidupan pasien.Menurut Permenkes No.58 tahun 2014standar
pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Instalasi Farmasi sebagai bentuk pelayanan kefarmasian di Rumah sakit memerlukan
peran apoteker di dalamnya. Apoteker yang bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
mampu menjalankan peran sebagai pengelola perbekalan farmasi dan sebagai penggerak
kegiatan farmasi klinik. Oleh sebab itu, Apoteker dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan peran tersebut, antara lain berupa pengetahuan dan
keterampilan di bidang manajemen, komunikasi, dan ilmu kefarmasian itu sendiri.

2
Apoteker dengan kompetensinya mampu memberikan pemahaman kepada pasien tentang
penyakit dan pengobatan dengan tujuan meningkatkan kepatuhan pasien dan melakukan
monitoring efek samping atau efek lain yang tidakdiharapkan serta memastikan hasil terapi
sesuai dengan tujuan terapi yang diinginkan, maka Apoteker harus melakukan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar yang berlaku sehingga menghindari terjadinya kesalahan
(medication error) yang dapat berdampak pada pasien. Selain itu Apoteker memiliki
komitmenbahwa apoteker mempunyai ketetapanhati untuk senantiasa berusaha menjalankan
tugas dengan sebaik-baiknya sesuai martabat dan tradisi luhur profesi kefarmasian (Depkes,
2009).
Apoteker yang mempunyai kemampuan kerja mencakup aspek Pelayanan kefarmasian
telah bergeser orientasinya dari pelayanan obat(drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient
oriented) dengan mengacu kepada pharmaceutical care. Berdasarkan pentingnya peran dan
tanggung jawab dari seorangApoteker, maka kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara
terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan.
Praktik Kerja ProfesiApoteker(PKPA) merupakansalah satu kegiatan pembelajaran,
pelatihan, dan pelaksanaan praktik pekerjaan kefarmasian dibawah pengawasan oleh pihak yang
berwenang dalam hal ini adalah para Apoteker di Rumah Sakit. PKPA merupakan media yang
sangat penting bagi mahasiswa profesi Apoteker untuk menerapkan danmengembangkan ilmu
dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian. PKPA merupakan pelatihan yang sangat strategis
bagi mahasiswa profesi Apoteker untuk menjadi calon Apoteker yang handal dimasa
depan.PKPA diharapkan dapat menjadi media untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa agar
siap terjun dalam dunia kerja.
Hal ini yang melatarbelakangi, perlunya dilakukan PKPA oleh calon Apoteker ISTN
untuk dapat menerapkan ilmu yang didapatkan secara teoritis yaitu dengan melihat, memahami,
melatih dan melakukan aktivitas yang berlangsung di rumah sakit.PelaksanaanPKPAuntuk calon
apotekerdiharapkan mampumempersiapkan dirinya menjadi seorang Apoteker yang siap
menjalankan peran dan tanggung jawabnyadi masyarakat, tidak hanya pada bidang managerial
tetapi pada bidang fungsional secara profesional sehingga mampu menjadi Apoteker yang
berkompeten.

3
B. Tujuan dan Manfaat
Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung
jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian, membekali calon Apoteker pengalamanpraktis
melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktek farmasi komunitas, gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian serta untuk mempersiapkan calon Apoteker memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional, makadilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

C. Sasaran
Mahasiswa tingkat profesi dari Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Institut
Sains dan Teknologi Nasional yang telah memenuhi persyaratan untuk mengikuti Praktik Kerja
Profesi Apoteker di Rumah Sakit yang akan mendapat bimbingan dari pembimbing ISTN dan
pembimbing dari tempat PKPA (Preceptor) yang telah ditetapkan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44, 2009). Rumah sakit mempunyai
tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44, 2009):
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan
Instalasi Farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit di bawah rumah sakit yang
merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan seorang apoteker dan
memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh
aspek penyediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang
lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada kepentingan
pasien (Siregar, 2004).
Tugas pokok (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, 2004) adalah melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal,
menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian
dan etika profesi, melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), memberi pelayanan
bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi, melakukan
pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, menyelenggarakan pendidikan dan

5
pelatihan di bidang farmasi, mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi, dan
memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit.
Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan. Tujuannya adalah mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien,
menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
farmasi, mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna, dan
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. Penjelasan mengenai kegiatan pengelolaan adalah
sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, 2004) adalah memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
pelayanan rumah sakit, merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal,
mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan, memproduksi perbekalan
farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit, menerima perbekalan
farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku, menyimpan perbekalan farmasi
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian, dan mendistribusikan perbekalan farmasi
ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam
menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh
pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perilaku apoteker serta
bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, 2004). Tujuan antara lain meningkatkan
mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit, memberikan pelayanan
farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat,
meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan
farmasi, melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan
obat secara rasional.Kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
dengan seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis. Melakukan
dispensing pencampuran obat suntik, parenteral nutrisi, dan obat kanker. Pemantauan dan
pelaporan efek samping obat. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien, atau

6
keluarga. Memberi konseling kepada pasien/keluarga. Melakukan penentuan kadar obat dalam
darah. Ronde atau visite pasien dan melakukan pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan.
Tugas utama IFRS adalah pengelolaaan, tugas tersebut mencakup perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada pasien sampai dengan
pengendalian semua perbekalan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk
pasien rawat inap, rawat jalan, maupun untuk semua unit pengguna. IFRS harus menyediakan
terapi obat yang optimal bagi semua pasien dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang
paling bermanfaat dengan biaya minimal.IFRS bertanggung jawab untuk mengembangkan suatu
pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat. Di samping itu, IFRS juga
bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosis dan terapi, unit
pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan
pasien yang lebih baik (Siregar, 2004).
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional
yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek
hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka
menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan
dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.
Pengelolaan sumber daya manusia farmasi dimaksudkan demi terciptanya pelayanan
kefarmasian, antara lain IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh apoteker,
pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang mempunyai pengalaman
minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit, Apoteker telah terdaftar di Kementerian
Kesehatan dan mempunyai surat izin kerja, pada pelaksanaannya apoteker dibantu oleh tenaga
ahli madya farmasi (D3) dan tenaga menengah farmasi (AA).

7
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA PROFESI
APOTEKER (PKPA) DIRUMAH SAKIT

Adapun persiapan ISTN sebelum kegiatan PKPA dilakukan, adalah :


1. Didahului dengan pengajuan proposal, lalu pengurusan surat izin untuk diadakannya
kegiatan PKPA di Rumah Sakit dan melampirkan data calon Apoteker yang akan praktik.
2. Mengatur jadwal PKPA, dan mendata sesuai dengan peminatan dari calon Apoteker,
kemudian menunggu konfirmasi dari Rumah Sakit sehingga dapat dilaksanakannya praktik
di Rumah Sakit selama 1-2 bulan.
3. Kegiatan PKPA dilaksanakan, serta didampingi oleh pembimbing lahan yang memenuhi
kriteria dan bersedia membimbing
Kegiatan PKPA ini berbasis kompetensi dan sebagai bentuk untuk menerapkan ilmu
kefarmasian dalam bidang pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit, baik pekerjaan kefarmasian
dalam lingkup non klinik maupun klinik sesuai peraturan dan kebijakan yang berlaku di standar
pelayanan kefarmasian rumah sakit serta diharapkan calon Apoteker dapat memasuki dunia kerja
dan menjalani praktik profesi berdasarkan acuan yang telah ditetapkan pada standar kompetensi
Apoteker Indonesia yaitu praktik kefarmasian secara professional, optimasi penggunaan sediaan
farmasi, dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan, pemberian informasi sediaan farmasi dan
alat kesehatan, formulasi dan produksi sediaan farmasi, upaya preventif dan promotif kesehatan
masyarakat, pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, komunikasi efektif, keterampilan
organisasi dan hubunganinterpersonal serta peningkatan kompetensidiri.
Hal ini dapat tercapai apabila mahasiswa peserta PKPA dapat terlibat langsung dalam
dinamika nyata praktek profesi apoteker secara sistematis dan terarah, dengan menyeimbangkan
aspek knowledge,skill dan attitude sehingga mahasiswa mampu menyerap materi serta
keterampilan dalam waktusingkat, meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian dalam
melaksanakan praktek kefarmasian. Kegiatan PKPA dapat dilakukan evaluasi dengan berbagai
penilaian yaitu secara lisan atau tulisan melalui pemberian pre test/post test, pengamatan
langsung terhadap mahasiswa dalam membantu pelaksanaan praktek kefarmasian di rawat jalan,
rawat inap, IGD, gudang farmasi, CSSD dan lainnya yang berkaitan dengan farmasi, kemudian
juga dapat dilakukan penilaian melalui diskusi yaitu keterlibatan mahasiswa/I dalam forum

8
komunikasi ketika penemuan masalah dan penyelesaian masalah sekaligus dapat refreshing
materi yang mereka dapatkan semasa di kelas, pemberian tugas-tugas individu serta kelompok,
dan evaluasi akhir yang mungkin dapat dilakukan untuk tercapainya capaian pembelajaran serta
dapat membangkitkan semangat, motivasi, dan kesadaran akan tugas, fungsi, tanggung jawab
sebagai calon Apoteker dalam persiapan ujian komprehensif dan ujian kompetensi sehingga
menjadi lebih siap untuk terjun di dunia kerja.
Adapun capaian pembelajaran calon Apoteker PSPA ISTN di Rumah sakit yang telah
ditentukan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung
jawab apoteker dalam praktik kefarmasian di Rumah Sakit.
b. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan permasalahan tentang pekerjaan kefarmasian di
RumahSakit.
d. Mempersiapkan calon Apoteker untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
profesional di Rumah Sakit.
Setelah mahasiswa/I calon Apoteker melakukan kegiatan praktik kefarmasian di Rumah
sakit bekal ilmu yang didapatkan akan bermanfaat saat memasuki dunia kerja, para calon
Apoteker telah siap, mandiri dan percaya diri dalam melaksanakan serta menjalankan tugas-
tugas dan tanggung jawab kefarmasian mereka dengan benar apabila bekerja di Rumah sakit.
Adapun kemampuan akhir yang diharapkan dimiliki oleh calon Apoteker ISTN yang telah
ditentukan adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit
berdasarkan ilmu pengetahuan, standar praktik kefarmasian, perundang-undangan yang
berlaku dan etika profesi farmasi.
b. Mampu mempraktikkan asuhan kefarmasian agar tercapai tujuan terapi bagi pasien di
RumahSakit.
c. Mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatanlain.
d. Mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan serta
pengembangan sumber dayamanusia
e. Mampu menyusun rencana pengembangan praktik kefarmasian yang berorientasi pada

9
pelayanan farmasiklinik.
Institut Sains dan Teknologi Nasional dalam menghasilkan Apoteker-apoteker yang
berkompeten telah menyiapkan materi pembelajaran secara umum saat PKPA di Rumah Sakit,
sehingga selama dilaksanakan PKPA para calon Apoteker kami dapat dibekali materi-materi
tersebut, adapun materi dan aktivitas kegiatan yang dapat dilakukan oleh calon Apoteker PSPA
dari ISTN adalah sebagai berikut :
No Materi
1 Peraturan dan Perundang-undangan Farmasi Rumah Sakit
2 Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
- Sumber Daya Kefarmasian di RS
- Organisasi Kefarmasian di RS
- Standar Prosedur Operasional
3 Formularium Rumah Sakit
- Proses penyusunan
- Kriteria pemilihan obat
4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP)
- Pemilihan
- Perencanaan kebutuhan
- Pengadaan
- Penerimaan
- Penyimpanan
- Pendistribusian
- Pemusnahan dan penarikan
- Pengendalian
- Administrasi
5 Pelayanan Farmasi Klinik
- Pengkajian dan pelayanan resep
- penelusuran riwayat penggunaan obat
- rekonsiliasi obat
- Pelayanan Informasi Obat (PIO)
- Konseling
- Visite
- Pemantauan Terapi Obat (PTO)
- Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
- Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
- Dispensing sediaan steril
- Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
6 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian
Monitoring dan Evaluasi
7 Manajemen Risiko
- Manajemen Risiko Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP
- Manajemen Risiko Pelayanan Farmasi Klinik

10
PERTEMU AKTIVITAS PKPA MAHASISWA/I PSPA ISTN
AN
MINGGU Rawat Inap Rawat Jalan IGD Gudang Farmasi CSSD, PPI, IPAL
KE- (5-12 hari) (5-12 hari) (5-10 hari) (5-12 hari) (3-5 hari)
1. Pembekalan
I I-II dan Orientasi
lapangan
2. Pembelajaran
mandiri
3. Pelayanan
resep
4. Konseling
pasien
5. Tugas
mandiri/kelom
pok
1. Pembelajaran Pembelajaran
II III- mandiri mandiri
IV 2. Pelayanan resep Pelayanan
3. Konseling pasien resep
4. Tugas Tugas
mandiri/kelompok mandiri/kelo
mpok
V- 1. Pembelajaran
VI mandiri
2. Distribusi
III perbekalan
farmasi
3. Perencanaan
pengadaan obat
4. Metode pengadaan
5. Penyimpanan obat
6. Analisis
persediaan barang
7. Tugas
mandiri/kelompok
IV VII- 1. Ruang lingkup
VIII CSSD
2. Jenis sterilisasi dan
pengunaannya
3. Infeksi nosokomial
4. Limbah padat, cair,
ga, radiasi
5. Limbah sitotoksik
6. Limbah IFRS dan
ruangan lain
7. Sanitasi dan
ventilasi
8. Tugas
mandiri/kelompok
Keterangan :
1. Masa atau lama PKPA ditentukan berdasarkan peminatan yang telah dipilih oleh mahasiswa/I dari PSPA ISTN
Kolom merah : Bagi Mahasiswa/I yang PKPA selama 1 bulan
Kolom hijau : Bagi mahasiwa/I yang PKPA selama 2 bulan

11
2. Aktivitas PKPA pada setiap station atau presentasi hasil tugas individu/kelompok, dapat dilakukan secara
bergilir sesuai dengan arahan dan pembagian dari pembimbing lahan (preceptor).

Sebelum dimulainya kegiatan PKPA, maka mahasiswa calon Apoteker kami terlebih
dulu diharapkan untuk diberikan arahan mengenai tata tertib pelaksanaan PKPA dari Rumah
Sakit, yaitu dalam persiapan dan metode pelaksanaan yang wajib diketahui juga dipatuhi oleh
mahasiswa/I ISTN, agar selama kegiatan berlangsung diharapkan membangun kedisiplinan
calon Apoteker kami dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan tata tertib yang
berlaku pada Rumah Sakit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Lembar Negara Republik Indonesia.
Siregar, C. (2004). Farmasi rumah sakit teori dan penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ECG.

13

Anda mungkin juga menyukai