Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia's World Malaria Report 2005,Pada akhir 2004, sekitar
3,2 milyar orang tinggal di daerah beresiko penularan malaria di 107 negara dan teritori. Antara
350 dan 500 juta episode klinis malaria terjadi setiap tahun. Setidaknya satu juta kematian terjadi
setiap tahun karena malaria. Sekitar 60% dari kasus malaria di seluruh dunia dan lebih dari 80%
dari kematian di seluruh dunia malaria terjadi di Afrika selatan Sahara. Malaria masih menjadi
masalah kesehatan besar dengan 300-500 juta kasus per tahun dilaporkan.
Malaria adalah masalah potensial di hampir semua daerah di luar pusat-pusat metropolitan
utama di Indonesia. Hal ini lebih efektif dan sehat untuk lebih mengandalkan langkah-langkah
anti-nyamuk dari pada obat anti-parasit. Malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting di Indonesia, khususnya diluar Jawa dan Bali, di Indonesia transmigrasi
dan daerah lain yang didatangi penduduk baru di daerah non endemik sering terjadi letusan atau
wabah yang menimbulkan kematian. Lebih dari setengah penduduk Indonesia masih hidup di
daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga beresiko tertular malaria. Sekarang ada
beberapa kasus dilaporkan malaria di daerah wisata yang sebelumnya bebas dari
penyakit. (Chairuddin Meuraxa, 2004)
Jumlah penderita malaria di Sumatra Selatan (Sumsel) sejak Januari-Oktober 2009 mencapai
22.069 kasus yang sebagian besar masih dirawat di Rumah Sakit Umum setempat.Pasien
penderita malaria itu hingga saat ini hanya 1916 orang saja masih menjalani rawat jalan, dan ada
beberapa saja sedang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum setempat, Oleh karena itu,
diperlukan adanya tim yang disiagakan untuk mengadakan pengawasan terhadap
penyebarannya.Untuk mencegah diperlukan kerjasama berbagai pihak terkait agar kasus malaria
di daerah itu dapat dikurangi.Tentunya yang jelas, juga harus bisa merubah pola hidup
masyarakat untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan. Selain itu dijelaskan, Jhoni,
tidak hanya pihak Rumah Sakit Umum setempat dan Dinas Kesehatan saja yang dilibatkan
mengawasi hal ini, tapi termasuk anggota tim penggerak kesejahteraan keluarga setempat.
(http://depkes.blogspot.com/malaria.html.)
Penyakit malaria ini bukan merupakan penyakit sepuluh terbesar di RSUD Palembang Bari
dan penyakit malaria ini juga tidak termasuk penyakit sepuluh terbesar di ruangan perawatan
umum laki-laki di RSUD Palembang Bari.
Sindrom klinis yang disebabkan oleh malaria berbeda tergantung apakah pasien tinggal di
daerah dengan penularan malaria endemis yang stabil (terus-menerus) atau penularan labil
(kadang-kadang dan/atau jarang).
 Di daerah dengan penularan stabil, penyakit mempengaruhi anak dan orang dewasa dengan
cara yang berbeda. Anak mengalami infeksi kronis dengan parasitemia berulang yang
mengakibatkan anemia berat dan sering kematian.

1
Yang tahan hidup infeksi berulang ini mendapatkan sebagian kekebalan pada usia lima
tahun dan kekebalan ini tetap tertahan pada masa dewasa. Di daerah dengan penularan labil,
kekebalan tidak terdapat, sehingga hampir semua perwujudan klinis adalah penyakit demam akut
yang dapat menghasilkan malaria serebral (pada susunan saraf pusat) dan kematian pada orang
dengan semua usia.
Cara penularannya tergantung faktor setempat; seperti pola curah air hujan, kedekatan antara
lokasi perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut.
Dikenal istilah ‘endemis malaria’. Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika
parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana masyarakatnya memiliki kontak
dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan
terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang
memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir,
atau perpindahan masyarakat akibat konflik.
1.2 Rumusan masalah
1. Pengertian malaria
2. Etiologi malaria
3. Jenis-jenis malaria
4. Patofisiologi penyakit malaria
5. Manifestasi klinis
6. Pemeriksaan diagnostic
7. penatalaksanaan
1.3  Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus
1.3.1   Tujuan umum 

Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menerapkan ilmu pengetahuannya dalam melaksanakan


asuhan keperawatan pada klien “Malaria” yang dirawat di ruang perawatan umum laki-laki di
RSUD Palembang BARI
1.3.2   Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada klien “Malaria”

b Dapat menganalisa dan merumuskan serta memprioritaskan diagnosa keperawatan klien


“Malaria”

c.Dapat menyusun rencana keperawatan pada klien “Malaria”

d.Dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien “Malaria”

e.Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien “Malaria”

f. Dapat membahas kesenjangan antara asuhan keperawatan pada klien “Malaria” menurut teori
dengan kenyataan asuhan keperawatan yang dilaksanakan

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

   KONSEP DASAR MALARIA


2.1 Pengertian
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
merupakan golongan plasmodium, dimana proses penularanya melalui gigitan nyamuk
anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali terdapat diwilayah tropik , misalnya amerika,
asia, dan afrika/ ada 4 jenis type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi manusia, namun
yang sering kali di temukam pada kasus penyakit malaria adalah plasmodium falciparum dan
plasmodium vivax. Lainnya adalah plasmodium overle dan palsmodium malariae. (Nurarif &
Kusuma, 2012, hal. 291)

2.2 Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi
yaitu,
a.    Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/
vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b.    Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang
cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum
(demam tiap 24-48 jam).
c.    Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam
tiap hari empat).
d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa
Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari,
Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).

2.3 Jenis-jenis malaria


Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya
antara lain sebagai berikut :
a.  Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi
komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang
berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin).

3
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium
Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan
banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi
trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka
komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water
Fever).
b.  Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih
kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat
tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium
malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan
punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun
dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan
akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c.Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya
hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di
pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval
atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten
sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun
tanpa terapi dan terjadi pada malam hari
d.        Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang
diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum,
namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24
merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi
seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48
jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan
puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria
tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

Karakteristik nyamuk
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina
Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti

4
mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies
Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang
bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002).
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a.         Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b.         Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c.         Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap
darah)
d.        Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e.         Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat
f.          Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .
g.         Lebih senang hidup di daerah rawa

2.4 Patofisiologi
Nyamuk anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria yang mengigit anak. Apabila
kekebelan (daya tahan) tubuh anak baik, maka parasit yang dibawa oleh nyamuk tersebut akan
lemah dan hilang dari tubuh. Apabila daya tahan tubuh anak kurang baik maka parasit tersebut
akan menginfeksi darah. Jenis plasmodium akan mempengaruhi berat ringanya malaria.
Plasmodium valciparung akan menyebabkan malaria yang berat. Parasit yang masuk ke
pembuluh darah akan memasukan seporozoit. Parasit akan tumbuh dan mengalami pembelahan.
Setelah 6-9kali, skizone menjadi dewasa dan pecah serta melepaskan beribu-ribu merozoit.
Sebagian merozoit akan memasuki sel-sel darah merah dan berkembang disini (CDC,2009).
Demam timbul bersamaan dengan pecahnya sekizone darah yang mengeluarkan anti gen.
Kemudian, antigen akan merangsang mikrofak, monosit atau limposit yang mengeluarkan sitokin
dan tumor nectrosits faktor (TNF) yang dibawah kehipotalamus yang merupakan puisat
pengaturan suhu tubuh. Kemudian terjadinya demam. Pembesaran limpa terjadi karena
plasmodium dihancurkan oleh monosit yang menyebabkan bertambahnya sel radang dan terjadi
peningkatan jumlah eritrosit yang berinfeksi parasit. Penyebaran eritrosit ke pembuluh kapiler
menyebabkan oftruksi dalam pembulu dkapiler sehingga terjadi inskemia jaringan (prossete),
yaitu berkumpulnya sel darah merah yang  berparasit dengan sel darah merah lainya
(depkesri,2008). Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh sistem
retikuloendotelian. Hemolisis dipengaruhi oleh jenis fasmodium dan status imunitas pejamu.
Selain itu, anemia juga disebakan oleh komolisis atau imun dan sekuestrasi oleh limpa pada
eritrosit yang terinfeksi maupun yant normal, serta gangguan eritopoiesits. (Marnia, 2016, hal.
122)
2.5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut
Mansjoer (2000) antara lain sebagai berikut :
a.            Demam

5
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada
Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas
demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72
jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan
demam periodik.

Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan
:
1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut
atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam
diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode panas
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau
lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok
(tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat
3)  Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur
turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan
dapat melakukan pekerjaan biasa.
b.       Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik.
Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit
parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa
infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan
pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang
membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat
umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
c.        Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit
normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena
depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer).
d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin
dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus
antara lain :
1) Ikterus hemolitik

6
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat
terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua
bilirubin yang di hasilkan
2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan
di sebut dengan hepatoseluler.
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut
dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000).

2.6   Pemeriksaan diagnostic
a.     Pemeriksaan mikroskopis malar
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan
sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan
untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis
definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah
penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan
diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara
pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi
dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume
3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4)  Identifikasi spesies plasmodium
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya
digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat
acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik
pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat
sebagai instrumen hitung parasit.
c.  Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap
paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi

7
plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay
dan enzim immunoassay.
d.   Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium
dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:
a. Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul
dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)
b.    Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan
kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c.    Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/
hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari
2.8 Komplikasi
Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi
pada penyakit malaria adalah :
a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila
dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau
setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (3 mg/ dl.
Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal
diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan
kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.
c. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi
pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan
kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome
(ARDS).
d.  Hipoglikemia, konsentrasi gula pada penderita menurun

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1       PENGKAJIAN
3.2    IDENTITAS KLIEN DAN PENANGGUNG JAWAB
A.  Identitas Klien
Nama                                                   : Tn. “A”
Umur                                                   : 25 Tahun
Jenis Kelamin                                      : Laki-laki
Agama                                                 : Islam
Suku / Bangsa                                     : Indonesia
Alamat                                                 : JL. Abi kusmo, Plaju
Pendidikan                                          : SD
Pekerjaan                                             : Swasta
Status Perkawinan                               : Menikah
No.Rekam Medik                               : 0559888
Tanggal Masuk RS                              : 17 Februari 2018
Tanggal Pengkajian                             : 18 Februari 2018  
Diagnosa Medis                                  : Malaria vivax
           
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama                                                   : Ny. “N“
Umur                                                   : 23 Tahun
Jenis Kelamin                                      : Perempuan
Agama                                                 : Islam
Suku / Bangsa                                     : Indonesia
Alamat                                                 : JL. Abi kusmo, Plaju
Pendidikan                                          : SMA
Pekerjaan                                             : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien                      : Istri

3.3       RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
      Klien merasa demam & menggigil
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
    Sejak + 2 minggu SMRS klien mengatakan lemah, demam terlalu tinggi, suhunya
naik turun, klien tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, mual dan muntah. Klien sempat minum obat
yang dibeli dari warung karena badannya masih panas pada pukul 08.00 WIB tanggal 17
Februari 2018, klien langsung di bawa keluarganya ke RSUD Palembang Bari.
c.  Riwayat Kesehatan Dahulu

9
    Tidak ada masalah kesehatan terdahulu 
     d.Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit malaria.
e.   Riwayat Psikologi
      Klien mengatakan sudah bisa menerima keadaannya dan keluarga selalu memberikan motivasi
kepada klien
f.   Riwayat Sosial
      Klien bersikap baik dan dapat bekerjasama dengan perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya
g.  Riwayat Spritual
      Klien menganut agama Islam dan selalu berdoa akan kesembuhan penyakitnya
h. Pola Aktivitas Sehari-Hari
No Kegiatan SMRS Setelah MRS
1. Pola Makan
3 x sehari 2        x sehari
Nasi dan lauk Nasi dan lauk
1 piring ¼ piring

 -     Masalah Tidak ada Ada masalah. Klien


merasakan lidahnya
pahit dan mual saat
makan
2. Pola Minum
8 gelas / hari 8 gelas / hari
Air putih Air putih
1,5 liter 1,5 liter
 -     Masalah Tidak ada Tidak ada
3. Pola Eliminasi
BAB
1 x sehari 1 x sehari
Padat Padat
Kuning Kuning
Tidak ada Tidak ada
BAK
6-7 hari / hari 6-7 hari / hari
Kuning jernih Kuning jernih
1000-1500 cc  / 1000-1500 cc / hari
 -     Masalah hari Tidak ada
Tidak ada
4. Pola Aktivitas dan Istirahat
1 jam / hari
Tidur malam 7 jam / hari 2 jam / hari

10
 -     Gangguan tidur Tidak ada Ada masalah. Klien
merasa menggigil dan
klien merasa
terganggu dengan
suasana lingkungan
yang ramai
5. Personal Hygiene
2x sehari 1x sehari
2x sehari 2x sehari
Bersih Cukup bersih
Bersih Bersih
 -     Ganti pakaian 2x sehari 1x sehari

3.4    PEMERIKSAAN FISIK
Tingkat kesadaran                   : compos mentis
Vital sign
- TD                                      : 110/70 mmHg
   - RR                                     : 24 x / menit
   - Nadi                                   : 86 x / menit
   - Temperature                       : 38 0 c
   - BB SMRS                          : 48 kg
- BB selama masuk RS        :  47 kg
   - Tinggi badan                      : 155 cm
Kepala
      Rambut                             : hitam
      Lesi                                   : tidak ada
      Kebersihan                        : bersih
      Bentuk                              : lonjong
Masalah                             : tidak ada kelainan
Mata
Bentuk                              : simetris
Sklera                                : tidak ikterik
Pupil                                  : isokor
Konjungtiva                      : anemis
Masalah                             : tidak ada kelainan

Hidung
Reaksi alergi                      : tidak ada
Polip                                  : tidak ada
Kebersihan                        : bersih
Masalah                             : tidak ada kelainan

11
Telinga
Pendengaran                     : baik
Lesi                                   : tidak ada
Kebersihan                        : bersih
Masalah                             : tidak ada kelainan
Mulut dan Gigi
Bibir                                  : kering
Gigi                                   : tidak ada caries
Lidah                                 : tidak ada lesi
Kebersihan                        : bersih
Masalah                             : tidak ada kelainan
Leher
      Bentuk                              : simetris
Pergerakan                                    : tidak terbatas
Pembesaran                       : tidak ada pembesaran vena jugularis
Masalah                             : tidak ada kelainan
Dada
Inspeksi                             : simetris
Palpasi                               : tidak ada vokal permitus
Perkusi                              : sonor
Auskultasi                         : ada bising usus
Masalah                             : tidak ada kelainan
Abdomen
Inspeksi                             : simetris
Palpasi                               : pembesaran pada hepar sebelah kiri
Perkusi                              : redup
Auskultasi                         : ada bising usus
Ekstremitas atas
Bentuk                              : simetris
Keadaan                            : baik
Pergerakan                                    : baik
Nyeri                                 : tidak ada
Lesi                                   : tidak ada
Masalah                             : tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah
Bentuk                              : simetris
Keadaan                            : baik
Pergerakan                                    : baik
Nyeri                                 : tidak ada
Lesi                                   : tidak ada
Masalah                             : tidak ada kelainan

12
Genitalia                                  : tidak melakukan pemeriksaan

3.5      PEMERIKSAAN PENUNJANG
(17 Februari 2018)
HEMATOLOGI HASIL NORMAL
Hemoglobin 14,8 L : 14-16 g/dl
P : 12-14 g/dl
Leukosit 8700 5.000-10.000/ul
Trombosit 210.000 150.000-400.000/ul
Hematokrit 34 % L : 40-48%
P : 37-43%
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 0 1-3%
Batang 5 2-6%
Sigmen 70 50-70%
Limfosit 20 20-40%
Monosit 5 2-8%
DDR (malaria) (+) plasmodium vivax Negatif

3.6  THERAPY
            - IVFD RL gtt 20 x/menit
            - Paracetamol 3x1 mg
            - Kloroquin 4-4-2
            - Ranitidin 2 x1 ampul
            - Clobazam 1x1 mg
            - Diet BB

KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif
- klien mengatakan badannya menggigil
- klien mengatakan susah tidur
- klien mengatakan kurang nafsu makan
Data Objektif
- klien tampak lemah
- Klien tampak mual
- porsi makan yang tersedia hanya dihabiskan ¼ piring

13
- BB SMRS: 48 kg
- BB selama MRS : 47 kg
- TD: 110 / 70 mm Hg
- Nadi : 86 x / menit
- RR : 24 x / menit

3.7      ANALISA DATA
Nama Klien    : Tn. A                                    No. Reg.         :   055988
Umur              : 25 tahun                               Diagnosa        :  Malaria
Ruang Rawat            : Perawatan laki-laki             Alamat            :  Jl.abi kusmo
NO TGL ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
JAM
1 18-02-18
DS: Klien mengatakan badannya Nyamuk anopheles Hipertermi
08.00 wib menggigil ↓
CbhdDO : Plasmodium vivax
- Klien tampak gelisah ↓
Masuk jaringan tubuh
-    Klien tampak menggigil ↓
-    T : 38 0 c Viremia

-    RR:  24 x / menit inter leukin

-    Nadi : 86 x/ menit
peningkatan hipotalamus

nsbx Hipertermi
Klien tampak ge
Klien tampak m
Nyamuk Anopheles
2 18-02-18 klien mengatakan kurang nafsu ↓ Defisit Nutrisi
08.30 wib makan Plasmodium vivax
DO: ↓
- klien tampak lemah Masuk jaringan tubuh
- Klien tampak mual ↓
- porsi makan yang tersedia hanya Viremia
dihabiskan ¼ piring ↓
- BB SMRS: 48 kg Lambung
- BB selama MRS : 47 kg ↓
- TD: 110 / 70 mm Hg Asam lambung
- Nadi : 86 x / menit meningkat
- RR : 24 x / menit ↓
Refleks mual dan

14
muntah

Intake nutrisi menurun

Anoreksia

Deficit Nutrisi

Nyamuk anopheles
3 18-02-18 Klien mengatakan susah tidur ↓ Gangguan
08.45 wib DO: Plasmodium vivax pola tidur
- klien tidak bisa tidur ↓
- klien tampak gelisah Masuk jaringan tubuh
- konjungtiva anemis ↓
- Pola tidur SMRS:  7 jam Viremia
- Pola tidur selama MRS: 2 jam ↓
inter leukin     

peningkatan hipotalamus

Hipertermi

Insomnia

Gangguan pola tidur

3.8    DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.Hipertermi berhubungan dengan peningkatan hipotalamus ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan badannya menggigil
DO:  - Klien tampak gelisah
-    Klien tampak menggigil
-    T : 38 0 c
-    RR:  24 x / menit
-    Nadi : 86 x/ menit
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan :
DS: klien mengatakan kurang nafsu makan
DO: - klien tampak lemah
- Klien tampak mual
- porsi makan yang tersedia hanya dihabiskan ¼ piring
- BB SMRS: 48 kg

15
- BB selama MRS : 47 kg
- TD: 110 / 70 mm Hg
- Nadi : 86 x / menit
- RR : 24 x / menit
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai dengan:
DS:Klien mengatakan susah tidur
DO:  - klien tidak bisa tidur
- klien tampak gelisah
- konjungtiva anemis
- Pola tidur SMRS:  7 jam
- Pola tidur selama MRS: 2 jam
 PERIORITAS MASALAH
1.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan hipotalamus
2.Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

INTERVENSI
N DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
O
1. Hipertermi Hipertermi Manajemen Hipertermia
No Dx : D.0130 Luaran utama : No : I.15506
Kategori : lingkungan Termoregulasi Definisi : mengidntifikasi
Subkategori : keamanan dan No: L.14134 dan mengelola peningkatan
proteksi Definisi : Pengaturan suhu suhu tubuh akibat disfungsi
Definisi : suhu tubuh tubuh agar tetap berada pada termoregulasi
meningkat di atas rentan rentang normal Observasi :
normal tubuh Ekspestasi : Membaik -Monitor suhu tubuh
Dx: Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Terapeutik :
dengan peningkatan keperawatan 3x24 jam -Longgarkan atau
hipotalamus ditandai dengan: termolegulasi klien membaik lepaskan pakaian
Mayor : dengan kriteria hasil : Edukasi :
Data subjektif : - - Menggigil menurun -Anjurkan tirah baring
Data objektif : suhu tubuh (5) Kolaborasi :
di atas nilai normal - Suhu tubuh membaik -Kolaborasi pemberian
Minor : (5) caieran dan elektrolit
Data subjektif : - - Tekanan darah intavena
Data objektif : membaik (5)
- Kulit terasa hangat
- Kulit merah
2. No. Dx : D.0019 Defisit Nutrisi 2. Manajemen Nutrisi

16
Kategori : Fisiologi Luaran utama : Status nutrisi No : I.03119
Sub Kategori : Nutrisi & No : L.03030 Definisi : mengidentifikasi
cairan Definisi : keadekuatan asupan dan mengelola asupan
Definisi : Asupan nutrisi tidak nutrisi untuk memenuhi nutrisi yang seimbang
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Observasi
kebutuhan metabolisme Ekspektasi : membaik - Identifikasi status
Dx : Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan nutrisi
berhubungan dengan intake keperawatan 3x24 jam status Terapeutik
nutrisi yang tidak adekuat nutrisi klien membaik dengan - Sajikan makanan
ditandai dengan : kriteria hasil : secara menarik dan
Mayor : - Porsi makan yang suhu yang sesuai
Data subjektif : - dihabiskan meningkat Edukasi
Data objektif : (5) - Anjurkan posisi
- Berat badan menurun - Perasaan cepat kenyang duduk, jika perlu
minimal 10% di meningkat (5) Kolaborasi
bawah rentang ideal - Berat badan membaik - Kolaborasi dengan
Minor : (5) ahli gizi untuk
Data subjektif : menentukan jumlah
- Nafsu makan menurun kalori dan jenis
Data objektif : nutrient yang
- Bising usus heperaktif dibutuhkan

3 No Dx : D. 0055 Gangguan pola tidur 3. Dukungan Tidur


Kategori : Fisiologis Luaran utama : pola tidur No : I.05174
Sub Kategori : Aktivitas / No : L.05045 Definisi : memfasilitasi
istirahat Definisi : keadekustan kualitas siklus tidur dan terjaga
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas tidur yang teratur
dan kuantitas waktu tidur Ekspektasi : Membaik Observasi :
akibat factor ekstermal. setelah dilakukan tindakan - Identifikasi pola
Dx : Gangguan Pola Tidur keperawatan 3x24 jam pola aktifitas dan tidur
berhubungan dengan tidur membaik dengan kriteria Terapeutik :
peningkatan suhu tubuh hasil : - tetapkan jadwal
ditandai dengan - Keluhan sulit tidur tidur rutin
Mayor : menurun (5) Edukasi :
Data subjektif : - Keluhan tidak puas - Jelaskan pentingnya
- Mengeluh sulit tidur tidur menurun (5) tidur cukup selama
- Mengeluh sering - Keluhan istirahat tidak sakit
terjaga cukup menurun (5)
- mengeluh pola tidur
berubah

17
data objektif : -
Minor :
Data subjektif :
-mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun
Data objektif : -

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1. 22-02-18 Manajemen Hipertermia S : klien mengatakan
08.00 WIB Observasi : badannya sudah tdak
- Memonitori suhu tubuh menggigil
Terapeutik : O :- suhu tubuh mrnurun
- Melonggarkan atau melepaskan (membaik)
pakaian - klien Nampak
Edukasi : tenang dan mulai
- Menganjurkan tirah baring nyaman
Kolaborasi - BB SMRS : 48
- berkolaborasi pemberian caieran dan kg
elektrolit intavena - BB selama
MRS : 47kg
- TD : 110/70
mmHg
- Nadi : 86x /
menit
- RR: 24x / menit
A : Masalah peningkatan
suhu tubuh (hipertermi)
belum teratasi
sepenuhnya
P : lanjutkan intervensi
- memonitor suhu
tubuh
- melonggarkan
atau melepaskan
pakaian
2. 22-02-18 2. Manajemen Nutrisi S : klien mengatakan
08.00 WIB Observasi sudah nafsu makan

18
- Mengidentifikasi status nutrisi O : - klien sudah sedikit
Terapeutik : mampu beraktivitas
-Menyajikan makanan secara menarik seperti biasa.
dan suhu yang sesuai - Mual berkurang
Edukasi : - Porsi makan yang
- Menganjurkan posisi duduk jika tersedia sudah
perlu bisa dihabi9skan
Kolaborasi ½ piring
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - BB SMRS : 48
menentukan jumlah kalori dan jenis kg
nutrient yang dibutuhkan - BB selama MRS:
47kg
- TD : 110/70
- Nadi : 86x /
menit
- RR : 24x / menit
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Berkolaborasi
dalam pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena
- Menyajikan
makanan secara
menarik dengan
suhu yang sesuai

3. 22-02-18 3. Dukungan Tidur S : klien mengatakan


08.00 WIB Observasi : sudah mampu tidur
- Mengidentifikasi pola aktifitas dan walau sedikit terganggu
tidur dengan suasana
Terapeutik: lingkungan yang ramai
- Menentapkan jadwal tidur rutin O : - suhu tubuh
Edukasi : menurun
- Menjelaskan pentungnya tidur cukup - Pola tidur klien
selama sakit cukup meningkat
dari sebelumnya
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi

19
- Menetapkan
jadwal tidur rutin
- Menjelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit

BAB VI

20
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
            Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan pada penderita Malaria di RSUD
Palembang BARI maka penulis mengambil kesimpulan bahwa proses keperawatan telah
dilaksanakan dengan baik mulai dari pengkajian sampai evaluasi maka penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1.  Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cermat dan teruji melalui wawancara, obsevasi, pemeriksaan
fisik secara langsung harus terus dilakukan agar data yang di dapat adalah data yang valid dan
akurat.
2.  Diagnosa Keperawatan
            Diagnosa keperawatan yang muncul sebagai masalah adanya data yang akurat yang
menunjukkan adanya gangguan pada Tn “A”.
            Adapun masalah keperawatan yang muncul pada Tn.”A” dengan kasus Malaria adalah Sbb:
1.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan hipotalamus
2.Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
4. Perencanaan
            Pada perencanaan dilakukan berdasarkan sistematis dengan .1.klien. Penulis dapat bekerja
sama dengan perawat ruangan dalam rencana keperawatan.
5. Pelaksanaan
      Dalam melaksanakan rencana keperawatan yang tela direncanakan juga perlu dilakukan kerja
sama yang baik antara klien dan perawat agar pelaksanaan dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan
6. Evaluasi
            Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa masalah klien Tn.”A” teratasi. Hal ini ditandai dengan
keadaan fisik sehat.
4.2 Saran
1. Untuk RSUD Palembang BARI
Diharapkan pihak rumah sakit khususnya zaal perawatan laki-laki agar dapat
meningkatkan pelayanan terhadap pasien Malaria
2. Untuk Pendidikan
Diharapkan agar dapat lebih mengarahkan dan membimbing mahasiswa dalam menerapkan
Asuhan Keperawatan dilahan praktek sehingga dapat membandingkan dengan teori yang
diberikan di pendidikan
3. Untuk Mahasiswa
      Diharapkan dapat merealisasikan prosedur Asuhan Keperawatan yang didapat dari
pendidikan di lahan praktek.

DAFTAR PUSTAKA
21
Hidayat, A. Aziz Alimul.2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.

Perry Potter. 2001. Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi 3. Jakarta: EGC

atihrochmat.wordpress.com/2008/06/27/plasmodium falciparum-35k-, diakses kamis, tanggal 18


Februari 2010

http://www.ppmpmlp.depkes.go.id/images/m1_s2_i92_b.pdf, diakses kamis, tanggal 18 Februari


2010

www.kompas.com/read/xml/2008/01/1158363/puskesmas.samigaluh.cari harold w brown, 1983,


dasar-dasar patasitologi klinik, Jakarta, PT. Grameedia, diakses kamis tanggal 18 Februari 2010.

(http://depkes.blogspot.com/malaria.html.) diakses kamis tanggal 05 maret 2010.

22

Anda mungkin juga menyukai