Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISTILASI
Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang terdiri dari
thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat.
Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama
proses destilasi berlangsung. Seringnya thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar
dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai tempat suatu,
campuran zat cair yang akan didestilasi .
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat
pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi sebagai steel
head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar yang berfungsi untuk
aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah
air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama
mengalami kontak dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh
lebih sempurna. Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu ataupun tabung reaksi
tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangasataupun mantel
listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator.
- Destilasi bertingkat ( fraksional )
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau
lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat
digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada
tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada
industri minyak mentah, untuk memisahkan komponenkomponen dalam minyak mentah.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di
kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap
platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari
plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
- Destilasi uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih
mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan
suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih.
Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di
bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat
digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat
didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk
alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan
untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang
dialirkan ke dalam campuran
dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju
ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
- Destilasi vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil,
dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau
campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan
pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin,
karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi
tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan
pada sistem distilasi ini
- Distilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit
dipisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan
azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
- Refluks / Destruksi
Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam –macam destilasi walau pada
prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan jalan
pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana pada umumnya
reaksi- reaksi senyawa organik adalah “lambat” maka campuran reaksi perlu dipanaskan
tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi.
Karena itu agar campuran tersebut reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap
jumlahnya tetap reaksinya dilakukan secara refluks. Fungsi refluks, adalah memperbesar L/V
di enriching section, sehingga mengurangi jumlah equibrium stage yang diperlukan untuk
product quality yang ditentukan, atau, dengan jumlah stage yang sama, akan menghasilkan
product quality yang lebih baik dengan menggandakan kontak kembali antara cairan dan uap
agar panas yang digunakan efisien. Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam-
macam destilasi walau pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk
mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang
ada. Dimana pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah lambat maka campuran
reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan baik
pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya dapat cepat,
dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya dilakukan secara refluks.
Sedangkan neraca kalor untuk keseluruhan sistem dapat dituliskan sebagai berikut :
F GF + qR = D H0 + W HW +qC + qL
(19)
Dimana qR, qC, dan qL adalah masing-masing kalor yang dilepas atau diterima oleh pemanas
dan pendingin
TITIK PERPOTONGAN GARIS OPERASI ATAS & GARIS OPERASI BAWAH (q)
Perpotongan dianggap di titik [xq; yq]
Dimana L adalah cairan dari refluks dan V adalah uap yang akan terkondensasi. Neraca
massa komponen yang mudah teruapkan :
VnYq = LnXq + DXD (27)
dan
VmYq = LmXq + WXw
(28)
Dengan pengurangan didapatkan
Yq [Vm-Vn]= [Lm-Ln] Xq – [DXD+WXw]
(29)
Neraca massa pada sekat atau pelat pengumpanan :
F + Ln + Vm = Lm + Vn (30)
Vm Vn = Lm LnF
(31)
Dimana Hf adalah enthalpy 1 mol dan umpan pada temperature umpan Tf (TR 13) (jika
dibawah titik didih ) yang akan dinaikkan ke Hft (enthalpy umpan pada titik didihnya) yang
berarti kalor harus diberikan untuk dijadikan umpan pada titik didih adalah :
F (Hfs – Hf)/ λ, dimana λ adalah panas laten molar dari uap.
Didapat persamaan untuk cairan dan refluks, L
Lm = Ln + F + F (Hfs – Hf)/λ
= Ln + F [(λ + Hfs – Hf)/λ]
= Ln + qF
(32)
dimana q adalah kalor yang diperlukan untuk menguapkan 1 mol umpan kalor laten molar
dari umpan
dari persamaan (r)
Vm – Vn = qF – F
(33)
Neraca massa dari komponen yang mudah teruapkan
F ( q-1) yq = qFxq – Fxf
Yq = (q / (q – 1)) Xq – (Xf / (q – 1))
Persamaan ini dikenal garis – q, jika Xq = Xf maka yq = Xf
Gradient garis adalah q/(q-1) melalui titik (Xf,Xf) dan jika yq = 0 maka Xq =Xf/q dan garis q
dapat dengan mudah melalui dua titik.
Sifat atau karakteristik alami dan umpan menentukan q :
a. Umpan cair dingin dibawah titik didih q>1
b. Umpan pada titik didih q=1
c. Umpan sebagian dalam bentuk uap 0<q<1
d. Umpan dalam keadaan uap jenuh q=0
e. Umpan dalam keadaan uap terpanas lanjut q<0
Perubahan dan gradien pada garis – q karena perbedaan q akan mengubah konsentrasi dari
liquid pada perpotongan garis operasi dengan rasio refluks tertentu. Yang berarti juga
perubahan pada jumlah pelat teoritis.
Langkah Kerja
1. Membuka katup-katup air pendingin (sebagai Standart Operation Procedur)
2. Memasukkan umpan ± 40 Lt etanol teknis baru (hasil distilasi produk atas percobaan
sebelumnya) ke dalam labu penampung distilat dingin (untuk sementara dipakai sebagai
penampung umpan)
3. Menambahkan ke dalam labu penampung tersebut ± 100 Lt air (penambahan sedikit
benzene dapat dilakukan/optional)
4. Menutup dan memeriksa saluran pelepasan tekanan kolom dan tangki tampung tidak
tersumbat (the flexibel hose)
Penghentian Proses
1. Menutup katup-katup manual kukus (baik ke Preheater (sudah harus tertutup) maupun ke
Reboiler) menggunakan sarung tangan,
2. Menekan atau menyalakan tombol warna kuning (manual) sampai lampu didekatnya
menyala pada pengedah PIC-12,
3. Menekan tombol 5.1 sampai tampilan 6 di dekatnya (OUT-Y) menunjukkan angka 9.
4. Mematikan pompa distilat P1 dan pompa tampung atau sump P2
5. Ada panel pengendali, mematikan switch tekanan (hitam) dan switch utama (merah) ke
0 (off).
VI. PERHITUNGAN
Perhitungan Neraca Massa
Untuk t = 30 menit
komponen etanol:
XF = 0,3004
XD = 0,5023
XB = 0,2406
Asumsi densitas umpan campuran 40 L etanol dan 100 L air adalah 0,924 gr/ml maka
besarnya massa umpan dapat ditentukan sebagai berikut
F = 140000 ml x 0,924 gr/ml = 129360 gr
Neraca massa total : F = D + B B = F - D
Neraca massa komponen etanol : F XF = D XD + B XB
F XF = D XD + (F – D) XB
F(XF - XB ) = D (XD - XB )
Apabila dianggap distilat adalah produk murni etanol dengan densitas 0,79 gr/ml maka
Untuk t = 40 menit
Karena proses dianggap kontinyu maka komponen etanol:
XF = 0,2406 (bottom product run 30 menit)
XD = 0,5520
XB = 0,2315
Asumsi densitas umpan adalah sama seperti umpan awal yaitu 0,924 gr/ml maka besarnya
massa umpan dapat ditentukan sebagai berikut
F = 102582,9 ml x 0,924 gr/ml = 94786,6 gr
VIII. KESIMPULAN
1. Distilasi merupakan proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga
teknik pemisahan bahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih.
2. Tahap pengoperasian pada proses destilasi :
a) Start Up
b) Operasi
c) Shut Down
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2020. Penuntun Praktikum Pilot Plant. Jurusan Teknik Kimia. Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya
http://aya-snura.blogspot.com/2013/07/penyulingandistilasi-bubble-cup.html
http://id.scribd.com/doc/125858343/laporan-praktikum-destilasi-pilot-plant-yusuf-zaelana-
politeknik-negeri-bandung
Material and Processes, 2nd Edition, James F Young, Jhon Wiley 1966
GAMBAR ALAT
Menara Destilasi