Anda di halaman 1dari 3

Metode: open ended comparative clinical trial itu metode yang membandingkan 2 hasil dalam suatu

percobaan (Uji klinik comparative terbuka)

jenis: randomized control group kali (draw method)

Patogenesis

Gambaran klinis

● Lesi awal tampak makula atau patch (dapat berwarna warna putih, merah atau kecoklatan,
hipopigmentasi/hiperpigmentasi), berbatas tegas, tertutup skuama halus.

● Lesi akan menjadi bercak luas, berkonfluens atau tersebar. Bentuk lesi bervariasi dan dapat
ditemukan lesi seperti bentuk papuler ataupun perifolikuler

● Penggunaan terminologi versikolor sangat sesuai untuk penyakit ini karena warna skuama
bervariasi dari putih kekuningan, kemerahan, hingga coklat. Pigmentasi lesi yang muncul
bervariasi bergantung dari warna pigmen normal pasien, paparan sinar matahari, dan derajat
keparahan penyakit. Pada orang kulit putih, lesi berwarna lebih gelap dibandingkan dengan kulit
normal; sementara pada orang-orang berkulit gelap, lesi cenderung lebih putih atau
hipopigmentasi.
Patogenesis :

Malassezia adalah flora normal kulit manusia, dan bergantung pada hidrolisis inang manusia
mereka sebum trigliserida karena mereka tidak memiliki asam lemak sintase untuk
memungkinkan produksi endogen dari C14-C16 asam lemak jenuh. asam lemak bebas sehingga
diproduksi diyakini memprovokasi peradangan di kulit inang, seperti yang dibuktikan oleh
kehadiran peradangan okolososudistye infiltrasi pada Histopatologi. 31 di pityriasis versicolor ,
organisme ini mampu transisi ke bentuk Mycelial patogen dan menyerang Stratum korneum.
Perubahan pigmen yang dihasilkan di kulit diyakini dicapai melalui beberapa mekanisme.
Hipopigmentasi yang terlihat terutama pada pasien berkulit gelap dianggap sebagai hasil dari
produksi asam Azelaic, asam dikarboksilat yang menghambat tyrosinase (enzim yang
mengkatalisis langkah kunci dalam sintesis melanin) dan juga dapat secara langsung sitotoksik
untuk melanocytes, 41 sementara lesi hiperpigmentasi telah dikaitkan dengan peningkatan
melanosomes dan penebalan Stratum korneum

Keratolitik

Asam salisilat merupakan senyawa yang bersifat keratolitik yaitu zat yang
dapat menghilangkan lapisan keratin di luar kulit dan dapat menghilangkan
kelebihan sel kulit yang mati yang dihasilkan oleh lapisan epidermis. 

Asam salisilat sebagai keratolitik melepaskan sel-sel kulit mati dan memiliki efek
antiseptik ringan. Asam ini melunakkan dan merusak lapisan kulit terluar (stratum
korneum) dengan meningkatkan kelembapan kulit.

Stratum korneum adalah lapisan kulit yang berisi sel tanduk. Asam salisilat akan
melunakkan dan mengelupaskan lapisan stratum korneum.

Sifat keratolitik ini akan bekerja pada asam salisat dengan konsentrasi 3-6%, namun
apabila konsentrasi >6% dapat bersifat destruktif, dan konsentrasi 6-60% digunakan
untuk menghilangkan kutil dalam pengobatan psoriasis dan gangguan keratosis
lainnya.

Sebelum menggunakan asam salisilat, kulit dihidrasi dengan berendam dalam


air hangat selama 5 menit, kemudian gunakan kain, sikat, atau ampelas untuk
melonggarkan jaringan kulit kering secara menyeluruh.

Bentuk sediaan shampo (1,8-3%) digunakan dengan memijat produk ke


rambut basah atau area kulit yang bermasalah dan biarkan selama beberapa
menit. Setelah dirasa cukup, bilas sampai bersih. Shampo asam salisilat ini
dapat digunakan 2-3x seminggu atau seperti yang diarahkan oleh professional
kesehatan, dapat juga dibiarkan dalam semalam tergantung produk yang
digunakan.

Clortimazole

Oleskan krim atau salep dengan kandungan clotrimazole 1%, 2-3 kali sehari, selama 2-4
minggu. Kombinasi dengan bedak clotrimazole dapat mencegah infeksi berulang.
Clotrimazole adalah turunan imidazole dengan fungsi antifungal spektrum luas. Antifungal ini
menghambat biosintesa sterol, terutama ergostol, sebuah komponen penting untuk membran sel jamur,
sehingga meningkatkan permeabilitas membran. Gangguan pada membran sel jamur menyebabkan
kebocoran isi intraselular, sehingga menghambat pertumbuhan sel (fungistatik) atau menyebabkan lisis
dan kematian sel (fungisidal).

Saat clotrimazole dikonsumsi, kandungan obat ini akan menganggu sintesis lemak
pada jamur yang masuk melalui permukaan kulit hingga menimbulkan gejala klinis
pada kulit dan alat kelamin.

Interaksi obat pada jaringan lemak jamur akan menyebabkan perubahan permeabilitas
dinding sel. Hambatan pada enzim dapat semakin meningkat apabila dosis obat
clotrimazole ditingkatkan.

Krim atau salep dengan kandungan clotrimazole sebanyak 1% diberikan pada infeksi
jamur seperti pada tinea. Krim dioleskan sebanyak 2 hingga 3 kali sehari selama 2
hingga 4 minggu. Pengolesan krim clotrimazole dilakukan secara merata. Selalu ingat
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah pengolesan obat clotrimazole di daerah
kulit yang terkena infeksi jamur

Anda mungkin juga menyukai