Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
KELOMPOK 1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI S.Tr. Kep. SEMESTER III
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN ANTENATAL
2. Penyebab/factor predisposisi
Menurut Manuaba (2010) proses kehamilan terdiri dari ovulasi, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil sampai aterm.
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal
yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya
420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.
Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de
Graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan folikel.
Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan
disertai devaskularisasi. Selama pertumbuhan enjadi folikel de Graaf, ovarium
mengeluarkan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang
makin mendekati ovarium, gerka sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltik
tuba makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin
deras menuju uterus. Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang
mendadak, terjadi pelepasan ovum yang disebut ovulasi. Dengan gerak aktif tuba
yang mempunyai umbai (fimbraie) maka ovum yang telah dilepaskan segera
ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up
mechanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus
dalam bentuk pematangan pertama artinya telah siap untuk dibuahi.
b. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus menjadi spermatosit pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks
dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstisial leydig sehingga
spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual
dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa
setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong
sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor),
ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga dapat
bergerak). Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa
ratus yang dapat mencapai tuba falopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat
genitalia wanita dapat hidup selama tiga hari sehingga cukup waktu untuk
mengadakan konsepsi.
c. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi
dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian di bawah
ini.
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata yang
mengandung persediaan nutrisi.
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma yang
disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus melalui saluran pada zona pelusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh nonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.
5) Ovum siap dibuah setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermatozoa
menyebar masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada
kavum uteri, terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma
sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan
menuju tuba falopi
d. Proses Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma, ‘vitelus”
membangktkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan
“metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan
telofase sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa
dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan
bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.
Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk
“autosom” sedangkan 2 kromosom sisanya sebagai pembawa tanda seks. Wanita
selalu resesif dengan kromosom X. Laki-laki memiliki dua bentuk kromosom
seks yaitu kromosom X dan Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu sel ovum,
terjadi jenis kelamin wanita sedangkan bila kromosom seks Y bertemu sel ovum,
terjadi jenis kelamin laki-laki. Oleh karena itu, pihak wanita tidak dapat
disalahkan dengan jenis kelamin bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis
kelamin adalah pihak suami. Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,
terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi
dua dan seterusnya.berbarengan dengan pembelahan inti, hasil konseps terus
berjalan menuju uterus. Pembelahan berjalan terus dan didalam morula terbentuk
ruangan yang mengandung cairan yang disbut blastula. Perkembangan dan
pertumbuhan berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel
trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi.
e. Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau
belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata sehingga
bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium.
Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi.
Sel yang dekat dengan ruangan eksoselon membentuk “endoderm” dan yolk sac
(kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan
amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantung
yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoderm dan mesoderm.
Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat
di antara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.
Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati,
limpa dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai ketiga terbentuk bakal
jantung dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat).
Jantung bayi mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan
menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.
3. Pohon masalah
4. Gejala klinis
a. Tanda-tanda presumptif
1) Amenorea (tidak dapat haid)
2) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
3) Mengidam (ingin makan sesuatu)
4) Tidak tahan suatu bau-bauan
5) Pingsan
6) Tidak ada selera makan (anoreksia)
7) Lelah (fetique)
8) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen
dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
9) Miksi sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar.
10) Konstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
11) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di
muka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher dan dinding perut (linea
nigra = grisea).
12) Epulis: hipertrofi dari papil gusi.
13) Pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva
biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
1) Perut membesar
2) Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari
rahim.
3) Tanda Hegar : pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.
4) Tanda Chadwick : perubahan warna keunguan pada vulva dan mukosa vagina.
5) Tanda Piscaseck : pembesaran uterus yang tidak simetris.
6) Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang = Braxton-Hiks
7) Teraba Ballotement : ketukan yang mendadak pada uterus yang menyebabkan
janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa.
8) Reaksi kehamilan positif
c. Tanda pasti (tanda positif)
1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian
janin.
2) Denyut jantung janin
a. Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
b. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
c. Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
d. Dilihat pada ultrasonografi
3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.
e) Vaskularisasi
Aa. Uterina dan aa.ovarika bertambah dalam diameter, panjang dan anak-
anak cabangnya. Pembuluh darah balik (vena) mengembang dan
bertambah.
f) Serviks uteri
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft) disebut tanda
goodel. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan
mukus. Karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya
menjadi livid dan ini disebut tanda Chadwick.
2) Indung telur (ovarium)
Ovulasi terhenti. Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.
3) Vagina dan vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan vulva. Akibat
hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna
livid pada vagina dan portio serviks disebut tanda Chadwick.
4) Dinding perut (abdominal wall)
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya
serabut elastis dibawah kulit sehingga timbul striae gravidarum. Bila terjadi
peregangan yang hebat, misalnya pada hidroamnion dan kehamilan ganda,
dapat terjadi diatasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah
pigmentasinya dan disebut linea nigra.
5) Payudara
Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat
teraba noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan vena-vena
lebih membiru. Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara, kalau
diperas keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning.
b. Perubahan pada organ dan sistem lainnya
1) Sistem sirkulasi darah
a) Volume darah
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir
trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25%
dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu diikuti curah jantung yang
meningkat sebanyak ±30%. Akibat hemodilusi yang mulai jelas kelihatan
pada kehamilan 4 bulan, ibu menderita penyakit jantung dapat jatuh dalam
keadaan dekompensasi kordis.
b) Protein darah
Gambaran protein dalam serum berubah, jumlah protein albumin dan
gamaglobin menurun dalam triwulan pertama dan meningkat secara
bertahap pada akhir kehamilan. Beta-globin dan fibrinogen terus meningkat.
c) Hitung jenis dan hemoglobin
Hematokrit cenderung menurun karena kenaikan relatif volume plasma
darah. Jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan
transpor O2 yang sangat diperlukan selama kehamilan.
d) Nadi dan tekanan darah
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester kedua
dan kemudian akan naik lagi seperti pada pra hamil. Tekanan vena dalam
batas-batas normal pada ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik setelah
akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 per menit.
e) Jantung
Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3 bulan dan
menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan.
c. Sistem pernapasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak napas. Hal ini disebabkan oleh
usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital
paru meningkat sedikit selama hamil. Seorang wanita hamil selalu bernapas lebih
dalam.
d. Saluran pencernaan
Salivasi meningkat dan pada trimester pertama mengeluh mual dan muntah.
Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan
akan lebih lama berada dalam saluran makanan. Resorbsi makanan baik namun
akan menimbulkan obstipasi. Gejala muntah (emesis gravidarum) sering terjadi,
biasanya pada pagi hari, disebut sakit pagi (morning sickness).
e. Tulang dan gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena ligamen-ligamen melunak
(softening). Juga terjadi sedikit pelebaran pada ruang persendian. Bila konsumsi
kalsium cukup, gigi tidak akan kekurangan kalsium. Apa yang disebut dengan
gingivitis kehamilan adalah gangguan yang disebabkan oleh faktor lain, misalnya
hygiene yang buruk di sekitar mulut.
f. Kulit
Pada daerah kulit tertentu terjadi hiperpigmentasi:
1) Muka: disebut masker kehamilan (chloasma gravida).
2) Payudara: puting susu dan areola payudara.
3) Perut: linea nigra striae.
4) Vulva
g. Kelenjar endokrin
1) Kelenjar tiroid dapat membesar sedikit.
2) Kelenjar hipofise dapat membesar terutama lobus anterior.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Bagaimana keadan umum penderita, keadaan gizi, kelainan bentuk badan dan
kesadaran
2) Apakah anemis, sianosis, ikterus, atau dispnea
3) Keadaan jantung dan paru-paru
4) Adakah oedema :
Oedema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia gravidarum atau
oleh karena tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul
yang mengalirkan darah dari kaki. Dapat juga disebabkan oleh hipovitaminase
B1, hipoproteinanemia dan jantung.
5) Reflex
Terutama reflex lutut, reflex negative pada kekurangan vitamin B1 dan
penyakit urat.
6) Tensi (tekanan darah )
Tekanan drah pada otrang hamil tidak boleh mencapai 140 sistolik atau 90
diastolik. Juga perubahan 30 sistolik dan 15 diastolik di atas tekanan darah
sebelum hamil menandakan toxanemia gravidarum.
7) Berat badan
Yang dialami oleh penderita adalah perubahan berat badan (BB) setiap kali
ibu memeriksakan diri.
BB dalam triwulan ke-3 tidak boleh bertambah lebih dari 1 kg seminggu atau
3 kg dalam sebulan.Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut di atas
disebabkan karena penimbunan (retensi) air dan disebut “praxoedema”.
Bertujuan untuk menentukan tinggi fundus uteri (TFU) dan bagian janin yang
ada di fundus.
Cara leopold I
• Kaki klien difleksikan pada lutut dan lipat paha
• Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita dan melihat ke arah muka
penderita
• Rahim di bawah ke tengah
• Kedua tangan diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti bentuk
uterus
• Lakukan palpasi secara lembut untuk menentukan bentuk, ukuran
konsistensi, dan gerakan janin
• Tentukan tinggi fundus uteri
• Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
• Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
• Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau
kepala atau kosong)
a. Bila kepala :
Bulat, keras dan dapat digerakkan (baloemen).
b. Bila bokong :
Lunak, bentuk tidak spesifik, lebih besar dan lebih lunak dari kepala,
tidak dapat digerakkan serta fundus terasa penuh.
c. Bila letak lintang :
Palpasi di daerah fundus akan terasa kosong.
d. Pemeriksaan usia kehamilan dari tingginya fundus uteri:
Sebelum bulan ke 3 fundus uteri belum dapat diraba dari luar
Pusat
2) Leopold II
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri.
Cara melakukan Leopold II:
• Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di
samping kiri dan kanan umbilikus.
• Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi
denyut jantung janin nantinya.
• Tentukan bagian-bagian kecil janin.
3) Leopold III
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang berada di bawah uterus dan
untuk menentukan apakah bagian bawah sudah masuk PAP (Pintu Atas
Panggul) atau belum.
4) Leopold IV
Bertujuan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa
masuknya bagian bawah ke dalam panggul.
Cara melakukan Leopold IV:
• Pemeriksa menghadap ke arah kaki klien
• Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi
• Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba
untuk menekan ke arah pintu atas panggul
• Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
(PAP), dan berapa masuknya bagian bawah ke rongga panggul.
• Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah dari
kepala yang masih teraba dari luar dan bila
a) Kedua tangan convergent, hanya bagian kecil dari kepala turun ke
dalam rongga
b) Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke
rongga panggul
c) Jika kedua tangan divergen, maka bagian terbesar dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati
pintu atas panggul (PAP).
3) Auskultasi
Dilakukan dengan menggunakan stetoskop monoaural dan ultrasound
(doptone). Dengan stetoskop dapat didengar bermacam-macam bunyi yang
berasal :
a) Dari anak
(1) Bunyi jantung anak (frekuensi bunyi jantung 120-140 kali per menit)
dengan stetoskop monoral pada akhir bulan kelima. Dengan stetoskop
ultrasound (doptone) pada akhir bulan ketiga. Kalau bunyi jantung
<120 kali permenit atau >160 kali permenit atau tidak teratur, maka
anak dalam asphyxia (kekurangan oksigen). Cara menghitung bunyi
jantung adalah dengan mendengarkan bunyi jantung selama 3 x 5
detik kemudian dikalikan 4.
Misalnya :
Waktu (5 detik) Dikalikan Hasil
Dijumlahkan Interpretasi
I III V 4 Perhitungan
11 12 11 34 34 x 4 136 x/mnt Teratur,
bayi
normal
10 14 9 33 33 x 4 132 x/mnt Tak teratur,
asphyxia
8 7 8 23 23 x 4 92 x/mnt Teratur,
aspyxia
b) Dari ibu
(1) Bising rahim
Bersifat bising dan frekuensinya sama dengan denyut nadi ibu.
Disebabkan arteria uterina.
(2) Bunyi aorta
Frekuensinya sama dengan denyut nadi ibu.
(3) Bising usus
Sifatnya tak teratur, tergantung udara dan cairan dari dalam usus ibu.
(Mohctar, 2008)
7. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
a. Tes urine kehamilan (Tes HCG)
Dilaksanakan seawal mungkin setelah diketahui amenore. Urine yang digunakan
diupayakan urine pagi.
b. USG
Dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis kehamilan.
c. Pemeriksaan rontgen
Merupakan salah satu alat untuk melakukan penegakkan diagnosis kehamilan.
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah (Hb, Gol darah, glukosa, VDRL)
Tes Lab Nilai Normal Nilai Tidak Normal Diagnosis Masalah Terkait
Hemoglobin 10,5-14,0 <10,5 Anemia
Protein Urin Terlacak/negatif Protein urine
Bening/negative
Glukosa dalam Warna hijau Kuning, orange, Diabetes
urin coklat
VDRL/RPR Negatif Positif Syphilis
Faktor rhesus Rh + Rh- Rh sensitization
Golongan A B O AB - Ketidakcocokan ABO
Darah
HIV - + AIDS
Rubella Negatif Positif Anomali pada janin jika ibu
terinfeksi
Feses untuk Negatif Positif Anemia akibat cacing
ova/telur cacing
dan parasit
8. Penatalaksanaan Medis
1) Trimester I dan II
a. Jadwal pemeriksaan kehamilan setiap bulan sekali.
b. Diambil data tentang laboratorium.
c. Pemeriksaan ultrasonografi.
d. Nasehat tentang diet 4 sehat 5 sempurna, tambahkan protein 0,5 gram/kg BB
(1 telur/ hari).
e. Observasi adanya penyakit yang mempengaruhi kehamilan, komplikasi
kehamilan dan imunisasi tetanus 1.
2) Trimester III
a. Jadwal pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu sekali sampai ada tanda
kehamilan.
b. Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.
c. Diet 4 sehat 5 sempurna.
d. Pemeriksaan ultrasonografi.
e. Imunisasi tetanus 2.
f. Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil
trimester ke-3.
g. Rencana pengobatan.
h. Nasihat tentang tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan.
(Manuaba, 2010).
9. Komplikasi
Macam-macam komplikasi kehamilan Menurut Depkes RI (2007) yaitu, jika
tidak melaksanakan ANC sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-
komplikasi yang terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut:
a. Komplikasi obstetrik langsung, meliputi :
1) Perdarahan
2) Pre-eklampsia/eklampsia
3) Kelainan letak (letak Lintang/letak Sungsang)
4) Hidramnion
5) Ketuban pecah dini (KPD)
b. Komplikasi obstetrik tidak langsung:
1) Penyakit jantung
2) Tuberculosis
3) Anemia
4) Malaria
c. Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetrik:
1) Komplikasi akibat kecelakaan
2) Keracunan
7. Rasa Nyaman
Mengkaji pasien apakah pasien mengalami nyeri atau tidak selama
kehamilan.
8. Kebersihan Diri
Mengkaji pasien berapa kali pasien mandi dalam satu hari dan berapa kali
melakukan vulva hygine dalam sehari.
9. Rasa Aman
Mengkaji pasien apakah selama kehamilan ini mendapat rasa aman dari
keluarga, suami maupun kerabat
10. Pola Komunikasi/ Hubungan dengan Orang Lain
Mengkaji pasien apakah selama kehamilan ini mendapat dukungan dan
tetap berinteraksi dengan baik pada keluarga, suami maupun kerabat
dekat.
11. Ibadah
Mengkaji bagaimana pasien meyakini kehamilannya ini dalam
kepercayaannya
12. Produktivitas
Mengkaji pasien apakah selama hamil pasien tetap melakukan
pekerjaannya sebagai IRT atau pekerja lainnya.
13. Rekreasi
Mengkaji pasien apakah pasien selama hamil sering melakukan rekreasi.
14. Kebutuhan belajar
Mengkaji pasien apakah pasien mengerti dan memahami mengenai
kehamilan yang sedang pasien alami.
1) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
1. GCS : Eye, Motorik, Verbal
2. Tingkat kesadaraan
3. Tanda tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu
4. BB, TB, dan LILA
Head to toe :
1. Kepala
Wajah : pucat, cloasma, sclera, conjugtiva
Leher : pembesaran limphe node, pembesaran kelenjar tiroid
Telinga
2. Dada
Payudara
Areola : Putting (menonjol/tidak)
Tanda dimpling/retraksi
Pengeluaran ASI
Jantung
Paru-paru
3. Abdomen
Linea & Striae
Pembesaran sesuai UK
Gerakan janin dan kontraksi
Luka bekas operasi
Ballottement
Leopold I : Kepala/Bokong/Kosong dan TFU
Leopold II : Kanan : Punggung/Bagian kecil/ bokong/kepala
Kiri : Punggung/Bagian kecil/ bokong/kepala
Leopold III : Presentasi kepala/bokong/kosong
Leopold IV : Bagian masuk PAP (kovergen/divergen/sejajar)
Penurunan kepala
Kontraksi
DJJ dan bising usus
4. Genetalia dan perineum
Kebersihan
Keputihan dana karakteristik
Hemoroid
5. Ekstremitas
• Atas : oedema, varises dan CRT
• Bawah : Oedema, varises, CRT dan Refleks
2) Data Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan USG
3) Diagnosis Medis
4) Pengobatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nausea berhubungan dengan kehamilan
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adaptasi kehamilan
c. Ansietas berhubungan dengan situasi krisional
4. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
(Salmah, 2002 : 157 – 164)
a) S : Data Subyektif
Data ini diperoleh melalui anamnesa.
b) O : Data Obyektif
Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.
c) A : Analisis
Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.
d) P : Penatalaksanaan
Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat
C. Daftar Pustaka
Fauzia, Siti. 2017. Keperawatan Maternitas Volume 2. Jakarta: Prenada Media
Manuaba, I G.B. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, Rusman. 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI
Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka