Anda di halaman 1dari 7

Agrokreatif November 2019, Vol 5 (3): 188194

Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN 2460-8572, EISSN 2461-095X

Pembuatan Mikroorganisme Lokal Bonggol Pisang pada Kelompok Tani


Tunas Harapan Distrik Walelagama, Jayawijaya, Papua

(Development Local Micro-Organism of Banana Weevil in Farmers Group


of Tunas Harapan in Walelagama District, Jayawijaya, Papua)
Inrianti1, Sumiyati Tuhuteru1*, Seplin Paling2
1 ProgramStudi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Petra Baliem, Jl. Sanger, Potikelek, Wamena,
Jayawijaya, Papua 99511.
2 Program Studi Matematika, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen Wamena, Jl. Wamena-Tengon,

Pisugi, Jayawijaya, Papua 99566


* Penulis Korespondensi: sumiyati.tuhuteru@yahoo.com
Diterima Februari 2019/Disetujui Juli 2019

ABSTRAK
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman antara lain dengan perbaikan sistem budi daya
misalnya penerapan pertanian organik berkelanjutan dapat dilakukan melalui pemanfaatan pupuk organik cair.
Penggunaan pupuk organik cair pada tanah dapat berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah di mana
pemberian pupuk dapat menambah unsur hara di dalam media tanam. Pemberian pupuk dapat berupa pupuk
organik maupun anorganik. Salah satu alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil tanaman
adalah dengan pemberian pupuk organik cair. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah memberikan
pengetahuan tambahan terkait bentuk-bentuk pupuk organik cair dan manfaat penggunaan pupuk organik cair
melalui pembuatan pupuk cair yang berbahan dasar Mikroorganisme Lokal (MOL) bonggol pisang. Adapun
metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah metode ceramah atau sosialisasi serta pelatihan
pembuatan MOL bonggol pisang. Hasil pengabdian masyarakat ini adalah masyarakat di Distrik Walelagama
dapat mengembangkan pengetahuan terkait pupuk organik guna membantu meningkatkan produktivitas
tanaman melalui pemanfaatan MOL bonggol pisang yang bahan-bahannya mudah diperoleh, sehingga
masyarakat dapat meningkatkan sistem pertanian organik yang telah ada.

Kata kunci: bonggol pisang, MOL, pupuk organik cair

ABSTRACT
One efforts to increase crop production include improvements in cultivation systems, for examples the
application of sustainable organic farming, such as use of the liquid organic fertilizers. The continuous use of
liquid organic fertilizer on the soil serves to increase soil fertility. Provision of fertilizers can add nutrients to the
growing media. The application of fertilizer can be in the form of organic or inorganic fertilizers. One alternative
to maintain and improve crop yields is by providing liquid organic fertilizer. The purpose of this study was to
provide additional knowledge related to the forms of liquid organic fertilizer and the benefits of using liquid
organic fertilizer through the manufacture of Micro-Organism (MOL) banana weevil which is one form of liquid
organic fertilizer that is easily obtained by the community. The activity through KKN-PPM is to provide
socialization and training in making MOL of banana weevil. The result show that the community in the
Walelagama District can develop knowledge related to organic fertilizers can beincrease plant productivity
through the use MOL of banana weevil, whose ingredients are easily obtained so that the community can
improve the existing organic farming system.

Keywords: banana weevil, liquid organic fertilizer, MOL

PENDAHULUAN besar dan sedang. Salah satu distrik di Kabupaten


Jayawijaya yang sebagian besar penduduknya
Kabupaten Jayawijaya merupakan salah satu berada pada sektor pertanian adalah Distrik
kabupaten di Provinsi Papua. Ibu kota kabupaten Walelagama. Sistem pertanian yang diterapkan di
ini terletak di Wamena. Kondisi geografis alam distrik ini merupakan sistem pertanian organik,
mempunyai potensi yang sangat besar untuk yang tidak menggunakan input apapun selain
mendukung pengembangan berbagai jenis ta- penggunaan pupuk kandang kotoran sapi dan
naman pertanian dan perkebunan dalam skala babi. Selain itu, terdapat banyak limbah bonggol
188
Vol 5 (3): 188194 Agrokreatif

pisang yang tidak dimanfaatkan masyarakat. Hal tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman
ini menyebabkan timbulnya peluang peman- (Hadisuwito 2012).
faatan limbah bonggol pisang yang belum banyak POC mengandung unsur hara makro dan
diketahui oleh masyarakat Distrik Walelagama. mikro yang dibutuhkan tanaman. Selain unsur
Upaya untuk meningkatkan produksi ta- hara, pupuk organik cair mengandung mikro-
naman di Distrik Walelagama dapat dilakukan organisme yang tidak terdapat di dalam tanah
dengan perbaikan sistem budi daya pertanian misalnya Azotobacter sp, Azospinillum sp,
organik yang telah lama dilaksanakan dan Lactobacillus sp, Pseudomonas sp, mikrob pelarut
bersifat berkelanjutan. Salah satu cara yang saat phospat, dan mikrob selulotik (Purwati 2018).
ini dapat diterapkan adalah pemanfaatan pupuk Salah satu bentuk pupuk organik cair adalah
organik cair (POC) berbahan dasar bonggol pi- mikroorganisme lokal (MOL) berbahan dasar
sang. Penggunaan pupuk organik cair pada tanah bonggol pisang.
secara terus menerus diketahui berfungsi untuk Bonggol pisang diketahui mengandung mik-
meningkatkan kesuburan tanah. Secara tidak robia pengurai bahan organik. Mikrobia pengurai
langsung dapat menambah unsur hara di dalam tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar
tanah. Pemberian pupuk dapat berupa pupuk maupun bagian dalam (Suhastyo 2011). Jenis
organik maupun anorganik. mikrobia yang telah diidentifikasi pada MOL bo-
Salah satu alternatif untuk mempertahankan nggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas
dan meningkatkan hasil tanaman adalah dengan sp., dan Aspergillus nigger. Mikrobia inilah yang
pemberian pupuk organik cair berbahan dasar biasa menguraikan bahan organik. Mikrobia pada
MOL bonggol pisang. POC diketahui tidak me- MOL bonggol pisang akan bertindak sebagai
nimbulkan efek buruk bagi kesehatan tanaman dekomposer bahan organik yang akan di-
karena bahan dasarnya alamiah, sehingga mudah komposkan. Selanjutnya, bonggol pisang me-
diserap secara menyeluruh oleh tanaman. POC ngandung karbohidrat sebesar 66,2 dalam 100
kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau g bahan, bonggol pisang kering mengandung
disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengan- karbohidrat 66,2 g, dan pada bonggol pisang
dung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, segar mengandung karbohidrat 11,6 g
Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik) (Wulandari et al. 2009). Kandungan karbohidrat
(Yusuf 2010). Pupuk organik cair mempunyai yang tinggi akan memacu perkembangan mikro-
beberapa manfaat di antaranya dapat mendo- organisme. Kandungan karbohidrat yang tinggi
rong dan meningkatkan pembentukan klorofil dalam bonggol pisang memungkinkan untuk di-
daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman fermentasi untuk menghasilkan cuka (Wulandari
leguminosa sehingga meningkatkan kemampuan et al. 2009). Saat proses fermentasi karbohidrat
fotosintesis tanaman dan menyerap nitrogen dari akan diubah menjadi gula oleh S. cerevisiae, gula
udara (Yusuf 2010). diubah menjadi alkohol, dan alkohol akan diubah
Penggunaan POC dapat meningkatkan pro- oleh A. aceti menjadi asam asetat. Selain potensi
duksi tanaman dan menjaga keseimbangan hara dalam fermentasi juga berpotensi sebagai bio-
pada tanah. POC juga baik bagi lingkungan karena aktivator dalam pengomposan (Widiastuti 2008).
tidak menyebabkan pencemaran lingkungan Tabel 1 menunjukkan kandungan gizi dalam
serta menyediakan mikroorganisme tanah. bonggol pisang.
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil MOL bonggol pisang memiliki peranan dalam
pembusukan bahan-bahan organik yang berasal meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman
dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia dan lebih toleran terhadap penyakit. Kadar asam
yang kandungan unsur haranya lebih dari satu fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion
unsur(Hadisuwito 2012). Kelebihan dari pupuk Al, Fe, dan Ca sehingga membantu ketersediaan P
organik ini adalah mampu mengatasi defisiensi tanah yang berguna pada proses pembungaan
hara secara cepat, tidak bermasalah dalam pen- dan pembentukan buah (Setianingsih 2009).
cucian hara, dan juga mampu menyediakan hara Sejauh ini pemanfaatan pupuk organik cair oleh
secara cepat. Jika dibandingkan dengan pupuk petani di Pegunungan Tengah Papua belum di-
anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak gunakan. Hal ini bagi petani setempat merupakan
merusak tanah dan tanaman meskipun sudah sebuah larangan yang tidak dianjurkan bagi
digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk sistem pertanian yang selama ini telah mereka
ini juga memiliki bahan pengikat sehingga kembangkan secara turun temurun. Pelaksanaan
larutan pupuk yang diberikan ke permukaan pengabdian ini dilakukan sebagai wujud kepe-

189
Agrokreatif Vol 5 (3): 188–194

Tabel 1 Kandungan gizi dalam bonggol pisang  Perizinan


Bonggol Bonggol Perizinan merupakan tahapan awal dalam
Kandungan gizi kegiatan ini, yang bertujuan untuk meng-
basah kering
Kalori (kal) 43,00 425,00 informasikan kepada pemerintah dan atau
Protein (g) 0,36 3,45 kelompok masyarakat mengenai rencana pelak-
Lemak (g) 0,00 0,00 sanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
Karbohidrat (g) 11,60 66,20 yang dimaksud. Kegiatan ini dilakukan dengan
Kalsium (mg) 15,00 60,00 metode diskusi secara langsung dengan pe-
Fosfor (mg) 60,00 150,00 merintah distrik dan ketua kelompok tani.
Zat besi (mg) 0,50 2,00
Vitamin A (SJ) 0,00 0,00
Vitamin B1 (mg) 0,01 0,04  Sosialisasi pembuatan MOL
Vitami C (mg) 12,00 4,00 Sosialisasi merupakan tahapan kedua dalam
Air 86,00 20,00 kegiatan ini, setelah mendapatkan izin pelak-
Bagian yang dikonsumsi () 100,00 100,00 sanaan dari pemerintah distrik dan ketua
Sumber: Maudi et al. (2008) kelompok tani. Kegiatan ini dihadiri oleh
sekertaris dan ketua distrik dan lokasinya di
dulian dalam pengembangan sistem pertanian rumah ketua kelompok tani Tunas Harapan.
organik di Wilayah Pegunungan Tengah Papua, Sosialisasi dilakukan untuk menjelaskan terkait
dengan sampel Distrik Walelagama, dengan konsep pembuatan MOL bonggol pisang yang
tujuan memberikan pengetahuan tambahan ter- diketahui terbuat dari bahan-bahan sederhana
kait bentuk-bentuk pupuk organik cair dan dan mudah diperoleh. Selain itu, MOL adalah
manfaat penggunaan pupuk organik cair melalui larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar
pembuatan MOL bonggol pisang yang merupakan dari berbagai sumber daya lokal. Larutan MOL
salah satu bentuk pupuk organik cair yang mengandung unsur hara mikro dan makro serta
mudah diperoleh masyarakat. mengandung bakteri yang berpotensi sebagai
perombak bahan organik, perangsang per-
tumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat
digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk
Tempat dan Waktu hayati, maupun pestisida organik terutama se-
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada bagai fungisida (Purwasasmita & Kunia 2009).
bulan April 2018 yang dilaksanakan di Kelompok Keunggulan penggunaan MOL adalah dapat
Tani Tunas Harapan, Kampung Walelagama, diperoleh dengan biaya murah.
Distrik Walelagama, Kabupaten Jayawijaya,
Papua.  Praktik pembuatan MOL
Kegiatan praktik pembuatan MOL bonggol
Alat dan Bahan pisang dimulai dengan memilih bonggol pisang
Alat dan bahan yang digunakan adalah panci yang sudah habis masa panen dan menyediakan
berukuran 5 L, kompor minyak tanah, ember 10 bahan-bahan yang diperlukan, seperti gula
L, karung beras ukuran 50 kg, pengaduk kayu, merah, air, dan air cucian beras. Adapun sumber
parang, timbangan, dan talenan kayu. Bahan yang bahan yang digunakan dalam komposisi pem-
digunakan adalah bonggol pisang sebanyak 4 kg buatan MOL memiliki kegunaan masing-masing.
yang sudah dibersihkan dan dicacah halus, air Bonggol pisang sebagai bahan dasar pembuatan
cucian beras sebanyak 16 L (jenis beras Bulog), MOL memiliki kandungan selulosa yang cukup
dan gula merah sebanyak 2 kg. tinggi. Kandungan yang terdapat pada batang
pisang sebagian besar berisi air dan serat
Tahapan dan Metode Pelaksanaan (selulosa), di samping bahan mineral kalium,
Kegiatan pelatihan dan pendampingan pem- kalsium, fosfor, dan besi (Satuhu & Supriadi
buatan MOL bonggol pisang terdiri atas beberapa 1999). Saraiva et al. (2012) mengemukakan
tahapan, yaitu perizinan ke pemda terkait bahwa ekstrak batang pisang memiliki
rencana sosialisasi pembuatan MOL, praktik kandungan unsur P berkisar antara 0,2–0,5%
pembuatan MOL, dan pendampingan petani yang bermanfaat menambah nutrisi untuk per-
dalam pembuatan MOL. tumbuhan dan produksi tanaman. Oleh karena

190
Vol 5 (3): 188194 Agrokreatif

itu, batang pisang dapat dimanfaatkan sebagai dapat terlaksana dengan mudah ketika kelompok
pupuk organik cair (Hairuddin & Ariani 2017). tani mengalami kendala ataupun permasalahan.
Selain itu, di dalam bonggol pisang diketahui Praktik pembuatan MOL bonggol pisang yang
mengandung zat pengatur tumbuh giberalin dan disosialisasikan dan dibuat selanjutnya di-
sitokinin, serta 7 mikrobia yang sangat berguna aplikasikan pada tanaman sayuran petani,
bagi tanaman, yaitu Azospirillium, Azotobacter, seperti sawi dan kangkun darat. Kegiatan ini
Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikrob pelarut tidak berlangsung pada tahap analisis hasil, hal
fosfat, dan mikrobia selulotik yang dapat di- ini dikarenakan kegiatan pengabdian yang di-
manfaatkan sebagai pupuk cair (Maspary 2012). lakukan bersifat pengembangan yang diharapkan
Menurut Sukasa (1995), bonggol pisang mem- dapat dilakukan setelah proses awal ini.
punyai kandungan pati sebesar 55,4 dan kadar
protein sebesar 4,35.
Gula Merah yang digunakan sebagai sumber HASIL DAN PEMBAHASAN
glukosa yang dijadikan sumber energi bagi
mikroorganisme dalam berkembang biak. Air Hasil Kegiatan Sosialisasi dengan Pemerintah
cucian beras, yang digunakan merupakan sebagai Distrik serta Kelompok Tani
sumber karbohidrat dan nutrisi tambahan Kegiatan sosialisasi dalam pelaksanaan ke-
karena mengandung berbagai unsur hara yang giatan pengabdian masyarakat diawali dengan
diperlukan oleh tanaman serta menghasilkan perizinan kepada pemerintah distrik serta ketua
pertumbuhan akar yang lebih baik (Jumriani et al. kelompok tani Tunas Harapan. Kegiatan ini
2017). Limbah air beras putih mengandung dilakukan dengan menginformasikan kepada
nitrogen sebanyak 0,015, fospor sebanyak pemerintah distrik mengenai tujuan dan rencana
16,306, kalium sebanyak 0,02, kalsium se- kegiatan. Hasil dari kegiatan diskusi menun-
banyak 2,944, magnesium sebanyak 14,252, jukkan bahwa pemerintah Distrik Walelagama
sulfur sebanyak 0,027, besi sebanyak 0,0427, mengapresiasi kegiatan pelatihan dan pen-
dan vitamin B1 sebanyak 0,043 (Utami 2003). dampingan ini, karena dengan sistem pertanian
Kegiatan sosialisasi ini dilakukan di rumah ketua organik yang sudah lama diterapkan, petani
kelompok tani dengan alasan merupakan tempat belum pernah mengetahui adanya pemanfaatan
berkumpulnya anggota kelompok tani Tunas bonggol pisang sebagai salah satu bahan pupuk
Harapan dan anggota masyarakat lainnya. organik cair yang mampu meningkatkan per-
Praktik pembuatan MOL bonggol pisang tumbuhan dan hasil tanaman yang dibudidaya
dimulai dengan mendemonstrasikan kegiatan petani. Pemerintah distrik berharap seluruh
pencacahan bonggol pisang yang telah cuci masyarakat dapat mengikuti kegiatan tersebut
bersih dan ditimbang sebanyak 4 kg, kemudian untuk memperoleh ilmu dalam pembuatan MOL
melarutkan gula merah sebanyak 2 kg melalui sebagai salah satu pupuk organik cair bagi
proses perebusan dengan air sebanyak 2 L hingga tanaman.
mendidih. Selanjutnya adalah tahapan pencam- Setelah melakukan proses perizinan dengan
puran hasil pencacahan bonggol pisang dengan pemerintah distrik dan ketua kelompok tani
larutan gula yang telah masak dan ditambahkan Tunas Harapan tahapan selanjutnya adalah
air cucian beras sebanyak 16 L ke dalam ember sosialisasi awal dengan kelompok tani, yaitu
yang telah disiapkan. Kemudian larutan yang penyampaian jadwal dan rencana kegiatan. Hal
telah dicampur tersebut difermentasikan selama tersebut bertujuan agar anggota kelompok tani
14 hari (2 minggu) pada ember yang ditutup Tunas Harapan dapat menyesuaikan waktu
rapat. untuk dapat mengikuti praktik pembuatan MOL
bonggol pisang di Distrik Walelagama, Wamena,
 Pendampingan petani dalam pembuatan Kabupaten Jayawijaya, Papua.
MOL
Kegiatan pendampingan ini dilakukan setelah Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan MOL
proses pembuatan MOL bonggol pisang yang Bonggol Pisang
difermentasi selama 14 hari (2 minggu). Kegiatan Pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan
pendampingan dalam pembuatan MOL dilakukan MOL bonggol pisang dihadiri oleh ± 30 orang
untuk memberikan kesempatan kepada anggota anggota kelompok tani Tunas Harapan dimulai
kelompok tani Tunas Harapan dalam berdiskusi dengan persetujuan ketua kelompok tani dengan
sehingga kegiatan dalam penciptaan produk melakukan perjanjian kerja sama pelaksanaan
pengabdian, dan pemilihan lokasi yang strategis
191
Agrokreatif Vol 5 (3): 188–194

serta mudah dijangkau oleh masyarakat dalam


pelaksanaan kegiatan. Lokasi pelaksanaan adalah
di kantor Distrik Walelagama, yang memiliki
ruang khusus yang biasanya digunakan setiap
kali ada pertemuan ataupun ada kegiatan lainnya
yang masih tergabung dalam kepentingan pe-
merintah distrik ataupun masyarakat Distrik
Walelagama. Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini
terlihat pada Gambar 1–4.
Kegiatan pembuatan MOL bonggol pisang
diketahui bertujuan sebagai pupuk organik cair,
yang diketahui berfungsi dalam meningkatkan Gambar 1 Awal pelaksanaan pelatihan pembuatan
pertumbuhan dan hasil tanaman serta me- mikroorganisme lokal bonggol pisang.
ningkatkan kesuburan tanah. Dengan kata lain,
hal ini bertujuan untuk membantu menyediakan
hara tanah yang dibutuhkan tanaman pada
proses budi daya tanaman yang di usahakan
petani dalam meningkatkan produksi tanaman,
yang berujung pada peningkatan kesejahteraan
petani Distrik Walelagama secara berkelanjutan.
Saat pelaksanaan ada banyak hal yang men-
jadi pertanyaan masyarakat yang hadir pada
pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut, di
antaranya adalah bagaimana reaksi yang terjadi
hingga dapat menciptakan mikroorganisme yang
bermanfaat bagi tanaman, kenapa menggunakan Gambar 2 Proses pencacahan bonggol pisang.
gula dan air cucian beras. Hal ini yang menjadi
tantangan tersendiri bagi tim pengabdian dalam
meningkatkan pengetahuan petani terkait
pemanfaatan MOL yang telah secara luas dikenal
oleh masyarakat pada umumnya. Tantangan
inilah yang dijadikan peluang dalam pengem-
bangan sistem pertanian organik yang telah lama
diterapkan di Wilayah Dataran Tinggi Wamena,
yang diketahui merupakan sentra pertanian
organik di Indonesia Timur. Pertanian organik
yang dikenal oleh masyarakat Wamena adalah
sistem budi daya yang meniadakan input apapun,
selain pupuk kandang sapi maupun babi.
Gambar 3 Proses pencampuran bonggol pisang dan
Masyarakat belum mengenal apa yang dimaksud
larutan gula.
dengan pupuk organik selain kotoran hewan,
bagi masyarakat setempat istilah pupuk di-
gunakan untuk bahan kimia yang diketahui dapat
merusak lingkungan hidup terutama tanah.
Selain itu, hal ini juga menjadi peluang bagi
tim dalam mengembangkan dan meningkatkan
kreatifitas masyarakat dalam memanfaatkan
bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar yang
memiliki nilai positif bagi kehidupan masyarakat,
seperti penggunaan bonggol pisang sebagai
bahan dasar MOL. Hal ini merupakan solusi
alternatif meningkatkan kandungan hara tanah
yang dibutuhkan oleh tanaman serta me-
minimalisir penggunaan pupuk kimia yang Gambar 4 Proses fermentasi campuran mikro-
diketahui penggunaannya tidak diperbolehkan di organisme lokal selama 14 hari.

192
Vol 5 (3): 188194 Agrokreatif

Wilayah Pegunungan Tinggi Wamena dan mudah diperoleh, sehingga masyarakat dapat
sekitarnya. Hal ini menjadi sebuah antusiasme meningkatkan sistem pertanian organik yang
kami dalam mengembangkan dan meningkatkan telah ada dengan mengembangkan penggunaan
kemandirian pangan melalui pemanfaatan pupuk organik cair seperti MOL. Kegiatan
mikroorganisme lokal. pengabdian masyarakat ini masih perlu terus
Pembuatan MOL bonggol pisang merupakan dilakukan guna meningkatkan pengetahuan bagi
hal baru bagi anggota kelompok tani Tunas mahasiswa, masyarakat, dan seluruh petani
Harapan, hal ini disebabkan kurangnya sumber untuk terus meningkatkan kreasi, kreativitas,
informasi dan keterbatasan akses informasi serta dan pengetahuan untuk menciptakan masya-
minimnya sumber daya manusia yang didukung rakat yang mandiri serta berdaya saing. Selain
oleh lambatnya teknologi untuk diterima di itu, diharapkan agar dapat diaplikasikan lang-
wilayah ini, sehingga mengakibatkan banyak sung pada tanaman yang dibudidayakan.
masyarakat yang tidak mengerti konsep MOL
yang sudah diketahui masyarakat luas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kendala yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan Penulis mengucapkan terima kasih kepada
kegiatan pelatihan ini adalah minimnya ilmu Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
pengetahuan yang dimiliki masyarakat sehingga (LPPM) Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Petra
dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu Baliem Wamena yang telah memfasilitasi ke-
terkait penjelasan pemanfaatan MOL dalam butuhan dan kepentingan pengabdian ini,
dunia pertanian, terutama dalam proses sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan
pembuatan MOL bonggol pisang ini. Hal ini pengabdian masyarakat ini melalui pelaksanaan
dikarenakan, rendahnya tingkat pendidikan kegiatan KKN-PPM di Distrik Walelagama,
masyarakat setempat yang diketahui, sebagian Kabupaten Jayawijaya, Papua.
besar tidak menduduki pendidikan formal. Mi-
nimnya pengetahuan yang dimiliki berpengaruh
pada tingkat kemampuan dalam memahami DAFTAR PUSTAKA
sesuatu.
Hadisuwito S. 2012. Membuat Pupuk Organik
Dampak dan Upaya Keberlanjutan Kegiatan Cair. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Adapun dampak dan upaya keberlanjutan dari
pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan MOL Hairuddin R, Ariani NP. 2017. Pengaruh
bonggol pisang ini adalah penerapan pe- Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) Batang
manfaatan MOL sebagai pupuk organik cair mulai Pisang (Musa sp.) terhadap Pertumbuhan dan
digunakan pada saat proses budi daya tanaman Produktivitas Tanaman Bawang Merah
dilakukan. Selain itu, upaya keberlanjutan yang (Allium ascalonicum L.). Perbal Jurnal
diperoleh dari pelaksanaan pelatihan ini adalah Pertanian Berkelanjutan. 5(3): 31–40.
peningkatan pola tanam dengan metode per- Jumriani K, Patang, Mustarin A. 2017. Pengaruh
tanian organik yang baik dan benar, penggunaan Pemberian MOL terhadap Pertumbuhan dan
pupuk organik cair dengan dosis yang tepat. Hal Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea
ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas reptans Poir). Jurnal Pendidikan Teknologi
tanaman dan lingkungan sekitar. Pertanian. 3(2017): S19–S29.
https://doi.org/10.26858/jptp.v3i0.5450
Maspary. 2012. Apa Kehebatan MOL Bonggol
SIMPULAN
Pisang. Jakarta (ID): Gramedia.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat Maudi F, Sundari T, Azzahra R, Oktafiyani RI,
melalui kegiatan KKN-PPM ini memberikan Nafis F. 2008. Pemanfaatan Bonggol Pisang
dampak positif dan pembelajaran yang baik sebagai Bahan Pangan Alternatif melalui
sehingga masyarakat di Distrik Walelagama Program Pelatihan Pembuatan Steak dan
dapat mengembangkan pengetahuan terkait Nugget Bonggol Pisang di Desa Cihedeung
pupuk organik guna membantu meningkatkan Udik, Kabupaten Bogor. Laporan Akhir
produktivitas tanaman melalui pemanfaatan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian
MOL bonggol pisang yang bahan-bahannya
193
Agrokreatif Vol 5 (3): 188–194

kepada Masyarakat (PKMP). Bogor (ID): (SRI). Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Institut Pertanian Bogor. Tanaman Pangan (BPSB) Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Hal 12–14.
Purwasasmita M, Kunia K. 2009. Mikroorganisme
Lokal sebagai Pemicu Siklus Kehidupan dalam Suhastyo. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat
Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Kimia Mikroorganisme Lokal yang Digunakan
Teknik Kimia Indonesia. 19 –20 Oktober 2009. pada Budidaya Padi Metode SRI (System of
Rice Intenssification). [Tesis]. Bogor (ID):
Purwati E. 2018. Pengaruh Media Tanam dan
Institut Pertanian Bogor.
Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Bawang Merah (Allium Sukasa. 1995. Teknologi Pengelolaan pisang.
ascalonicum L.). [Skripsi]. Bandar Lampung Jakarta (ID): PT. Gramedia.
(ID): Universitas Lampung.
Utami SNH. 2003. Nutrisi Tanaman. Yogyakarta
Saraiva AB, Pacheco EBAV, Visconte LLY, Bispo (ID): UGM press.
EP, Escócio VA, de Sousa AMF, Soares AG,
Wulandari DDN, Fatmawati EN, Qolbaini KE,
Junior MF, Motta LCDC, Brito GFDC. 2012.
Praptinasari S. 2009. Penerapan MOL (Mikro-
Potentials for Utilization of Post-Fiber
organisme Lokal) Bonggol Pisang sebagai
Extraction Waste From Tropical Fruit
Biostarter Pembuatan Kompos. PKM-P.
Production in Brazil–the Example of Banana
Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
PseudoStem. International Journal of
Environment and Bioenergy. 4(2): 101–119. Widiastuti R. 2008. Pemanfaatan Bonggol Pisang
Raja Sere sebagai Bahan Baku Pembuatan
Satuhu S, Supriyadi A. 1999. “Pisang” Budidaya,
Cuka. [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas
Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta (ID):
Muhammadiyah Surakarta.
Penebar Swadaya.
Yusuf T. 2010. Pemupukan dan Penyemprotan
Setianingsih R. 2009. Kajian Pemanfaatan Pupuk
Lewat Daun. [Internet]. [Diakses pada: 11 Juni
Organik Cair Mikro Organisme Lokal (MOL)
2019]. Tohari Yusuf’s. Tersedia pada:
dalam Primming Umur Bibit dan Peningkatan
Pertanian Blog. http://tohariyusuf.
Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.): Uji
wordpress.com/.
Coba Penerapan System of Rice Intensification

194

Anda mungkin juga menyukai