Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan antara konsep dasar teori
berdasarkan hasil kasus Asuhan keperawatan gerontik yang dilakukan pada Ny. E
di Wisma Durian Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mula 2. Pembahasan yang
dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
keperawatan dan evaluasi. Pada kasus yang dikelola terdapat masalah
keperawatan yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan
pendengaran dan gangguan mobillitas fisik, adapun uraian pembahasan masalah
keperawatan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan pendengaran
Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal 02 Maret 2020 di Wisma
Durian Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mula 2, kami mengumpulkan data
dengan teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada WBS,
perawat, dan petugas sosial, serta observasi secara langsung keadaan WBS.
Kami mengumpulkan informasi secara sistematis mengenai Ny. E dengan
menggunakan pendekatan teoritis yang terkait mulai dari faktor predisposisi
dan presipitasi, mekanisme koping dan status mental WBS.
Alasan diagnosa keperawatan tersebut diangkat karena saat pengkajian
didapatkan data subjektif yaitu WBS mengatakan dapat melihat bayangan sejak
dirinya tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1. WBS juga
mengatakan bayangan tersebut berwujud tinggi putih serta suara tersebut
mengatakan dirinya harus bersih dan memarahinya. WBS juga mengatakan
bayangan tersebut muncul saat dirinya sendirian.dan pada malam hari, jika
bayangan itu timbul dirinya merasa takut dan kesal. Data obyektif yang
didapatkan yaitu WBS tampak sering melamun, tampak berbicara sendiri,
tampak lesu, dan tampak menoleh kearah suara tersebut. Diagnosa
keperawatan tersebut diprioritaskan karena keluhan yang dirasakan pasien saat
itu menjadi core problem.

60
Penyusunan rencana keperawatan pada Ny. E telah sesuai dengan
rencana keperawatan teoritis menurut Menurut Keliat (2010), Untuk membantu
pasien agar mampu mengontrol halusinasi, Perawat dapat melatih pasien
dengan empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi,
keempat cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik halusinasi, bercakap –
cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang terjadwal, dan minum obat
secara teratur. Pada tahap ini kami tidak merasakan adanya hambatan.
Kesamaan antara konsep teoritis terhadap kondisi dan kebutuhan pasien
merupakan faktor pendukung serta tersedianya literatur yang memudahkan
penyusunan dalam perumusan rencana keperawatan pada pasien Ny. E.
Pada pertemuan pertama tindakan yang dilakukan adalah Sp 1 yaitu
menanyakan (jenis, isi halusinasi, waktu, frekuensi dan situasi yang
menyebabkan halusinasi, serta respon WBS terhadap halusinasi yang dimiliki),
dan WBS diajarkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi,
dari hasil wawancara didapatkan hasil yaitu WBS mengatakan dapat melihat
bayangan sejak dirinya tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1,
dengan wujud tinggi putih serta suara tersebut mengatakan dirinya harus bersih
dan memarahinya. WBS juga mengatakan bayangan tersebut muncul saat
dirinya sendirian.dan pada malam hari, jika bayangan itu timbul dirinya merasa
takut dan kesal. WBS juga mampu melakukam cara menghardik halusinasi
pendengaran dan penglihatan. Pada pertemuan kedua dilakukan Sp 2 dan
hasilnya WBS mampu mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan perawat. Selanjutnya pada pertemuan ketiga adalah Sp 3 yaitu WBS
diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas kegiatan
harian seperti menyibukan diri dengan kegiatan yang lain. Dan pertemuan
terakhir adalah Sp 4 yaitu mengajarkan WBS patuh minum obat, dalam hal
ini WBS dijelaskan tentang keuntungan dan kerugian tidak minum obat serta
obat apa saja yang harus diminum oleh WBS.
Evaluasi dari gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dan
pendengaran sudah tercapai dari SP1 sampai dengan SP IV yaitu WBS mampu
(menyebutkan isi halusinasi, waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan

61
halusinasi, serta respon WBS terhadap halusinasi yang dimiliki, cara
mengardik halusinasi, melakukan kegiatan, dan patuh minum obat) untuk
mnegendalikan halusinasinya.
Upaya yang dilakukan kelompok adalah terus melakukan pendekatan
dukungan kepada WBS agar WBS dapat menerapkan cara mengontrol
halusinasi disaat halusinasinya muncul.

2. Gangguan Mobilitas Fisik


Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal 02 Maret 2020 di Wisma
Durian Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mula 2, kami mengumpulkan data
dengan teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada WBS,
serta observasi secara langsung keadaan WBS. Kami mengumpulkan informasi
secara sistematis mengenai Ny. E dengan menggunakan pendekatan teoritis
yang terkait dengan pemeriksaan fisik head to toe.
Diagnosa keperawatan tersebut diangkat karena ini merupakan masalah
fisik yang terjadi pada Ny. E karena saat pengkajian didapatkan data subjektif
yaitu WBS mengatakan lemas pada kakinya, WBS mengatakan mengalami
kesulitan saat berjalan, WBS mengatakan butuh bantuan saat berjalan. Data
obyektif yang didapatkan yaitu WBS tampak berhati-hati saat berjalan, WBS
tampak memegang sanggahan saat berjalan, kekuatan otot 5 5 5 5 5 5 5 5
3333 3333
Intervensi keperawatan yang digunakan untuk diagnosa gangguan
mobilitas fisik meliputi kaji kekuatan otot, bantu pasien untuk melakukan
latihan rentang gerak, berikan masase titik yang tertekan setelah rehab
perubahan posisi, kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai program dan
efektivitasnya, kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik, rujuk
untuk konsultasi psikologis bila kelemahan motorik, sensorik, dan seksual
terjadi permanen, dan motivasi dalam melakukan mobilisasi dan ADL.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan masalah teratasi
sebagian dengan data subyektif yaitu WBS mengatakan senang karena latihan
rentang gerak, WBS mengatakan ingin bisa berjalan-jalan, WBS mengatakan

62
akan melakukan latihan rentang gerak saat ada waktu sore. Data obyektif yaitu
WBS tampak kooperatif, WBS tampak mengikuti instruksi yang diperintahkan
untuk melakukan latihan rentang gerak, WBS tampak senang. kami tetap
melakukan intervensi tersebut sampai WBS mampu melakukan mobilitas fisik
secara mandiri.

63

Anda mungkin juga menyukai