Dinding Thorax PDF
Dinding Thorax PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Thoraks merupakan rongga yang dibatasi dan dikelilingi oleh dinding thoraks
yang dibentuk oleh tulang, kartilage, dan otot. Didalam rongga thoraks terdapat
dua ruangan yaitu paru-paru dan mediastinum serta terjadi proses sistem
pernapasan dan peredaran darah.Organ yang terletak dalam rongga dada yaitu;
esophagus, paru paru, hepar, jantung, pembuluh darah dan saluran limfe
(Ombregt, 2013).
tulang rawan, ligamen, otot dan tendon.Bagian superfisial dari dinding thoraks
dengan batang tubuh. Bagian kranial dibatasi oleh tulang vertebra thoraks
pertama, tulang kosta pertama, klavikula dan tepi atas manubrium. Batas inferior
dipisahkan terhadap abdomen oleh diafragma. Suatu kurungan thoraks terdiri dari
12 pasang tulang kosta. Setiap kosta terdiri dari kepala, leher, dan badan. Pada
perjalanan serat saraf dan pembuluh darah pada tepi bawah tulang(Ombregt,
2013). Tulang kosta berfungsi melindungi organ vital rongga thoraks seperti
7
8
2.2.1 Definisi
Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan atau
organ intra thoraks, oleh karena trauma tumpul dan trauma tajam (Mattox, et al.,
2013).
Trauma tumpul thoraks terdiri dari kontusio dan hematoma dinding thoraks,
fraktur tulang kosta, flail chest, fraktur sternum, trauma tumpul pada parenkim
2.2.2 Epidemiologi
mortalitas trauma tumpul thoraks dapat mencapai 60%. Disamping itu 20-25%
kematian multipel trauma disebabkan oleh trauma thoraks (Veysi, et al., 2009).
Trauma tumpul dinding dada terjadi lebih dari 10% kasus trauma yang datang ke
ruang gawat darurat di seluruh dunia, dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
2.2.3 Etiologi
Trauma pada thoraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan
kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga pleura saluran nafas intra
thoraks dan parenkim paru.Kerusakan ini dapat terjadi tunggal atau kombinasi
2.2.4 Patofisiologi
Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat
kerusakan anatomi yang lebih berat berupa fraktur kosta multiple dengan
berat menyebakan robekan pembuluh darah besar dan trauma langsung pada
Fraktur kosta adalah patah tulang yang terjadi pada tulang kosta. Flail chest
secara khusus didefinisikan dengan patah tulang pada 4 atau lebih patah tulang
kosta pada dua atau lebih lokasi yang menyebabkan adanya gerakan paradoksal
2.3.2 Epidemiologi
Fraktur kosta lebih sering terjadi pada usia lanjut dibandingkan usia muda, dan
2014).
Fraktur kosta pada remaja biasanya karena kegiatan olah raga dan rekreasi
sedangkan pada orang dewasa penyebab utamanya adalah kecelakaan lalu lintas.
Pada usia lanjut, penyebab utama terjadinya fraktur kosta adalah jatuh dari
ketinggian. Fraktur kosta juga bisa karena proses patologis (Assi & Nazal, 2012).
Pada anak- anak umur kurang dari 3 tahun penyebab terbanyak karena menjadi
korban kekerasan pada anak 82% dari 62 anak-anak dengan umur kurang dari 3
trauma. Fraktur kosta di dunia lebih banyak terjadi karena kecelakaan lalulintas
Lebih dari setengah dari semua pasien memerlukan tindakan operasi atau
Pada anak anak lebih banyak terjadi trauma pada bagian bawah thoraks dan
bagian perut sehingga bila terjadi fraktur kosta dapat menjadi tanda adanya
kemungkinan cedera dengan tenaga yang lebih besar. Pada anak-anak jarang
terjadi fraktur kosta karena tulang kosta anak anak lebih elastis dibandingkan
Struktur tulang kosta pada dinding thoraks dapat dibagi menjadi tiga area
berdasarkan tingkat trauma yang diperlukan untuk mengalami suatu cedera. Area
atas termasuk tulang kosta pertama hingga keempat. Fraktur pada area ini
cedera pembuluh darah besar dan pleksus brakialis. Area tengah meliputi kosta
kelima hingga sembilan. Fraktur pada area ini lebih sering terjadi pada sisi
posterior atau lateral dengan komplikasi seperti laserasi paru, kontusio paru,
hingga 12 dan berhubungan dengan cedera pada organ solid (cedera lien dan
Stress Rib Fractures (SRF) merupakan cedera yang dimulai dengan adanya
tekanan kecil pada tulang, yang mana berlangsung terus menerus menyebabkan
Cedera ini jarang terjadi dan terdiagnosis, paling sering terlihat pada pekerja dan
atlet dengan gerakan berulang (Vinther & Thornton, 2016). Paling sering terlihat
12
pada kosta empat hingga delapan sisi lateral atau anterolateral oleh karena
kontraksi berulang dari otot seratus anterior (McDonnell, et al., 2011). Temuan
radiografi mungkin normal pada tahap awal (Coris & Higgins, 2005).
Buckle fracture pada tulang kosta terjadi akibat retaknya korteks tulang bagian
dalam atau bagian luar (Maeseneer, et al., 2004). Tipe patah tulang ini tampak
sebagai keriput hingga adanya retakan pada korteks dan umumnya terlewatkan
lengkap pada korteks dengan posisi yang masih satu kesejajaran, umumnya
melibatkan medula dan korteks bagian dalam dan bagian luar. Deteksi terhadap
fraktur kosta undisplaced sulit dan gambaran cedera ini seringkali terlihat pada
foto follow up saat muncul tanda tanda penyembuhan (Cho, et al., 2012).
Saat terjadi patahan pada korteks disertai hilangnya kesejajaran garis tulang,
fraktur tersebut dikatakan displaced. Pergeseran tulang ini dapat minimal atau
tampak jelas. Cedera pada jaringan dan struktur disekitarnya dapat terjadi, dan
(Boyles, et al., 2013). Fraktur displace ini teridentifikasi pada foto polos atau pada
displacement dari fraktur ini termasuk gaya yang diterima oleh tulang tersebut
displacement yang mana berbeda pada tiap individu. Pada tulang anak anak
dengan elastisitas yang tinggi memerlukan suatu gaya yang lebih besar untuk
13
menimbulkan fraktur sempurna pada kosta anak anak dibandingkan dengan kosta
Fraktur segmental merupakan cedera tingkat tinggi dengan dua buah patahan
yang sempurna yang terpisah pada satu kosta yang sama. Farktur segmental ini
mungkin masih dalam satu garis yang sejajar atau seringkali bergeser sebagian
atau seluruhnya pada satu atau kedua lokasi fraktur (Borman, et al., 2006). Fraktur
kosta segmental yang terjadi pada tiga atau lebih kosta yang berurutan
tertari kedalam pada saat inspirasi dan menggembung keluar pada saat ekspirasi
tabrakan kendaraan bermotor, deformitas dari setir kendaraan dan aktifnya sabuk
pengaman dan airbag berhubungan dengan cedera pada kosta (Lafferty, et al.,
2011).
Pasien dengan fraktur kosta mengeluh nyeri saat inspirasi dan sesak napas.
Nyeri pada saat palpasi, adanya krepitasi, dan deformitas dari dinding dada
merupakan tanda umum adanya fraktur kosta. Gerakan dinding dada yang
paradoksal saat bernapas merupakan tanda adanya flail chest. Adanya gangguan
bagian bawah perlu dilakukan penilaian adanya kecurigaan cedera pada organ
Pada pasien dengan fraktur kosta tanpa riwayat trauma perlu dicurigai adanya
tumor tulang primer pada dinding dada yang bermanifestasi sebagai fraktur kosta,
termasuk adanya metastasis tulang akibat adanya keganasan pada organ lain
2.4.1 Laboratorium
patah tulang kosta bagian bawahdiindikasikan pada kecurigaan trauma ginjal. Tes
fungsi paru seperti analisa gas darah digunakan untuk mengetahui adanya
kontusio paru tetapi bukan pemeriksaan untuk fraktur kosta itu sendiri(Mattox, et
al., 2013).
Pemeriksaan awal pada pasien dengan kecurigaan fraktur kosta paska trauma
thoraks adalah foto polos thoraks. Deteksi dini adanya fraktur kosta maupun
pneumonia dan cedera pembuluh darah. Adanya patah tulang sternum dan scapula
dapat menjadi kecurigaan adanya fraktur kosta. Cedera aorta tampak ada
15
pelebaran > 8 cm dari mediastinum pada bagian atas kanan dari hasil foto polos
2.4.3 Ultrasonography
lebih tinggi dibandingkan dengan radiografi (0.92 vs. 0.44) tetapi hasil ini sangat
tergantung pada operator alat dan alat yang digunakan (Hosseini, et al., 2015).
2.4.4 CT ScanThoraks
klinis dan tidak memerlukan pemeriksaan CT scan secara rutin, kecuali ditemukan
kondisi patologis lain pada rongga intrathorax yang memerlukan penilaian lebih
CT scan thoraks lebih sensitif daripada foto polos thoraks untuk mengetahui
fraktur tulang kosta. Jika dicurigai adanya komplikasi dari fraktur kosta pada
pemeriksaan foto polos thoraks (Taylor, et al., 2013). CT scan dapat membedakan
16
area dari kontusio paru terjadi atelectasis atau aspirasi (Ganie, et al., 2013; Mirka,
et al., 2012).
posterior lateral meskipun MRI tidak digunakan untuk diagnosis pertama pada
klinis untuk diagnosis diferensialnya luas meliputi fraktur kosta, cedera kartilage
kosta, dan cedera jaringan otot. Cedera kartilage kosta merupakan diagnosis
pencitraan yang jarang namun sering terjadi didalam praktik klinis sehari hari dan
ditangani tanpa konfirmasi pencitraan. Pada pasien yang mana diagnosis klinis
terutama pada atlet profesional, MRI merupakan teknik yang berguna. (Subha, et
al., 2008).
Jumlah fraktur kosta berkaitan dengan keparahan dari cedera, sejalan dengan
dengan tingginya angka mortalitas. Berdasarkan usia dan jumlah fraktur ini,
Easter menciptakan suatu rumusan untuk menentukan pasien dewasa mana yang
17
memiliki risiko yang lebih tinggi sehingga membutuhkan penanganan oleh tingkat
sides) + age factor. Breaks adalah jumlah fraktur pada kosta, bukan jumlah kosta
yang fraktur. Side memiliki nilai bila sisi bilateral adalah 2 dan unilateral adalah
1. Didalam studi Maxwell dan kolega, tidak ditemukan validitas yang kuat
sebagai prediktor secara statistik, namun berguna sebagai sarana skrinning untuk
digunakan sebagai alat untuk menentukan tingkat obat analgetika yang tepat yang
mengurangi gerakan paradoksal bila terdapat flail chest. Bila semua usaha tersebut
gagal, diperlukan ventilasi secara invasif dengan sedasi. Hal ini sedapat mungkin
dihindari bila tidak terdapat cedera lain pada pasien. Sekali pasien terpasang
ventilator, proses pelepasan alat ini sangat sulit. Penanganan nyeri yang baik
dasar dari kualitas perawatan pasien untuk menjamin kenyamanan pasien. Pasien
dengan patah tulang kosta akan mengalami nyeri berat ketika bernafas, berbicara,
merupakan prioritas untuk menurunkan risiko paru dan efek sistemik dari fraktur
Pemberian analgetika dimulai sejak pasien berada di unit gawat darurat untuk
signifikan, diantaranya depresi napas, refleks batuk yang berkurang, dan delirium.
2016)
parasetamol, opioid golongan lemah, obat anti inflamasi non steroid, dan opioid
golongan kuat pada nyeri yang sangat berat. Bila analgetika yang diberikan sudah
cukup untuk pasien, regimen obat ini dilanjutkan. (May, et al., 2016).
Tahap kedua golongan opioid diberikan bila nyeri tidak tertangani dengan
baik pada intervensi tahap pertama. Pemberian morfin secara intravena dapat
dititrasi berdasarkan berat badan. Setelah efek analgetika yang didapat cukup,
opioid golongan kuat (morfin sulfat) dapat ditambahkan dalam resep reguler
menggantikan opioid golongan lemah. Efek samping dari opioid golongan kuat
seperti mual, muntah, konstipasi, dapat ditangani dengan pemberian obat sesuai
secara intravena. Bila nyeri masih tidak dapat dikontrol atau sudah menggunakan
Analgetika epidural telah menjadi standar ketika opioid tidak cukup tersedia.
Pasien dengan fraktur kosta dengan level yang lebih tinggi, bilateral, flail chest,
drain interkostal, dan dengan gangguan respirasi akibat nyeri dapat mendapatkan
20
manfaat dari pemberian analgetika epidural. Jumlah fraktur kosta, cedera pada
terhadap volume obat anestesi, penambahan opioid, dan jumlah awal yang diinfus.
teknis lebih sulit pada saat insersi, dengan risiko menusuk dura atau cedera pada
medula spinalis, terjadi hipotensi, retensi urine dan pruritus.(Yeh, et al., 2012)
Blok paravetebra dengan cara injeksi obat anestesi lokal kedalam ruang
simpatik unilateral. Saraf spinalis tidak diikat oleh kumpulan fasia, sehingga
meningkatkan penyebaran dari obat anestesi. Pemberian dalam volume obat yang
adekuat mayoritas penyebaran secara kaudal dan kranial akan mencakup paling
tidak lima dermatom sensoris. Satu tusukan kateter dapat memberikan efek pada
infus mengandung levobupivakain 0,1% 5-10ml per jam. Infus ini dipertahankan
hingga 7 hari. Secara evidens, blok paravertebra sama efektifnya dengan epidural
Blok otot serratus pertama kali diperkenalkan oleh Blanco pada tahun 2013
untuk operasi pada dinding dada bagian anterolateral, dengan tujuan memberikan
anestesia pada hemithoraks. Blok ini digunakan sebagai alternatif selain blok
21
obat yang akan diberikan, adanya infeksi lokal, tanda anatomi sulit diidentifikasi
et al., 2013)
Blok interpleura dengan memberika obat anestesi lokal dalam jumlah volume
yang besar melalui drain thoraks. Distribusi obat ini dipengaruhi gravitasi.
Adanya cairan atau darah didalam rongga pleura juga mempercepat dilusi dari
obatobatan yang diberikan. Dapat terjadi infeksi pada rongga pleura dan
Blok interkostal secara tepat dapat memberikan efek analgetika dalam jangka
waktu 4-24 jam. Pemberian blok interkostal ini membutuhkan injeksi obat yang
Palpasi pada saat pemberian injeksi menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien
Penggunaan fiksasi patah tulang kosta meningkat untuk penanganan flail chest
fixation (SRF) merupakan suatu penanganan pada flail chest untuk menjaga
Fiksasi tulang dengan operasi untuk menstabilkan tulang dada telah banyak
pernapasan normal, dan mengurangi nyeri. Indikasi lain seperti fraktur kosta yang
tidak mempan dengan manajemen nyeri pada umumnya, fraktur yang sifatnya
non-union, dan saat tindakan thorakotomi akibat cedera primer yang lain.
kesempatan untuk evaluasi paru paru saat operasi. Fraktur kosta pada anterior,
fraktur pada bagian posterior sulit untuk dinilai tanpa menyebabkan cedera pada
otot-ototnya. Foto polos thoraks paska operasi diperlukan untuk menilai fiksasi
Studi uji klinis secara random melaporkan adanya penurunan signifikan angka
mekanis. Lama waktu perawatan intensif juga lebih rendah dan mengurangi angka
mortalitas (Battle, et al., 2013). Studi lain juga menyatakan fiksasi dengan operasi
mengurangi penggunaan opiod dan bersifat cost effective (Pressley, et al., 2012).
2.6.1 Hipoksia
al., 2013).
2.6.2 Atelektasis
Nyeri dari patah tulang kosta dapat disebabkan karena penekanan respirasi
2.6.3 Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada
patah tulang kosta.Pneumonia dapat bervariasi tergantung pada patah tulang kosta
dan umur pasien.Insiden terjadinya pneumonia pada semua pasien yang dirawat di
rumah sakit dengan satu atau lebih patah tulang kosta sekitar 6 %(Melendez, et
al., 2016).
Fraktur pada kosta bagian bawah biasanya berhubungan dengan trauma pada
kiri berhubungan dengan trauma lien dan fraktur pada bagian bawah kanan
2.6.5 Pneumothoraks
rongga pleura akibat robeknya pleura visceral, dapat terjadi spontan atau karena
24
2.6.6 Hematothoraks
yang nyata oleh karena perdarahan masif yang terjadi, yang terkumpul di dalam
Fraktur kosta selalu berhubungan dengan kontusio paru. Patah tulang kosta
2.6.8 Nyeri
Nyeri pada trauma tumpul thoraks berkaitan dengan fungsi pernapasan yang
et al., 2015).
2.7 Nyeri
Definisi nyeri sebagai suatu pengalaman subyektif, adalah sensori yang tidak
jaringan atau yang berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan (Melzack & Wall,
Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang terjadi selama ≥ 3 bulan dan
yang tepat untuk mengukur kualitas dan intensitas pengalaman nyeri diperlukan
agar dapat merencanakan tindak lanjut dan memprediksi hasilnya (Choi, et al.,
2015).
Sebanyak 32% pasien yang menjalani pembedahan dan 50% pasien yang dirawat
secara konservatif masih mengalami nyeri pada dinding dada pada tahun pertama
paska operasi. Tidak diketahui pasti penyebab dari nyeri kronis tersebut. (Olsen,
2016)
mayor. Nyeri kronis secara negatif mempengaruhi fungsi fisik, kesehatan mental,
populasi umum dengan nyeri kronis di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa
berkisar 19% hingga 57%. Cedera trauma merupakan penyebab primer dari nyeri
kronis pada 12%-41%. (Tripp, et al., 2006; CB, et al., 2010; Breivik, et al., 2006).
hidup. Sistem nyeri termasuk didalamnya serat aferen (nosiseptor) yang berespon
26
terhadap cedera dan jalur yang ditimbulkan oleh aferen ini, tidak hanya
perlindungan terhadap cedera jaringan atau saraf. Didalam kondisi ini, neuron
merupakan respon adaptif yang memicu proses perlindungan pada wilayah yang
mengalami cedera. Pada beberapa kasus, proses perangsangan ini masih muncul
dalam jangka waktu yang lama, sehingga menimbulkan sindroma nyeri kronis
yang masih ada meskipun cedera yang akut telah hilang(Cavanaugh & Basbaum,
2011).
yang paling sering digunakan adalah McGill Pain Questionnaire (MPQ) yang
diperkenalkan oleh Melzack yang terdiri dari 20 macam deskripsi verbal untuk
Didalam MPQ terdapat Visual Analog Scale (VAS). VAS telah digunakan pada
berbagai macam klinis termasuk penilaian nyeri saat melahirkan, nyeri pelvis
kornis, dan sklerosis sistemik (Droz & Howard, 2011; El-Baalbaki, et al., 2011).
Thailand, dan Korea (Strand, et al., 2008).Pada kuesioner visual analog scale
dialami. Nyeri diukur dari skala intensitas 0 hingga 10. Nilai VAS<3 dikategorikan
2.8 Disabilitas
Sebagai hasil dari nyeri kronis, pasien dengan nyeri kronis manghadapi
pasien pasien fraktur kosta yang memerlukan rawat inap di rumah sakit. Angka
kembali bekerja dikatakan buruk dimana hanya 71% dari mereka yang klembali
buruk dibandingkan laki-laki. Tidak ada pengaruh usia didalam studi ini,
walaupun pasien usia tua memiliki skor dibidang komponen mental yang lebih
dibuat World Health Organization (WHO) dan digunakan untuk melihat keadaan
kesehatan dan kecacatan atau disabilitas. Dalam ICF disabilitas adalah suatu
dan pendengaran dan temperatur udara dan suhu tubuh seseorang. Sedangkan
personal adalah gender, ras, umur, kebugaran, gaya hidup, kebiasaan, latar
peranan pada kejadian disabilitas pada seseorang. Faktor lingkungan dan personal
psikometri dan validitas dengan hasil yang baik (Carlozzi, et al., 2015; Olatz, et
(Cronbach’s alpha, α: 0.86), struktur faktor resiko yang stabil, reliabilitas tes dan
skala Rasch antar populasi, dan responsitivitas yang tinggi. Suatu hasil validitas
29
yang konkuren atau bersamaan adalah seberapa baik hasil dari WHODAS 2.0
berkorelasi terhadap hasil dari instrumen lain yang mengukur disabilitas yang
sama. Dari penelitian ini didapatkan hasil konkurensi yang baik bila dibandingkan
Quality of Life measure (WHO QOL), the London Handicap Scale (LHS), the
Functional Independent Measure (FIM) and the Short Form Health Survey
Didalam dua lapangan uji, suatu versi pendek dari WHODAS versi 2.0 yang
pertanyaan dengan hasil skrinning yang mengidentifikasi lebih dari 90% dari
et al., 2010).
dijumlahkan. Skoring sederhana ini digunakan secara praktis pada situasi klinis
yang sibuk. Skoring sederhana ini hanya dapat digunakan pada jumlah sampel
yang sedikit. Skor maksimal pada sistem penilaian ini adalah 60. Semakin tinggi
tidak ada disabilitas dan skor 60 mencerminkan disabilitas komplit. Skor ≥17