Anda di halaman 1dari 16

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393

Akreditasi No. 110/DIKTI/Kep/2009

ANTARA SENI BERPERANG ALA SUN TZU, AKUNTANSI 1 DAN


SUSTAINABILITAS ORGANISASI 2

Agung Budi Sulistiyo


agungbudisulistiyo@gmail.com
Jurusan Akuntansi Universitas Jember

ABSTRACT
The aim of this paper is to relate the Sun Tzu’s concept of war with accounting and organization sustainability.
The essence of the Sun Tzu’s concept of war is “winning without fighting” which is used as a framework and
analytical tool in explaining strategy within which used by non-mainstream paradigm to challenge the
domination of positivist-mainstream paradigm. Accounting in this paper is understood as a collection of thought
from individual in seeing accounting reality, as well as with organization group of thinkers, that is mainstream
and non-mainstream fortress. The result of this review indicates that non-mainstream paradigm uses a “weapon
of gentleness” which is understanding, good criticizing, synergizing and truly loving in developing accounting
research studies. This strategy does not attempt to remove nor kill the mainstreama paradigm. They made a
serious effort to bring the mainstream to jointly develop accounting in accordance with their paradigm that
created what is known as paradigmatic-balance. The paradigmatic-balance is needed to maintain sustainability
in accounting thought so as to form accounting civilization for the better.

Key words: Sun Tzu”s concept of war, mainstream, non-mainstream, paradigmatic balance

ABSTRAK
Tujuan paper ini berupaya untuk merelasikan antara konsep berperang Sun Tzu, akuntansi dan
sustainabilitas organisasi. Intisari konsep perang Sun Tzu adalah “menang tanpa bertempur” yang
digunakan sebagai rerangka dan alat analisis dalam menjelaskan strategi yang dipakai paradigma non
mainstream untuk “menantang” dominasi kaum positivis. Akuntansi dalam paper ini dimaknai
sebagai kumpulan pemikiran dari individu dalam melihat realitas akuntansi, demikian pula dengan
organisasi mencerminkan kelompok-kelompok pemikirnya yaitu kubu mainstream dan non
mainstream. Hasil telaah menunjukkan bahwa paradigma non mainstream menggunakan “senjata
kelembutan” yakni understanding, good criticizing, synergizing dan trully loving dalam
mengembangkan kajian riset akuntansinya. Strategi ini tidak berupaya menyingkirkan atau bahkan
membunuh paradigma mainstream. Mereka berupaya mengajak sang mainstream untuk bersama-
sama mengembangkan disiplin akuntansi sesuai dengan paradigmanya sehingga terciptalah apa yang
dinamakan sebagai keseimbangan paradigmatik. Keseimbangan paradigmatik ini dibutuhkan untuk
menjaga sustainabilitas pemikiran akuntansi sehingga mampu membentuk peradaban akuntansi
menjadi lebih baik.
Kata kunci: Sun Tzu, mainstream, non mainstream, keseimbangan paradigmatik

                                                            
1 Saya mendefinisikan akuntansi sebagaimana Ward Goodenough (dalam Spradley, 1997) memaknai budaya sebagai kumpulan

(organisasi) pikiran dari seseorang dalam menginterpretasikan realitas sosial dan budaya di sekitarnya. Demikian pula saya
mengartikan akuntansi dalam paper ini sebagai kumpulan pemikiran seseorang tentang realitas akuntansi. 
2 Organisasi yang dimaksud bukanlah perusahaan atau institusi secara fisik/material melainkan sebagai setiap bentuk

perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama (Mooney, dikutip dalam Wilis, 1996). Organisasi yang dimaksud dalam
paper ini adalah kelompok-kelompok pemikiran dalam paradigma yang sama mengenai realitas akuntansi. Saya membaginya
menjadi dua kelompok yakni kelompok mainstream (mewakili paradigma positivistik) dan non mainstream (representasi dari
paradigma non positivistik). Masing-masing kelompok memiliki spirit, visi dan misi yang berbeda dalam membangun
sinergitas pemikiran tentang bagaimana membangun realitas akuntansi khususnya pada ranah penelitian. 
 
Antara Seni Berperang Ala Sun Tzu, Akuntansi dan Sustainabilitas Organisasi… – Sulistiyo 17

Siapa yang memahami dirinya sendiri dan lawan,


akan menang dalam setiap pertempuran
Siapa yang hanya memahami dirinya sendiri dan tidak paham keadaan lawan,
kemungkinan menang tinggal separuh
Siapa yang tidak memahami keadaan lawan dan dirinya sendiri,
pasti akan kalah dalam setiap pertempuran.
(Sun Tzu, The Art of War, abad ke-6 SM)

PENDAHULUAN rensi kebenaran universal dan eksternal


Sebelum menguraikan isi paper ini le- (Rosenau, 1992).
bih dalam saya akan mengungkap bebera- Lebih jauh Rosenau melihat dalam su-
pa kalimat yang menjadi intisari (substansi) dut pandang posmodernisme, dapat dike-
dari tiap sub bahasan dan menampilkannya lompokkan ke dalam dua kutub yakni pos-
di awal tulisan. modernisme yang bersifat skeptis dan afir-
1. Kearifan muncul dari pemaknaan yang matif. Ciri skeptis cenderung amoral, tidak
mendalam atas sebuah fenomena akun- ada kebenaran bahkan menegasikan kebera-
tansi bukan sekedar pandangan sekilas daan Tuhan (Rosenau, 1992:15). Adapun
tanpa melibatkan substansi. (Berperang yang afirmatif bersifat lebih terbuka,
dengan memahami fenomena lebih dalam). berpandangan optimis dan sama-sama me-
2. Situasi yang mapan (status quo) dalam lakukan kritik atas konsep modernitas. De-
hegemoni “penguasa akuntansi” sering mikian pula yang dinyatakan Sahal (1994)
melalaikan kita dari jalan kebenaran, bahwa logosentrisme cenderung bersifat
terbukalah pada kritik yang baik karena totaliter sehingga yang bukan pusat, yang
seringkali itu dibutuhkan untuk me- partikular, yang lain, yang berbeda harus
ngembalikan kita pada jalan yang benar. disubordinasikan ke dalamnya. Dengan
(Berperang dengan menawarkan kritik yang kata lain terciptalah sebuah kondisi ketidak-
membangun). seimbangan paradigmatik dalam pengem-
3. Realitas akuntansi yang utuh dibangun bangan riset akuntansi (Sulistiyo, 2011b).
melalui kombinasi nilai-nilai kemanusia- Ketidakseimbangan paradigmatik ini
an dan nilai-nilai Ketuhanan. (Berperang tentunya akan melahirkan ketidak puasan
dengan prinsip sinergi oposisi biner). dari pihak yang terpinggirkan dan diang-
4. Nilai-nilai spiritualitas mampu mengha- gap marjinal. Oleh karenanya ada upaya
dirkan “spirit manusia” dalam diri yang signifikan dan sistematis dari para
akuntansi. (Berperang dengan kasih sayang pelaku akuntansi kubu non mainstream un-
dan cinta yang tulus). tuk mendobrak hegemoni dan diktatorisasi
Inilah keempat konsep strategi berpe- kaum positivis ini. Upaya mengembalikan
rang yang coba saya tafsirkan dari paradig- keseimbangan paradigmatik pada jalur riset
ma non mainstream dalam mengembangkan akuntansi yang proporsional menyiratkan
riset dan keilmuan akuntansi melalui re- adanya perang antar paradigma.
rangka seni berperang ala Sun Tzu. Kita
tahu bersama bahwa hampir setengah abad PERANG PARADIGMA
perkembangan ilmu akuntansi didominasi Istilah perang paradigma berasal dari
oleh paham positivistik yang mengagung- terminologi perang ilmu (science war) yang
kan keilmiahan, obyektifitas dan bebas nilai pertama kali muncul sebagai wacana ilmiah
(value free). Hal ini mendorong paradigma resmi dan terpublikasi dalam jurnal ilmiah
positivistik menjadikan dirinya sebagai Social Text tahun 1995 (Mulawarman, 2009).
sebuah “logosentrisme”. Bentuk logosen- Walaupun Sardar (2002) memandang
trisme merupakan sistem pola berpikir yang bahwa Gross dan Levitt-lah pada tahun
mengklaim adanya legitimasi dengan refe- 1994 yang pertama kali melihat adanya tarik
18 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 1, Maret 2012 : 16-31

menarik antara ilmuwan mainstream yang keadilan dan kesejahteraan bagi para
diwakili scientist Amerika yang mendapat pelaku akuntansi itu sendiri.
kritikan dan sorotan tajam dari para ilmu-
wan kritis dikarenakan ilmu telah dibawa WAJAH POSITIVISTIK “SANG
oleh para ilmuwan mainstream untuk kepen- MAINSTREAM”
tingan politik dan ekonomi. Di antaranya Dalam ruh ilmu pengetahuan barat
adalah industri senjata untuk kepentingan mengandung doktrin sekulerisme. Sebuah
perang, eksploitasi sumber daya alam dan doktrin yang ingin membebaskan ilmu
ekonomisasi teknologi bagi kepentingan pengetahuan (science) dari belenggu aga-
perusahaan multinasional. ma/dogma. Paham ini menganggap bahwa
Dalam konteks riset akuntansi, gam- kehadiran agama akan menghambat kema-
baran pertempuran paradigma juga terjadi. juan ilmu pengetahuan itu sendiri. Doktrin
Chua (1986) yang melakukan kritik atas ini berawal dari revolusi ilmu pengetahuan
klasifikasi paradigma ilmu sosial menurut yang terjadi di Eropa Barat pada abad 16
Burrell dan Morgan (1979) dan mengait- masehi, ditandai dengan kekuasaan gereja.
kannya dengan ilmu akuntansi memandang Kondisi ini terjadi karena banyak
adanya tiga paradigma besar dalam ranah kontradiksi atau pertentangan antara ajaran
riset akuntansi yakni aliran fungsionalis gereja dengan fakta-fakta ilmiah pada saat
atau positivistik, interpretif dan paradigma itu. Oleh karena itu terjadilah upaya untuk
kritis, sedangkan Sarantakos (1993) menam- memisahkan nilai-nilai agama, ketuhanan
bahkan satu paradigma lagi yaitu paradig- maupun ajaran moral dari ranah ilmu
ma postmodernisme. Dengan demikian alir- pengetahuan. Inilah yang disebut dengan
an fungsionalis-positivis masuk dalam proses sekulerisasi. Perkembangan sekuleri-
kubu mainstream dan tiga lainnya yakni sasi ini pada akhirnya melahirkan ilmu pe-
interpretif, kritis dan postmodernis mewa- ngetahuan yang bersifat positivistik. Pers-
kili kubu non mainstream. pektif positivistik menitikberatkan pada
Kalau kita melihat jurnal-jurnal akun- praktik sebagaimana adanya (menjawab
tansi populer di dunia maka tampak jelas pertanyaan what is). Watts and Zimmerman
adanya dikotomi paradigma yang menjadi (1986) menyatakan bahwa fungsi dari ilmu
parameternya. The Accounting Review dan pengetahuan positivistik adalah to explain
Journal of Accounting Research dapat disebut (menjelaskan hubungan antar variabel) dan
mewakili paradigma mainstream; sedangkan to predict (memprediksi kejadian di masa
Critical Perspective On Accounting dan yang akan datang berdasarkan teori yang
Accounting, Organization and Society me- telah ada).
representasikan paradigma non mainstream. Dalam pandangan Chua (1986) hakikat
Karakteristik dari masing-masing jurnal ontologi paradigma positivistik melihat
dengan paradigma yang berbeda untuk dunia sebagai realitas obyektif yang berada
tidak menerima paper, artikel atau hasil di luar diri manusia sebagai subyeknya.
riset diluar jalur paradigmanya, meng- Dengan adanya keterpisahan antara subyek
indikasikan bahwa “pertempuran” atau dan obyek diharapkan mampu menghasil-
bahkan “peperangan” antara kedua kubu kan ilmu pengetahuan yang benar-benar
ini terlihat nyata. obyektif. Adanya obyektifitas tersebut akan
Selanjutnya saya ingin sedikit meng- menjadikan ilmu pengetahuan yang bebas
gambarkan bagaimana karakteristik dari nilai (value free) dan bersifat universal
paradigma mainstream dan beberapa (dapat diterapkan pada waktu, kondisi dan
kritikan atas ketidakmampuannya mengem- tempat yang berbeda). Dua poin tersebut
bangkan disiplin akuntansi yang membawa yang menempatkan ilmu pengetahuan
(sains) berlandaskan positivistik menjadi
Antara Seni Berperang Ala Sun Tzu, Akuntansi dan Sustainabilitas Organisasi… – Sulistiyo 19

dominan dalam perkembangan peradaban 10. Hasil penelitian menunjukkan peran in-
manusia khususnya pada ilmu sosial, tak formasi akuntansi dalam menggambar-
terkecuali disiplin akuntansi. kan nilai perusahaan sekitar 15-25%.
Triyuwono (2006) juga secara sistematis
KRITIK ATAS PARADIGMA menjelaskan beberapa kelemahan yang
POSITIVISTIK DALAM AKUNTANSI muncul berkaitan dengan praktik akuntansi
Realita menunjukkan banyaknya skan- konvensional (modern) yakni akuntansi
dal akuntansi dan manipulasi laporan modern mengabaikan dua aspek penting
keuangan yang melanda perusahaan serta yaitu lingkungan dan sosial sehingga gagal
rendahnya kepedulian mereka akan tang- menggambarkan realitas bisnis yang
gung jawab sosial dan lingkungan me- semakin kompleks; sifat egoisme sangat
nyiratkan bahwa terjadi perubahan yang melekat pada akuntansi modern sehingga
sangat besar pada para pelaku akuntansi. terefleksi kedalam bentuk private costs/
Kondisi ini menunjukkan bahwa akuntansi benefits dan berorientasi melaporkan profit
telah gagal untuk menggambarkan realitas untuk kepentingan pemilik modal/peme-
bisnis secara utuh. Triyuwono (2006) me- gang saham. Oleh karena itu informasi
nyatakan bahwa akuntansi modern tidak akuntansi menjadi egois dan mengabaikan
mampu merefleksikan realitas non ekonomi pihak lain.
yang diciptakan perusahaan. Ia hanya Selanjutnya Triyuwono (2006) juga
mampu mengakui dan merefleksikan peris- menegaskan bahwa akuntansi modern lebih
tiwa ekonomi. bersifat materialistik sehingga memarjinal-
Harahap (2008) menyatakan ada bebe- kan nilai-nilai spiritualitas padahal manusia
rapa hal yang menjadi keterbatasan dari sebagai pelaku akuntansi memiliki dua hal
sebuah laporan keuangan yang merupakan tersebut yakni material dan spiritual. Jika
produk utama dari akuntansi konvensional manusia diarahkan untuk menjalankan
(modern) yaitu: praktik akuntansi yang beorientasi pada
1. Masyarakat pengguna akuntansi ke- materi (profit) maka perilaku yang muncul
uangan adalah masyarakat dengan ideo- berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan
logi sekuler, materialisme dan rasional tersebut berpotensi melanggar aturan dan
semata, tidak mengakui keberadaan kehilangan nilai-nilai etika, agama dan
Tuhan dan tidak percaya adanya per- moralitas. Oleh karena itu bisa kita pahami
tanggungjawaban di akhirat; bahwa ketika akuntansi modern mampu
2. Tujuan laporan keuangan hanya untuk menghadirkan realitas sosial dengan sema-
masyarakat Amerika yang seideologi; ngat kapitalismenya maka yang terjadi
3. Laporan keuangan mayoritas dipakai adalah praktek-praktek akuntansi yang
oleh perusahaan besar atau go public; bebas dari nilai-nilai lokalitas masyarakat
4. Laporan keuangan kapitalis hanya (value free) sehingga realitas sosial tersebut
untuk tujuan informasi akumulasi menjadi parsial (tidak utuh).
kekayaan; Kondisi ini juga menyiratkan pene-
5. Laporan keuangan bersifat historis; rapan hukum universal dalam ekonomi
6. Bersifat umum bukan melayani kepen- mainstream (termasuk akuntansi) memiliki
tingan pihak khusus; potensi kuat untuk memberangus nilai-nilai
7. Proses penyusunan bersifat taksiran dan lokal (local wisdom) yang berlaku dalam
pertimbangan subyektif; masyarakat (Muhammad, 2008). Di sisi
8. Hanya melaporkan informasi yang yang lain, adanya sifat yang parsial ini
material; melahirkan budaya masyarakat yang meng-
9. Mengabaikan informasi kualitatif; abaikan nilai-nilai etika, moralitas dan
keberagaman sosial maupun spiritualitas
keagamaan (Sulistiyo, 2011).
20 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 1, Maret 2012 : 16-31

THE “ART OF WAR” ALA SUN TZU saudara. Lawan sebagai pihak yang harus
SEBAGAI STRATEGI PERANG kita pahami keberadaanya, kita berikan
PARADIGMA NON MAISTREAM kritik dan nasehat supaya kembali ke jalan
Mendengar Sun Tzu (atau Sun Zi) bisa yang benar, kemudian kita merangkul dan
jadi nama yang asing bagi beberapa orang mengajaknya untuk bersama-sama me-
di antara kita. Dari namanya kita dapat ngembangkan ilmu pengetahuan dan pada
mengetahui kalau ia berasal dari bangsa akhirnya kita memeluk dan membingkai-
Cina. Sun Tzu dikenal sebagai seorang nya dengan cinta dan kasih sayang yang
jenderal ahli siasat perang yang hidup tulus. Itulah esensi dan spirit konsep
sekitar abad ke-6 SM. Ia dikenal karena “menang tanpa bertempur”.
menulis sebuah buku berjudul Sun Zi Saya menjelaskan lebih detail konsep
Bingfa (Sun Tzu’s Art of War) yang men- berperang ini dari sisi paradigma non
deskripsikan tentang filsafat militer Cina mainstream sesuai dengan klasifikasi disiplin
kuno. Dalam buku ini ia mengungkapkan akuntansi menurut Chua (1986) dan
satu kalimat yang sangat terkenal hingga Sarantakos (1993). Masing-masing paradig-
sekarang yaitu seni perang adalah menang ma mempunyai strategi berperang yang
tanpa bertempur. Saya ingin menggunakan unik sejalan dengan karakteristik yang
strategi Sun Tzu tersebut untuk mencoba dimilikinya. Teknik analisis menggunakan
menganalisa dan menjelaskan bagaimana telaah terhadap beberapa tulisan ilmiah dari
upaya para pelaku akuntansi dari kelompok pakar akuntansi (di Indonesia) yang repre-
non mainstream dalam membongkar sentatif dan mewakili paradigmanya
kungkungan dan hegemoni kaum positivis masing-masing. Disertakan pula sedikit
sehingga wilayah riset sebagai medan catatan diskusi dengan dua orang
pertempuran dapat dikembalikan dalam profesor akuntansi Indonesia yang mema-
posisi yang seimbang 3 . hami betul “ruh” dari paradigma non
Bagi saya menafsirkan konsep “menang mainstream ini. Diskusi berlangsung dalam
tanpa bertempur” berarti kita memenang- kuliah formal karena status saya sebagai
kan pertempuran tanpa melukai, menyakiti mahasiswa program pascasarjana pada
bahkan “menghabisi” lawan yang kita universitas tempat kedua profesor tersebut
hadapi 4 . Bahkan yang diharapkan adalah mengajar.
suatu keadaan di mana tidak ada pihak
yang merasa mengalahkan dan di sisi yang BERPERANG DENGAN MEMAHAMI
lain tidak ada pihak yang merasa FENOMENA AKUNTANSI LEBIH
dikalahkan. Semua pihak merasa menang DALAM (CERMIN PARADIGMA
dan itulah win-win solution. Lawan harus INTERPRETIF)
kita anggap sebagai kawan, sahabat bahkan Saya mengambil contoh penelitian dari
Ludigdo (2007) yang mengambil setting
                                                             alamiah di sebuah kantor akuntan publik di
Malang dengan fokus kajian pada masalah
3 Saya tidak menjelaskan strategi perang dari
sudut pandang paradigma positivistik karena
etika akuntan. Salah satu alasan mendasar
fokus paper ini diarahkan pada posisi kubu non yang disampaikan Ludigdo (2007) adalah
mainstream yang dianggap marjinal dan selama ini penelitian tentang etika akuntan
subordinat.   mengalami simplifikasi sebatas pada
4 Istilah lawan menunjuk pada kaum positivis, hubungan sebab akibat antar variabel etika
namun demikian posisi ini bukan yang sangat mungkin tidak dibangun pada
menempatkannya pada posisi yang salah atau realitas sosial maupun organisasi melain-
harus diperangi tapi hanya sekedar kan hanya ada di benak peneliti yang
membedakannya dengan kaum non positivis
dikembangkan dari grand theory dan riset-
yang menjadi subyek dalam paper ini. 
Antara Seni Berperang Ala Sun Tzu, Akuntansi dan Sustainabilitas Organisasi… – Sulistiyo 21

riset terdahulu yang belum tentu sama digunakan. Ludigdo (2007) melakukan riset
dengan obyek yang akan diteliti. sarat nilai (value laden), kental dengan
Oleh karena itu model penelitian subyektifitas dan ada keterlibatan yang
seperti ini menjadi kosong akan substansi intim baik secara fisik maupun emosional
dikarenakan terlepas dari kontek sosial dan dengan yang diteliti agar dapat menang-
organisasional dimana sebuah praktek etika kap sinyal-sinyal masalah tersebut yang
akuntan dijalankan. tidak mungkin diketahui hanya dengan
Ludigdo (2007) menggunakan studi menggunakan selembar kuesioner ataupun
alternatif yaitu paradigma interpretive wawancara yang “kering” tanpa makna.
dengan pendekatan ethnometodologi. Oleh karena itu, saya meyakini bahwa
Melalui penelitian ini, Ludigdo (2007) riset akuntansi yang bermakna atau sarat
menemukan inti masalah yang bersifat dengan nilai sehingga mempunyai keber-
substansi yaitu: “Berkaitan dengan keber- manfaatan bagi para pengguna informasi
langsungan etika profesi akuntan di KAP, akuntansi tentunya harus melibatkan paling
realitas di KAP “Drs. Madia Subakti” tidak tidak tiga hal yang saling terkait, yakni
menunjukkan sebagaimana mestinya dalam pertama, aspek individu, yang kedua, aspek
standar profesi. Realitas menunjukkan bah- organisasi dan yang ketiga adalah konteks
wa kompleksitas persoalan yang dihadapi lingkungan dan sosiologis. Ketiga aspek
oleh akuntan dan KAP dalam merespon tersebut jika diteliti secara bersamaan dan
lingkungan sosialnya telah memaksa Madia bersifat menyeluruh (holistik) akan meng-
mengkreasi bentuk lain dari etika akuntan. hasilkan temuan empiris yang memiliki
Bagaimanapun “membantu klien” secara makna interpretatif yang mendalam baik
“de jure” telah melanggar konsepsi dari sisi pelaku akuntansi maupun ling-
independensi yang harus diterapkan oleh kungan sosial yang melingkupinya
akuntan jika dia melakukan audit. Namun (Sulistiyo, 2010b). Pada akhirnya saya ingin
ini harus dilakukan oleh karena terdapat menyatakan bahwa kearifan muncul dari
kondisi yang semakin melemahkan klien pemaknaan yang mendalam atas sebuah
jika tidak dibantu. Demikian halnya, ber- fenomena akuntansi bukan sekedar pan-
langsungnya idiom ini tidak sesuai dengan dangan sekilas tanpa melibatkan substansi.
salah satu kaidah obyektifitas dalam Prinsip
Etika Akuntan. Disinilah timbul paradoksal BERPERANG DENGAN
etika profesi, dimana kondisi realitas tidak MENAWARKAN KRITIK YANG
dapat disikapi hanya dengan berpedoman MEMBANGUN (CERMIN PARADIGMA
pada pemahaman tekstual etika profesi KRITIS)
yang ada.” Patut dipahami bahwa studi akuntansi
Ada dua penekanan pada potongan kritis dilakukan atau disetting dalam situasi
paragraf tersebut yang perlu digaris bawahi dan kondisi tertentu. Hal ini menegaskan
yakni pertama, bahwa kompleksitas per- bahwa disiplin akuntansi tidaklah dikem-
soalan yang dihadapi oleh KAP memaksa bangkan pada media yang hampa (kosong)
digunakannya bentuk etika yang berbeda namun lahir dalam konteks lingkungan
dari standar profesi dan kedua, mengenai sosial dan masyarakat tertentu. Satu
pelanggaran konsepsi independen dilaku- statement yang sangat familiar bahwa akun-
kan untuk semata-mata membantu klien tansi sangat dipengaruhi oleh lingkungan-
dari masalah yang lebih besar. Saya me- nya (socially constructed), telah menjadi se-
nyikapi bahwa dua alasan yang dapat buah keniscayaan dalam pengembangan
ditemukan oleh Ludigdo (2007) mengenai praktek akuntansi. Sekiranya riset akuntansi
paradoks etika akuntan pada sebuah KAP dilakukan dalam perspektif ini maka sejum-
tersebut tidak mungkin ditemukan melalui lah konsep, kumpulan prinsip maupun
pendekatan riset yang biasa atau umumnya teori-teori baru akan muncul sejalan dengan
22 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 1, Maret 2012 : 16-31

perkembangan lingkungannya yang bersifat negasikan bahkan menafikan peran karya-


kontekstual (Sulistiyo, 2010b). Sejalan de- wan atau masyarakat umum dalam meng-
ngan hal tersebut Geuss (1981) menyatakan hasilkan laba perusahaan.
bahwa studi akuntansi kritis sangat kental Melalui analisis PEA-nya, Andrianto
dengan nuansa pencerahan (producing dan Irianto (2008) melakukan kritik atas
enlightenment) dan pembebasan (being dominasi praktek akuntansi modern yang
inherently emancipator). Maksud yang sama melegalisasi kekayaan semata-mata untuk
juga ditegaskan oleh Catchpowle (2004) para pemilik modal. Akuntansi yang
yakni salah satu pusat perhatian dari teori “benar” tentunya harus berpijak pada
kritis adalah bagaimana membebaskan prinsip “distribusi keadilan” yang merata
manusia dalam lingkungan sosial tertentu bagi semua pihak termasuk masyarakat di
dari belenggu dominasi dan eksploitasi. luar perusahaan. Oleh karena itu perlu
Saya mengambil sampel tulisan adanya reformasi pada bentuk akuntansi
akuntansi kritis dari Andrianto dan Irianto saat ini supaya lebih bernilai “keadilan”.
(2008) yang menggunakan rerangka Political Saya menilai bahwa studi akuntansi
Economy of Accounting (PEA) dalam me- kritis dengan pendekatan PEA tersebut
lakukan studi akuntansinya. Rerangka PEA secara konsisten penting untuk dilakukan
ditujukan untuk memahami sekaligus khususnya di Indonesia karena pengaruh
melakukan evaluasi atas peran akuntansi budaya, sosial dan politik sangat kuat
dalam konteks ekonomi, sosial dan politik imbasnya pada praktek ekonomi terutama
atau mengkaji bagaimana peran akuntansi disiplin akuntansi. Kritik yang dilakukan
dalam konteks tertentu baik dalam ling- secara konsisten akan berdampak pada
kungan maupun organisasi yang lebih luas. upaya meluruskan kembali situasi ke
Andrianto dan Irianto (2008) meng- mapanan yang cenderung membelenggu
gunakan perspektif PEA untuk meng- dan mendominasi pada jalan keadilan bagi
analisis kinerja Bank BUMN dikarenakan semua pihak (bukan hanya pemilik modal)
tiga alasan yaitu 1) analisis kinerja ke- tak terkecuali pada praktek akuntansi. Pada
uangan merupakan basis awal dalam akhirnya saya berkesimpulan bahwa situasi
menyelidiki kinerja bank BUMN dalam hal yang mapan (status quo) dalam hegemoni
ini merupakan domain kajian akuntansi, 2) “penguasa akuntansi” sering melalaikan
adanya pengaruh kekuasaan dan intervensi kita dari jalan kebenaran terbukalah pada
pemerintah dalam manajemen bank BUMN kritik yang baik karena seringkali itu
tersebut dan 3) adanya prinsip keadilan dibutuhkan untuk mengembalikan kita
dalam menilai kinerja bank BUMN. pada jalan yang benar.
Andrianto dan Irianto (2008) pada
menyatakan bahwa terjadinya kesenjangan BERPERANG DENGAN PRINSIP
distribusi pendapatan antar golongan ma- SINERGI OPOSISI BINER (CERMIN
syarakat dalam sebuah aktifitas ekonomi di PARADIGMA POSMODERNISME)
Indonesia disebabkan oleh kontribusi prak- Sinergi Oposisi Biner dapat dipahami
tek akuntansi. Bahwa akuntansi modern sebagai upaya menempatkan dua hal yang
berwajah kapitalistik telah melegalisasikan bertentangan dalam posisi yang sejajar dan
‘laba perusahaan” kepada para pemilik saling melengkapi. Tindakan ini tidak ber-
modal. Semakin besar laba yang didapat keinginan untuk menafikan dan meniada-
maka semakin besar pula pendapatan yang kan satu sama lain, tetapi menempatkan
diperoleh para pemilik modal. Laba peru- keduanya secara sinergis. Kehidupan ma-
sahaan seolah-olah hanya milik para pe- nusia selalu dihadapkan pada dua hal yang
milik modal bukan milik karyawan atau dikotomis, yakni ada pria-wanita, baik-
masyarakat umum. Akuntansi modern me- buruk, siang-malam, panas dingin dan lain
Antara Seni Berperang Ala Sun Tzu, Akuntansi dan Sustainabilitas Organisasi… – Sulistiyo 23

sebagainya, sehingga kecenderungan ini hasilkan wajah akuntansi yang bersifat


mendorong manusia untuk memilih satu egositik-altruistik.
sisi yang dianggap paling baik dan meng- Demikian pula dengan nilai materi-
untungkan serta meninggalkan, memarji- alistik-spiritualistik, maskulin-feminin atau
nalkan bahkan mungkin meniadakan sisi juga nilai kuantitatif-kualitatif. Perlu dipa-
yang lain. hami bahwa kelemahan fundamental yang
Esensi ajaran ini adalah “kemanung- ada dalam akuntansi konvensional menjadi-
galan” (unity) atas dua hal atau lebih yang kan praktik akuntansi sarat dengan rekaya-
berbeda (Triyuwono, 2006). Misalnya, sa, manipulasi, kecurangan maupun  peri-
kemanunggalan manusia (sebagai makhluk) laku  kreatif lainnya. Ketika akuntansi
dengan Tuhan (sebagai Sang Pencipta), modern menjadi alat bisnis untuk memban-
kemanunggalan suka dengan duka, tu para pemilik modal (kapital) memupuk
kemanunggalan benar dengan salah, dan kekayaan yang sebesar-besarnya (profit
lain-lainnya. Kedua hal yang berbeda maximization) demi kesejahteraan mereka
tersebut tidak saling meniadakan (mutually (shareholder wealth) maka perilaku individu-
exclusive), tetapi sebaliknya saling menyatu. individu yang ada dalam perusahaan cen-
Nilai filsafat Manunggaling Kawulo-Gusti derung menghalalkan segala cara demi
yang digunakan termasuk dalam paradig- mencapai tujuan yang utama tersebut.
ma posmodernisme. Karena Manunggaling Angka-angka dalam akuntansi dimain-
Kawulo-Gusti pada dasarnya mensinergikan kan sedemikian rupa dengan alasan earnings
dua hal yang sangat berbeda, mensinergi- management atau creative accounting, laba
kan kawulo dengan Gusti, sifat maskulin- dipercantik dengan cara income smoothing
feminin, sifat ekspansif-defensif, sifat ataupun teknik-teknik akuntansi lainnya
egoistik-altruistik, sifat rasional-intuitif, sifat yang cenderung mengabaikan nilai-nilai
obyektif-subyektif maupun sifat material- etika dan moralitas. Ada kebohongan
spiritual. Kemanunggalan sifat-sifat ini akan terhadap publik yang tersirat dari tindakan-
berimplikasi pada bentuk laporan keuangan tindakan negatif yang mereka lakukan.
Akuntansi yang mengedepankan epistemo- Merujuk pada etika bisnis Islam maka
logi berpasangan sehingga kemampuan tindakan yang merugikan orang lain
akuntansi untuk menggambarkan realitas termasuk perbuatan yang dhalim dan
bisnis yang utuh dapat tercapai. Filsafat berdosa (Sulistiyo, 2010a). 
manunggaling kawulo gusti jika dihubung- Filsafat akuntansi manunggaling kawulo
kan dengan ilmu akuntansi menjadi sebuah gusti versi Triyuwono (2006) atau ke-
Konsep Kemanunggalan Dalam Akuntansi manunggalan dalam akuntansi versi penulis
(istilah yang saya berikan). Konsep ini sebenarnya berakar pada konsep epistemo-
merupakan versi Triyuwono (2006) yang logi berpasangan. Konsep ini merujuk pada
saya coba untuk mengilustrasikan pada ayat Al Quran dalam surat Yasin 36 yaitu :
gambar 1.
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa
nilai-nilai tunggal yang melekat pada
akuntansi konvensional (modern) yang me-
lahirkan wajah akuntansi cenderung parsial Artinya : Maha Suci Tuhan yang telah
dan tidak utuh diseimbangkan oleh lawan- menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
nya masing-masing yang sejatinya melam- baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan
bangkan sesuatu yang berpasang-pasangan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
yang secara kodrati terjadi di dunia ini. mereka ketahui.
Oleh karena itu ketika nilai-nilai egoistik Ayat ini menggambarkan bahwa segala
berpadu dengan sifat altruistik akan meng- sesuatu di dunia diciptakan berpasang-
24 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 1, Maret 2012 : 16-31

Akuntansi Konsep
Konvensional Nilai-Nilai
Penyeimbang Kemanunggalan
Dalam Akuntansi

Egoistik Altruistik Egositik-

Materialistik Materialistik-Spiritualistik
Spiritualistik

Maskulin Maskulin-Feminin
Feminin
Kuantitatif Kuantitatif-Kualitatif
Kualitatif

Gambar 1
Konsep Kemanunggalan Dalam Akuntansi
Sumber : Sulistiyo (2010a)

pasangan yakni ada pria-wanita, siang kan, masyarakat sekitar diperhatikan


malam, jantan-betina, putih-hitam, besar- kesejahteraannya maupun tindakan
kecil dan analogi lainnya. Oleh karena itu sosial lainnya.
sangat masuk akal ketika Triyuwono (2006) 2. Akuntansi modern hanya fokus ter-
merefleksikan filosofis berpasangan ini hadap dunia materi (gender maskulin)
untuk menggambarkan realitas akuntansi dan sebaliknya mengabaikan dan meng
yang lebih utuh sebagai berikut: hilangkan dunia non materi (spiritual)
1. Salah satu kelemahan mendasar akun- yang sifatnya feminin. Semua simbol
tansi modern terletak pada sifatnya yang akuntansi adalah simbol materi.
egoistik. Dengan orientasi memaksimal- Simbol-simbol ini akan menggiring
kan profit untuk kepentingan pemegang manajemen dan pengguna ke arah
saham atau manajemen maka perusahaan materi yang pada akhirnya akan
akan melakukan eksploitasi terhadap menciptakan dan memperkuat realitas
orang lain dan lingkungan alam sehingga materi. Oleh karenanya manusia
mereka mengabaikan proses rehabilili-tasi menjadi terkooptasi materi.
untuk menjaga kelestarian lingkungan Jika kita perhatikan lebih mendalam
tersebut karena dipandang akan menge- maka epistemologi berpasangan merupa-
luarkan banyak biaya sehingga dapat kan sebuah konsep yang sudah tepat un-
memperkecil laba (profit). Akuntansi men- tuk menggambarkan realitas akuntansi
jadi kehilangan makna dan realitasnya, yang lebih utuh (lengkap) karena menca-
oleh karena itu supaya lebih utuh maka kup dua hal yang berbeda tetapi saling
akuntansi juga harus memiliki sifat melengkapi. Dua hal ini mencerminkan
altruistik yang menjadikan perilaku indi- obyek yang memiliki kedudukan setara.
vidu maupun perusahaan menjadi lebih Kesetaraan ini mengandung arti bah-
berbagi dengan orang lain maupun ling- wa kedua hal yang berpasangan tersebut
kungan sekitar. Konservasi alam dilaku- tidak bisa saling menyatu, melebur atau
Antara Seni Berperang Ala Sun Tzu, Akuntansi dan Sustainabilitas Organisasi… – Sulistiyo 25

menggantikan satu dengan lainnya. Kese- Aksus dengan keempat aspeknya yaitu
taraan menunjukkan tidak ada yang lebih ekonomi, sosial, lingkungan dan spiritual.
superior dibandingkan dengan yang lain. Saya menggarisbawahi apa yang
Kedua pasangan tersebut bersifat saling dinyatakan oleh Sukoharsono (2010)
melengkapi sehingga keberadaannya me- bahwa kinerja organisasi yang selama ini
mang dibutuhkan untuk menciptakan dukur dengan angka dan moneter hanya
kehidupan yang lebih baik (Sulistiyo, 2010a). akan menjadi sebuah laporan akuntansi
Ketika akuntansi dengan realitas yang yang beku. Kebekuan ini akan mencair
utuh memiliki kekuatan untuk mempe- dan berubah menjadi lebih naratif,
ngaruhi praktek akuntansi modern menjadi ekspresif dan kontekstual jika dimensi
lebih manusiawi, memiliki empati sosial dan sosial, lingkungan dan khususnya nilai-
berkeadilan maka akuntansi dengan nilai- nilai spiritualitas (bersumber dari holy
nilai ke-Ilahiyahannya akan membawa spirit) ikut mewarnai pelaporan akuntansi.
akuntansi modern menjadi lebih bersifat Sebuah bentuk pelaporan yang sangat
spiritual. Spiritual yang menjadikan para manusiawi karena esensi manusia (sebagai
pelaku akuntansi bukan hanya bertanggung pengguna informasi akuntansi) diciptakan
jawab kepada pimpinannya (manusia) tetapi memiliki sifat material dan spiritual. Keti-
juga bertanggung jawab kepada Tuhan ka kaum positivis menyodorkan laporan
(Sulistiyo, 2010a). Pada akhirnya saya ingin akuntansi yang hanya berjiwa “material”
menyatakan bahwa realitas akuntansi yang maka Aksus melengkapinya dengan nilai
utuh dibangun melalui kombinasi nilai-nilai spiritualitas untuk menghadirkan “jiwa
kemanusian dan nilai-nilai Ketuhanan. manusia” dalam diri akuntansi. Pada
akhirnya saya berkesimpulan bahwa nilai-
BERPERANG DENGAN PRINSIP CINTA nilai spiritualitas mampu menghadirkan
DAN KASIH SAYANG YANG TULUS “spirit manusia” dalam diri akuntansi.
(CERMIN PARADIGMA NEO
POSTMODERNISME) BEBERAPA CATATAN DISKUSI
Sukoharsono (2010) mengembangkan TENTANG AKUNTANSI DALAM
konsep Aksus yaitu Akuntansi Sustainabilitas PARADIGMA NON MAINSTREAM
Berdimensi Spiritualitas. Konsep ini merupa- Sebagai penegasan atas beberapa
kan pengembangan dari model sebelumnya konsep tersebut, saya kutipkan beberapa
yakni Sustainability Reporting yang dirancang catatan diskusi saya dengan dua orang
oleh Global Reporting Initiative (GRI) dengan profesor yang mewakili paradigma non
enam ekstra indikator keuangan seperti mainstream. Profesor pertama sebut saja
aspek kemasyarakatan, ekonomi, lingkungan, “Profesor Kitaro” dan yang kedua sebagai
ketenagakerjaan, hak asasi manusia dan “Profesor Don Juan”. Disebut Profesor
tanggung jawab produk. Model pelaporan Kitaro karena dalam kuliah beliau senang
GRI ini menjadi alternatif pelaporan sekali memutarkan lagu kitaro pada
akuntansi konvensional. Aksus menghadir- mahasiswanya. Adapun Profesor Don
kan sedikit warna baru dengan memasukkan Juan menggambarkan profilnya yang suka
dimensi spiritualitas yang bermuatan nilai- tampil modis dan trendi.
nilai universalitas. Berikut hasil diskusi saya dengan Pro-
Bangunan nilai-nilai universalitas yang fesor Kitaro. Diskusi yang pertama terjadi
berakar dari “holy spirit” tersebut didasarkan pada saat beliau menjelaskan tentang
atas nilai kasih yang tulus (merciful), cinta keunikan dan menawarkan sesuatu yang
yang tulus (truthful love), kesadaran tran- beda (something’s different) tentang pro-
sedental, mampu melakukan kontemplasi gram doktornya jika dibandingkan de-
diri dan kejujuran. Gambar 2 menjelaskan ngan universitas yang lain. “Anda akan
menjadi seorang doktor akuntansi yang
26 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 1, Maret 2012 : 16-31

Aspek Akuntansi
Ekonomi Sustainabilitas
Aspek Aspek
Lingkungan Sosial

Gambar 2
Akuntansi Sustainabilitas Berdimensi Spiritualitas (Aksus)
sumber: Sukoharsono (2010)

bijak (wise) dengan cara pandang yang digma yaitu meyakini adanya kebenaran
multi”, begitu janji beliau. relatif. Pandangan ini secara tegas menolak
Sayapun tertarik untuk bertanya pada adanya kebenaran mutlak. Kita harus
beliau dan inilah interaksi pertama saya menghargai perbedaan pendapat ataupun
dengan beliau Profesor Kitaro. ide orang lain dan tidak memaksakan pen-
Saya: “Maaf Prof..” (sembari menga- dapat kita sebagai sesuatu yang paling
cungkan tangan dan setelah beliau meng- benar. “Hilangkan arogansi dan fanatisme
anggukkan kepala, saya pun melanjutkan dalam berpikir jika anda ingin menjadi
pertanyaan). “Apakah yang dimaksud orang yang bijak maka terbukalah terhadap
dengan multiparadigma itu adalah pende- perbedaan”, tegas Profesor Kitaro. Seperti
katan yang kita pakai pada saat nanti kita biasanya, saya pun tergugah untuk ber-
melakukan penelitian?” tanya lebih jauh kepada Sang Profesor.
Profesor: “Ya, itu salah satunya. Kita Saya: “Tanya Prof”, tukas saya sembari
sudah mafhum bersama bahwa riset di mengacungkan jari. Setelah mendapatkan
bidang akuntansi sampai dengan hari ini respon anggukan dari beliau maka saya pun
didominasi atau kalau boleh ekstrim ya melanjutkan pertanyaan. “Jika memang
dihegemoni oleh paradigma positivistik. demikian, apakah mungkin semuanya
Inilah yang orang-orang selalu katakan dianggap benar padahal konsep “benar” itu
sebagai paradigma mainstream. Lha disini, ada justru karena adanya konsep “salah”?”
anda akan dibuka wawasannya dan cara Profesor: “Anda berpikir demikian karena
pandang terhadap ilmu akuntansi bahwa sudah terbelenggu oleh pemikiran dikoto-
metodologi dalam riset bukan hanya yang mis. Memang benar segala sesuatu di dunia
beraliran positivistik tetapi juga aliran lain ini identik dengan dua kutub yang berla-
yang juga ilmiah untuk dipakai seperti wanan. Ada pria-wanita, siang-malam dan
interpretif, kritis dan postmodernis. Nanti, contoh lainnya. Namun yang perlu diubah
tunggu waktunya ya anda akan tiba saatnya adalah cara pandang terhadap dua hal yang
menyelami paradigma yang bukan dikotomis tersebut. Tidak mesti keduanya
mainstream (sembari beliau tersenyum). dianggap sebagai sesuatu yang bertentang-
Saya: “Kalau memang demikian, sing- an satu sama lainnya kan? (sembari terse-
katnya boleh saya katakan bahwa pemikir- nyum beliau menekankan kalimat tersebut).
an multiparadigma berarti khazanah berpi- “Mengapa kita tidak melihat kedua hal
kir secara mainstream dan non mainstream. tersebut saling bersinergi, saling meleng-
Professor: “Yes, you are right.” kapi dan tidak menafikan satu sama lain.
Selanjutnya diskusi saya yang kedua Bukankah dunia ada dikarenakan kehadiran
pada saat beliau menjelaskan pentingnya dua hal yang bertentangan tersebut?”
pondasi utama dalam berpikir multipara-
Antara Seni Berperang Ala Sun Tzu, Akuntansi dan Sustainabilitas Organisasi… – Sulistiyo 27

Pada pertemuaan terakhir pada saat dirinya secara utuh. Manusia memiliki ke-
Profesor Kitaro menjelaskan tentang ber- terbatasan akal dan panca indera untuk
bagai paradigma riset sosial Burrel-Morgan menangkap maupun menginterpretasikan
dan versi akuntansinya Chua, beliau mela- sebuah fenomena. Dalam pandangan saya
kukan eksplanasi dan kritisasi terhadap berpikir secara multiparadigma bukanlah
berbagai paradigma yang ada. Beliau mene- menggabungkan atau mencampuradukkan
gaskan tidak ada satupun paradigma yang semua paradigma melainkan anda me-
benar-benar unggul dibandingkan yang nguasai semua paradigma tersebut dan
lain, karena masing-masing paradigma me- menerapkannya sesuai dengan tujuan riset
miliki cirinya masing-masing untuk di- yang ingin anda lakukan. Dengan kata lain,
sesuaikan dengan konteks riset yang akan seorang yang multi memiliki pandangan se-
kita lakukan. Pada momen tertentu, beliau perti burung (bird eyes) yang dapat melihat
menegaskan pentingnya mempelajari se- mangsanya (target) dari segala sudut pan-
mua paradigma dan merasakan keunikan dang untuk kemudian menangkapnya de-
yang ada. Merasakan berarti kita ikut ter- ngan posisi (sudut pandang) yang tertentu.
libat dalam paradigma tersebut dan meng- Janganlah kita memandang seperti seorang
implemen tasikannya bukan sekedar meng- pejalan kaki (pedestrian eyes) yang berjalan
amati dari luar sebatas memahami metodo- dengan fokus pada satu sudut pandang
loginya saja. Ibarat kita mau belajar bere- saja”.
nang maka tidak mungkin sebatas kita Pada kesempatan yang lain saya meng-
belajar teori berenang melainkan kita harus ikuti kuliah yang diampu oleh Profesor Don
masuk ke kolam air atau sungai untuk me- Juan. Saat itu beliau sedikit gusar karena
rasakan sensasinya. Setelah menjelaskan persepsi saya dan teman-teman dalam me-
panjang lebar akhirnya Profesor Kitaro pun mahami akuntansi masih dibelenggu oleh
membuka sesi tanya jawab kepada kami. akuntansi yang bersifat keuangan semata.
Saya memperoleh kesempatan kelima un- Dengan nada berapi-api beliau mene-
tuk bertanya. Berikut petikan diskusi kami. gaskan: Ok everybody, please think more deeply,
Saya: “Apakah suatu masalah yang why you always think that accounting is
sama bisa dipecahkan dengan mengguna- represented by financial, numeric or just tables.
kan berbagai paradigma tersebut, prof?” Please wake up!! Accounting is not just
Profesor: “Ya bisa juga. Hal itu ter- financial accounting. Accounting has a meaning
gantung dari kedalaman dan pola khas da- more than that. Accounting is also about
ri tiap paradigma. Misalkan pada kasus spirituality that is a meta-physical matter. It is
praktik etika di kantor akuntan publik. about truthful love and become from a holly
Kalau positif kita sudah tahu bersama, ada- spirit.
pun dengan interpretif anda sebatas mema- Apa yang disampaikan oleh Prof.
hami fenomena tersebut. Jika anda melaku- Kitaro maupun Prof. Don Juan semakin
kan kritik terhadap pola etika standar yang memperkuat pemahaman pada diri saya
ada maka itu ranahnya kritis. Adapun bahwa akuntansi harus dilihat dalam kaca-
upaya untuk mendekonstruksi dan mema- mata yang seimbang. Disiplin akuntansi
sukkan value baru ke dalam standar etika tidak dapat dibangun sebatas mengandal-
yang berlaku maka paradigma posmolah kan riset ilmiah yang berbau statistik sehing
yang anda gunakan”. ga hasilnya berupa angka-angka yang
Saya: “Lanjut prof, mungkinkah kita kurang bermakna. Fenomena dibalik angka
menggabungkan semua paradigma tersebut yang boleh jadi lebih bermakna tidak di-
untuk melihat suatu fenomena sehingga kita telusuri lebih dalam.
dapat menangkap realitasnya secara utuh?” Angka-angka akuntansi lahir dari inter-
Profesor: “Hhm.. seorang manusia tidak- aksi para pelaku akuntansi yang notabene
lah mungkin mengungkap realitas di luar adalah seorang manusia. Oleh karenanya
28 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 1, Maret 2012 : 16-31

subyektifitas dan pertimbangan rasa (terma- INDIKASI KESEIMBANGAN


suk core values) tidak dapat dipungkiri PARADIGMATIK DAN UPAYA
sangat mempengaruhi perkembangan ilmu MENUJU SUSTAINABILITAS
akuntansi. Dengan kata lain, konsep kese- Dalam konteks riset akuntansi di
imbangan paradigmatik dibutuhkan untuk Indonesia, kita dapat melihat perkemba-
mengembangkan realitas akuntansi menjadi ngan riset yang beraliran non positivistik
lebih utuh. mulai dikenal dan diakui keberadaannya.
Sebut saja pada acara Simposium Nasional
BANGUNAN STRATEGI BERPERANG Akun-tansi (SNA) yang setiap tahun rutin
ALA PARADIGMA NON MAINSTREAM dilaku-kan sebagai forum pertemuan paper-
Dalam membangun strategi berperang paper ilmiah yang dipresentasikan.
versi paradigma non mainstream saya me- Beberapa pa-per non mainstream yang
ngembangkan dan menggabungkan bebera- memperoleh best paper di antaranya adalah:
pa konsep berperang versi akuntansi yang 1. SNA 9 di Padang : Rekonstruksi Tekno-
sudah kita bahas sebelumnya. logi Integralistik Akuntansi Syariah:
Kemudian saya hubungkan dengan Shari'ate Value Added Statement oleh Aji
konsep berperangnya Sun Tzu yakni me- Dedi Mulawarman, Iwan Triyuwono dan
nang tanpa bertempur. Representasi dari Unti Ludigdo.
konsep itu semua, saya menggunakan isti- 2. SNA 11 di Pontianak: Implementation of
lah yang lebih mudah di ingat dan dipa- Refined Hyperview of Learning (rHOL) On
hami. Memahami keberadaan lawan seba- Management Accounting Learning Process
gai bentuk “understanding”. Memberikan oleh Ari Kamayanti dan Aji Dedi
kritik yang baik supaya kembali pada jalan Mulawarman.
yang benar sebagai cerminan “good 3. SNA 13 di Purwokerto: Konstruksi Sosial
criticizing”. Adapun merangkulnya sebagai Pengukur Kinerja Entitas Bisnis: Studi
sahabat dan saudara sebagai gambaran Kasus UKM di Kudus oleh Siti
“synergizing” dan membingkainya dengan Mutmainah, Tri Jatmiko W.P. dan Surya
cinta dan kasih sayang yang tulus sebagai Raharja.
“truly loving”. Tabel 1 menjelaskan relasi
Berikut pola sirkuler yang menggam-
yang interdependen antara paradigma non
barkan keempat konsep tersebut dalam me-
mainstream dan strategi berperang Sun Tzu.
mahami strategi “menang tanpa bertem-
pur” atau win-win solution (Gambar 3), dan
tentunya beberapa jurnal akuntansi yang
Tabel 1
Relasi Interdependen Antara Paradigma Non Mainstream dan Strategi Perang Sun Tzu
No. Paradigma Non Strategi Berperang Sun Tzu
Mainstream
Berperang dengan memahami
1 Interpretif Understanding
fenomena akuntansi lebih dalam
Berperang dengan menawarkan kritik
2 Kritis Good Criticizing
yang membangun
Berperang dengan prinsip sinergi
3 Postmodernisme Synergizing
oposisi biner
Neo Berperang dengan prinsip cinta dan
4 Truly Loving
Postmodernisme kasih sayang yang tulus
Antara Seni Berperang Ala Sun Tzu, Akuntansi dan Sustainabilitas Organisasi… – Sulistiyo 29

Truly
Loving

Menang
Understanding Good
Tanpa
Bertempur Criticizing

Synergizing

Gambar 3
Pola Sirkuler Strategi Menang Tanpa Bertempur

terbit di Indonesia juga mengadopsi paper- dasarkan pada prinsip “seleksi alam”
paper yang beraliran non mainstream seperti Charles Darwin yang menyatakan siapa
Jurnal Akuntansi Multiparadigma (JAMAL) yang kuat bertahan dengan alam/ling-
Universitas Brawijaya, Jurnal Reviu Akun- kungan maka dialah yang menang. Me-
tansi dan Keuangan Universitas Muhama- nang dianggap superior dan kalah di-
diyah Malang dan Jurnal Akuntansi anggap inferior sehingga konsekuensinya
Universitas Jember (JAUJ). menjadi pihak yang kalah harus disingkir-
Fakta tersebut walaupun secara kan. Saya memaknai sustainable sebagai
kuantitatif belum begitu banyak dihasilkan sebuah bangunan yang hanya bisa berdiri
namun paper-paper non mainstream secara dengan prinsip memahami keberadaan diri
kualitas dapat dipertanggungjawabkan. serta mengakui dan memahami ke-
Para pemerhati akuntansi mulai membuka beradaan pihak lain termasuk menyadari
diri untuk menerima dan mengakui kekuatan dan kelemahan yang ada pada
keberadaan paradigma non mainstream diri kita masing-masing. Jadi sekali lagi,
dalam khazanah riset dan keilmuan kunci dalam membangun sustainabilitas
akuntansi. keilmuan akuntansi adalah dengan cara
Paradigma non mainstream tidak lagi menjaga keseimbangan paradigmatik an-
dianggap sebelah mata tetapi diakui seba- tara yang mainstream dan non mainstream.
gai penyeimbang bagi paradigma main-
stream yang sama-sama memiliki kebenar- SIMPULAN DAN SARAN
an ilmiah untuk bersinergi membangun Akhir dari suatu peperangan sering-
“wajah” dan peradaban akuntansi menjadi kali berujung pada dua kondisi yaitu ada
lebih baik. pihak yang menang dan yang kalah. Yang
Saya berpendapat bahwa kebersamaan menang merasa terhormat dan yang kalah
dan sinergitas dalam melahirkan kese- merasa dunia seakan sudah kiamat.
imbangan paradigmatik (mainstream + non Kemenangan seolah membawa harapan
mainstream) sangat penting untuk dilaku- untuk kebebasan melakukan dominasi,
kan secara terus menerus karena hal terse- hegemoni dan penindasan terhadap pihak
but yang menjadikan organisasi (bangun- yang kalah. Kalah dianggap kecil dan tidak
an) pemikiran akuntansi akan tetap berta- penting bahkan terpinggirkan dari realitas
han dan sustainable di masa yang akan dunia. Selama berpuluh-puluh tahun,
datang. Prinsip sustainable tidaklah men- paradigma positivistik (mainstream)
30 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 1, Maret 2012 : 16-31

dihinggapi euforia kemenangan tersebut. Elements of The Sociology of Corporate Life.


Mereka menganggap dirinya sebagai “the Heinemann Educational Books London.
only paradigm” yang mampu membawa Catchpowle, L. 2004. Capitalism, States, and
disiplin akuntansi menjadi lebih obyektif, Accounting. Critical Perspectives Accoun-
ilmiah dan bebas nilai (value free) seba- ting 15: 1037-1058.
gaimana kaidah yang berlaku dalam ilmu Chua, W.F. 1986. Radical Developments in
alam. Paradigma non mainstream datang Accounting Thought. The Accounting
untuk “menantang” kebesaran sang Review LXI 4: 601-32.
mainstream. Geuss, R. 1981. The Idea of A Critical Theory:
Mereka menawarkan kelembutan dan Habermas and The Frankfurt School.
kerendahhatian dalam perilakunya. Per- Cambridge University Press New York.
bedaan dalam paradigma bukanlah diang- Harahap, S. S. 2008. Kerangka Teori dan
gap sebagai musuh yang harus diperangi, Tujuan Akuntansi Syariah. Edisi Satu.
tetapi sebagai “warna-warni” yang mampu Pustaka Quantum Jakarta.
mencerahkan dunia riset akuntansi. Mereka Ludigdo, U. 2007. Paradoks Etika Akuntan.
merangkul, mengajak dan mem-buka ruang Penerbit Pustaka Pelajar Yogyakarta.
persahabatan pada sang mainstream untuk Muhammad, 2008. Paradigma, Metodologi dan
bersama-sama mengembangkan disiplin Aplikasi Ekonomi Syari’ah. Penerbit Graha
akuntansi. Ilmu Yogyakarta.
Sun Tzu dengan falsafah “menang Mulawarman, A. D. 2009. Science War dan
tanpa bertempurnya” menjadi alat analisis Paradigma Ilmu: Refleksi Atas
yang tepat untuk menggambarkan kondisi Pendekatan Sosiologi dalam Ilmu
tersebut. Sebuah konsep yang tentunya Akuntansi. available online at:
sejalan dengan keinginan kubu non www.ajidedim.com/Tazkiyah Perada-
mainstream untuk mengajak kaum ban/Accounting and Science War. Diakses
mainstream melihat dunia riset akuntansi tanggal 21 Oktober 2011.
(analogi medan pertempuran) sebagai area Rosenau, P. M. 1992. Postmodernism and The
yang harus dikembangkan bersama tanpa Social Sciences : Insights, Inroads, and
harus sibuk mempertentangkan kebenaran Intrusions. Princeton University Press
paradigma masing-masing. New Jersey.
Nilai-nilai filosofis understanding, good Sahal, A. 1994. Kemudian, di manakah
criticizing, synergizing dan truly loving Emansipasi? Tentang Teori Kritis,
menjadi elemen kunci membuka pintu Genealogi dan Dekonstruksi. Kalam I:
kerjasama dalam menciptakan keseim- 12-22.
bangan paradigmatik. Dengan keseim- Sarantakos, S. 1993. Social Research.
bangan paradigmatik diharapkan tercipta Macmillan Education Australia Pty Ltd
dunia akuntansi yang lebih berwawasan South Melbourne.
keadilan, kejujuran, sustainable dan selalu Sardar, Z. 2002. Thomas Kuhn dan Perang
diwarnai dengan spirit pencerahan. Ilmu. Penerbit Jendela Yogyakarta.
Spradley, J. P. 1997. Metode Etnografi. Edisi
DAFTAR PUSTAKA Terjemahan. Cetakan I. Penerbit Tiara
Andrianto, J. dan G. Irianto. 2008. Akuntansi Wacana Yogya Yogyakarta.
dan Kekuasaan: dalam konteks Bank BUMN Sukoharsono, E. G. 2010. Metamorfosis
Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Akuntansi Sosial dan Lingkungan:
Brawijaya. Mengkonstruksi Akuntansi Sus-
Burrell, G. dan G. Morgan. 1979. Sociological tainabilitas Berdimensi Spiritualitas.
Paradigms and Organisational Analysis:
Antara Seni Berperang Ala Sun Tzu, Akuntansi dan Sustainabilitas Organisasi… – Sulistiyo 31

Pidato Pengukuhan Guru Besar FE Univ.


Brawijaya. Desember. Dipublikasikan. ……………2011b. Mengungkap Makna
Sulistiyo, A. B. 2010a. Memahami Konsep Berpikir Multiparadigma (Sebuah
Kemanunggalan dalam Akuntansi: Pendekatan Etnografi-Antropologi
Kritik Atas Upaya Mendekonstruksi Kognitif Imajiner). Paper Tidak Dipubli-
Akuntansi Konvensional Menuju kasikan: 1-10
Akuntansi Syariah dalam Bingkai Triyuwono, I. 2006. Perspektif, Metodologi,
Tasawuf. Jurnal Akuntansi Universitas dan Teori Akuntansi Syariah. Edisi Satu.
Jember 8(1): 13-24. PT Raja Grafindo Persada Jakarta.
…………………… 2010b. Memahami Para- Watts, R. L. and J. L. Zimmerman. 1986.
digma Interpretivisme, Kritisisme, dan Positive Accounting Theory. Prentice Hall
Postmodernisme dalam Penelitian Sosial Inc. Englewood Cliffs.
dan Akuntansi. Paper Tidak Di- Wilis, R. D. 1996. Teori-Teori Belajar. Penerbit
publikasikan: 1-23. Erlangga Jakarta.
……………2011a. Peran Spiritualitas
Keagamaan Bagi Akuntan dalam
Lingkungan Organisasi. Jurnal Review
Akuntansi dan Keuangan 1(2): 127-139.

Anda mungkin juga menyukai