Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH JIWA

“ANAK BERKEBTUTUHAN KHUSUS AUTIS”

ANGGOTA KELOMPOK 2

1. ARDILA NOVITA SARININGSIH (1511020008)


2. SITI FATIMAH ISFIYANTI (1511020009)
3. SELISA LEGITA ANDHINI (1511020011)
4. SRI ASTUTI ` (1511020012)
5. ANNISA SYARAFINA (1511020013)
6. PUSPITA SUCI CAHYANI (1511020014)
7. VINISTA RENGGANING KIRANA (1511020015)
8. AGIL FITRI SUSANTI (1511020047)

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat dan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Makalah ini. Kehidupan yang layak dan
sejahtera merupakan hal yang sangat wajar dan diinginkan oleh setiap masyarakat, mereka selalu
berusaha mencarinya dan tak jarang menggunakan cara – cara yang tidak semestinya dan bisa
berakibat buruk. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad Swt 
atas petunjuk dan risalahNya, yang telah membawa zaman kegelaapan ke zaman terang
benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu saya
memberikan referensi dalam pembuatan Laporan Pendahuluan ini.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan
Pendahuluan ini, oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun
Makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga melalui Makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Purwokerto, 20 November 2017


BAB I

PEMBAHASAN

A. DEFINISI AUTIS
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai
dengan kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku terbatas, berulang-
ulang dan karakter stereotip. Gejala autis muncul sebelum 3 tahun pertama kelahiran sang
anak. Autisme merupakan salah satu dari tiga gangguan Autism spectrum disorder. Dua di
antaranya adalah sindrom Asperger dan PDD-NOS (pervasive developmental disorder,
not otherwise specified).
Autisme merupakan kumpulan kelainan yang beragam dari segi penyebab dan
manifestasi klinisnya, dengan diagnosis berdasarkan manifestasi perilaku yang kompleks
(gangguan bersosialisasi, gangguan berkomunikasi, serta perilaku yang terbatas berulang
dan stereotipe). Untuk mendiagnosis autisme tidaklah mudah karena tidak ada
pemeriksaan penunjang seperti darah untuk membantu diagnosis autisme. Diagnosis
autisme sendiri dibuat berdasarkan observasi terhadap perilaku dan tumbuh kembang
anak.

Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme berarti aliran.
Jadi autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri (Purwati,
2007).

Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif
berawal sebelum usia 2,5 tahun (Devision, 2006).

Autism disebut juga sindroma keanner. Dengan gejala tidak mampu bersosialisasi,
mengalami kesulitan menggunakan bahasa , berperilaku berulang-ulang,serta bereaksi
tidak biasa terhadap rangsangan sekitarnya. (dr.leo keanner,1938)

Autism bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala)
dimana terjadi penyimpangan perkembangan social, kemampuan berbahasa dan
kepedulian terhadap sekitar, sehingga autism seperti hidup dalam dunianya sendiri.

Autism tidak termasuk golongan penyakit jadi tetatepi suatu kumpulan gejala
kelainan perilaku dan kemajuian perkembangan. Dengan kata lain,pada anak autism
terjadi kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive).
B. KASUS AUTIS
 DI TINGKAT DUNIA

Prevalensi penyandang autisme di seluruh dunia menurut data UNESCO pada tahun

2011 adalah 6 di antara 1000 orang mengidap autis

Di Amerika Serikat, kelainan autisme empat kali lebih sering ditemukan pada anak

lelaki dibandingkan anak perempuan dan lebih sering banyak diderita anak-anak

keturunan Eropa Amerika dibandingkan yang lainnya. Di

Indonesia, pada tahun 2013 diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak yang

menderita autisme dalam usia 5-19 tahun.

Gangguan spektrum autis adalah salah satu anak yang paling umum pada gangguan

perkembangan. Gangguan autis atau kondisi yang berkaitan ditemukan

mempengaruhi 11,3 pada 1.000 (1 di 88) anak-anak berusia 8 tahun tinggal di 14

komunitas dipantau oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Estimasi prevalensi Namun, secara keseluruhan spektrum autis gangguan bervariasi

secara luas di seluruh 14 komunitas dipantau (kisaran, 4,8-21,2 1.000 anak-anak

berusia 8 y).

Dalam studi, yang CDC melaporkan kenaikan 23% dalam prevalensi 2006-2008 pada

anak usia 8 tahun, atau meningkat dari 9 di 1.000 sampai 11 di 1.000 untuk 11 situs

yang menyediakan data untuk kedua surveilans tahun. Dari tahun 2002 sampai 2008,

meningkat sekitar 78% terjadi pada anak usia 8 tahun.

Perkiraan prevalensi autisme menunjukkan bahwa sebanyak 400.000 orang di

Amerika Serikat memiliki autisme atau kondisi terkait.

Gangguan autis dan kondisi terkait diperkirakan mempengaruhi sampai 10-15 orang

per 10.000 penduduk di seluruh dunia. Dalam sebuah studi berbasis populasi semua

anak 7- 12 tahun (N = 55.266) dalam masyarakat Korea Selatan, Kim et al

memperkirakan bahwa prevalensi gangguan spektrum autisme adalah 2,64%


Studi di Jepang melaporkan tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang ditemukan

di negara-negara lain. peneliti Jepang menunjukkan bahwa temuan ini mencerminkan

evaluasi hati-hati dilakukan oleh dokter Jepang, yang dapat mengidentifikasi kasus

yang akan diabaikan di negara lain. Atau, autisme mungkin lebih umum di Jepang

karena infeksi gastrointestinal dan lainnya ditularkan melalui konsumsi makanan laut

dan makanan yang berasal akuatis lainnya yang merupakan ciri khas dari diet Jepang.

Perkiraan prevalensi gangguan spektrum autis sangat bervariasi berdasarkan jenis

kelamin. Sekitar 1 di 54 anak laki-laki dan 1 di 252 perempuan yang tinggal di

Autisme dan Pembangunan Cacat Pemantauan (ADDM) komunitas jaringan yang

diidentifikasi memiliki gangguan spektrum autisme. Laki-laki-ke-perempuan rasio

berkisar antara 2,7: 1 di Utah menjadi 7,2: 1 di Alabama. Laki-laki-ke-perempuan

rasio untuk semua situs gabungan adalah 4,6:. 1

Gangguan autis paling sering terjadi pada anak laki-laki yang memiliki 46, XY

kariotipe (yaitu, kariotipe laki-laki normal). Dalam beberapa penelitian, rapuh X

dilaporkan pada sekitar 10% laki-laki dengan gangguan autis

INDONESIA DAN KABUPATEN BANYUMAS)

C. PENYEBAB AUTIS
Penyebab terjadinya belum diketahui secara pasti,hanya diperkirakan mungkin adanya
kelainan dari system saraf (neurologi) dalam berbagai derajat beratnya ringan penyakit.
(faisal,2003)
Penyebab wabah autisme menurut buku (bony,2003) adalah :
1. Gangguan susunan saraf pusat
Ditemukan kelainan neuranotomi (anatomi susunan saraf pusat) pada beberapa
tempat didalam otak anak autis. Selain itu,ditemukan kelainan struktur pada pusat
emosi didalam otak sehingga emosi anak autis sering terganggu. Penemuan ini
membantu dokter menentukan obat yang lebih tepat. Obat-obatan yang sering dipakai
adalah dari jenis psikotropika,yang bekerja pada susunan saraf pusat.
2. Gangguan sistem pencernaan
Ada hubungan antara gangguan sistem pencernaan dengan gejala autis. Tahun
1997,seorang pasien autis,Parker Beck,mengeluhkan gangguan pencernaan yang
sangat buruk. Ternyata,ia kekurangan enzim sekretin. Setelah mendapat suntikan
sekretin,Beck sembuh dan mengalami kemajuan luar biasa. Kasus ini memicu
penelitian-penelitian yang mengaruh pada gangguan metabolisme pencernaan.
3. Peradangan dinding usus
Bersdasarkan pemeriksaan endoskopi atau peneropongan usus pada sejumlah
anak autis yang memiliki pencernaan buruk ditemukan adanya peradangan usus pada
sebagian besar anak. Dr. Andrew Wakefiled ahli pencernaan asal inggris,menduga
peradangan tersebut disebabkan virus,mungkin virus campak. Itu sebabnya, banyak
orangtua yang kemudian menolak imunisasi MMR (measles,mumps,rubella) karena
diduga menjadi biang keladi autis pada anak.
4. Faktor genetika
Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun, gejala autisme baru
bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen. bisa saja autisme tidak muncul,meski
anak membawa gen autisme. Jadi perlu faktor pemicu lain.
5. Keracunan logam berat
Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah
ditemukan kandungan logam berat dan beracun pada banyak anak autis.
Diduga,kemampuan sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetik.

Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor –
faktor yang menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya yaitu:

1. Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan
kromosom yang disebutkan syndrome fragile – x (ditemukan pada 5-20% penyandang
autis).
2. Faktor Cacat (kelainan pada bayi)
Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak, yang
berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan ataupun setelah
persalinan, kemudian juga disebabkan adanya Kongenital Rubella, Herpes Simplex
Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection.
3. Faktor Kelahiran dan Persalinan
Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam
timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Seperti
adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan ketuban yang bercampur feces,
dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah dengan adanya keracunan seperti logam
berat timah, arsen, ataupun merkuri yang bisa saja berasal dari polusi udara, air
bahkan makanan.
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi
makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autis.

D. TANDA DAN GEJALA AUTIS


1. Di bidang komunikasi :
a. Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada. Anak nampak
seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara lalu kemudian hilang
kemampuan bicara.
b. Terkadang kata – kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
c. Mengoceh tanpa arti secara berulang – ulang, dengan bahasa yang tidak
dimengerti orang lain.
d. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang meniru atau membeo
(Echolalia).
e. Bila senang meniru, dapat menghafal kata – kata atau nyanyian yang didengar
tanpa mengerti artinya.
f. Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata – kata) atau sedikit berbicara
(kurang verbal) sampai usia dewasa.
g. Senang menarik – narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia inginkan,
misalnya bila ingin meminta sesuatu.

2. Di bidang interaksi sosial :


a. Anak autis lebih suka menyendiri
b. Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau menghindari tatapan
muka atau mata dengan orang lain.
c. Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya maupun
yang lebih tua dari umurnya.
d. Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan menjauh.
3. Di bidang sensoris :
a. Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
b. Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c. Anak autis senang mencium –cium, menjilat mainan atau benda – benda yang ada
disekitarnya. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.
4. Di bidang pola bermain :
a. Anak autis tidak bermain seperti anak – anak pada umumnya.
b. Anak autis tida suka bermain dengan anak atau teman sebayanya.
c. Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi.
d. Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar –
putar.
e. Senang terhadap benda – benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda,
dan sejenisnya.
f. Sangat lekat dengan benda – benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
kemana – mana.
5. Di bidang perilaku :
a. Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan
berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
b. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti
bergoyang –goyang, mengepakkan tangan seperti burung.
c. Berputar –putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau berjalan dengan
bolak – balik, dan melakukan gerakan yang diulang – ulang.
d. Tidak suka terhadap perubahan.
e. Duduk bengong dengan tatapan kosong.
6. Di bidang emosi :
a. Anak autis sering marah – marah tanpa alasan yang jelas, tertawa – tawa dan
b. Dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya.
c. Kadang agresif dan merusak.
d. Kadang – kadang menyakiti dirinya sendiri.
e. Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang ada
disekitarnya atau didekatnya

.
E. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama :An. A
Tempat Tanggal Lahir :Tegal , 16 Juni 2002
Jenis Kelamin :Laki – laki
Pendidikan Anak :Sekolah Luar Biasa (SLB)/SD
Anak ke :Ke-3 dari 3 bersaudara
Nama Ibu :Ny. M
Pekerjaan Ibu :Ibu Rumah Tangga
Nama Ayah :Tn. R
Pekerjaan Ayah :Swasta
Pendidikan :S1
Alamat :Tegal
2. Diagnosa Medis :Autis
3. Keluhan Utama
Sulit berkomunikasi dengan orang di sekitarnya
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke RS Karena adanya gangguan pada An. A yaitu autisme yang
menyebabkan An. A sulit berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitarnya. Saat
ini klien yang mengalami keadaan autis sehingga klien sangat sulit untuk bergaul
dengan orang yang ada di sekitarnya karena klien sangat sensitif terhadap rangsangan
dari luar yang menurut dirinya dapat membahayakan dirinya.
5. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Pranata l :Sebelum mengalami kehamilan istri Tn. R tidak mengalami
penyakit atau gangguan yang dapat menyebabkan kelainan pada kehamilannya.
b. Intranatal: Tidak terjadi kelainan yang dapat menyebabkan gangguan pada
kehamilannya
c. Postnatal : Kelahiran istri Tn. R normal dan tidak terjadi gangguan
6. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit yang diderita sebelumnya : Tidak ada
b. Pernah di rawat di Rumah Sakit : Tidak pernah
c. Obat-obatan yang digunakan :-
d. Alergi :-
e. Kecelakaan :-
f. Riwayat imunisasi :
No. Imunisasi / vaksin Umur
1) BCG 0-2 bulan
2) Hepatitis B 1 bulan
3) Polio 4 bulan
4) DPT 1 2 bulan
5) DPT 2 3 bulan
6) DPT 3 4 bulan
7) Campak 6 bulan
7. Riwayat Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami seperti An.A
8. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Kemandirian dan bergaul :Tergantung dengan keluarga
b. Motorik kasar :Dapat berdiri dengan tegak, dll
c. Motorik halus :Dapat memegang mainan dengan menggunakan
tangannya
d. Lain-lain :-
9. Riwayat Sosisal
a. Yang mengasuh klien :Keluarga
b. Hubungan dengan anggota keluarga :Baik
c. Hubungan dengan teman sebaya :Tidak dapat bergaul dengan baik
d. Pembawaan secara umum :Bermacam-macam seperti dapat menarik
diri dapat juga hiperaktif terhadap segala hal
e. Lingkungan rumah :Bersih
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Anak tampak apatis dan hiperaktif
b. TB/BB (cm) : 100 cm / 32 Kg
c. Kepala
 Lingkar Kepala : 35 cm
 Rambut
Kebersihan : Bersih
Warna : Coklat
Tekstur : Lebat
Distribusi rambut :-
Kuat/mudah tercabut : Kuat
d. Mata : Simetris
 Sklera : Normal
 Konjungtiva : Normal
 Palpebra : Mongoloid
 Pupil : Ukura : Normal, Bentuk : Bulat
 Reaksi : refleks terhadap cahaya
e. Telinga : Simetris
Serumen : Tidak Ada
Pendengaran : Normal
f. Hidung:
Serumen : Tidak Ada
g. Mulut : Anak bisa membuka mulut dengan baik, mulut
bersih
h. Leher
 Kelenjar Getah Bening : tidak ada massa (benjolan)
 Kelenjar Tiroid : tidak ada massa (benjolan)
 JVP : tidak terjadi distensi vena
i. Dada
 Inspeksi : Dada simetris
 Palapasi : Tidak ada penonjolan dan pembengkakan
j. Jantung
 Inspeksi : Melihat adanya pembesaran Ventrikel
 Palpasi : Tidak terjadi pembesaran ventrikel
 Auskultasi : Bunyi jantung S1, S2, S3, S4
k. Paru-paru
 Inspeksi : Terjadi pengembangan paru (normal)
 Palpasi : Tidak ada tumor dan massa
 Perkusi : Sonor (normal)
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler (normal)
l. Perut
 Inspeksi :Simetris
 Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi :Bunyi timpani pada seluruh abdomen
 Auskultasi :Bising usus, suara bising (bruit) pada seluruh permukaan
m. Punggung : Bentuk Lordosis
n. Ekstremitas : Kekuatan dan Tonus Otot
 Atas : Inspeksi pada tulang
 Bawah : Gaya berjalan Berbentuk huruf O
o. Genitalia : Fimosis (pembukaan preputium sangat kecil sehingga tidak dapat
ditarik ke glands)
p. Kulit :
 Warna : Kuning langsat, Turgor : Normal,
 Integritas : - ,
 Elastisitas : Normal
q. Pemeriksaan Neurologis: Refleks patologis
11. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : -
b. Rontgen :-
c. Lain-lain :-
12. Kebutuhan Dasar sehari-hari
No Jenis Kebutuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
a. Makan 3 x sehari 3xsehari
b. Minum ± 8 gelas/hari ± 6 gelas perhari
c. Tidur ± 6 jam ± 6 jam
d. Mandi 3xsehari 3xsehari
e. Eliminasi Normal Normal
f. Bermain Aktif Aktif
F. PREDISPOSISI
1. Faktor genetik atau keturunan
Gen menjadi faktor kuat yang menyebabkan anak autis.  Jika dalam satu keluarga
memiliki riwayat menderita autis, maka keturunan selanjutnya memiliki peluang besar
untuk menderita autis.  Hal ini disebabkan karena terjadi gangguan gen yang
memengaruhi perkembangan, pertumbuhan dan pembentukan sel-sel otak.  Kondisi
genetis pemicu autis ini bisa disebabkan karena usia ibu saat mengandung sudah tua atau
usia ayah yang sudah tua. Diketahui bahwa sperma laki-laki berusia tua cenderung mudah
bermutasi dan memicu timbulnya autisme.  Selain itu, ibu yang mengidap diabetes juga
ditengarai sebagai pemicu autisme pada bayi.
2. Faktor kandungan (Pranatal)
Kondisi kandungan juga dapat menyebabkan gejala autisme.  Pemicu autisme dalam
kandungan dapat disebabkan oleh virus yang menyerang pada trimester pertama, yaitu
virus syndroma rubella.  Selain itu, kesehatan lingkungan juga memengaruhi kesehatan
otak janin dalam kandungan.  Polusi udara berdampak negatif pada perkembangan otak
dan fisik janin sehingga meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan risiko autis.
Bahkan, kondisi kandungan ibu yang bermasalah (komplikasi kehamilan) hingga
mengalami perdarahan juga menjadi pemicu munculnya gejala autisme.  Kondisi ini
menyebabkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan
gangguan otak janin.  Bahkan, bayi lahir prematur dan berat bayi kurang juga merupakan
risiko terjadinya autisme.
3. Faktor Kelahiran
Bayi lahir dengan berat rendah, prematur, dan lama dalam kandungan (lebih dari 9 bulan)
berisiko mengidap autisme.  Selain itu, bayi yang mengalami gagal napas (hipoksa) saat
lahir juga berisiko mengalami autis.
4. Faktor Lingkungan
Bayi yang lahir sehat belum tentu tidak mengalami autisme.  Faktor lingkungan
(eksternal) juga bisa menyebabkan bayi menderita autisme, seperti lingkungan yang
penuh tekanan dan tidak bersih.  Lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan bayi
alergi melalui ibu.  Karena itu, hindari paparan sumber alergi berupa asap rokok, debu
atau makanan yang menyebabkan alergi.
5. Faktor Obat-obatan
Obat-obatan untuk mengatasi rasa mual, muntah, ataupun penenang yang dikonsumsi ibu
hamil berisiko menyebabkan anak autis.  Karena itu, Anda harus berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan jenis apa pun saat hamil.  Selain
itu, paparan obat-obatan opium (penghilang rasa nyeri) dapat mengganggu perkembangan
saraf sehingga otak pun tidak berkembang dengan baik.  Bahkan, paparan merkuri juga
memicu timbulnya autisme pada bayi.  Merkuri bisa berasal dari: saat Anda mengonsumsi
ikan yang terkontaminasi merkuri, penggunaan kosmetik yang mengandung merkuri,
bahan-bahan perawatan tubuh bayi yang berkomposisi merkuri, dan sebagainya.
6. Faktor Makanan
Zat kimia yang terkandung dalam makanan sangat berbahaya untuk kandungan.  Salah
satunya, pestisida yang terpapar pada sayuran,  Diketahui bahwa pestisida mengganggu
fungsi gen pada saraf pusat, menyebabkan anak autis.

G. PRESIPITASI
H. INTERVENSI PADA PASIEN
1. Hambatan komunikasi (verbal) yang berhubungan dengan kebingungan terhadap
stimulus
Intervensi :
 Ketika berkomunikasi dengan anak bicaralah dengan kalimat singkat yang
terdiri dari satu hingga tiga kata, dan ulangi perintah sesuai yang diperlukan.
Minta anak untuk melihat kepada anda ketika anda berbicara dan pantau bahasa
tubuhnya dengan cermat.
 Gunakan irama, musik, dan gerakan tubuh untuk membantu perkembangan
komunikasi sampai anak dapat memahami bahasa.
 Bantu anak mengenali hubungan antara sebab dan akibat dengan cara
menyebutkan perasaannya yang khusus dan mengidentifikasi penyebab
stimulus bagi mereka
 Ketika berkomunikasi dengan anak, bedakan kenyataan dengan fantasi, dan
pernyataan yang singkat dan jelas
 Sentuh dan gendong bayi, tetapi semampu yang dapat ditoleransi

2. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat
inap di rumah sakit
Intervensi :
 Sediakan lingkungan yang kondusif dan sebayak mungkin rutinitas sepanjang
periode parawatan dirumah sakit
 Dekati anak dengan sikap lembut, bersahabat, dan jelaskan apa yang anda akan
lakukan dengan kaliamat yang jelas dan sederhana. Apabila dibutuhkan
demonstrasikan prosedur kepada orang tua.
 Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuhkannya, untuk
memastikan keamanan anak dan untuk mengalihkan amarah dan frustasinya,
untuk mencegah anak dari membenturkan kepalanya ke dinding berulang-
ulang, restrain badan anak pada bagian atasnya, tetapi memperbolehkan anak
untuk memukul bantal.
 Gunakan tehnik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilakau
positif dan menghukum perilaku yang negatif. Misalnya hargai perilaku yang
positif denga cara memberikan makanan atau minuman kesukaanya; beri
hukuman untuk perilaku yang negatif dengan cara mencabut hak istimewanya
 Ketika anak berperilaku destruktif, tanyakan apakah ia mencoba menyampaikan
sesuatu, misalnaya apakah ia mengiginkan sesuatu untuk dimakan atau
diminum atau apakah ia perlu pergi kekamar mandi

INTERVENSI PADA KELUARGA


1. Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan perilaku dan sikap
anak
Intervensi :
 Anjurkan orang tua mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka.
 Rujuk orang tua kekelompok pendukung autisme setempat dan kesekolah khusus
bila diperlukan
 Anjurkan orang tua mengkuti konseling (bila ada).

Anda mungkin juga menyukai