Anda di halaman 1dari 11

ACTIVITY BASED COSTING

A. Definisi
Activity based costing telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu
solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh
sistem biaya tradisional. Berikut ini adalah beberapa definisi yang di
kemukakan beberapa ahli mengenai activity based costing :
1. Menurut Amin Widjaja (1995), activity based costing tidak hanya
memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga
memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana
mengelolanya, sehingga juga dikenal sebagai sistem manajemen yang
pertama.
2. Menurut Supriyono (2002), activity based costing merupakan sistem yang
terdiri dari 2 tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas,
dan kemudian kedua adalah melacak biaya ke berbagai produk.1
3. Menurut Mulyadi (2007), activity based cost system adalah sistem
informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel
dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui
pengelolaan aktivitas.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa activity based
costing merupakan metode yang digunakan untuk menyajikan informasi harga
pokok produk secara efektif dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber
daya dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan produk.

B. Tahapan
Menurut Supriyono (2002:231) ada 2 tahap pada ABC System, tahap
pertama terdiri dari 4 langkah yakni penggolongan ke berbagai aktivitas,
pengasosiasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, penentuan kelompok
biaya yang homogen (cost pool) dan penentuan tarif kelompok (pool rate).
Sedangkan pada tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk.

                                                            
C. Asumsi Dasar
Menurut Cooper dan Kaplan (1991) ada 2 asumsi dasar yang mendasari
ABC System.2
1. Kegiatan menyebabkan timbulnya biaya ABC System dimulai dari
anggapan bahwa sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuan
untuk melakukan aktivitas bukan hanya sekedar menyebabkan timbulnya
biaya yang harus dialokasikan.
2. Produk dan pelanggan menyebabkan munculnya permintaan dan aktivitas
Untuk membuat produk diperlukan berbagai aktivitas dan tiap aktivitas
perlu sumber daya dalam pelaksanaannya.

D. Kondisi Dalam Penerapan Asumsi


Kondisi yang mendasari penerapan ABC System, dalam perusahaan
manufaktur dan juga perusahaan jasa menurut Supriyono (2002) di golongkan
ke dalam tiga kelompok.
1. Perusahaan menghasilkan lebih dari satu produk jual.
2. Biaya yang berbasis non unit harus merupakan prosentase signifikan dari
biaya overhead.
3. Rasio konsumsi masing-masing aktivitas dari tiap produk yang dijual
berbeda.

E. Manfaat
Menurut Cooper dan Kaplan (1991), terdapat tiga manfaat Activity
Based Costing systems bagi manajemen perusahaan.
1. Improved Decision
Perhitungan biaya produk dengan menggunakan Activity Based Costing
systems menghasilkan informasi yang lebih akurat, sehingga manajemen
perusahaan dapat mengambil keputusan dengan tepat karena terhindar dari
distorsi yang terjadi pada perhitungan biaya produk menggunakan sistem
tradisional.

                                                            
2. Continuous Improvement Activities to Reduce Overhead Costs
Dalam penerapan Activity Based Costing systems penghematan biaya
secara signifikan dapat dilakukan dengan cara penanganan bahanbaku
secara lebih efisien tanpa harus menurunkan harga beli bahanbaku,
mengurangi biaya set up dan membuat penjadwalan produksi. Dengan
disertai perbaikan aktivitas secara terus menerus dan penggunaan informasi
yang lebih akurat maka seharusnya penghematan biaya tersbut dapat
tercapai.
3. Ease of Determining Relevant Cost
Activity Based Costing systems mengurangi kebutuhan untuk
melaksanakan pembelajaran khusus mengenai analisa yang lebih
mendalam untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam rangka
keputusan tertentu dengan meningkatkan akurasi dari laporan biaya produk
dan menghasilkan biaya secara terpisah dari keempat kategori aktivitas.

F. Keunggulan dan Kekurangan


Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing dalam
penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut :
1. Biaya produk yang lebih realistik.
2. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Analisis sistem biaya
ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya
aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.
3. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya
bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
4. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku
biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi
aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.
5. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang
modem dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost
drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi
(transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
6. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari
biaya produk variabel jangka panjang yang relevan terhadap pengambilan
keputusan yang strategik.
7. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,
pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.

Disamping terdapat kelebihan juga memiliki beberapa kelemahan yang


pada umumnya cenderung dihadapi manajemen, yaitu :
1. Di dalam implementasinya ABC relatif sulit direalisasikan
2. Dalam implemetasinya sering mengabaikan aktivitas proses produksi
karena tuntutan adanya usaha pengurangan biaya aktivitas.
3. Penerapan ABC cenderung menimbulkan pertentangan antara manajemen
dengan pekerja karena adanya efeseiensi biaya yang amat ketat.
4. Karena Laporan Keuangan sifatnya timeliness maka ABC sulit
dilaksanakan karena adanya kendala periode waktu.

G. Tingkatan Aktivitas Biaya


Menurut Cooper dan Kaplan, hirarkhi aktivitas dari activity based costing
terdiri atas empat komponen yaitu tingkatan unit, batch, produk, pabrik.
1. Tingkatan unit
Biaya pada tingkatan unit adalah biaya yang akan bertambah besar jika
produksi ditingkatkan. Biaya ini merupakan satu-satunya biaya yang dapat
dialokasikan secara akurat terhadap setiap unit sebanding dengan
volumenya. Contoh biaya dari tingkat unit ini adalah biaya listrik jika
mesin menggunakan listrik di dalam memproduksi produk dan biaya tenaga
kerja pemeriksa jika setiap unit yang diproduksi harus diperiksa oleh tenaga
kerja. Biaya ini merupakan biaya variable ini yang sangat berfluktuasi
sejalan dengan fluktuasi produksi. Pengendara tingkat unit (unit tingkat
drivers) adalah ukuran dari berbagai aktivitas yang bervariasi terhadap
volume produksi.
2. Tingkatan batch
Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah tingkatan batch.
Biaya tingkat batch adalah semua biaya yang timbul karena disebabkan
oleh jumlahbatch yang diproduksi dan dijual. Contohnya biaya tingkat
batch ini adalah biaya tatanan produksi atau biaya pendirian dan biaya
penanganan bahan-bahan yang akan dimasukkan kedalam proses produksi.
Jika biaya pesanan muncul dari pemasok karena adanya batch maka
sebagian biaya untuk mendapatkan bahan akan berada biaya pada tingkatan
batch. Jika unit pertama yang seringkali dijadikan sampel deperiksa maka
biaya pemeriksaan ini juga termasuk biaya pada tingkatan batch.
3. Tingkatan produk
Tingkatan ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi lagi dan berada pada
satu tingkatan di atas tingkatan batch. Biaya pada tingkatan produk adalah
semua biaya yang timbul karena digunakan untuk mendukung jumlah yang
berberda-beda dari produk yang diproduksi. Tingkatan ini tidak
depengaruhi oleh produksi dan oleh penjualan batch atau unit. Contohnya
dari biaya tingkatan produk ini adalah serta merekayasa produk, biaya
pengembangan produk, membuat proto tipe produk serta merekayasa
produksi. Jika tenaga kerja yang ditugaskan untuk memproduksi perlu
menjalani latihan sebelum melakukan aktivitas produksi maka biaya
latihan ini akan dimasukkan sebagai biaya tingkatan produk.
4. Tingkatan pabrik
Beberapa tingkat biaya dan pengendara (drivers) dapat muncul diatas
tingkat produk. Hal ini meliputi tingkat lini produk, tingkat proses dan
tingkat pabrik. Sebagian besar aplikasi ABC menyadari hanya satu tingkat
yaitu tingkat pabrik (plant tingkat). Biaya tingkat pabrik (plant tingkat cost)
adalah biaya untuk menompang kapasitas pada suatu tempat perusahaan.
Contoh dari biaya ini dan asuransi bangunan. Sedangkan ruangan kantor
yang ditempati seringkali disebut sebagai pengendara tingkat pabrik (plant
tingkat drivers) untuk menghubungkan dengan biaya tingkat pabrik.
H. Perbedaan Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Biaya ABC
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya
Activity Based Costing yang dikemukakan oleh Amin Widjaja adalah sebagai
berikut.3
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya
driver untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap
produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya
overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non
reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu.
Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka
pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk
penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat
diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen
persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan
memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.

                                                            
 
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk
analisis varian dari pada sistem tradisional , karena kelompok biaya (cost
pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain
itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk
menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.

Penerapan activity based costing system akan relevan bila biaya overhead pabrik
merupakan biaya yang paling dominan dan multi produk. Dalam merancang
activity based costing system, aktivitas untuk membuat dan menjual produk
digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu :

a. Facility level sustaining activity cost, yaitu biaya yang berkaitan dengan
aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misalnya
biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci.
b. Product level sustaining activity cost, yaitu biaya yang berkaitan dengan
aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk dapat
dipasarkan. Misalnya biaya pengujian produk, biaya desain produk.
c. Bacth level activity cost, yaitu biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth
produk yang diproduksi. Misalnya biaya setup mesin.
d. Unit level activity cost, yaitu biaya yang berkaitan dengan besar
kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja.

Perbandingan Biaya Produksi Konvensional (full costing) dan Activity Based


Costing (ABC)

Metode activity based costing (ABC) memandang bahwa biaya overhead


dapat dilacak dengan secara memadai pada baerbagai produk secara individual.
Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver.

Metode activity based costing (ABC) memperbaiki keakuratan


perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahawa banyak dari biaya
overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan
volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
dapat ditelusuri kemasing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini
memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk
yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan.

Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok konvensional


dan sistem ABC.

Perbedaan penetapan harga pokok produk Tradisonal dengan Metode


Activiy Based Costing (ABC)

Harga Pokok Metode Activiy Based Costing


Produksi Tradisional (ABC)
Tujuan Inventory level Product costing
Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produski, Tahan
pengembangan
Fokus Biaya bahan baku, Biaya overhead
tenaga kerja langsung
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang Metode manual Komputer telekomunikasi
digunakan

Pembebanan Biaya Overhead pada Metode Activity Based Costing (ABC)

Pada metode activity based costing (ABC) meskipun pembebanan biaya-


biaya overhead pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti akuntansi
biay tradisional, tatapi pusat-pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-
biaya padapa tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada
produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisonal.

Metode activity based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila
dibandingkan dengan sistem tradisional. Sebelum sampai pada prosedur
pembebanan biaya dua tahap dalam activity based costing perlu dipahami hal-hal
sebagai berikut :

a. Cost driver adalah suatu kejadian yang menimbulakan biaya. Cost driver
merupakan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukan
suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan meneyebabkan biaya
dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.
b. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang
dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah
aktiviatas yang dikonsumsikan oleh suatu produk dengan jumlah
keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
c. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang
variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya atau untuk
dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen secara logis harus
berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua
produk.

Pengertian Cost Driver

Blocher, Chen, dan Lin yang diterjemahkan oleh Ambarriani


(2000:120)“Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
biaya aktivitas, cost driver merupakan faktor yang dapat di ukur yang digunakan
untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas lainnya, produk atau
jasa”.

Ada dua jenis cost driver, yaitu :

1. Cost driver berdasarkan unit


Cost driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk
melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh suatu departemen.
2. Cost driver berdasarkan non unit (proses)
Cost driver berdasarkan non unit (proses) merupakan faktor-faktor
penyebab selain unit yang menjelaskan konsumsi overhead.

Penentuan jumlah cost driver yang tepat :

 Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkanPenentuan banyaknya cost


driver yang dibutukan berdasarkan pada keakuratan laporan product
cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan.
Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi
semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan
yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang digunakan.
 Pemilihan cost driver yang tepat
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus
dpertimbangkan :
 Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
dalam pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver
yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih.
 Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost
driver dipilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya.
 Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior
effect) cost driover yang menyebabkan perilaku yang diinginkan
yang akan dipilih.

Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based


Costing (ABC)

Menurut Mulyadi (2010:35), didalam perhitungan harga pokok produksi


terdapat dua metode yaitu:

1. Metode harga pokok produk pesanan (job order costing) yaitu biaya-biaya
yang dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok persatuan
hasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi
total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan
produk dalam pesanan yang bersangkutan.
2. Metode harga pokok proses (process cost method) yaitu biaya-
biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok
produksi persatuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode
tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan.

Menurut Siregar (2014:37), menyatakan bahwa dalam pengumpulan


harga pokok produksi terbagi menjadi dua yaitu:
1. Penentuan Biaya Pesanan Biaya proses adalah penentuan baya dengan cara
mengumpulkan biaya berdasarkan pesanan produksi atau berdasarkan
departemen.
2. Penentuan Biaya Proses Biaya proses adalah penentuan baya dengan
cara mengumpulkan biaya berdasarkan proses produksi atau
berdasarkan departemen.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


dalam pengumpulan harga pokok produksi terdapat dua metode yaitu metode
harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses.

REFERENSI

Kaplan, Robert S. and Robin Cooper. 1991. The Design of Cost System. 1st ed.
New Jersey: Prentice Hall International Inc

Mulyadi. 2007. Activity-Based Cost System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi


Maju dan Globalisasi. Edisi Dua. Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 1995. Activity-Based Costing : Untuk Manufakturing dan


Pemasaran. Jakarta: Harvarindo

Anda mungkin juga menyukai