Anda di halaman 1dari 16

Pemberian Tranfusi Darah pada Bayi dan Anak

Makalah

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas


dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
nilai MK Keperawatan Anak

Oleh:
Dara Rizkasary Gebinaraseki
(P07120417 005) (P07120417 011)

Dosen pembimbing:
Dra. Mutia Yusuf M. Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN ACEH


PRODI D-IV KEPERAWATAN BANDA ACEH
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2019—2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas
Rahmat dan Hidayah serta izin-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
mengenai “Keperawatan Anak”. Atas dukungan moral dan materi yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami selaku penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang sudah membantu
terselesaikannya makala hini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam perbaikan makalah ini. Walaupun demikian, kami berharap penulisan
makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca umumnya,
sehingga dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang senantiasa
berkembang dengan cepat.

Banda Aceh, 10 juni 2020

kelompok
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transfusi darah sering menyelamatkan kehidupan, misalnya dalam kasus-
kasus yang gawat, perawatan neonatus prematur yang intensif modern, anak
dengan kanker, penerima cangkok organ adalah tidak mungkin tanpa
transfusi.1 Transfusi darah merupakan tindakan pengobatan pada pasien
(anak,bayi dan dewasa) yang diberikan atas indikasi. Kesesuaian golongan
darah antara resipien dan donor merupakan salah satu hal yang mutlak.
Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke
dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan.2,3,4,5,7 Transfusi
darah telah mulai dicoba dilakukan sejak abad ke 15 dan hingga pertengahan
abad ke 17, namun berakhir dengan kegagalan, karena cara pemberiannya dan
pada waktu itu dipakai sebagai sumber donornya adalah darah hewan. Melalui
berbagai percobaan dan pengamatan kemudian disimpulkan bahwa manusia
yang semestinya menjadi sumber darah. Namun demikian pada masa ini,
karena masih banyaknya kegagalan yang berakibat kematian, transfusi darah
sempat dilarang dilakukan. Pada masa ini, transfusi darah telah dikerjakan
langsung dari arteri donor ke dalam vena resipien.
Transfusi darah memang merupakan upaya untuk menyelamatkan
kehidupan dalam banyak hal, dalam bidang pediatri misalnya dalam
perawatan neonatus prematur, anak dengan keganasan, anak dengan kelainan
defisiensi atau kelainan komponen darah, dan transplantasi organ. Namun
transfusi bukanlah tanpa risiko, meskipun telah dilakukan berbagai upaya
untuk memperlancar tindakan transfusi, namun efek samping, reaksi transfusi,
atau infeksi akibat transfusi tetap mungkin terjadi. Maka bila diingat dan
dipahami mengenai keamanannya, indikasinya perlu diperketat. Apabila
memungkinkan, masih perlu dicari alternatif lain untuk mengurangi
penggunaan transfusi darah. Pemberian komponen-komponen darah yang
diperlukan saja lebih dibenarkan dibandingkan dengan pemberian darah
lengkap (whole blood). Prinsip ini lebih ditekankan lagi di bidang ilmu
kesehatan anak karena bayi maupun anak yang sedang tumbuh sebaiknya
tidak diganggu sistem imunologisnya dengan pemberian antigen-antigen yang
tidak diperlukan. Prinsip dukungan transfusi darah bagi anak dan remaja
serupa dengan bagi orang dewasa, tetapi neonatus dan bayi mempunyai
berbagai aspek khusus.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Teknik Melakukan Transfusi Darah pada
Anak
2. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemberian transfuse darah pada bayi
dan anak

1.3
BAB II
PEMBAHASAN

Teknik Melakukan Transfusi Darah pada Anak


2.1 Pengertian
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah
dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah
besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ
pembentuk sel darah merah. (A.Harryanto Reksodiputro,1994)

2.2 Tujuan
a. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
b. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar
tetap bermanfaat.
c. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada
peredaran darah (stabilitasperedarandarah).
d. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
e. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
f. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
g. Tindakan terapi kasus tertentu.

2.4 Manfaat
a. Dapat mengetahui golongan darah
b. Dapat menambah cairan darah yang hilang di dalamtubuh
c. Dapat menyelamatkan jiwa pasien

2.5 Indikasi
a. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar,
perdarahan postpartum, kecelakaan, lukabakarhebat, penyakit kekurangan
kadar Hb atau penyakit kelainan darah).
b. Pasien dengan syok hemoragi.
c. Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk
pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C
dangranulositopenia)
d. Pasien dengan penekanan system imun (imunokompromise).
e. Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan
f. Klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan

2.6 Kontraindikasi
a. Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.
b. Pasien yang bertekanan darah rendah.
c. Transfusi darah dengan golongan darah yang berbeda.
d. Transfusi darah dengan darah yang mengandung penyakit, seperti
HIV/AIDS, Hepatitis B
2.7 Transfusi darah dan komponen darah
2.7.1 Darah lengkap /whole blood (WB)
Pemberian transfusi WB pada umumnya dilakukan sebagai pengganti sel
darah merah pada keadaan perdarahan akut atau masif yang disertai dengan
hipovolemia, atau pada pelaksanaan transfusi tukar. Di dalam WB, masih terdapat
seluruh komponen darah manusia, termasuk faktor pembekuan, sehingga dapat
digunakan pada kasus perdarahan masif.

2.7.2 Transfusi sel darah merah pekat/packed red cells (PRC)


Secara umum, transfusi PRC hampir selalu diin-dikasikan pada kadar Hb
<7,0 g/dL, terutama pada keadaan anemia akut. Transfusi juga dapat dilakukan
pada kadar Hb 7,0-10,0 g/dL, apaapabila ditemukan hipoksiaatau hipoksemia
yang bermakna secara klinis dan laboratorium. Transfusi jarang dilakukan pada
kadar Hb >10,0 g/dL kecuali terdapat indikasi tertentu, seperti penyakit yang
membutuhkan kapasitas transpor oksigen lebih tinggi. Sebagai contoh, pada anak
dengan anemia defisiensi besi, transfusi pada umumnya tidak dilakukan jika tidak
terdapat keluhan dan anak dalam kondisi klinis baik. Sebaliknya, pada pasien anak
yang membutuhkan transfusi rutin, transfusi diberikan pada kadar Hb pra-tansfusi
9,0-10,0 g/dL, untuk mempertahankan tumbuh kembang mendekati tumbuh
kembang pada anak normal. Pada bayi prematur, transfusi PRC diindikasikan
apaapabila kadar Hb <7,0 g/dL. Pada keadaan infant respiratory distress
syndrome(IRDS), transfusi diberikan pada kadar Hb <12,0 g/dL untuk bayi yang
membutuhkan oksigen, atau < 10.0 g/dL untuk bayi yang tidak membutuhkan
oksigen. Pada bayi prematur dengan tanda dan gejala anemia ringan seperti
takikardia atau peningkatan berat badan yang tidak adekuat, transfusi diberikan
apa apabila kadar Hb <10,0 g/dL. Namun, apabila terjadi tanda dan gejala anemia
berat seperti apnea, hipotensi, atau asidosis, transfusi PRC dapat diberikan pada
kadar Hb <12,0 g/dL. Pada bayi aterm di bawah usia 4 bulan, transfusi diberikan
apabila terdapat manifestasi klinis anemia seperti apnea, takikardia, atau
peningkatan berat badan yang tidak adekuat apabila kadar Hb <7,0 g/dL.
Transfusi PRC juga dapat diberikan pada bayi dengan anemia perioperatif
yang memiliki kadar Hb < 10.0 g/dL, atau pada kondisi perdarahan akut yang
melebihi 10% dari volume darah total yang tidak menunjukkan respon terhadap
terapi lain. Transfusi PRC juga dapat diberikan pada pasien pasca operasi dengan
tanda dan gejala anemia dan kadar Hb <10,0 g/dL, serta pasien yang menderita
penyakit kardiopulmonal berat dengan kadar Hb <12,0 g/dL.
Dosis yang digunakan untuk transfusi PRC pada anak adalah 10-15
mL/kgBB/hari apabila Hb >6,0 g/dL, sedangkan pada Hb <5,0 g/dL, transfusi
PRC dapat dilakukan dengan dosis 5 mL/kgBB dalam 1 jam pertama. Pada
keadaan darurat sisa darah yang masih ada pada kantong dihabiskan dalam 2-3
jam selanjutnya, asalkan total darah yang diberikan tidak melebihi 10-15
mL/kgBB/hari. Namun, apabila jumlah transfusi yang dibutuhkan hanya sedikit,
dianjurkan untuk menggunakan kantong kecil/pediatrik. Dosis transfusi PRC pada
neonatus 20 mL/kgBB, dan disarankan untuk menggunakan kantong pediatrik
dengan kapasitas ±50 mL/kantong.Pada anak, pemberian PRC 4 mL/kgBB dapat
meningkatkan kadar Hb sekitar 1 g/dL. Rumus untuk menghitung kebutuhan PRC
adalah [DHb (target Hb – Hb saat ini) x berat badan x 4], sementara kebutuhan
per hari adalah 10-15 kg/BB/hari.

2.7.3 Sel darah merah miskin leukosit/leucodepleted packed red cells (LD-
PRC)
American Academy of Blood Banks(AABB) men-definisikan LD-PRC
sebagai komponen darah PRC yang memiliki jumlah leukosit <5x 106 per unit
kantong darah. Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan leukodeplesi
mencakup proses sentrifugasi dan pembekuan, filtrasi, dan apheresis. Istilah lain
yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan LD-PRC adalah leucoreduced PRC
atau leucopoor PRC. Palang Merah Indonesia (PMI) menggunakan pengertian
yang sedikit berbeda, untuk mengurangi jumlah leukosit dalam produk darah,
terdapat dua pilihan prosedur yakni prestorage filteratau
poststorage filter/bedside filter.
Secara umum, prestorage filter memiliki keuntungan yaitu mengurangi
akumulasi dari metabolit yang timbul akibat degra-dasi dari leukosit serta
mengurangi pengeluaran sitokin inflamasi yang berada di dalam leukosit,
alloimunisasi HLA, dan trombositopenia refrakter sebelum sel darah merah lisis.
Sedangkan, pada penggunaan bedside filter, reaksi transfusi dapat terjadi akibat
pengeluaran sitokin dan interleukin dari sel darah merah yang pecah selama
penyimpanan.
Indikasi mutlak penggunaan transfusi LD-PRC pada pasien neonatus
transfusi rutin, seperti pada thalassemia mayor dan anemia aplastik, dan
pre-/pasca-transplantasi organ.Transfusi LD-PRC dapat menurunkan risiko
penularan infeksi cytomegalovirus (CMV) dan mencegah febrile nonhemolytic
transfusion reactions(FNHTR) pada pasien yang sebelumnya pernah mengalami
reaksi berupa demam setelah transfusi dua kali atau lebih sebelumnya. Dosis
pemberian transfusi LD-PRC sama dengan dosis transfusi PRC secara umum.

2.7.4 Sel darah merah teriradiasi/irradiated packed red cells (I-PRC)


Pembuatan produk I-PRC dilakukan dengan pro-ses iradiasi gamma dari
produk darah selular. Penggunaan I-PRC secara umum ditujukan untuk mencegah
transfusionassociated graftversushost disease (TAGvHD), yaitu sel limfosit dari
darah donor yang masuk ke dalam sistem sirkulasi resipien menimbulkan tanda
dan gejala berupa demam, ruam kulit, diare, dan pansitopenia. Pasien
immunocompromised seperti pasien pasca-transplantasi dan sebagainya,
cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami TAGvHD.

2.7.5 Sel darah merah cuci/washed erythrocytes(WE)


Indikasi dan rekomendasi pemberian transfusi WEserupa dengan PRC.
Transfusi WE dapat diberikanpada pasien dengan riwayat reaksi alergi atau
demampada episode transfusi sebelumnya, hiperkalemi,defisiensi IgA, atau
memiliki alergi terhadap proteinplasma.Dosis WE pada anak untuk transfusi
masifadalah 10-15 mL/kgBB, bergantung pada keadaanumum saat pemeriksaan.
Pada pasien anak secaraumum, pemberian WE 8 mL/kg dapat meningkatkankadar
Hb sekitar 1 g/dL.1Perbedaan WE dan LD-PRC berdasarkan definisiyang dianut
oleh PMI adalah dari jumlah leukosityang ada per unit kantong darah, WE
mengandung 107 leukosit per unit kantong darah, sedangkan LD-PRC
mengandung 106 per unit kantong darah.
Keuntungan penggunaan WE adalah komponen plasma/supernatant
berkurang yang umumnya merupakan salah satu penyebab reaksi transfusi.
Kerugian penggunaannya membutuhkan tenaga kerjayang intensif dan waktu
yang lama sehingga tertunda.Selain itu, produk WE juga kadaluwarsa dalam 24
jamsetelah pembuatan.

2.7.6 Transfusi trombosit konsentrat/thrombocyteconcentrate(TC)


Transfusi TC dapat diberikan pada pasien yang mengalami perdarahan
akibat trombositopenia, atau sebagai profilaksis pada keadaan tertentu. Pada
pasien dengan trombositopenia, transfusi TC profilaksis dapat diberikan pada
kadar trombosit <50.000/mL, namun sebagian institusi menggunakan kesepakatan
untuk memberikan pada kadar trombosit <20.000/mL. Namun, hal ini juga harus
mempertimbangkan kondisiklinis pasien. Pasien yang dijadwalkan untuk prosedu
rinvasif juga dapat diberikan transfusi TC profilaksis apabila kadar trombosit
<50.000/mL. Pada pasien dengan trombositopenia dengan perdarahan aktif,
pemberian transfusi TC dibenarkanpada kadar trombosit berapapun. Transfusi TC
jugadapat diberikan pada pasien dengan perdarahan aktifyang memiliki defek
trombosit kualitatif (trombopati).
Selain itu, pada pasien anak dengan kadar trombosit<20,000/mL yang
akan menjalani tindakan prosedurinvasif sebaiknya diberikan transfusi trombosit
sebagaiprofilaksis walaupun tanpa perdarahan aktif. Satukantong TC dianggap
dapat meningkatkan kadartrombosit 5.000-10,000/mL. Dosis pemberian TCpada
anak dan neonatus adalah 10-20 mL/kgBB/hari.1,7Apheresis adalah prosedur
yang digunakan untukmemisahkan komponen yang diinginkan dari kom-ponen
lainnya pada produk darah donor. Apheresisdapat digunakan untuk beberapa
komponen darahtertentu, salah satunya adalah trombosit. Apheresis yang
dilakukan untuk mendapatkan trombosit dari darah donor disebut
plateletpheresis/thrombopheresis. Adapun keuntungan dari penggunaan produka
pheresis adalah produk darah yang digunakan berasaldari satu donor, sehingga
kemungkinan terjadi reaksitransfusi dan penularan infeksi dapat
dicegah.Bentuklain dari sediaan komponen trombosit yang tersedia diPMI adalah
pooled unitTC, yang merupakan produk TC yang berasal dari 4-6 orang donor,
yang kemudian dimasukkan ke dalam satu kantong. Setelah pooledunit TC
disiapkan, harus segera ditransfusikan, karena adanya risiko proliferasi bakteri.

2.7.7 Transfusi granulosit/buffy coat


Transfusi granulosit/buffy coat adalah suspensi leukosit konsentrat, yang
mengandung komponen sel darah putih dan trombosit dari suatu sampel darah.
Indikasi transfusi granulosit pada pasien dengan neutropenia, leukemia, penyakit
keganasan lain, serta anemia aplastik dengan jumlah hitung leukosit <2.000/mm3
dengan suhu >39,0°C. Jumlah pemberian transfusi granulosit pada umumnya 1–
2x109/kgBB setiap transfusi untuk neonatus,1–2x1010/kgBB untuk bayi dan anak
yang lebih besar,dan 2–3x1010/kgBB untuk remaja. Satu unit granulosit
mengandung 1 x 1010 granulosit. Namun, saat ini transfusi granulosit sudah jarang
digunakan.

2.7.8 Plasma segar beku/fresh frozen plasma(FFP)


Plasma segar beku/fresh frozen plasma(FFP), tujuan dari transfusi FFP
untuk mengganti defisiensifaktor koagulasi, terutama faktor IX pada pasien
dengan hemofilia B dan faktor inhibitor koagulasi, baik yang didapat atau bawaan
apabila tidak tersediakomponen konsentrat dari faktor spesifik atau
faktorkombinasi. Dosis pemberian transfusi FFP padaanak dan neonatus 10-20
mL/kgBB/hari. Pemberiantransfusi FFP dapat bermanfaat pada populasi anakyang
mengalami disseminated intravascular coagulation(DIC) dengan koagulopati yang
signifikan (PT/APTT >1,5 titik tengah dari rentang nilai normalatau fibrinogen
<0,1 g/dL) yang dikaitkan dengan perdarahan yang signifikan secara klinis atau
sebelum prosedur invasif.

2.7.9 Kriopresipitat
Tujuan dari transfusi kriopresipitat untuk menggantidefisiensi faktor VIII
pada pasien hemofilia A, penyakitvon Willebrand yang mengalami perdarahan
atau tidakmenunjukkan respon terhadap pemberian desmopresinasetat, serta akan
menjalani operasi/tindakan invasif. Kriopresipitat juga dapat digunakan sebagai
profrilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan menjalani
prosedur invasif dan terapi pada pasien yang mengalami perdarahan.1Sebagai
pengganti fibrinogen, penggunaan satuunit kriopresipitat per 5 kg berat badan
secara umumdapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen 100 mg/dL, kecuali pada
kasus DIC atau perdarahan masif.Transfusi yang dilaksanakan harus
berdasarkanpada kondisi klinis, dengan tujuan mencapai danmempertahankan
konsentrasi fibrinogen pada 100mg/dL, sebagaimana diindikasikan secara
klinis.Secara umum, penghitungan jumlah kantong dapatmenggunakan rumus 0,2
x berat badan dalam kguntuk meningkatkan konsentrasi fibrinogen 100 mg/dL.
Dalam praktiknya, dapat diberikan 10-20 unit/kgBB/12 jam, karena waktu paruh
kriopresipitat 12jam. Satu kantong kriopresipitat berisi sekitar 30-40mL, dan
mengandung faktor VIII 70-75 unit.

2.8 Pemantauan pelaksanaan transfusi


Pemantauan pelaksanaan transfusi idealnya di-lakukan sebelum dimulai
transfusi, 15 menitpertama setelah dimulai transfusi, setiap jam setelahdimulai
transfusi, saat selesai transfusi, dan 4 jamsetelah selesai tranfsusi untuk pasien
rawat inap. Namun, hal ini tentu bergantung dari sarana danprasarana yang
tersedia, sehingga setiap institusidisarankan untuk memiliki pedoman
pelaksanaantransfusi. Pemantauan pelaksanaan transfusi,mencakup keadaan
umum pasien, suhu tubuh,frekuensi nadi, tekanan darah, frekuensi nafas, serta
keluhan yang dirasakan oleh pasien. Pemberian diuretik tidak dilakukan secara
rutin, dan hanyapada kasus yang diduga akan atau sudah terdapattanda
dekompensasi jantung.

2.9 Reaksi transfusi


Reaksi transfusi berdasarkan tipe, reaksi transfusi dapat dibagi menjadidua
kategori :
 Reaksitransfusiimunologis, dibagi menjadireaksi cepat, yang mencakup
reaksi hemolitik akut,destruksi trombosit, demam non-hemolitik,
reaksialergi, reaksi anafilaktik, sertatransfusionrelatedacute lung
injury(TRALI).Reaksi lambatyangmencakup reaksi hemolitik lambat,
aloantibodi,purpura pasca-transfusi transfusionassociated graftversus host
disease(TAGvHD).
 Reaksitransfusinon-imunologis, mencakupinfeksi yang ditularkan melalui
darah, sepsis,transfusionassociated circulatory overload(TACO),dan
gangguan metabolik.9Berdasarkan keluhan dan tanda, reaksi
transfusidapat dikelompokkan menjadi 3 kategori:
1. KategoriI (reaksiringan),berupademamdengansuhu >38,0°C atau
kenaikan suhu 1-2°C darisuhu tubuh pra-transfusi, pruritus, ruam
ringan,transient urticaria, atauflushing.
2. KategoriII (reaksisedang),di sampingdemamdengan suhu tubuh
>39,0°C atau kenaikan suhu>2°C dari suhu tubuh pra-transfusi,
disertaimenggigil, rasa kaku, mual/muntah, mialgia,angioedema,
mengi, urtikaria, serta ruam kulit,tanpa gangguan pada sirkulasi dan
pernapasan.
3. KategoriIII (reaksiberat),terjadi hipotensi atau angguan sirkulasi,
sesak napas, mengi, stridorberat, serta anafilaksis.1Pemberian
profilaksis untuk mencegah reaksitransfusi dapat diberikan pada kasus
yang pernahmengalami riwayat reaksi transfusi sebelumnya,terutama
saat pemberian produk darah yang me-ngandung plasma. Namun,
penggunaan profilaksisumumnya tidak dilakukan di negara yang
sudahmenggunakanprestoragefilter untuk setiap produkdarahnya.

Kesimpulan
 Transfusi darah adalah prosedur yang ditujukan untuk menambah atau
menggantikan komponen darah yang tidak mencukupi untuk mencegah
terjadinya dampak dari kurangnya komponen darah tersebut. Pelaksanaan
transfusi secara rasional mencakup pemberian komponen darah tertentu
sesuai kebutuhan dan berdasarkan pedoman yang berlaku.
 Perbedaan pelaksanaan transfuse pada anak dan dewasa adalah pada berat
badan dan usia anak yang digunakan untuk menghitung jumlah komponen
darah yang dibutuhkan, serta kapasitas kardio pulmonal pada anak sesuai
tahapan pertumbuhannya.
 Pemberian transfuse darah atau komponen darah harus
mempertimbangkan risiko dan keuntungannya, serta harus rasional dan
adekuat. Kontraindikasi transfusi darah apabila tidak adaindikasi.
 Transportasi komponen darah dilakukan menggunakan cool box khusus
dengan termometer untuk memantau suhu ideal, misalkan 2-6°C untuk sel
darah merah, 14-22°C untuk komponen plasma,dan sebagainya. Urutan
cara meletakkan es beku yang dilapisi oleh alas di atasnya, lalu diletakkan
komponen darah yang akan dibawa.
 Tidak diperkenankan untuk memasukkan komponen lain ke dalam
kantong darah.
 Ideal jika setiap pemberian komponen darah menggunakan set transfusi
yang berbeda.
 Pada pemberian transfuse darah, darah/komponen tidak perlu dihangatkan
terlebih dahulu kecuali pada transfusi cepat, transfusi masif, transfuse
tukar, atau terdapatnya cold agglutinin.
 Jika memungkinkan, dianjurkan untuk memakai produk darah rendah
leukosit, terutama untuk pasien neonatus, transfusi rutin/berulang,
transplantasi, dengan skriningnucleic acidamplification testing(NAT).•
Pelaksanaan transfuse darah sebaiknya dimulai maksimal 30 menit setelah
produk darah tersebut dikeluarkan oleh Unit Pelayanan Transfusi
Darah(UPTD) / bank darah.
 Pemberian transfuse darah pekat/sel darah merah kepada resipien harus
selesai dalam waktu maksimal 4 jam/kantong terhitung dari keluarnya
produk darah dari UPTD, sedangkan untuk produk plasma darah dapat
diberikan lebih cepat(dalam 1 – 2 jam), bergantung kebutuhan.
 Jarak pemberian antara dua kantong PRC sebaiknya 24 jam. Namun, pada
penyakit kronik dengan kadar Hb <5 g/dL, jarak minimal yang masih
diperkenankan adalah antara 8-12 jam setelah kantong darah pertama
selesai.
 Pemberian diuretic tidak dilakukan secara rutin dan hanya diberikan pada
keadaan khusus, seperti gagal jantung.
 Penggunaan NaCl0,9% tidak diberikan untuk pembilasan setelah transfusi
selesai, untuk menghindari kelebihan cairan.
 Apabila pada satu pasien dibutuhkan lebih dari satu jenis komponen darah,
komponen darah dapat diberikan secara berurutan, tetapi tidak melebihi
jumlah kebutuhan cairan pasien dalam 24 jam. Urutan pemberian
komponen juga disesuaikan dengan kondisi klinis. Sebagai contoh, pada
kasus perdarahan akibat trombositopenia, disarankan untuk diberikan
komponen TC terlebih dahulu kemudian dilanjutkan komponen PRC.

2.7 PersiapanAlat, Pasie, tempat, perawat


a. Persiapanalat
1. Set pemberiandarah
2. Kateterbesar (18G atau 19G)
3. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
4. Set infuse darahdenganfilter
5. Produkdarah yang tepat
6. Sarungtangansekalipakai
7. Kapasalcohol
8. Plester
9. Mansettekanandarah
10. Stetoskop
11. Thermometer
12. Format persetujuan pemberian transfusi yang di tanda tangani

2.8 Prosedurkerja
1. Jelaskanprosedurkepadaklien.kajipernahtidaknyaklienmenerimatransfusis
ebelumnyadancatatreaksi yang timbul
2. Mintaklienuntukmelaporkanadanyamenggigil,sakitkepala,gatal-
gatalatauruamdengansegera
3. Pastikanbahwaklientelahmenandatanganisuratpersetujuan
4. Cucitangandankenakansarungtangan
5. Pasangselang IV denganmenggunakankateterberukuranbesar
6. Gunakanselang infuse yang memiliki filter didalamselang
7. Gantungkanbotollarutansalin normal 0.9%
untukdiberikansetelahpemberian infuse darahselesai
8. Ikutiprotokollembagadalammendapatkanprodukdarahdari bank darah
9. Identifikasiprodukdarahdankliendenganbenar
10.  Ukurtandafitaldasarklien
11. Berikandahulularutansalinnormal
12. Mulaiberikan transfuse secaraperlahandiawalidenganpengisian filter
didalamselang
13. Aturkecepatansampai 2ml/menituntuk 15
menitpertamadantetaplahbersamaklien.
14. Monitor tanda vital setiap 5 menitselama 15
menitpertamatransfuse,selanjutnyaukursetiap jam
dengankebijakanlembaga.
15. Pertahankankecepatan infuse yang di
programkandenganmenggunakanpompainfuse.
16. Lepasdanbuangsarungtangan, cucitangan.
17. Observasitimbulnyareaksi yang merugikansecaraberkelanjutan,
catatpemberiandarahatauprodukdarah.
18. Setelahpemberian infuse selesai, kembalikankantungdarahsertaselangke
bank darah.

2.9 Hal-hal yang harus di perhatikan


1. Kondisipasiensebelumditranfusi
2. Kecocokandarah yang akandimasukkan
3. Label darah yang akandimasukkan
4. Golongandarahklien
5. Periksawarnadarah (terjadigumpalanatautidak)
6. Homogenitas (darahbercampursemuaatautidak). 

2.10 Evaluasi
1. Observasireaksi :kedinginan, kemerahan, gatal, dispnoe,
kramdanbengkak.
2. Observasikliendankajihasillaboratoriumuntukdapatmencatathasilpemberi
ankomponendarah.
3. Monitor
tempatpemasanganinfusdankajikeadaanfisiologissetiappengukurantandav
ital.
4. Hasil yang tidakdiharapkanbisaterjadiseperti:
5. klienmenunjukkantandakedinginan, panas, urtuikaria, dispnue,
sakitkepala, nyeridada.
6. Gejalaanafilaktik shock: hipertensitakikardi, kemerahan,
kesdranmenurunkardiakares.
7. Tanda overload cairan :Dispnoe, takikardi, takipnoe, cracless.
8. Infiltarsidanflebitisterjadipada vena.
2.11Dokumentasi
Mencatattipedanjumlahpemberiandarahsertaresponklienterhadaptrenfusid
arahbiasanyapencatatantranfusidibuatterpisah.
Folow up:
 Reaksitranfusi
- Stop darahsegeradanikutianjuran
- PeliharakeadaaninfusdenganNaCL
- Kembalikandarahke bank darah
 AnaphilaticShock
- Ketidaklancarantranfusi
- Panggilpetugasimergensi
- BilaperluCPR
- Peliharakeadaan IV
 Overload cairan
- Lambatkanatau stop cairan
- Turunkankepalaklien
- Berikandeuritik, morfin, O2 sesuaianjuran
 Infiltrasiatauinfeksipadalokasiinfus
- Pasanginfuskembalipadatempatlain
- Mengadakanpenilainuntukmenurunkaninfiltrasiatauinflamasi
 Secaraperlahanataumenggoyangbagian 
bagianinfusdapatmencegahtimbulnyakepadatancairan.
PemberianNaCLsecarabersamaandenganinfusdarahdapatmencairkandarah
yang terlalukental
BAB III
3.1 Kesimpulan
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk
berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya.
Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan
darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. (A.Harryanto
Reksodiputro,1994)
Pemberian transfusi WB pada umumnya dilakukan sebagai
pengganti sel darah merah pada keadaan perdarahan akut atau masif yang
disertai dengan hipovolemia, atau pada pelaksanaan transfusi tukar. Di
dalam WB, masih terdapat seluruh komponen darah manusia, termasuk
faktor pembekuan, sehingga dapat digunakan pada kasus perdarahan
masif.
3.2 Saran
Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah :Dapat
meningkatkan wawasan tentang pemberian transfuse darah pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA
La Rocca, Joanne C.1998.Terapi Intravena.edisi 2.Jakarta:EGC
Potter & Perry.2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Vol 2.Jakarta:EGC
Perry.dkk.2005.Keterampilan dan Prosedurdasar.Edisi 5.Jakarta:EGC
Susiati,Maria.2008.Keterampilan Keperawatan Dasar.Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai