Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULIAN

1.1 Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar.
Dalam belajar terdapat proses-proses belajar yang menunjang dalam kegiatan belajar.
Proses belajar adalah kata yang berasal dari bahasa latin”processus” yang artinya
berjalan kedepan. Menurut Chaplin(1972), tahapan adalah suatu perubahan khususnya
yang menyangkut perubahan perubahan tingkah laku dan perubahan kejiwaan. Jadi
tahapan belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif
dan psikomotorik. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah
yang lebih maju dari sebeumnya. Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
adanya proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan rangkaian aktivitas dan
interaksi antara klien dan perawat yang dikendalikan melalui perencanaan
pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran perlu dilakukan secara sistematis
berdasarkan prosedur pembelajaran yang telah dikembangkan. Oleh karena itu salah
satu kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat adalah mampu memahami dan
melaksanakan prosedur pembeljaran kelompok, individual maupun klasikal.
Pendidikan kesehatan pada dasarnya untuk meningkatan derajat kesehatan
(kesejahteraan) menurunkan ketergantungan dan memberikan kesempatan pada
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas untuk mengaktualisasikan dirinya dalam
mempertahankan keadaan sehat yang optimal.
Pendidikan kesehatan merupakan tindakan mandiri keperawatan dalam membantu
klien (individu, kelompok, masyarakat) dalam mengatasi masalah kesehatannya
melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat sebagai pendidik.
Perawat mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap selama
pembelajaran yang berfokus pada pasien.Pendidikan kesehatan bukan hanya
berhubungan dengan komunikasi informasi, tetapi juga berhubungan dengan adopsi
motivasi, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk melakukan tindakan memperbaiki
kesehatan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian kebutuhan belajar ?
2. Bagaimana Penegakan diagnosa keperawatan?
3. Bagaimana perencanaan pendidikan kesehatan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian kebutuhan belajar
2. Untuk mengetahui bagaimana Penegakan diagnosa keperawatan
3. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan pendidikan kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Kebutuhan Belajar


Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari riwayat
keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang yang dekat
dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang mungkin akan
mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi untuk belajar, dan
tingkat kemampuan membaca. Selain menggali data melalui wawancara, perawat juga
harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan kebutuhan-kebutuhan klien.
Kebutuhan belajar juga dapat diidentifikasikan dari pertanyaan klien terhadap perawat
tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya.
2.1.2 Pengkajian Faktor Predisposisi
1. Pengkajian Riwayat Keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status
perkembangan seseorang, sehingga dapat memberikan arah mengenai isi
pendidikan kesehatan dan pendekatan yang harus digunakan. Pertanyaan yang
diajukan hendaknya sederhana. Pada klien lanjut usia (lansia), pertanyaan
diajukan dengan perlahan dan diulang. Status perkembangan, terutama pada
klien anak, dapat dikaji melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas
atau bermain, sehingga perawat mendapat data tentang kemampuan motorik
dan perkembangan intektualnya.
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan
bagaimana mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan
informasi kepada perawat tentang seberapa jauh pengetahuan mereka
mengenai masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-
hari. Informasi ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk memberi
arahan yang tepat serta sumber-sumber lain yang dapat digunakan oleh klien.
Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang
dianut, dan peran gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan
rencana pendidikan kesehatan. Kepercayaan yang penting digali pada klien,
contohnya adalah kepercayaan tidak boleh menerima tranfusi darah, tidak
boleh menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh menggunakan alat
kontrasepsi

3
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik
tersendiri. Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan
kebiasaan makan, kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan
menangani keadaan sakit, serta gaya hidup. Perawat sangat penting
mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak boleh menarik asumsi bahwa
setiap individu dalam suatu etnik dengan kultur tertentu mempunyai kebiasaan
yang sama, karena hal ini tidak selalu terjadi. Oleh karena itu, perawat tetap
harus mengkaji dan menilai klien secara individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar
klien. Bagaimanapun, perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena
perencanaan pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber
yang ada pada klien agar tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan
sesuai dan sulit untuk dilaksanakan.
Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang sangat penting untuk diketahui.
Cara belajar yang terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik
seseorang dalam belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk
memahami sesuatu dengan baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak
dengan cara melihat, tetapi dengan cara melakukan secara actual dan
menemukan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu hal. Yang lain
mungkin dapat belajar dengan baik dengan membaca sesuatu yang
dipresentasikan oleh orang lain. Perawat perlu meluangkan waktu dan
memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan mengidentifikasi gaya
belajar, untuk kemudian mengadaptasi pendidikan kesehatan yang sesuai
dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan variasi teknik mengajar dan
variasi aktivitas selama mengajar adalah jalan yang baik untuk memenuhi
kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah teknik akan sangat efektif untuk
beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien dengan gaya
belajar yang berbeda.
Perawat perlu mengkaji system pendukung klien untuk menentukan
siapa saja sasaran pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan
mendorong proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin
dapat membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan
mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.

4
2. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap
kebutuhan belajar klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status
nutrisi. Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien
tentang kapasitas fisik untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri.
Kemampuan melihat dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap
pemilihan substansi dan pendekatan dalam mengajar. Fungsi system
muskuloskelet mempengaruhi kemampuan keterampilan psikomotor dan
perawatan diri. Toleransi aktivitas juga dapat mempengaruhi kapasitas klien
untuk melakukan aktivitas.

3. Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar


Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien
yang tidak siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi,
misalnya melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan
sesama klien yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak,
klien yang tidak siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah
atau situasi. Kesiapan fisik penting di kaji oleh perawat apakah klien dapat
memfokuskan perhatian atau lebih berfokus status fisiknya, misalnya terhadap
nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau lain hal.
Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien
dalam keadaan cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan
kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar.
Perawat tidak dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan
klien memungkinkan dapat menerima proses pembelajaran.
Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikir secara jernih? apakah klien
dalam keadaan sadar penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang
mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji.
Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan
rasa saling percaya dengan perawat? Ataukah klien belum mau menjalin
komunikasi karena masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling
percaya antara perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar

5
4. Pengkajian Motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai
keinginan belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi
rangsangan atau jalan untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat
kuat untuk kesuksesan dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan
pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh
masalah keuangan, penolakan terhadap status kesehatan, kurangnya dorongan
dari lingkungan social, pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan,
ketakutan,rasa malu atau adanya konsep diri yang negatif. Motivasi juga
dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan. Contohnya, motivasi belajar seorang
pria setengah baya yang dinyatakan hipertensi dan mulai mendapat pengobatan
anti hipertensi untuk mengendalikan tekanan darahnya mungkin akan rendah
jika teman dekatnya menceritakan bahwa ia impotent setelah mendapat
pengobatan yang sama.
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari
pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat sebagai msalah yang
spesifik. Seorang perawat ketika mengkaji motivasi dan kemampuan klien
harus betul- betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar. Motivasi
memang sulit untuk dikaji, mungkin dapat ditunjukkan secara verbal atau juga
secara nonverbal.
a. Pengkajian Kemampuan Membaca
Ketidakmampuan membaca dan menulis dapat ditemukan pada setiap
langkah kehidupan, pada semua suku dan pada setiap tingkat sosial
ekonomi. Penampilan seseorang dan penggunaan bahasa tidak
mengindikasikan bahwa ia mampu membaca dan menulis. Banyak orang
dengan kemampuan membaca dan menulis rendah memiliki intelegensi
rata-rata dan berbicara dengan baik.
Bagaimana seorang perawat dapat menentukan tingkat kemampuan
membaca klien? Melakukan pengujian secara langsung adalah cara yang
terbaik, tetapi sering sulit dipraktikkan.

6
Berikut ini dijelaskan cara mengkaji tingkat kemampuan membaca klien.
 Mengkaji tingkat kesenangan membaca klien; Berikan sesuatu untuk
dibaca dan kemudian minta klien menjelaskan apa yang dibacanya
dengan menggunakan bahasanya sendiri. Jika memungkinkan, tawarkan
kepada klien beberapa pilihan cara belajar (membaca, menonton/melihat
atau mendengarkan). Jika ragu-ragu, gunakan materi bacaan yang mudah
dan jika seseorang dalam keadaan stress sebaiknya dimulai dengan
materi sederhana, baru kemudian ditambahkan yang lebih kompleks.
 Menggunakan indeks SMOG untuk mengkaji tingkat kemampuan
membaca klien terhadap materi pendidikan kesehatan sehingga
kemudian dapat ditentukan kesesuaian materi untuk populasi yang akan
membacanya. Berikut ini disajikan cara menentukan Tingkat Kesiapan
dari pada Materi Tertulis dengan menggunakan indeks SMOG.
 “Untuk menentukan tingkat materi bacaan, untuk belajar klien, pilihlah
30 kalimat dalam bacaan. Ambillah 10 kalimat dari bagian awal, 10
kalimat dari tengah dan 10 kalimat dari bagian akhir bacaan. Hitunglah
semua kata yang mengandung 3 atau lebih suku kata (Syllabes),
kemudian jumlahkan. Kemudian temukan jumlah tersebut didalam daftar
dibawah ini dan baca menyilang untuk menemukan tingkat/grade
bacaan/materi belajar.”

Untuk menurunkan tingkat bacaan dan menyederhanakan materi


pendidikan kesehatan untuk klien, maka lakukanlah:
a Gunakanlah kata-kata yang lebih pendek
b Hindari kata-kata dengan beberapa suku kata
c Tulis kalimat-kalimat pendek
d Jelaskan peristilahan-peristilahan yang digunakan
e Gunakan kata-kata yang mudah dan sering digunakan

7
2.1.2 Pengkajian Faktor Pemungkin
Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang
penting untuk menampilkan perilaku yang sehat. Sumber daya dimaksud
meliputi fasilitas yang ada, personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau
sumber-sumber lain yang serupa. Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan
sumber tersebut oleh klien: apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau?
Bagaimana keterampilan klien untuk melakukan perubahan perilaku perlu
diketahui , karena dengan mengetahui sejauh mana klien memiliki
keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi perencana pendidikan
kesehatan dapat diperoleh.

2.1.3 Pengkajian Faktor Penguat


Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut
bergantung kepada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan kesehatan
klien di rumah sakit, misalnya, penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli
gizi, atau klien lain dan keluarga. Di dalam pendidikan kesehatan di sekolah
penguat mungkin berasal dari guru, teman sebaya, pimpinan sekolah, dan
keluarga. Apakah faktor penguat itu positif atau negative tergantung pada
sikap dan perilaku orang lain yang berpengaruh. Pengaruh itu tidak sama,
mungkin sebagian mempunyai pengaruh yang sangat kuat dibandingkan
dengan yang lainnya dalam mempengaruhi perubahan perilaku. Perawat perlu
mengkaji secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin bahwa sasaran
pendidikan kesehatan mempunyai kesempatan yang maksimum untuk
mendapat umpan balik yang mendukung selama berlangsungnya proses
perubahan perilaku.

2.2 Penegakan Diagnose Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar dikelompokkan
di bawah kategori. Kurang Pengetahuan. Defenisi Kurang Pengetahuan adalah:
pernyataan pada saat individu, keluarga, atau komunitas tidak dapat memahami, tidak
dapat belajar, dan tidak dapat menunjukkan pengetahuannya tentang tindakan-tindakan
keperawatan kesehatan yang penting untuk mempertahankan kesehatan (NANDA).
Karakteristik definisi tersebut adalah: adanya pengungkapan secara verbal tentang

8
masalah; ketakakuratan mengikuti suatu instruksi; ketakakuratan penampilan dalam
suatu uji; ketaksesuaian perilaku atau adanya perilaku berlebihan, misalnya hysteria,
permusuhan, agitasi, atau apatis. Faktor-faktor yang berhubungan atau menjadi
penyebab dari kurangnya pengetahuan mencakup kurangnya keterpaparan informasi;
kurang mengulang pelajaran, adanya kesalahpenafsiran; keterbatasan pengetahuan;
kurangnya ketertarikan dalam belajar; tidak familiarnya klien dengan sumber informasi.
Sebagai contoh diagnosis keperawatan yang dikemukakan oleh North
Americans Nursing Diagnosis Assosiation (NANDA) adalah sebagai berikut
1. Kurang pengetahuan: diet rendah kalori berhubungan dengan tidak punya
pengalaman.
2. Kurang pengetahuan: diet Diabetes Mellitus berhubungan dengan tidak familiarnya
diri dengan program yang harus diikuti.
3. Kurang pengetahuan: perawatan pra operasi berhubungan dengan belum adanya
pengalaman menghadapi prosedur pembedahan.
4. Kurang pengetahuan: efek pengobatan berhubungan dengan adanya perbedaan
bahasa dan kesalahan penafsiran informasi.
5. Kurangnya pengetahuan: Bahaya keamanan di rumah berhubungan dengan adanya
penolakan terhadap penurunan kesehatan dan kurangnya ketertarikan untuk belajar.
6. Kurangnya pengetahuan: penyalahgunaan zat berhubungan dengan kurangnya
ketertarikan dalam mempelajari informasi.
Cara lain untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar klien adalah menuliskan Kurang
Pengetahuan sebagai etiologi atau bagian kedua dari pernyataan diagnosis
keperawatan. Sebagai contoh:
1. Risiko tinggi terjadinya gangguan proses menjadi orang tua berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan dalam merawat bayi dan menyusui.
2. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan dalam
hal penyakit menular seksual dan pencegahannya
3. Risiko tinggi terjadinya injuri/rudapaksa berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dalam teknik penggunaan tongkat untuk berjalan.
4. Risiko tinggi terjadinya penularan tuberculosis paru pada anggota keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dalam hal cara-cara dan pencegahan
penularan.

9
2.3 Perencanaan Pendidikan Kesehatan
Mengembangkan perencanaan pengajaran adalah menyelesaikan sejumlah
langkah. Melibatkan klien saat perencanaan dapat meningkatkan terciptanya
perencanaan yang berguna dan merangsang motivasi klien. Klien yang membantu
merumuskan perencanaan pengajaran akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
2.3.1 Menentukan Prioritas Pengajaran
Kebutuhan belajar klien harus diurut berdasarkan prioritas. Perawat dan klien
hendaknya melakukannya secara bersama-sama. Salah satu yang menjadi kriteria
yang diprioritaskan adalah motivasi klien untuk berkonsentrasi pada kebutuhan
belajar kebutuhan belajar yang telah diidentifikasikan sebagai contoh seseorang
yang ingin mengetahui segala sesuatu tentang penyakit jantung koroner mungkin
tidak siap untuk memepelajari bagaimana mengubah gaya hidupnya sampai pada
saat ia menemukan kebutuhannya untuk belajar tentang penyakit tersebut, contoh
lain, seseorang yang baru dinyatakan mengidap penyakit Diabetes Mellitus akan
mau mengatur diet sesuai dengan yang dianjurkan sebelum ia tahu bagaimana
pengaruh diet tersebut terhadap status gula darah dan kesehatannya.
Perawat juga dapat menggunakan kerangka pikir lain, seperti hierarki kebutuhan
menurut teori Maslow untuk menetapkan prioritas belajar. Jika klien adalah sebuah
keluarga, kelompok, atau komunitas yang lebih besar, penentuan prioritas belajar
hendaknya secara lebih luas mempertimbangkan faktor lain yang telah dikaji yakni,
faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat. Khusus untuk memprioritaskan
pengajaran dikeluarga, skala prioritas yang dikembangkan oleh Bailon dan Maglaya
(1988) dapat dipergunakan. Kriteria untuk memprioritaskan pengajaran di dalam
komunitas antara lain adalah: kesadaran komunitas terhadap masalah; motivasi
komunitas memecahkan masalah; kemampuan perawat untuk mempengaruhi
pemecahan masalah; berat serta konsekwensi jika masalah tidak terpecahkan
(Goeppinger and Shuster, 1988)

2.3.2 Menetapkan Tujuan Belajar


Tujuan belajar yang ditetapkan dapat disamakan dengan tujuan pada proses asuhan
keperawatan. Ketika menetapkan hal ini baik sekali diingat mengenai tiga ranah
belajar yaitu kognitif; afektif; dan psikomotor. Tujuan belajar yang dirancang

10
dengan baik akan menuntun perencanaan tentang isi atau substansi, metode, strategi,
aktivitas, dan perencanaan metode evaluasi belajar.
Beberapa ketentuan umum dalam merumuskan tujuan belajar adalah sebagai berikut:
1. Tujuan belajar dinyatakan di dalam perilaku atau penampilan yang dikehendaki,
contohnya: klien dapat menunjukkan atau mendemonstrasikan teknik pemberian
ASI dengan benar (psikomotor), klien dapat menjelaskan alas an ia harus makan
dalam porsi sedikit, tetapi frekuensinya sering (kognitif), klien dapat
menguraikan perasaan meningkatnya rasa nyaman setelah pemberian obat
(afektif). Tujuan tidak dinyatakan dalam perilaku perawat, misalnya: perawat
tidak mengajari klien tentang diet.
2. Tujuan belajar dapat diobservasi, sementara aktivitasnya dapat diukur. Misalnya,
hal yang dapat dilihat, klien dapat berjalan di sekitar tempat tidur.
3. Dalam tujuan harus terkandung kondisi yang diinginkan untuk mengklarifikasi
dimana, kapan, atau bagaimana perilaku ditampilkan. Contohnya klien dapat
berjalan dari ujung tempat tidur ke ujung lainnya tanpa menggunakan tongkat
pembantu.
4. Dalam tujuan harus tercakup criteria waktu yang spesifik. Contohnya: Klien akan
menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi kadar gula darah. Pada akhir diskusi
kedua, klien dapat mendemonstrasikan injeksi insulin sendiri dalam dosis dan
cara yang benar sebelum pasien dipulangkan.

2.3.3 Memilih Substansi (Isi Materi)


Isi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai, atau
dengan kata lain, informasi yang dibutuhkan mencapai tujuan dengan baik harus
diseleksi dari berbagai sumber informasi. Pengetahuan yang dibutuhkan perawat
dapat diperoleh melalui pendidikan, buku, jurnal keperawatan, dan perawat lain atau
dokter atau anggota tim pelayanan kesehatan lain. Sumber yang dipilih hendaknya:
akurat, terbaru, didasarkan atas tujuan belajar, disesuaikan dengan usia klien,
budaya, dan kemampuan, konsistensi, serta dipilih dengan mempertimbangkan
waktu dan sumber daya yang kungkin untuk mengajar.

11
2.3.4 Memilih Strategi Belajar
Memilih metode mengajar hendaknya cocok untuk individu, cocok dengan materi
yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan berbagai faktor lain perlu
dipertimbangkan. Beberapa tujuan belajar mungkin dapat dicapai dengan mudah
melalui tatap muka satu persatu antara perawat dengan klien, tetapi yang lain dapat
dengan mudah dicapai dengan diskusi kelompok. Sebagai contoh, jika tujuan
belajarnya adalah: “Klien dapat mengganti balutan pada kakinya dengan teknik
steril”, diskusi kelompok tidak mungkin diadakan. Metode yang cocok untuk itu
adalah metode privat yang disarankan oleh perawat. Di lain pihak jika tujuan
belajarnya adalah “Klien dapat mendiskusikan perasaannya tentang bagaimana
kembali ke rumah sesudah mengalami serangan jantung”, tujuan akan lebih mudah
dicapai dengan diskusi kelompok dengan klien lain yang mempunyai perasaan yang
sama.

2.3.5 Memilih Alat Bantu Mengajar


Alat bantu mengajar telah dibahas pada bab sebelumnya. Alat Bantu mengajar
membantu belajar, tetapi bukan suatu pengganti untuk berhubungan dengan
manusia. Alat ini baik sekali digunakan untuk menambah atau menguatkan mengajar
dengan strategi tatap muka. Alat Bantu mengajar sangat ditentukan oleh tujuan
belajar yang hendak dicapai. Oleh karena itu, itu pilihlah alat Bantu secara hati-hati,
lihat kembali kegunaan dan kecocokan penggunaan alat bantu pada pembahasan
sebelumnya.

2.3.6 Membuat Rencana Evaluasi


Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencanaan kegiatan pendidikan
kesehatan, misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi, dan indikator apa yang
akan dipakai dalam evaluasi itu. Evaluasi dapat dibedakan:
1. Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang telah
dijadwalkan dalam perencanaan, apakah sesuai atau terjadi perubahan dalam
pelaksanaannya. Misalnya tentang jadwal waktu, tempat, dan alat bantu peraga.
2. Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan
pendidikan kesehatan yang dimaksud. Misalnya terjadinya perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakannya.

12
2.4 Tugas dan Latihan
1. .Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status perkembangan

seseorang, sehingga dapat memberikan arah mengenai isi pendidikan kesehatan


dan pendekatan yang harus digunakan. Pertanyaan yang diajukan hendaknya
sederhana disebut tahap pengkajian...

a. Pengkajian riwayat keperawatan


b. Pengkajian fisik
c. Pengkajian motivasi
d. Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar
e. Pengkajian nonfisik

2. Pengkajian yang secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan


belajar klien adalah...
a. Pengkajian riwayat keperawatan
b. Pengkajian fisik
c. Pengkajian motivasi
d. Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar
e. Pengkajian nonfisik

3. Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar dibedakan menjadi 3 kesiapan yaitu...

a. Emosi, kognitif, pengetahuan

b. Emosi, pengetahuan, media

c. Emosi, kognitif, berkomunikasi

d. Berkomunikasi, media, emosi

e. Media, kognitif, pengetahuan

4. Klien dalam keadaan cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena
keadaan kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk
belajar. Perawat tidak dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai

13
keadaan klien memungkinkan dapat menerima proses pembelajaran termasuk
dalam kesiapan…
a. Komunikasi
b. Emosi
c. Media
d. Kesiapan belajar
e. Kesiapsiagaan bencana

5. Motivasi belajar seorang pria setengah baya yang dinyatakan hipertensi dan
mulai mendapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan tekanan
darahnya mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa ia
impotent setelah mendapat pengobatan yang sama disebut...

a. Pengkaji Motivasi

b. Pengkajian media

c. Pengkajian materi belajar

d. Pengkajian media belajar

e. Pengkajian kesiapan belajar

6. Menggunakan indeks SMOG digunakan untuk...

a. Untuk mengkaji tingkat kemampuan membaca klien terhadap materi


pendidikan kesehatan sehingga kemudian dapat ditentukan kesesuaian
materi untuk populasi yang akan membacanya.

b. Untuk mengkaji tingkat kemampuan membaca klien terhadap materi


pendidikan pembelajaran sehingga kemudian dapat ditentukan kesesuaian
materi untuk populasi yang akan membacanya.

c. Untuk mengkaji tingkat kemampuan menulis klien terhadap materi


pendidikan kesehatan sehingga kemudian dapat ditentukan kesesuaian materi
untuk populasi yang akan membacanya.

14
d. Untuk mengkaji tingkat kemampuan menulis klien terhadap materi
pendidikan kesehatan sehingga kemudian dapat ditentukan kesesuaian materi
untuk populasi yang akan ditulisnya.

e. Untuk mengkaji tingkat kemampuan membaca klien terhadap materi


pendidikan kesehatan sehingga kemudian dapat ditentukan kesesuaian materi
untuk populasi yang akan ditulisnya.

7. Mengkaji tingkat kesenangan membaca klien dilakukan dengan cara kecuai...

a. Berikan sesuatu untuk dibaca dan kemudian minta klien menjelaskan apa
yang dibacanya dengan menggunakan bahasanya sendiri.

b. Jika memungkinkan, tawarkan kepada klien beberapa pilihan cara belajar


(membaca, menonton/melihat atau mendengarkan).

c. Jika ragu-ragu, gunakan materi bacaan yang mudah

d. Jika seseorang dalam keadaan stress sebaiknya dimulai dengan materi


sederhana, baru kemudian ditambahkan yang lebih kompleks.

e. Jika ragu-ragu, gunakan materi bacaan yang sulit

8. Untuk menurunkan tingkat bacaan dan menyederhanakan materi pendidikan


kesehatan untuk klien, maka lakukanlah kecuali:
a. Gunakanlah kata-kata yang lebih pendek
b. Hindari kata-kata dengan beberapa suku kata
c. Tulis kalimat-kalimat pendek
d. Jelaskan peristilahan-peristilahan yang digunakan
e. Gunakan kata-kata yang susah dan sering digunakan

9. Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan


atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada tujuan dan jenis
program adalah faktor...
a. Penguat
b. Pelemah

15
c. Pengasah
d. Pengait
e. Penusuk

10. Cara lain untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar klien adalah menuliskan
Kurang Pengetahuan sebagai etiologi atau bagian kedua dari pernyataan
diagnosis
keperawatan. Sebagai contoh kecuali:
a. Risiko tinggi terjadinya gangguan proses menjadi orang tua berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan dalam merawat bayi dan menyusui.
b. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan
dalam hal penyakit menular seksual dan pencegahannya
c. Risiko tinggi terjadinya injuri/rudapaksa berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dalam teknik penggunaan tongkat untuk berjalan.
d. Risiko tinggi terjadinya penularan tuberculosis paru pada anggota keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dalam hal cara-cara dan
pencegahan penularan.
e. Risiko tinggi terjadinya injuri/rudapaksa berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan dalam teknik penggunaan kursi roda untuk
berjalan.

11. Isi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai,
atau dengan kata lain, informasi yang dibutuhkan mencapai tujuan dengan baik
harus diseleksi dari berbagai sumber informasi...
a. Memilih isi(substansi)
b. Memilih materi belajar
c. Memilih media belajar
d. Memilih alat belajar
e. Memilih pengajar dalam belajar

12. “Klien dapat mengganti balutan pada kakinya dengan teknik steril”, diskusi
kelompok tidak mungkin diadakan...
a. Memilih strategi belajar
b. Memilih materi belajar

16
c. Memilih media belajar
d. Memilih alat belajar
e. Memilih pengajar dalam belajar

13. Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencanaan kegiatan pendidikan


kesehatan, misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi, dan indikator apa
yang akan dipakai dalam evaluasi itu. Evaluasi dapat dibedakan:
a. Pendidikan kesehatan dan evaluasi hasil kegiatan
b. Pendidikan kesehatan dan perencanaan hasil kegiatan
c. Pelayanan kesehatan dan perencanaan hasil kegiatan
d. Pendidikan kesehatan dan implementasi hasil kegiatan
e. Penngkajian kesehatan dan perencanaan hasil kegiatan

14. Evaluasi yang menilai langkah-langkah yang telah dijadwalkan dalam


perencanaan, apakah sesuai atau terjadi perubahan dalam pelaksanaannya.
Misalnya tentang jadwal waktu, tempat, dan alat bantu peraga..
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Evaluasi pendidikan kesehatan
c. Evaluasi pengkajian kegiatan
d. Evaluasi implementasi kesehatan
e. Evaluasi perencanaan

15. Evaluasi yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan pendidikan
kesehatan yang dimaksud. Misalnya terjadinya perubahan pengetahuan, sikap,
dan tindakannya adalah evaluasi...
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Evaluasi pendidikan kesehatan
c. Evaluasi pengkajian kegiatan
d. Evaluasi implementasi kesehatan
e. Evaluasi perencanaan

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam suatu proses belajar mengajar, ada unsur yang amat penting yaitu
tahapan proses pembelajaran. Pemilihan tahapan proses pembelajaran tertentu
akan mempengaruhi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Keberhasilan
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh adanya proses pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan rangkaian aktivitas dan interaksi antara klien dan
perawat yang dikendalikan melalui perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan
proses pembelajaran perlu dilakukan secara sistematis berdasarkan prosedur
pembelajaran yang telah dikembangkan. Oleh karena itu salah satu kemampuan
yang harus dimiliki oleh perawat adalah mampu memahami dan melaksanakan
prosedur pembeljaran kelompok, individual maupun klasikal

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi tentang
Tahap proses Pemblajaran, apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam
penyusunan makalah ini kami mohon maaf dan semoga Bapak/ Ibu dosen
berkenan untuk membingbing kami agar kami bisa membuat makalah yang
lebih baik kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aswan Z, Syaiful BD., (2002). Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
G. Daftar Acuan : Suliha, et. Al., (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan, Buku
Kedokteran-EGC, Jakarta.
Glesser, William, 1995. Control Theory in the Classroom, Harper and Winston, New York
Hamalik, O. 1990. Pendekatan baru belajar mengajar. Sinar Baru:Bandung
Joni, TR. 1982. Staretgi Belajar Mengajar, Dirjen Dikti
Nasution, S,. 1982. Berbagai Pendekatan Dakam Proses Belajar Mengajar, Bumi Angkasa.
Steven, C,. DKK. 1987. Pendekatan Keterampilan Proses, Gramedia.

19

Anda mungkin juga menyukai