Anda di halaman 1dari 2

Nilai tanah mempunyai definisi atau pengertian bermacam-macam

tergantung pada konteks dan tujuannya serta sudut pandangnya. Nilai tanah secara
definisi diartikan sebagai kekuatan nilai dari tanah untuk dipertukarkan dengan
barang lain. Sebagai contoh tanah yang mempunyai produktivitas rendah seperti
tanah padang rumput relatif lebih rendah nilainya karena keterbatasan dalam
penggunaannya. Sedangkan nilai pasar tanah didefinisikan sebagai harga (yang
diukur dalam satuan uang) yang dikehendaki oleh penjual dan pembeli (Shenkel
1988: 31). Nilai atas sebidang tanah dicerminkan oleh aliran-aliran keuntungan
yang diterima atas pemakaian sebidang tanah tersebut. Keuntungan-keuntungan
tersebut berkaitan dengan pengaruh lingkungan yang dapat dibedakan sebagai
faktor manusia dan non manusia. Faktor manusia berkenaan dengan perbuatan
manusia untuk mempertinggi nilai tanah seperti mendirikan bangunan. (Adrian
Sutawijaya, 2004)
Studi pustaka ini mengacu pada beberapa teori yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tanah bisa digolongkan menjadi 3 faktor
yaitu : karakteristik tanah, ekspektasi kegunaan di masa depan dan lokasi
(Hidayati dan Harjanto, 2003:20-22). Faktor lokasi bermacam-macam, seperti :
lokasi yang dekat dengan pusat kota atau Central Business Distric (CBD), lokasi
yang dekat dengan kampus, lokasi yang dekat dengan kepadatan lalu lintas
sehingga secara spesifik mempengaruhi nilai tanah baik positif maupun negatif.
(Heffi Christya Rahayu).
Arah dari upaya rehabilitasi lahan bekas tambang ditinjau dari aspek teknis
adalah upaya untuk mengembalikan kondisi tanah agar stabil dan tidak rawan
erosi (Sujitno, 2007). Dari aspek ekonomis dan estetika lahan, kondisi tanah
diperbaiki agar nilai/potensi ekonomisnya dapat dikembalikan sekurang-
kurangnya seperti keadaan semula. (Bambang Eka Tjahyana dan Yulius Ferry)
Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut,
dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan
kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada
umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan
bahan organik. Di Indonesia, Ultisol umumnya belum tertangani dengan baik.
Dalam skala besar, tanah ini telah dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit,
karet dan hutan tanaman industri, tetapi pada skala petani kendala ekonomi
merupakan salah satu penyebab tidak terkelolanya tanah ini dengan baik (B.H.
Prasetyo dan D.A. Suriadikarta).
Tanah adalah aset dan modal pembangunan sekaligus non ekonomi.
Keduanya merupakan suatu kesatuan, dimana di atasnya terdapat manusia sebagai
penghuninya dan kandungan sumber kekayaan ala di dalamnya. Berdasarkan
kondisi tersebut maka perlu keikutsertaan swasta dalam upaya mempercepat
pembangunan. Melibatkan badan usaha swasta dalam suatu program
pembangunan mengingatkan pada pemikiran David Osborne, yang
menggambarkan semagat atau juwa wirausaha (entrepreneurial spirit) ke dalam
birokrasi, menawarkan 10 (sepuluh) prinsip dalam menata ulang birokrasi. (Elita
Rahmi)

Anda mungkin juga menyukai