Skripsi - Fitri Anggun Sari

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP


KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 43 MERANGIN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

FITRI ANGGUN SARI


NPM.15020411004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN BANGKO
TAHUN 2019

1
SKRIPSI

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP


KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 43 MERANGIN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

2
FITRI ANGGUN SARI
NPM.15020411004

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN BANGKO
TAHUN 2019
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :Fitri Anggun Sari
NPM : 15020411004
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

3
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Eksperimentasi Model
Pembelajaran Problem Solving Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis
Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin
Tahun Pelajaran 2018/2019” adalah benar hasil karya sendiri. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan
orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan
karya ilmiah yang lazim.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Bila dikemudian
hari, pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan peraturan Akademik STKIP YPM Bangko.

Bangko, Agustus 2019


Yang Menyatakan

Fitri Anggun Sari


NPM. 15020411004

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul: “Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving


Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau Dari Kemandirian
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019” oleh Fitri Anggun Sari NPM.15020411004 ini telah disetujui oleh
pembimbing.

4
Pembimbing 1 Tanda Tangan Tanggal

Hidayati Rais, S.Pd.,M.Si ........................ .......................


NIDN. 1020078701

Pembimbing 2

Sukur, S.H., M.Pd. ......................... ..…................


NIDN. 1009107502

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi berjudul: “Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving


Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau Dari Kemandirian
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019” oleh Fitri Anggun Sari NPM.15020411004 ini telah dipertahankan di
depan Tim Penguji Skripsi STKIP YPM Bangko pada tanggal…….

Tim Penguji Tanda Tangan Tanggal

5
1. Hidayati Rais, S.Pd.,M.Si ........................ ..….............
NIDN. 1020078701
Ketua

2. Sukur, S.H.,M.Pd ....................... ....................


NIDN. 1009107502
Sekretaris

3. Yohanes, S.Pd., M.Pd. ........................ ....................


NIDN. 1004048502
Anggota

4. Sugeng Riyadi, S.Si.,M.Pd .…................... …................


NIDN. 1026128701
Anggota

Ketua STKIP YPM Bangko Ketua Program Studi

Dr. Endang Solichin, M.Si Ade Susanti, S.Pd., M.Pd.


NIDN. 0703025701 NIDN. 1005098502
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur disampaikan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap
Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau Dari Kemandirian Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Matematika STKIP
YPM Bangko.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

6
1. Ibu Hidayati Rais, S.Pd., M.Si selaku dosen pembimbing I dan ketua prodi
matematika, yang telah memberikan waktu, arahan, saran, kritikan dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Sukur, S.H., M.Pd selaku dosen pembimbing II, yang telah
memberikan waktu dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Yohanes, M.Pd selaku dosen penguji I, yang telah memberi kritik dan
saran serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Sugeng Riyadi, S.Si., M.Pd selaku dosen penguji II, yang telah
memberi kritik dan saran serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Ade Susanti, S.Pd., M.Pd selaku ketua Program Sudi Matematika STKIP
YPM Bangko.
6. Bapak Dr. Endang Solichin, M.Si selaku ketua STKIP YPM Bangko.
7. Ibu Sri Adrayani, S.Pd selaku guru Matematika SMP Negeri 43 Merangin
yang telah memberikan izin dan saran dalam proses penelitian di kelas.
8. Bapak Amren, S.Pd selaku kepala sekolah SMP N 43 Merangin yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian.
9. Ibu dan Ayah tercinta, yang telah banyak berkorban, terima kasih atas segala
kesabarannya, doa, motovasi dan semangat, serta dukungan materi yang telah
diberikan.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 yang telah memberikan semangat
dan motivasi.
Penulis juga tidak lupa menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberi sumbangan ide, pemikiran dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini. Lebih lanjut sumbangan ide, pemikiran dan motivasi selalu penulis
harapkan untuk karya-karya ilmiah di masa yang akan datang.

Penulis

7
ABSTRAK
Sari, Fitri Anggun. 2019. “Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem
Solving Teradap Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau Dari
Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin
Tahun Pelajaran 2018/2019”. Skripsi Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Pendidikan Mtematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) YPM Bangko.
Pembimbing I Hidayati Rais, S.Pd.,M.Si dan Pembimbing II
Sukur,S.H.,M.Pd.

Kata Kunci: Problem Solving, Kemampuan Penalaran Matematis, dan


Kemandirian Belajar.

Berdasarkan hasil tes awal diketahui bahwa kemampuan penalaran


matematis siswa masih rendah. Terdapat lima indikator kemampuan penalaran
matematis yang belum dapat dicapai oleh siswa. Hal ini dikarenakan masih
banyak siswa yang tidak fokus pada saat proses pembelajaran matematika, siswa
banyak kesulitan dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru, siswa malas
bertanya mengenai materi yang belum dimengerti, serta guru belum pernah
menguji kemampuan penalaran matematis siswa karena guru lebih menekankan

8
kepada hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan
penalaran matematis ditinjau dari kemandirian belajar yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem solving lebih baik daripada
pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun
Pelajaran 2018/2019.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
eksperimen. Adapun desain penelitian adalah desain faktorial 2 x 3 dengan
populasi siswa kelas VIII berjumlah 4 kelas. Teknik penarikan sampel
menggunakan simple random sampling, sampel yang terpilih adalah siswa kelas
VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol. Teknik
pengumpulan data melalui tes dengan instrumen berupa soal essai pada materi
bangun ruang sisi datar, dan angket kemandirian belajar dengan menggunakan
skala likert. Berdasarkan hasil pengujian prasyarat analisis data diketahui bahwa
data berdistribusi normal dan varians homogen maka teknik analisis data yang
digunakan untuk menguji hipotesis 1, 2, 3 dan 4 adalah rumus Uji-t serta untuk uji
hipotesis 5 menggunakan rumus anova dua arah.
Dari analisis data pada tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh kesimpulan: Pertama, kemampuan penalaran matematis yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving tidak lebih baik
daripada pembelajaran konvensional. Kedua, kemampuan penalaran matematis
dengan kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Solving tidak lebih baik daripada
pembelajaran konvensional. Ketiga, terdapat interaksi antara model pembelajaran
ditinjau dari kemandirian belajar dalam mempengaruhi kemampuan penalaran
matematis.
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
LEMBAR LOGO....................................................................................................ii
HALAMAN JUDUL...............................................................................................iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN..................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................v
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI..............................................................vi
KATA PENGANTAR............................................................................................vii
ABSTRAK...............................................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xiv

9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................7
C. Pembatasan Masalah....................................................................................7
D. Perumusan Masalah......................................................................................8
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
F. Kegunaan Hasil Penelitian.........................................................................10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori...........................................................................................11
1. Belajar dan Pembelajaran Matematika.................................................11
2. Tujuan Pembelajaran Matematika........................................................12
3. Model Pembelajaran problem solving..................................................14
4. Pembelajaran konvensional..................................................................17
5. Kemampuan Penalaran Matematis.......................................................20
6. Kemandirian Belajar............................................................................22
B. Hasil Penelitian yang Relevan...................................................................24
C. Kerangka Berfikir ......................................................................................26
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian.................................................................................32
B. Populasi dan Sampel..................................................................................34
C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................39
D. Instrumen Penelitian...................................................................................39
E. Teknik Analisis Data..................................................................................49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................................53
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data.............................................................69
C. Pengujian Hipotesis....................................................................................70
D. Pembahasan................................................................................................74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................78

10
B. Saran...........................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................80
LAMPIRAN..........................................................................................................82

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Rekapitulasi Rata-rata Indikator Kemampuan Penalaran Matematis............5
2. Kriteria Pembagian Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah......................24
3. Tabel Winney...............................................................................................33
4. Jumlah populasi penelitian...........................................................................34
5. Hasil Uji Normalitas Populasi......................................................................36
6. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Populasi.............................................37
7. Rekapitulasi Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Populasi..................................38
8. Rekapitulasi Validitas soal...........................................................................43
9. Rekapitulasi Daya Pembeda Soal.................................................................44
10. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal.............................................................45
11. Kriteria Penerimaan Soal.............................................................................46
12. Skala Likert..................................................................................................48
13. Hasil Perhitungan Data Tes Kemampuan Penalaran Matematis Kelas
Eksperimen dan Kontrol...............................................................................53

11
14. Hasil Perhitungan Data Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
yang memiliki Kemandirian Belajar Tinggi Kelas Eksperimen dan Kontrol
......................................................................................................................57
15. Hasil Perhitungan Data Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa yang
memiliki Kemandirian Belajar Sedang Kelas Eksperimen dan Kontrol......60
16. Hasil Perhitungan Data Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa yang
memiliki Kemandirian Belajar Rendah Kelas Eksperimen dan Kontrol.....64
17. Rata-rata tingkat penguasaan soal kelas eksperimen...................................67
18. Rata-rata tingkat penguasaan soal kelas control..........................................68
19. Hasil Uji Normalitas Sampel........................................................................69
20. Uji Homogenitas Sampel.............................................................................70
21. Rekapitulasi Perhitungan Hipotesis 1..........................................................70
22. Rekapitulasi Perhitungan Hipotesis 2..........................................................71
23. Rekapitulasi Perhitungan Hipotesis 3..........................................................71
24. Rekapitulasi Perhitungan Hipotesis 4..........................................................72
25. Ringkasan anova dua arah............................................................................72

12
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Lembar jawaban siswa..................................................................................3
2. Lembar jawaban siswa..................................................................................4
3. Skema kerangka berfikir..............................................................................27
4. Diagram Nilai Kemampuan Penalaran Matematis Kela Eksperimen dan
Kelas Kontrol...............................................................................................54
5. Deskripsi Rata-rata Skor Keseluruhan.........................................................54
6. Deskripsi Rata-rata Skor Kemandirian Belajar Tinggi................................58
7. Deskripsi Rata-rata Skor Kemandirian Belajar Sedang...............................61
8. Deskripsi Rata-rata Skor Kemandirian Belajar Rendah...............................65
9. Grafik Interaksi Kemandirian Belajar dengan Model Pembelajaran
Problem Solving dan Pembelajaran Konvensional......................................77

13
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Soal Tes Awal Kemampuan Penalaran Matematis.......................82
2. Soal Tes Awal Kemampuan Penalaran Matematis......................................83
3. Kunci Jawaban Tes Awal Kemampuan Penalaran Matematis.....................84
4. Rubrik Penskoran Tes Awal Kemampuan Penalaran Matematis.................87
5. Rekapitulasi Hasil Tes Awal Kemampuan Penalaran Matematis................89
6. Data Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas VIII....................................92
7. Uji Normalitas Data Kelas Populasi.............................................................94
8. Uji Homogenitas Data Kelas Populasi........................................................100
9. Uji Kesamaan Rata-rata Kelas Populasi......................................................102
10. Silabus.........................................................................................................104
11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ..................106
12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol.........................130
13. Lembar Validasi RPP..................................................................................156
14. Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Matematis.................174
15. Soal Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Matematis...............................175
16. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Matematis......177
17. Rubrik Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis Berdasarkan
Indikator Bermasalah..................................................................................179
18. Lembar Validasi Soal Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Matematis....181
19. Skor Hasil Uji Coba Instrumen...................................................................184
20. Uji Validitas Hasil Uji Coba.......................................................................185

14
21. Daya Pembeda Soal.....................................................................................194
22. Indeks Kesukaran Soal................................................................................202
23. Kriteria Penerimaan Soal............................................................................205
24. Uji Reliabilitas Soal....................................................................................206
25. Kisi-kisi Soal Tes Akhir Kemampuan Penalaran Matematis......................209
26. Soal Tes Akhir Kemampuan Penalaran Matematis.....................................210
27. Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Kemampuan Penalaran Matematis...........212
28. Kisi-kisi angket Kemandirian Belajar.........................................................214
29. Angket Kemandirian Belajar.......................................................................215
30. Data Angket Kemandirian Belajar Kelas Eksperimen ...............................218
31. Data Angket Kemandirian Belajar Kelas EKonrol.....................................221
32. Pengelompokan Kemandiriran Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol.....224
33. Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis Kelas Eksperimen ......226
34. Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis dengan Kemandirian
Belajar Tinggi Kelas Eksperimen .............................................................227
35. Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis dengan Kemandirian
Belajar Sedang Kelas Eksperimen.............................................................228
36. Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis dengan Kemandirian
Belajar Rendah Kelas Eksperimen.............................................................229
37. Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis Kelas Kontrol.............230
38. Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis dengan Kemandirian
Belajar Tinggi Kelas Kontrol.....................................................................231
39. Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis dengan Kemandirian
Belajar Sedang Tinggi Kelas Kontrol........................................................232
40. Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis dengan Kemandirian
Belajar Rendah Kelas Kontrol....................................................................233
41. Statistik Deskriptif Penelitian......................................................................234
42. Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen .................................................238
43. Uji Normalitas Sampel Kelas Kontrol........................................................243
44. Rekapitulasi Uji Normalitas Sampel...........................................................248
45. Uji Homogenitas Sampel............................................................................249

15
46. Uji Hipotesis................................................................................................252
47. Surat Izin Penelitian....................................................................................260
48. Surat Permohonan Validasi.........................................................................261
49. Validasi RPP Kelas Eksperimen.................................................................266
50. Validasi RPP Kelas Kontrol........................................................................275
51. Validasi angket Kemadirian Belajar...........................................................284
52. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian...........................................290
53. Saran-saran Konstributor pada Seminar Proposal ......................................291
54. Tabel Z Negatif...........................................................................................293
55. Tabel Z Positif.............................................................................................294
56. Tabel Kolmogorov-Smirnov.......................................................................295
57. Tabel Barlett................................................................................................296
58. Tabel F.........................................................................................................297
59. Tabel R........................................................................................................300
60. Tabel Distribusi T........................................................................................301
61. Tabel IP.......................................................................................................303
62. Foto Dokumentasi Hasil Penelitian.............................................................304
63. Riwayat Hidup.............................................................................................308

16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang berupa konsep-
konsep seperti bilangan, besaran, struktur, bangun ruang dan lain sebagainya
yang merupakan ilmu berfikir atau bernalar dan merupakan ilmu yang diatur
menurut urutan yang logis. Dewi (2013:75) mengatakan matematika adalah
sarana untuk berpikir, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan
pola bentuk dan struktur. Matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan
mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah sampai ke tingkat perguruan
tinggi. Melihat peranan matematika yang begitu penting, maka pihak yang
terlibat dalam dunia pendidikan khususnya bidang matematika selalu
berusaha agar pembelajaran matematika menjadi lebih baik dari sebelumnya.
(Depdiknas, 2006:346) merumuskan bahwa tujuan dari pembelajaran
matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika,
b. menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
c. melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi,
d. menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika,
e. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah,
f. memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam pelajaran matematika serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Dari tujuan pembelajaran matematika di atas, masing-masing
memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran matematika. Salah
satunya adalah siswa mampu mengembangkan kemampuan penalaran
matematis.“penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan dengan satu cara
untuk menarik kesimpulan” (Negoro & Wijaya, 2012:47). Kemampuan

17
penalaran matematis yang baik yaitu mampu menunjukkan indikator-idikator
kemampuan penalaran matematis. Mengingat pentingnya kemampuan

18
19

penalaran matematis dalam pembelajaran matematika, sebaiknya kemampuan


ini dikembangkan secara terus menerus, mulai sejak siswa di usia dini. Sebab
penalaran merupakan salah satu fondasi yang dapat memperkuat
pembelajaran matematika.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18
Oktober 2018 di SMP Negeri 43 Merangin dapat disimpulkan bahwa banyak
siswa yang tidak fokus ketika belajar. Dapat dilihat saat proses pembelajaran,
siswa banyak tidak bisa menjawab soal yang guru berikan. Kesulitan itu
dilihat dari banyaknya siswa yang masih tidak percaya diri dalam menjawab
soal dan memilih mencontek temannya, siswa tidak mau menanya tentang
materi yang belum dipahaminya serta siswa belum mampu menyelesaikan
permasalahan sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi
matematika dan beberapa siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin. Guru
mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang bingung menyajikan
pernyataan matematika baik secara lisan maupun tertulis. Banyaknya siswa
kurang merespon apa yang guru sampaikan, kurangnya pertanyaan yang
dilontarkan siswa atas apa yang dijelaskan guru, selain itu guru belum
maksimal meningkatkan penalaran matematis siswa karena guru lebih
menekankan pada hasil belajar. Sementara itu beberapa siswa
mengungkapkan bahwa, siswa sulit memahami materi yang disampaikan
guru, matematika adalah pelajaran yang membosankan karena terlalu banyak
rumus, siswa kurang memahami cara menalarkan bahasa matematika untuk
menyelesaikan permasalahan. Selain itu menurut siswa guru hanya
menerangkan materi dengan metode konvensional, dimana guru hanya
menyampaikan materi, memberi contoh dan latihan atau tugas tambahan.
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti
melakukan pengukuran penalaran matematis dengan menggunakan tes, untuk
mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan
soal essay dengan jumlah soal awal sebanyak 2 soal. Adapun soal tes yang
diberikan antara lain adalah sebagai berikut:
20

Soal no.1
Seorang pedagang buku ingin membeli 100 pak buku untuk
persediaan. Ia ingin membeli buku tulis biasa dengan harga Rp
20.000 per pak dan buku tulis big boss dengan harga Rp 35.000
per pak. Pedagang buku berencana tidak akan mengeluarkan
uang lebih dari Rp 2.600.000. Jika keuntungan satu pak buku
biasa adalah Rp 5.000 dan buku big boss adalah Rp 6.000,
Berapakah keuntungan maksimal yang diterima pedagang buku
tersebut?

Dari hasil analisis tes awal pada soal nomor 1 yang diberikan,
diketahui siswa belum memenuhi unsur kemampuan penalaran matematis.
Hal ini dapat dilihat dari slah satu lembar jawaban siswa.

Gambar 1. Lembar jawaban siswa


Berdasarkan lembar jawaban siswa di atas, pada jawaban nomor 1,
siswa belum mampu menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis,
gambar maupun diagram mengenai soal yang diberikan. Siswa masih
kesulitan dalam mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika, dan
siswa belum mampu menarik kesimpulan dari hasil akhir jawaban soal
tersebut.
Soal no. 2
Dalam sebuah konser musik terjual karcis kelas I dan kelas II
sebanyak 500 lembar. Harga karcis kelas I adalah Rp 8.000,
sedangkan harga karcis kelas II adalah Rp 6.000. jika hasil
penjualan seluruh karcis adalah Rp 3.250.000, tentukanlah:
a. Banyak karcis masing-masing kelas I dan kelas II yang terjual.
b. Bentuk grafik dari persamaan linier dua variabel

Dari hasil analisis pada soal nomor 2 yang diberikan, diketahui


bahwa siswa belum mampu memenuhi unsur kemampuan penalaran
21

matematis, hal ini dapat dilihat dari salah satu lembar jawaban siswa berikut
ini.

Gambar 2. Lembar jawaban siswa

Berdasarkan lembar jawaban siswa di atas, pada jawaban nomor 2


diketahui bahwa siswa belum mampu menemukan pola atau sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi dan memeriksa kesahihan suatu
argument.
Dari 30 orang siswa yang diuji kemampuan penalaran matematis,
dengan item soal sebanyak 2 soal, dapat dilihat bahwa 7 indikator
kemampuan penalaran matematis yang diujicobakan masih terdapat beberapa
indikator penalaran matematis yang belum dikuasai siswa diantaranya: belum
mampu menyajikan pernyataan secara lisan, belum mampu menarik
kesimpulan, belum mampu menarik kesimpulan dari pernyataan, belum
mampu memeriksa kesahihan suatu argument, serta belum mampu
menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi. Kemudian dari skor maksimal kemampuan penalaran matematis
adalah 4 dan skor ketuntasan adalah 3. Kebanyakan siswa hanya mampu
memperoleh skor 1 dan 2 indikator kemampuan penalaran matematis yang
terdapat dalam soal tersebut. Jadi dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemampuan penalaran matematis siswa masih sangat rendah, karena
siswa belum mampu memenuhi beberapa indikator-indikator kemampuan
penalaran matematis.
Tabel 1. Rekapitulasi Rata-rata Indikator Penalaran Matematis
Skor Indikator
Soal per 1 2 3 4 5 6 7
soal
1 16 0,13 2,70 2,83 1,90 - - -
2 24 0,27 2,47 2,53 - 0,20 0,10 0,07
Rata-rata 0,20 2,59 2,68 1,90 0,20 0,10 0,07
Indikator
Skor 40 4 4 4 4 4 4 4
Maksimal
Indikator

Berdasarkan tabel 1 diatas, hasil rekapitulasi indikator kemampuan


penalaran matematis, dengan kriteria indikator bermasalah jika nilai rata-rata
setiap indikator ≤ 50% dari skor ideal tiap indikator yaitu 4, maka terdapat 5
indikator bermasalah dalam penelitian ini. Adapun indikator tersebut adalah
indikator 1, 4, 5, 6, dan 7 (dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 91). Hal
inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa
kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin.
Selain itu, kemandirian belajar siswa juga masih kurang. Siswa sering
kali menunggu penjelasan dari guru untuk menerangkan suatu konsep
maupun dalam menyelesaikan soal. Beberapa siswa bertanya pada temannya
tentang penyelesaian soal sebelum mencoba mengerjakan sendiri. Dari
pengamatan saat pembelajaran matematika, hanya beberapa siswa yang
mempunyai inisiatif untuk mengutarakan pendapatnya sedangkan siswa yang
lain menunggu saat ditunjuk untuk mengutrakan pendapatnya.
Siswa seharusnya mempunyai inisiatif untuk mempelajari materi dan
tidak tergantung pada orang lain. Aktifitas siswa yang kurang ini
menyebabkan siswa kurang fokus saat pembelajaran. Siswa kurang bisa

29
menghubungkan suatu komponen permasalahan dengan komponen lain untuk
menyelesaikan masalah itu. Dari kedua permasalahan di atas, perlu adanya
upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan penalaran
matematis siswa. Salah satunya melalui model pembelajaran problem
solving.
Model pembelajaran Problem Solving merupakan suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan
pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan
(Shoimin,2014). Model pembelajaran problem solving mempunyai kelebihan
diantaranya yaitu dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk
menghadapi dan memecahkan masalah secara mandiri dan terampil, dapat
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif, peserta
didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya. Dalam hal ini
masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin dan belum
dikenal cara penyelesaiannya, justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian. Dengan diterapkan model pembelajaran
problem solving, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan penalaran
matematis sesuai dengan kemandirian belajar siswa
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang
“Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap
Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa
kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang ditemukan dalam pembelajaran matematika di kelas
VIII SMP Negeri 43 Merangin sebagai berikut:
1. Siswa masih menganggap pelajaran matematika itu mata pelajaran
yang sulit dipahami.
2. Pembelajaran masih terpusat pada guru.
3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
4. Guru belum pernah menguji kemampuan penalaran matematis siswa.

30
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi
pada model pembelajaran Problem Solving dalam mempengaruhi kemampuan
penalaran matematis ditinjau dari kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan penalaran matematis yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Solving lebih baik daripada
pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin
Tahun Pelajaran 2018/2019 ?
2. Apakah kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar
tinggi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Solving lebih baik daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII
SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019 ?
3. Apakah kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar
sedang yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Solving lebih baik daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII
SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019 ?
4. Apakah kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar
rendah yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Solving lebih baik daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII
SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019 ?
5. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran ditinjau dari
kemandirian belajar dalam mempengaruhi kemampuan penalaran
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019 ?

31
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Kemampuan penalaran matematis yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Solving lebih baik daripada pembelajaran
konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019.
2. Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar tinggi yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving lebih
baik daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43
Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
3. Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar sedang
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving
lebih baik daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP
Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
4. Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar rendah
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving
lebih baik daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP
Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran ditinjau dari kemandirian
belajar dalam mempengaruhi kemampuan penalaran matematis siswa
kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mampu memberikan konstribusi dalam dunia pendidikan.
Adapun kegunaan hasil penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan kepada
ilmu pengetahuan khususnya pada pembelajaran matematika,
terutama terhadap penalaran matematis siswa melalui model
pembelajaran problem solving.

32
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar
mengajar sehingga kemampuan penalaran matematis pada mata
pelajaran matematika dapat meningkat khususnya, tentang
penerapan model yang tepat dalam pembelajaran matematika.
b. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam
pembinaan guru untuk melakukan pengembangan kegiatan
pembelajaran khususnya pelajaran matematika pada kemampuan
penalaran matematis.
c. Bagi Peneliti, yaitu menambah wawasan , memberikan gambaran
tentang kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki
kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah yang diajarkan
dengan model pembelajaran Problem Solving.
d. Bagi peneliti lain, dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian
tentang model pembelajaran problem solving, kemampuan
penalaran matematis, ataupun kemandirian belajar.

33
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Menurut
Hariyanto (2012:9) “belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, peningkatan keterampilan, memperbaiki
perilaku, sikap, dan mengokoh kepribadian”. Sedangkan menurut Slameto
(2010:2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Dari beberapa pengertian belajar diatas maka dapat disimpulkan
bahwa aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang
sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara
sesudah belajar dan sebelum belajar.
Menurut Hanafy (2014:19) mengartikan pembelajaran sebagai
kegiatan yang berproses melalui tahapan perancangan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Sedangkan menurut Dimyanti dan Mudjiono (dalam Sutikno,
2013:31) mengartikan pembelajaran sebagai kegiatan yang ditunjukkan
untuk membelajarkan siswa.
Dari pengertian pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu upaya atau tindakan yang dilakukan oleh
guru dalam proses belajar siswa.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting yang
dipelajari sejak jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah
Atas (SMA). Matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau

34
"manthein" yang artinya mempelajari. Menurut Dewi (2013:75)
menyatakan bahwa “matematika adalah sarana untuk berpikir,
matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola bentuk dan
struktur”. Sedangkan menurut Uno (2012:14) menyatakan bahwa belajar
matematika merupakan suatu kegiatan yang berkenaan dengan
penyelesaian himpunan-himpunan dari unsur matematika yang
sederhana dan merupakan himpunan-himpunan baru, yang selanjutnya
membentuk himpunan-himpunan yang rumit”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah kegiatan mempelajari ilmu pengetahuan yang berupa
konsep-konsep seperti bilangan, besaran, struktur, bangun ruang dan lain
sebagainya yang merupakan ilmu berfikir atau bernalar dan merupakan
ilmu yang diatur menurut urutan yang logis.
b. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada
fungsi matematika serta tujuan pendidikan nasional yang telah
dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
matematika (dalam Suherman, 2003:58) bahwa tujuan umum
diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
meliputi dua hal, yaitu:
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Tujuan umum pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah memberikan penekanan pada penataan
nalar dan pembentukan sikap siswa.

35
Secara rinci tujuan khusus pembelajaran matematika pada masing-
masing satuan pendidikan diungkapkan dalam Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) matematika (dalam Suherman, 2003:58)
yaitu sebagai berikut:
1) Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui
kegiatan matematika.
2) Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk
melanjutkan ke pendidikan menengah.
3) Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan
dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap
logis, kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan
matematika.
Tujuan pembelajaran menurut kurikulum 2006 (dalam Riyono,
2013:90) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, dan mengaplikasikan konsep suatu algoritma, secara
luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran dalam pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi menyusun
bukti, atau menjelakan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan tujuan pembelajaran


matematika adalah mempersiapkan siswa menggunakan matematika
dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam
mempelajari ilmu pengetahuan.

36
2. Model Pembelajaran Problem Solving
a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving
Problem solving adalah suatu model pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan (Shoimin,
2014:1). Sedangkan menurut Renaldi (2010:19) pemecahan masalah
adalah upaya individu atau kelompok untuk memecahkan jawaban
berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka
memenuhi tuntutan situasi yang tidak biasa. Dalam hal ini masalah
didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin dan belum
dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari
atau menemukan cara penyelesaian.
Menurut As’ari (dalam Shoimin, 2014:2) pembelajaran yang
mampu melatih siswa berpikir tinggi adalah pembelajaran yang
berbasis pemecahan masalah. Ditambahkan pula bahwa suatu soal
dapat dipakai sebagai sarana dalam pembelajaran berbasis pemecahan
masalah, jika dipenuhi 4 syarat:
1. siswa belum tahu cara penyelesaian soal tersebut.
2. materi persyaratan sudah diperoleh siswa.
3. peyelesaian soal terjangkau oleh siswa.
4. siswa berkehendak untuk memecahkan soal tersebut.
Untuk dapat memecahkan suatu masalah, seseorang
memerlukan pengetahuan – pengetahuan dan kemampuan –
kemampuan yag ada kaitannya dengan masalah tersebut. Pengetahuan
dan kemampuan itu harus diramu dan diolah secara kreatif dalam
memecahkan masalah yang bersangkutan.
Berdasarkan beberapa defenisi yang dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan suatu
keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisis situaisi, dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan

37
untuk menghasilkan alternative sehingga dapat mengambil suatu
tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.
b. Ciri – ciri Model Pembelajaran Problem Solving
Berikut ini ciri-ciri model Problem Solving menurut Poyla (2002:25) :
1. Masalah sudah ada dan materi diberikan.
2. Siswa diberi masalah sebagai pemecahan/diskusi, kerja kelompok.
3. Masalah tidak dicari
4. Siswa ditugaskan mengevaluasi.
5. Siswa memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan sebagai
hasil akhir.
6. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus
berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk
dapat sampai kepada kesimpulan.
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Solving
Menurut Polya (2002 : 27) memberi empat langkah pokok cara
pemecahan masalah, yaitu :
1. Memahami masalahnya, masing-masing siswa mengerjakan
latihan yang berbeda dengan teman sebelahnya.
2. Menyusun rencana penyelesaian, pada tahap ini siswa
diarahkan untuk dapat mengidentifikasi masalah, kemudian
mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
3. Melaksanakan rencana penyelesaian itu. langkah yang ketiga,
siswa dapat menyelesaikan masalah dengan melihat contoh
atau dari buku, dan bertanya pada guru.
4. memeriksa kembali penyelesaian yang telah dilaksanakan.
Terakhir siswa mengulang kembali atau memeriksa jawabab
yang telah dikerjakan, kemudian siswa bersama guru dapat
menyimpulkan dan dapat mempresentasikan di depan kelas.

38
Adapun langkah-langkah model pembelajaran problem solving
menurut Gulo (2002:117) antara lain:
1. Mendifinisikan masalah
2. Mendiagnosa masalah
3. Merumuskan alternatif strategi
4. Menentukan dan menerapkan strategi
5. Mengevaluasi keberhasilan strategi
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis
menggunakan langkah-langkah model pembelajaran problem solving
menurut Poyla (2002:27) karena lebih mudah dimengerti.
d. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Solving
Menurut Poyla (2002:30) adapun kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a) Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan
sehari-hari.
b) Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk
mengahadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik
secara kreatif.
d) Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan
masalahnya.
e) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
f) Berpikir dan bertindak kreatif.
g) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
h) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
i) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

2. Kekurangan
a) Memerlukan cukup banyak waktu.
b) Melibatkan lebih banyak orang.
c) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan
metode ini.
d) Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

39
3. Pembelajaran Konvensional
a. Pengertian Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan salah satu pembelajaran
yang paling banyak digunakan oleh pendidik. Menurut Musdika, dkk
(2013:110) “pembelajaran konvensional adalah salah satu model
pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran
ceramah”. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk
menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk
menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang
(kontekstual). Pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi
konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
merefleksikan materi-materi yang dipresentasikan dan menghubungkan
atau mengaplikasikan pada situasi kehidupan nyata. Dalam kondisi ini
guru memegang peran yang sangat penting karena mengajar dianggap
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar (pelajar). Menurut
Suherman (2013:201) “metode ceramah yaitu metode dimana guru
tinggal menyajikan bahan pelajaran didepan kelas, siswa-siswa
memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan
membuat catatan”. Menurut Sanjaya (2009:145) “metode ceramah
dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok siswa”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulakan bahwa
pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dimana guru yang
menjadi objek utama atau pusat dari proses pembelajaran. Guru
bersikap aktif dengan menjelaskan melalui metode ceramah sementara
siswa lebih banyak bersikap pasif dengan mendengarkan. Hal tersebut
membuat proses pembelajaran kurang efektif karena hanya berjalan satu
arah dan interaksi diantara siswa kurang.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Konvensional
Menurut Musdika, dkk (2013:110) pembelajaran konvensional
memiliki ciri-ciri:

40
1. pembelajaran berpusat pada guru
2. Terjadi passive learning
3. Interaksi diantara siswa kurang
4. Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan
5. Penelitian bersifat sporadic
c. Langkah-langkah Pembelajaran Konvensional
Langkah-langkah pembelajaran konvensional menurut Djamarah
(2014:138), antara lain:
1. Menyampaikan tujuan. Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.
2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa
secara tahap demi tahap dengan metode ceramah.
3. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru
mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.
4. Memberikan kesempatan latihan lanjutan.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional
menurut Kardi (2014:26) antara lain:
1. Menyampaikan tujuan
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3. Menyampaikan materi
4. Mengecek pemahaman siswa
5. Memberikan PR kepada siswa
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis
menggunakan langkah-langkah pembelajaran konvensional menurut
Djamarah (2014:138) karena langkah-langkahnya lebih efisien dan
lebih mudah dimengerti.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional
Menurut Subaryana (dalam Susanti, 2009:9) adapun kelebihan dan
kekurangan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan:
a) Efisien

41
b) Hemat biaya, karena hanya menggunakan sedikit bahan
ajar.
c) Mudah disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
2. Kelemahan:
a) Kurang memperhatikan bakat dan minat siswa
b) Berpusat pada guru
c) Sulit digunakan dalam kelompok
4. Kemampuan Penalaran Matematis
a. Pengertian Kemampuan Penalaran Matematis
Penalaran merupakan terjemahan dari reasoning. Penalaran
merupakan salah satu kompetensi dasar matematik disamping
pemahaman, komunikasi dan pemecahan masalah. Penalaran juga
merupakan proses mental dalam mengembangkan pikiran dari
beberapa fakta atau prinsip. Menurut Negoro dan Wijaya (2012:47)
“penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan dengan satu cara
untuk menarik kesimpulan”. Sedangkan Shurter dan Pierce (dalam
Negoro dan Wijaya, 2012:47) penalaran didefenisikan sebagai proses
pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang
relevan.
Menurut Fauzan (2012:1) “penalaran adalah kemampuan utama
lain yang ingin dikembangkan melalui pembelajaran matematika”.
Struktur matematika yang terdiri dari defenisi-definisi, aksioma-
aksioma, serta teorema-teorema, serta sifat deduktif yang ketat dari
matematika, membutuhkan kemampuan penalaran yang baik untuk
memahaminya. Kemampuan penalaran dalam matematika adalah suatu
kemampuan menggunakan aturan-aturan, sifat-sifat atau logika
matematika untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang benar.
b. Indikator Kemampuan Penalaran Matematis
Indikator kemampuan penalaran matematis yang menunjukkan
adanya penalaran menurut TIM PPG matematika (dalam Negoro dan
Wijaya, 2012:49) antara lain adalah:

42
1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan,
tertulis, gambar, dan diagram.
2. Mengajukan dugaan (conjegtures).
3. Melakukan manipulasi matematika.
4. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan
alasan atau bukti terhadap beberapa solusi.
5. Menarik kesimpulan dari pernyataan.
6. Memeriksa kesahihan suatu argument.
7. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis
untuk membuat generalisasi.

Menurut Fauzan (2012:2) secara garis besar penalaran dapat


di golongkan dalam dua jenis, yaitu:
1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif diartikan sebagai penarikan kesimpulan
yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati.
Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran induktif
diantaranya adalah:
a) Transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus
atau sifat khsus yang satu diterapkan pada yang
kasus khusus lainnya.
b) Analogi: penarikan kesimpulan berdasarkan
keserupaan data atau proses.
c) Generalisasi: penarikan kesimpulan umum
berdasarkan sejumlah data yang teramati.
d) Memperkirakan jawaban, solusi atau
kecenderungan: interpolasi dan ekstrapolasi.
e) Memberikan penjelasan terhadap model, fakta,
sifat, hubungan, atau pola yang ada.
f) Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis
situasi, dan menyusun konjektur.

2. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan
berdasarkan aturan yang disepakati. Beberapa kegiatan yang
tergolong pada penalaran deduktif adalah:
a) Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus
tertentu
b) Menarik kesimpulan logis berdasarkan atau inferensi,
memeriksa validitas argument, membuktikan, dan
menyusun argument yang valid

43
c) Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung
dan pembuktian dengan induksi matematika.

5. Kemandirian Belajar
a. Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang
sangat penting bagi individu. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
(2008:28), kemandirian diartikan sebagai keadaan dapat berdiri sendiri
tanpa bergantung kepada orang lain. Dan kemandirian dapat juga di
artikan sebagai tingkat perkembangan seseorang dimana ia mampu
berdiri sendiri dan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri dalam
melakukan berbagai kegiatan dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah kemampuan seseorang (siswa) dalam mewujudkan tekad dan
kehendaknya secara nyata tanpa bergantung dengan orang lain.
b. Kemandirian Siswa Dalam Belajar
Setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda
dengan teman-temannya, hal ini disebabkan karena siswa memiliki
potensi yang berbeda dengan orang lain.
Dalam belajar mandiri, siswa akan berusaha sendiri terlebih
dahulu untuk mempelajari serta memahami isi pelajaran yang dibaca
atau dilihatnya melalui media pandang dan dengar. Jika siswa
mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan bertanya atau
mendiskusikan dengan teman, guru, atau pihak lain yang sekiranya
lebih berkompeten dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa yang
mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkan serta
harus mempunyai kreatifitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja
sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.

44
c. Indikator Kemandirian Belajar
Indikator kemandirian belajar adalah sikap-sikap yang
terdapat dalam kemandirian belajar (Sugandi,2013:149), indikator
kemandirian belajar yaitu:
1. Inisiatif belajar
2. Mendiaknosa kebutuhan belajar
3. Menetapkan tujuan belajar
4. Memonitor, mengatur dan mengontrol belajar
5. Mengatur dan mengontrol kognisi, motifasi dan
perilaku
6. Memandang kesulitan sebagai tantangan
7. Mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang relevan
8. Memilih dan menerapkan strategi belajar
9. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
10. Self-eficacy (konsep diri)

d. Pengelompokkan Kemandirian Belajar Siswa


Kemandirian belajar dikelompokkan dalam kategori tinggi,
sedang, dan rendah. oleh karena itu kedudukan dikelompokkan
menjadi tiga ranking. Menurut Arikunto ( 2009:263-264) terdapat
langkah-langkah dalam menetukan kedudukan siswa sebagai berikut:
1. Menjumlah skor semua siswa kelas sampel.
2. Mencari nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku (Standar
Deviasi).
3. Menentukan batas-batas kelompok
a) Kelompok Tinggi
Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata
plus
satu standar deviasi ke atas.
b) Kelompok Sedang
Semua siswa yang mempunyai skor antara -1 SD dan +1 SD.
c) Kelompok Rendah
Semua siswa yang mempunyai skor -1 SD dan yang kurang
dari
itu.

Adapun kriteria pembagian kelompok tinggi, sedang, dan rendah


adalah sebagai berikut:

45
Tabel 2. Kriteria pengelompokan siswa

Batas Nilai Keterangan


x ≥ mean + SD Tinggi
x́ – SD ¿ x ¿ mean + SD Sedang
x ≤ ¿ – SD) Rendah
Sumber: (Arikunto, 2009:299)

Keterangan:
x : siswa
SD : Standar Deviasi
x́ : nilai rata-rata

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Pada bagian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian diantaranya:
1. Penelitian Tina Sri Sumartini dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah” Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan
bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
mendapat pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa
yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Penelitian Evi Yulia Sari (2017) dengan judul “Eksperimentasi
Model PBL dan model GDL terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ditinjau dari Kemandirian Belajar” Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui eksperimentasi model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan model
pembelajaran Guided Discovery Learning (GDL) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ditinjau dari
kemandirian belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan
pembelajaran model PBL lebih tinggi daripada kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dengan pembelajaran model
GDL pada kelompok siswa yang memiliki kemandirian belajar

46
tinggi, tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa antara siswa dengan pembelajaran model PBL dan
dengan pembelajaran model GDL pada kelompok siswa yang
memiliki kemandirian belajar rendah.
3. Hodiyanto (2017) telah melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis Ditinjau dari Gender”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) kemampuan komunikasi matematis siswa
lebih baik jika diberikan model pembelajaran PS dibandingkan
model pembelajaran langsung; (2) tidak terdapat perbedaan
kemampuan komunikasi matematis siswa antara siswa laki-laki
dan perempuan; (3) tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan gender terhadap kemampuan komunikasi
matematis.
Dari penelitian ini sebelumnya, tentu ada perbedaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan, yaitu model pembelajaran, sampel
penelitian, tempat penelitian, dan tahun penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti ingin meneliti eksperimentasi model pembelajaran Problem
Solving terhadap kemampuan penalaran matematis ditinjau dari
kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun
Pelajaran 2018/2019. Hubungan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan matematis.
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran matematika sangat penting karena matematika selalu
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi pada umumnya
matematika dianggap sulit dan membosankan bagi siswa. Hal ini juga
menyebabkan siswa sulit untuk mengusai kemampuan matematis tingkat
tinggi, salah satunya kemampuan penalaran matematis.
Dalam pembelajaran matematika terjadi proses belajar mengajar, proses
belajar merupakan interaksi antara siswa dan guru maupun siswa dengan
siswa, dalam meningkatkan minat belajar siswa guru harus mampu

47
menentukan model yang tepat dalam pembelajaran. Cukup banyak ditemui
siswa yang mempunyai motivasi rendah dalam belajar, salah satunya adalah
guru yang hanya memerankan dirinya sendiri sebagai pengajar. Dengan
demikian membuat siswa jenuh dalam belajar, sehingga mengurangi
ketertarikan siswa dalam belajar. Selain itu, guru belum memperhatikan
kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika, sehingga
kemampuan penalaran matematis siswa dalam pelajaran matematika masih
rendah.
Dalam penelitian ini, sampel penelitian dibagi menjadi dua kelas, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen, proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving,
sedangkan kelas kontrol menggunakan proses belajar mengajar dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Kemudian kedua sampel tersebut
di tes dengan butir soal dan hasilnya dibandingkan apakah terdapat pengaruh
model pembelajaran yang diberikan pada kelas eksperimen. Hal ini
digambarkan sebagai berikut:

48
Kemampuan Penalaran Matematis
Rendah

Kemandirian Belajar

Pembelajaran Konvensional
Langkah – langkah :
Model Pembelajaran Problem Solving 1. menyampaikan tujuan.
Langkah – langkah: 2. memaparkan materi.
1. masalah sudah ada dan materi 3. mengecek pemahaman dan
diberikan. memberikan umpan balik.
2. siswa berdiskusi. 4. memberikan latihan lanjutan dengan
3. Siswa ditugaskan mengevaluasi. tugas tambahan
4. Siswa memberikan kesimpulan.

mendeskripsikan kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki


kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran problem solving lebih baik daripada kemampuan penalaran
matematis siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah yang
Soal – soal
diajar dengan model pembelajaran Kemampuan
konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43
Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019. Matematis
Penalaran
Gambar 3. Skema Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:96) “hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan”. Dikatakan sementara,
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban

49
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik
dengan data. Adapun hipotesis penelitian ini adalah:
Hipotesis 1
Hipotesis Penelitian :
H0 : Kemampuan penalaran matematis yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran problem solving sama dengan
atau tidak lebih baik daripada pembelajaran konvensional Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
H1 : Kemampuan penalaran matematis yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran problem solving lebih baik
daripada pembelajaran konvensional Siswa Kelas VIII SMP Negeri
43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
Hipotesis Statistik
H0 : μ B ≤ μB
1 2

H1 : μ B > μ B
1 1

Hipotesis 2
Hipotesis penelitian :
H0 : Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar
tinggi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
problem solving sama dengan atau tidak lebih baik daripada
pembelajaran konvensional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43
Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
H1 : Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar
tinggi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
problem solving lebih baik daripada pembelajaran konvensional
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019.
Hipotesis Statistik
H0 : μ A B ≤ μ A
1 1 1 B2

50
H1 : μ A B > μ A B
1 1 1 2

Hipotesis 3
Hipotesis Penelitian :
H0 : Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar
sedang yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
problem solving sama dengan atau tidak lebih baik daripada
pembelajaran konvensional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43
Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
H1 : Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar
sedang yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
problem solving lebih baik daripada pembelajaran konvensional
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019.
Hipotesis Statistik
H0 : μ A B ≤ μ A
2 1 2 B2

H1 : μ A B > μ A B
2 1 2 2

Hipotesis 4
Hipotesis penelitian :
H0 : Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar
rendah yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
problem solving sama dengan atau tidak lebih baik daripada
pembelajaran konvensional Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43
Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
H1 : Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar
rendah yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
problem solving lebih baik daripada pembelajaran konvensional
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019.
Hipotesis Statistik
H0 : μ A B ≤ μ A
3 1 3 B2

51
H1 : μ A B > μ A
3 1 3 B2

Hipotesis 5
Hipotesis Penelitian :
H0 : Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran ditinjau dari
kemandirian belajar dalam mempengaruhi kemampuan penalaran
matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun
Pelajaran 2018/2019.
H1 : Terdapat interaksi antara model pembelajaran ditinjau dari
kemandirian belajar dalam mempengaruhi kemampuan penalaran
matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun
Pelajaran 2018/2019.
Hipotesis Statistik
H0 : μ A 1 B 1=μ A 1 B 2 ¿ μ A 2 B 1=μ A 2 B 2 ¿ μ A 3 B 1 =μ A 3 B 2
H1 : sekurang – kurangnya salah satu rata – ratanya berbeda.
Kriteria Penarikan Kesimpulan:
Untuk hipotesis 1,2,3 dan 4 menggunakan kriteria:
Jika t hitung ≤t tabel maka H0 diterima
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak
(Sugiyono,2012:102)

Untuk hipotesis 5 menggunakan rumus anova dua arah dengan kriteria:


Jika F hitung ≤F tabel maka H0 diterima
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak
(Irianto,2014)

52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menyatakan data
berupa angka-angka dan dianalisis dengan menggunakan statistik, menurut
Sugiyono (2017:14)
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
Pada penelitian kuantitatif terdapat beberapa metode yang bisa digunakan,
untuk penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiyono
(2017:107) “metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu dalam kondisi yang
terkendalikan”. Tujuan dari metode eksperimen yaitu untuk menyelidiki ada
tidaknya hubungan sebab akibat dan berapa besar hubungan tersebut dengan
cara memberikan perlakuan – perlakuan tertentu pada beberapa kelompok
eksperimen dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah factorial design.
Menurut Sugiyono (2017:113) “Desain factorial merupakan modifikasi dari
design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya
variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel bebas) terhadap
hasil (variabel terikat). Dalam penelitian ini terdapat satu kelas eksperimen
dan satu kelas kontrol. Untuk mengetahui kemandirian belajar siswa yang
dominan (tinggi, sedang, rendah) didapatkan dari jawaban angket kemandirian
belajar siswa.

53
Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain factorial 2x3
(menggunakan 2 model pembelajaran dan 3 kemandirian belajar) pada tabel
berikut:

54
Tabel 3. Tabel Winney
Model Pembelajaran Model Pembelajaran Pembelajaran
Problem Solving Konvensional
Kemandirian Belajar (B1) (B2)
Tinggi (A1) A1B1 A1B2

Sedang (A2) A2B1 A2B2

Rendah (A3) A3B1 A3B2

Keterangan:
A1B1 : Kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki kemandirian
belajar tinggi yang melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran problem solving.
A1B2 : Kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki kemandirian
belajar tinggi yang melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional.
A2B1 : Kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki kemandirian
belajar sedang yang melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran problem solving.
A2B2 : Kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki kemandirian
belajar sedang yang melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional.
A3B1 : Kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki kemandirian
belajar rendah yang melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran problem solving.
A3B2 : Kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki kemandirian
belajar rendah yang melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional.
Adapun variabel penelitian berdasarkan judul penelitian yaitu :
eksperimentasi model pembelajaran problem solving terhadap kemampuan
penalaran matematis ditinjau dari kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 43 Merangin tahun pelajaran 2018/2019, maka terdapat hubungan
variabel. Model pembelajaran problem solving merupakan variabel bebas yang
mempengaruhi variabel terikat yaitu kemampuan penalaran matematis,
sedangkan kemandirian belajar siswa sebagai variabel moderator yang
berpengaruh terhadap variabel bebas dan variabel terikat.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi

47
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian, seperti
yang dikatakan Sugiyono (2017:117) mengemukakan “populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Jadi, populasi bukan
hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek
atau obyek yang diteliti itu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 43 Merangin Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Jumlah
keseluruhan adalah berjumlah 118 orang. Adapun rincian populasi dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Jumlah Populasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin


Tahun Pelajaran 2018/2019
No Kelas Jumalah Siswa
1 VIII A 29
2 VIII B 30
3 VIII C 29
4 VIII D 30
Jumlah 118
Sumber : Guru SMP Negeri 43 Merangin Tahun 2018
2. Sampel

Sampel adalah wakil populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono


(2017:118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik Probability Sampling. Sugiyono (2017:120)
mengemukakan bahwa “ probability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota )
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”.

Berikut ini adalah langkah – langkah untuk menentukan kelas sampel:

48
a. Mengumpulkan nilai UAS semester ganjil matematika siswa kelas VIII
SMP N 43 Merangin tahun pelajaran 2018/2019.
b. Melakukan uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov (Irianto,2014:273) yaitu :
f f
Dmax = { (− − p< z
n n )}
Langkah – langkah menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov adalah :
1. Menentukan hipotesis
H0 : data berdistribusi Normal
H1 : data tidak berdistribusi Normal
2. Menentukan statistik uji Kormogorov Smirnov
3. Menentukan tingkat signifikan (α ) : 0,05
4. Kriteria pengujian
Jika Dmax ≤ D (a , n)maka H0 diterima
Jika Dmax ¿ D(a ,n) maka H0 ditolak
5. Buat tabel penolong
6. mencari nilai D ( a ,n ) dengan ( α ) :0,05
7. membandingkan nilai Dmax dengan D(a,n) dan menarik kesimpulan.

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Populasi


No Kelas N Dmax D(α ,n) Keterangan
1 VIII A 29 0,155 0,253 Normal
2 VIII B 30 0,172 0,248 Normal
3 VIII C 29 0,212 0,253 Normal
4 VIII D 30 0,146 0,248 Normal
Sumber: lampiran 7 halaman 99

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kelas VIII A, VIII B,


VIII C, dan VIII D, diperoleh Dmax < D(α ,n) maka data berdistribusi
normal.

c. Uji Homogenitas

49
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah populasi
mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Menurut Walpole
(1993:392) uji homogenitas dapat dilakukan dengan uji Bartlet,
dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis dalam uji Bartlet
H0 : σ 12=σ 22=σ 32 =σ 4 2
H1 : paling sedikit ada satu σ 12yang tidak sama
2. Menghitung statistik uji Bartlet:
Bhitung = ¿ ¿
3. Menetukan tingkat signifikan α = 0,05.
4. menghitung varians masing-masing kelas
∑ (( X i−x́ ) )2
Si=
√ n−1
5. Menghitung varians gabungan, dengan rumus

s2p=
∑ ( ni−1 ) × S2i dengan N = n1 + n2 + n3 + n4
N−k
6. menghitung nilai bhitung
1
2 n 1−1 2 n 2−1 2 n 3−1 2 n4−1 (N− K)
[
bhitung¿ ( S A ) ×(S B ) ×( S C ) ×(SD ) ]
2
S P
7. menghitung nilai b k (α ,n 1 ,n 2 , n3 , n 4 )
[ n1 b k (α ;n 1) +n2 bk ( α ;n 2 )+ n3 b k (α ;n 3) +n 4 bk (α ;n 4 ) ]
b k (α ,n 1 ,n 2 , n3 , n 4 )=
N
8. membandingkan nilai bhitung dengan b k (α ,n 1 ,n 2 , n3 , n 4 )dan menarik
kesimpulan.
Kriteria pengujian:
Jika bhitung < b k (α ,n 1 ,n 2 , n3 , n 4 ) maka H0 ditolak
Jika bhitung > b k (α ,n 1 ,n 2 , n3 , n 4 ) maka H0 diterima

Tabel 6. Uji Homogenitas Populasi


No Kelas bhitung b k (α ,n , n , n ,n ) 1 2 3 4
Keterangan
1 VIII A
2 VIII B
0,929 0,933 Tidak Homogen
3 VIII C
4 VIII D
Sumber: lampiran 8 halaman 100

50
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bhitung < b k (α ,n , n , n ,n )
1 2 3 4

sesuai dengan kriteria pengujian maka H 0 ditolak. Artinya kelas VIII A, VIII
B, VIII C, dan VIII D mempunyai varians yang tidak homogen.
d. Melakukan uji kesamaan rata – rata
Uji kesamaan rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah
populasi mempunyai kesamaan rata-rata atau tidak, karena data
berdistribusi normal dan tidak homogen maka digunakan rumus uji H,
yaitu sebagai berikut:
12 s 12 s 22 s k 2
H= ( + +
n ( n+1 ) n 1 n 2 nk )
−3 (n−1)

Keterangan :

S = Jumlah rank
n = jumlah keseluruhan

Langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:

1. menyusun hipotesis
H0 : tidak ada perbedaan antar kelompok
H1 : paling sedikit satu kelompok tidak sama dengan
kelompok lainnya.
2. menyusun rank
3. menghitung Kruskal-Wallis
4. membandingkan hasil perhitungan H dengan tabel
(Chisquare Distribusi) berdasarkan alpha dan dk = k-1
5. mengambil keputusan dengan kriteria :
Apabila H ≤Htabel terima H0
Apabila H > Htabel tolak H0
Tabel 7. Uji Kesamaan Rata-rata Populasi
No Kelas H Tabel Chisquare Keterangan
1 VIII A
2 VIII B Sama rata-
7,406 7,82
3 VIII C rata
4 VIII D
Sumber: lampiran 9 halaman 103

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil perhitungan H <


tabel chisquare atau 7,406 < 7,82 sesuai dengan kriteria

51
pengambilan keputusan maka H0 diterima. Artinya kelas VIII
A, VIII B, VIII C, dan VIII D mempunyai kesamaan rata-rata
yang sama.
e. Menentukan Sampel
Terdapat kesamarataan di antara keempat kelas, langkah berikutnya
menggunakan aturan kombinasi dengan rumus :
N!
( Nn )= n ! ( N−n )!
(Sudjana, 2005:166)

4!
( 42)= 2 ! ( 4−2 )!
=6

Dari 4 kelas populasi di atas, maka terdapat 6 kombinasi yang dipilih


sebagai sampel yaitu AB, AC, AD, BC, BD, dan CD. Menentukan
kelas yang dijadikan sampel menggunakan teknik probability
sampling yaitu dengan cara mengundi pasangan kombinasi secara
acak, dan mengambil dua kelas tersebut sebagai kelas penelitian. Satu
kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII A berjumlah 29 siswa
dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dan satu
kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas VIII C berjumlah 29 siswa
dengan menerapkan pembelajaran konvensional.

C. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2017:308) “teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data”. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah tes dan non tes. Teknik tes berbentuk soal essay
dipergunakan untuk memperoleh data hasil kemampuan penalaran matematis
dan non tes berupa angket kemandirian belajar dipergunakan untuk
memperoleh data mengenai kemandirian belajar siswa.
D. Instrumen Penelitian

52
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka alat
yang digunakan harus alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian
biasanya dinamakan instrument penelitian. Menurut Sugiyono (2017:148)
“instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Instrument penelitian digunakan
oleh peneliti dalam pengumpulan data, agar lebih mudah, lebih tetap dan rinci
serta sesuai dengan yang kita harapkan. Jenis instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Tes digunakan untuk
mengumpulkan data kemampuan penalaran matematis siswa setelah
menerapkan model pembelajaran problem solving, dan non tes digunakan
untuk mengetahui kemandirian belajar siswa yang dilakukan sebelum
pertemuan pertama pembelajaran. Berikut penjelasan masing-masing non tes
dan tes yang digunakan.
1. Instrument Tes
Instrument tes berfungsu sebagai alat ukur, yang berguna untuk
mengukur kemampuan penalaran matematis. Instrument tes kemampuan
penalaran matematis sisiwa dirancang sendiri oleh peneliti. Butir-butir soal
tes ditulis berdasarkan kisi-kisi butir soal yang telah disusun terlebih
dahulu dengan indicator, kompetensi utama, dan materi. Tes tersebut
adalah tes tertulis berupa soal esai dengan soal sebanyak 5 butir soal untuk
mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa yang menjadi subjek
penelitian.
Untuk mendapatkan instrument yang benar-benar valid atau dapat
diandalkan dalam mengungkapkan data penelitian, maka instrumen
tersebut disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penyusunan Instrument
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mendapatkan
instrument penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menetukan tujuan mengadakan tes, yaitu mendapatkan hasil
kemampuan penalaran matematis siswa.

53
2. Membuat batasan terhadap materi yang akan diujikan, sesuai
dengan SK dan KD dalam silabus dan indicator bahan ajar.
3. Membuat kisi – kisi soal tes berdasarkan indicator bahan ajar dan
indikator kemampuan penalaran matematis serta dasar yang bisa
digunakan dalam menyusun instrument kemampuan penalaran
matematis.
4. Menyusun butir – butir soal tes menjadi bentuk soal akhir yang akan
diujikan.
5. Pemberian skor, sebelum memberikan skor terlebih dahulu
disiapkan kunci jawaban dan ditentukan berapa jumlah skor yang
akan diberikan pada tiap-tiap nomor soal.
b. Validasi Soal Tes
Sebelum melakukan uji coba tes, terlebih dahulu dilakukan
validasi soal yang dilakukan oleh beberapa validator yaitu dua orang
dosen pendidikan matematika STKIP YPM Bangko dan satu orang guru
bidang studi matematika di SMP Negeri 43 Merangin. Dalam validasi
ini terdapat saran-saran dan sedikit perbaikan.
c. Revisi Soal Tes
Revisi dilakukan untuk memperbaiki soal berdasarkan saran-
saran dari validator, diantaranya yaitu: penulisan soal harus di cek
tulisan, seiap soal harus dibedakan masing-masing soal berdasarkan
tingkat kognitif, tambahkan pertanyaan pada soal nomor 1.

d. Melakukan Uji Coba Soal Tes


Sebelum soal diberikan kepada kelas sampel dan agar soal
tersebut memiliki kriteria sebagai soal yang baik, maka soal tersebut
perlu diuji cobakan diluar kelas sampel yaitu kelas VIII C dalam
populasi terlebih dahulu. Uji coba dilakukan bertujuan untuk
mengetahui apakah data memiliki validitas, daya pembeda, indeks
kesukaran dan reabilitas yang tinggi. Sehingga soal yang digunakan
memenuhi kriteria soal yang baik, setelah itu dianalisis dan lihat

54
mutunya. Tes esai ini berjumlah 5 butir soal dan disusun berdasarkan
kisi-kisi soal.
e. Analisis Item
Setelah melakukan uji coba tes, dilanjutkan dengan analisis item
untuk melihat keberadaan suatu soal yang disusun baik atau tidak.
Langkah-langkah dalam melaksanakan analisis item adalah sebagai
berikut:
1. uji validitas soal
sebuah data dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan
senyatanya. Sugiyono (2017:173) menyatakan bahwa “valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur”. Untuk menguji validitas dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan rumus Pearson Product Moment, yaitu :
r xy=N ¿¿¿

Keterangan :
rxy = koefisien variable x dan variable y
xy = jumlah hasil perkalian antara variable x dan variable y.
∑ x = jumlah nilai setiap item
∑ y = jumlah skor total (seluruh item)
N = jumlah subyek penelitian

Selanjutnya, pengujian validitas perlu menggunakan uji t


apabila responden yang dilibatkan dalam pengujian validitas adalah
sampel. artinya, keputusan valid tidaknya item instrument tidak
bisa dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai ttabel tetapi
harus dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Oleh
sebab itu, pengujian validitas perlu dihitung menggunakan uji-t
Riduwan (2012:223), dengan rumus sebagai berikut:

r √ n−2
t hitung =
√ 1−r 2
Keterangan:
t = nilai thitung
r = koefisien korelasi hasil rhitung

55
n = jumlah responden

Distribusi (table t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n -


2) dengan kriteria pengujian:
Jika t hitung ≥ t tabel berarti valid
Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid.

Tabel 8. Rekapitulasi Validitas


No Soal rhitung thitung ttabel Keterangan
1 0,805 7,179 1,701 Valid
2 0,763 6,246 1,701 Valid
3 0,663 4,686 1,701 Valid
4 0,656 4,599 1,701 Valid
5 0,711 5,350 1,701 Valid
Sumber: lampiran 20 halaman 193

Berdasarkan tabel diatas, sesuai dengan kriteria


pengambilan keputusan dengan α = 0,05 dan dk = n – 2 = 30 –
2 = 28, dapat disimpulkan bahwa thitung ¿ ttabel maka kelima item
soal tersebut valid.
2. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan siswa yang pandai dan tidak pandai. Menurut
Prawironegoro (1985:11) untuk menghitung indeks pembeda
soal essay, dengan cara sebagai berikut:
a) data diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah.
b) kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai
tertinggi dan dan 27% dari kelompok yang mendapat niali
terendah.
c) hitung degress of freedom (df) dengan rumus:
d) df = (nt – 1) + (nr – 1) nt = nr = 27 % × N = n
e) cari indek pembeda soal dengan rumus:

Mt−Mr
Ip = ∑ X t +¿ ∑ X
√ n(n−1)
2 2
r
¿

keterangan :
Ip = indeks daya pembeda soal

56
Mt = rata – rata skor dari kelompok tertinggi
Mr = rata – rata skor dari kelompok terendah
n = 27% x N
∑ X 2t = jumlah kuadrat deviasi skor kelompok
tertinggi
∑ X 2r = jumlah kuadrat deviasi skor kelompok
terendah
N = banyaknya peserta tes
Soal yang mempunyai daya pembeda yang signifikan
berarti jika Ip hitung ≥ Ip tabel pada df yang telah
ditentukan.
Tabel 9. Rekapitulasi Daya Pembeda Soal
No Soal IPhitung IPtabel Keterangan
1 5,462 2,14 Signifikan
2 4,319 2,14 Signifikan
3 3,861 2,14 Signifikan
4 5,147 2,14 Signifikan
5 3,332 2,14 Signifikan
Sumber: lampiran 21 halaman 201
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat IPhitung > IPtabel
maka dapat disimpulkan bahwa kelima item soal memiliki daya
pembeda yang signifikan.
3. Indeks Kesukaran Soal
menurut Arikunto (2009:207) tingkat kesukaran soal
adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan bentuk indeks.
Indeks kesukaran soal digunakan sebagai salah satu syarat untuk
menunjukkan butir soal yang mudah, sedang, atau sukar. Soal yang
baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Agar tes dapat digunakan secara luas, setiap soal harus selidiki
tingkat kesukarannya. Untuk menentukan indeks kesukaran soal
bentuk uraian dapat digunakan rumus yang dikemukakan
Prawironegoro (1985:14) sebagi berikut :
Dt + Dr
I k= ×100 %
2. m. n

57
Dengan :
Ik = indeks kesukaran soal
Dr = jumlah skor kelompok rendah
Dt = jumlah skor kelompok tinggi
m = skor setiap soal jika benar
n = 27% x N
N = banyaknya peserta tes

Dengan kriteria pengambilan keputusan:


Soal dinyatakan sukar jika Ik < 27%
Sedang jika 27% ¿
Ik ¿ 73%
Mudah jika 73 % < k
I
Tabel 10. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
No soal Ik Kategori Soal
1 46,9% Sedang
2 46,9% Sedang
3 65,6% Sedang
4 40,6% Sedang
5 42,2% Sedang
Sumber: lampiran 22 halaman 204

Berdasarkan analisis indeks kesukaran soal pada tabel diatas,


maka dapat disimpulkan kelima soal mempunyai indeks
kesukaran sedang.

4. Kriteria Penerimaan Soal

untuk menentukan soal yang akan dipakai, maka ditetapkan

sebagaimana yang dikemukakan oleh Prawironegoro (1985:16) bahwa :

a. Soal yang baik atau tetap dipakai jika item terhadap Ip signifikan
dan 0 < Ik < 100%
b. Soal diperbaiki jika :
Ip signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%
Ip tidak signifikan dan 0 < Ik <100%
c. Soal diganti jika Ip tidak signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0 %.

Berdasarkan Ip dan Ik maka dapat dilihat kriteria penerimaan soal


pada tabel berikut:

58
Tabel 11. Kriteria Penerimaan Soal
No Soal Ip Klasifikasi Ik Klasifikasi Keterangan
1 5,462 Signifikan 46,9% Sedang Dipakai
2 4,319 Signifikan 46,9% Sedang Dipakai
3 3,861 Signifikan 65,6% Sedang Dipakai
4 5,147 Signifikan 40,6% Sedang Dipakai
5 3,332 Signifikan 42,2% Sedang Dipakai
Sumber: lampiran 23 halaman 205
Dari tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa soal nomor 1, 2,

3, 4, dan 5 dapat dipakai.

5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrument yang dapat

dipercaya atau diandalkan sebagai alat pengumpulan data juga dapat

diandalkan. Reliabelitas tes adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat

dipercaya.

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode alpha


yang dikemukakan Riduwan (2009:115) adalah sebagai berikut :
a. Menghitung varians skor tiap – tiap item dengan rumus
Si= ∑ X i2−¿ ¿ ¿

Keterangan:
Si : varians skor tiap-tiap item
2
∑ X i : jumlah kuadrat item xi
¿ : jumlah item xi dikuadratkan
N : jumlah responden

b. Menjumlahkan varians semua item dengan rumus

∑ si=s 1+ s 2+ s3 + …+s n

Keterangan:
∑ si: jumlah semua varians item
s1 + s2 +s 3 +…+ s n : varians item ke-1, 2, 3, . .n

59
c. Menghitung varians total dengan rumus

St = ∑ X 2t −¿ ¿ ¿

keterangan :
St : varians skor total
∑ X 2t : jumlah kuadrat x total
¿ : jumlah x total dikuadratkan
N : jumlah responden

d. Memasukkan rumus alpha

r 11 =
k
( k −1 )(1− ∑S S )t
i

Keterangan :
r11 = Nilai reliabilitas
k = jumlah item
∑ S i = jumlah varians skor tiap-tiap item
St = varians total

Kriteria : Jika r 11 > ¿rtabel berarti reliabel


Jika r 11< rtabel berarti tidak reliabel

Dari hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha


didapatkan r 11 =0,760 dibandingkan dengan nilai r Product Moment
dengan dk = N – 2 = 30 – 2 = 28, signifikansi 5% maka diperoleh
rtabel = 0,374, maka sesuai dengan kriteria keputusan r 11 > rtabel atau
0,760>¿0,374 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut
reliabel. Dengan demikian karena instrumen telah dianalisis dan sudah
reliabel maka soal tersebut dapat digunakan.
2. Instrumen Non Tes
Instrument non tes pada penelitian ini berbentuk angket identifikasi
kemandirian belajar siswa. Angket berguna untuk mengungkapkan aspek
afektif siswa. Dimana aspek afektif juga turut menentukan keberhasilan
belajar siswa. Menurut Arikunto (2010:194) mengemukakan bahwa
“angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk

60
memperoleh imformasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Maka bisa dikatakan angket
merupakan seperangkat pertanyaan atau pernyataan untuk memperoleh
informasi dari siswa.
Pada penelitian ini angket kemandirian belajar siswa digunakan
untuk mengukur kemandirian belajar yang dimiliki siswa. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, terdiri dari
beberapa item dengan menggunakan skala Likert, Kisi-kisi angket
kemandirian belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 29 halaman 211.
Maka tabel skala Likert menurut sugiyono (2013:136) adalah
sebagai berikut:
Tabel 12. Tabel skala Likert
Item Pernyataan
Jawaban
Negatif ( - ) Positif ( + )
SS 1 4
S 2 3
TS 3 2
STS 4 1
Sumber : Modifikasi Sugiyono (2013)
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

E. Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah
dirumuskan dalam penelitian. Sebelum data dianalisis terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis yaitu dengan uji normalitass dan uji
homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dapat
dilakukan dengan berbagai cara, untuk pengujian kenormalan peneliti
menggunakan rumus uji Kolmogorov smirnov (Irianto,2014 : 273) yaitu:

61
f f
Dmax = { (− −P ≤ Z
n n )}
Langkah – langkah menggunakan rumus Kolmogorov smirnov adalah:
a. Menentukan hipotesis
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
b. Menentukan statistic uji Kolmogorov
c. Menentukan tingkat signifikansi α = 0,05
d. Kriteria pengujian
Jika Dmax ≤ D(α ,n ) maka H0 diterima
Jika Dmax > D(α , n) maka H0 ditolak
e. Buat tabel penolong
f. Mencari nilai D(α , n) dengan α = 0,05
g. Membandingkan nilai Dmax dengan D(α , n) dan menarik kesimpulan.

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua data
sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Menurut Riduwan
(2013:120) uji homogenitas dapat dilakukan dengan uji F, dengan langkah
– langkah sebagai berikut:
a. menetapkan hipotesis :
H0 = variansi homogen
H1 = variansi tidak homogeny
b. dengan cara membandingkan variansi terbesar dengan variansi
s 2b
terkecil menggunakan rumus : F (max) = 2
sk
keterangan:
F : Uji F
s2b : varians terbesar
s2k : varians terkecil
c. menetapkan taraf signifikansi alpha = 0,05 atau 5%
d. membandingkan nilai fhitung dengan ftabel dengan rumus:
dk pembilang = n – 1 (untuk varians terbesar)
dk penyebut = n – 1 (untuk varians terkecil)
e. kriteria pengujian adalah
jika fhitung > ftabel artinya data tidak homogen
jika fhitung ≤ ftabel artinya data homogen
3. Uji Hipotesis

62
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas terpenuhi, maka
dilakukan uji hipotesis. Menurut sudjana (2005:219) “pengujian hipotesis
merupakan langkah untuk menentukan apakah menerima atau menolak
hipotesis”. Uji hipotesis bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis
yang ditetapkan memang benar atau tidak. Sesuai dengan rumusan
penelitian, maka dalam menganalisis data yang berdistribusi normal dan
homogen untuk menguji hipotesis 1, 2, 3, dan 4 menggunakan uji-t.
Adapun rumus uji-t menurut Sugiyono (2017:273) sebagai berikut:
x −x 2
t hitung = 1

2 2

√( ( n1 −1 ) S 1 + ( n2 −1 ) S 2
n1 +n2−2 )( )
.
1 1
+
n1 n2

Keterangan :

X1 = nilai rata – rata kelas eksperimen


X2 = nilai rata – rata kelas control
2
S1 = varians hasil akhir belajar kelompok eksperimen
S22 = varians hasil belajar kelompok control
N1= jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa kelas control

kriteria penarikan kesimpulan :


terima H0 jika thitung ≤ ttabel
tolak H0 jika thitung > ttabel
untuk menguji analisis ke 5 digunakan anova dua arah dengan
perhitungan dibantu dengan program IBM SPSS statistic 20. Kemudian
membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria sebagai berikut:
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka terima hipotesis nol
Jika Fhitung ¿ Ftabel maka terima hipotesis nol

63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Pada bagian ini akan disajikan data yang diperoleh dari masing-masing
kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu data tes kemampuan penalaran
matematis siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, sedang, dan
rendah. Kelas eksperimen terdiri dari 29 siswa, 3 siswa yang memiliki
kemandirian belajar tinggi, 22 siswa yang memiliki kemandirian belajar
sedang dan 4 siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. Kelas kontrol
terdiri dari 29 siswa, 5 siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, 19
siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang dan 5 siswa yang memiliki
kemandirian belajar rendah.
1. Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Hasil tes kemampuan penalaran matemtis kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13. Hasil Perhitungan Data Tes Kemampuan Penalaran
Matematis Kelas Eksperimen dan Kontrol
Deskripsi Skor
Kelas N
x́ S Xmax Xmin
Eksperimen 29 13,310 2,422 18 8
Kontrol 29 12,172 2,536 19 8

64
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil tes kemampuan
penalaran matematis siswa pada kelas eksperimen memiliki skor
maksimum adalah 18 dan kelas kontrol memiliki skor maksimum adalah
19. Sedangkan skor minimum pada kelas eksperimen adalah 8 dan kelas
kontrol adalah 8. Kelas eksperimen memiliki skor rata-rata 13,310 lebih
besar dari kelas kontrol yaitu 12,172. Berdasarkan data simpangan baku
kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol, yaitu 2,422 dan
2,536 artinya kemampuan penalaran matematis siswa di kelas kontrol

65
lebih menyebar dibandingkan kemampuan penalaran matematis
siswa kelas eksperimen. Data tersebut diperoleh dari 29 siswa kelas
eksperimen dan 29 kelas kontrol.
Deskripsi perbandingan data kedua kelas kelompok eksperimen
dan kontrol dapat dilihat pada gambar.
35
30
Kemandirian
Kemandirian
25 Belajar
BelajarTinggi
Tinggi
20 Kemandirian
Kemandirian
15 Belajar
BelajarSedang
Sedang
10 Kemandirian
Kemandirian
Belajar
BelajarRendah
Rendah
5 total
total
0
N Mean
Mean SS Xmax
XmaxXmin
Xmin

Gambar 4. Diagram nilai Kemampuan Penalaran Matematis Kelas


Eksperimen dan Kontrol

Untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa dengan


soal tes kemampuan penalaran matematis terdiri dari 5 soal. Deskripsi skor
rata-rata tiap indikator soal kemampuan penalaran matematis kedua kelas
dapat dilihat pada diagram sebagai berikut:

70
3.5
3 3.17
3.07
2.72 2.76
2.5 2.48
2.21 2.31 2.28
2
eksperimen 1.76
1.5
kontrol
1
0.5
0
1 2 3 4 5

Gambar 5. Deskripsi Rata-rata Skor Keseluruhan

Soal nomor 1 terdapat satu indikator (1) pada kelas eksperimen


berjumlah 29 siswa. Rata-rata indikator (1) menyajikan pernyataan
matematika secara lisan, tertulis, gambar adalah 3,069 dari 29 siswa.
Siswa yang jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 9 siswa, siswa
yang jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 13
siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian
besar kriteria ada 7 siswa. Sedangkan kelas kontrol secara keseluruhan
siswa berjumlah 29 siswa. Rata-rata indikator (1) menyajikan pernyataan
matematika secara lisan, tertulis, gambar adalah 3,172 dari 29 siswa.
Siswa yang jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 11 siswa, siswa
yang jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 13
siswa, siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian
besar kriteria ada 4 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi salah
semua ada 1 siswa.
Soal nomor 2 terdiri dari satu indikator (4) pada kelas eksperimen
berjumlah 29 siswa. Rata-rata indikator (4) menarik kesimpulan,
menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi
adalah 2,724. Siswa yang jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 5
siswa, siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah
ada 12 siswa, siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan
sebagian besar kriteria ada 11 siswa, dan siswa yang jawabannya ada
tetapi salah semua ada 1 siswa. Sedangkan kelas kontrol secara

71
keseluruhan siswa berjumlah 29 siswa. Rata-rata indikator (4) menarik
kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap
beberapa solusi adalah 2,724. Siswa yang jawabannya benar tanpa ada
kesalahan ada 2 siswa, siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit
jawaban yang salah ada 17 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi
tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 10 siswa.
Soal nomor 3 terdiri dari satu indikator (6) pada kelas eksperimen
berjumlah 29 siswa. Rata-rata indikator (6) memeriksa kesahihan suatu
argumen adalah 2,759. Siswa yang jawabannya benar tanpa ada kesalahan
ada 2 siswa, siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang
salah ada 19 siswa, siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan
sebagian besar kriteria ada 7 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi
salah semua ada 1 siswa. Sedangkan kelas kontrol secara keseluruhan
siswa berjumlah 29 siswa. Rata-rata indikator (6) memeriksa kesahihan
suatu argumen adalah 2,207. Siswa yang jawabannya benar tanpa ada
kesalahan ada 2 siswa, siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit
jawaban yang salah ada 8 siswa, siswa yang jawabannya ada tetapi tidak
sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 13 siswa,dan siswa yang
jawabannya ada tetapi salah semua ada 6 siswa.
Soal nomor 4 terdiri dari satu indikator (7) pada kelas eksperimen
berjumlah 29 siswa. Rata-rata indikator (7) menemukan pola atau sifat dari
gejala matematis untuk membuat generalisasi adalah 2,483. Siswa yang
jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 1 siswa, siswa yang
jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 13 siswa,
siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar
kriteria ada 14 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi salah semua
ada 1 siswa. Sedangkan kelas kontrol secara keseluruhan siswa berjumlah
29 siswa. Rata-rata indikator (7) menemukan pola atau sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi adalah 2,310. Siswa yang
jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 1 siswa, siswa yang
jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 10 siswa,

72
siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar
kriteria ada 15 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi salah semua
ada 3 siswa.
Soal nomor 5 terdiri dari satu indikator (5) pada kelas eksperimen
berjumlah 29 siswa. Rata-rata indikator (5) menarik kesimpulan dari
pernyataan adalah 2,276. siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit
jawaban yang salah ada 9 siswa, siswa yang jawabannya ada tetapi tidak
sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 19 siswa, dan siswa yang
jawabannya ada tetapi salah semua ada 1 siswa. Sedangkan kelas kontrol
secara keseluruhan siswa berjumlah 29 siswa. Rata-rata indikator (5)
menarik kesimpulan dari pernyataan adalah 1,759. Siswa yang jawabannya
benar tanpa ada kesalahan ada 1 siswa, siswa yang jawabannya benar
tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 2 siswa, siswa yang jawabannya
ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 16 siswa, siswa
yang jawabannya ada tetapi salah semua ada 9 siswa, dan siswa yang tidak
ada jawaban ada 1 siswa.
Dilihat dari jawaban siswa perbutir soal tes kemampuan penalaran
matematis, sebagian kelas eksperimen dan kontrol menyelesaikan soal
dengan memenuhi indikator-indikator yang telah detetapkan, meskipun
ada beberapa siswa yang belum memenuhi bahkan hanya mengisi jawaban
seadanya.
2. Hasil Tes kemampuan Penalaran Matematis yang Memiliki
Kemandirian Belajar Tinggi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil tes kemampuan penalaran matemtis yang memiliki
kemandirian belajar tinggi kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 14. Hasil Perhitungan Data Tes Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar
Tinggi Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol
Deskripsi skor
Kelas N
x́ S Xmax Xmin

73
Eksperimen 3 17,333 1,155 18 16
Kontrol 5 16,2 1,643 19 15

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil tes kemampuan


penalaran matematis siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi pada
kelas eksperimen memiliki skor maksimum adalah 18 dan kelas kontrol
memiliki skor maksimum adalah 19. Sedangkan skor minimum pada kelas
eksperimen adalah 16 dan kelas kontrol adalah 15. Kelas eksperimen
memiliki skor rata-rata 17,333 lebih besar dari kelas kontrol yaitu 16,2.
Berdasarkan data simpangan baku kelas eksperimen lebih rendah daripada
kelas kontrol, yaitu 1,155 dan 1,643 artinya kemampuan penalaran
matematis siswa di kelas kontrol lebih tinggi daripada kemampuan
penalaran matematis siswa kelas eksperimen. Data tersebut diperoleh dari
3 siswa kelas eksperimen yang memiliki kemandirian belajar tinggi dan 5
siswa kelas kontrol yang memiliki kemandirian belajar tinggi.
4.5 Untuk
4 43.8
3.5 3.67 mengetahui
3.4 3.4
3.33 3.33
3 3 3
2.5 eksperime 2.6 kemampuan penalaran
2 n
1.5 kontrol matematis siswa
1
0.5 dengan soal tes
0
1 2 3 4 5 kemampuan penalaran
matematis terdiri dari 5
soal. Deskripsi skor rata-rata tiap indikator soal kemampuan penalaran
matematis yang memiliki kemandirian belajar tinggi dapat dilihat pada
diagram sebagai berikut:

Gambar 6. Deskripsi Rata-rata Skor Kemandirian Belajar Tinggi

74
Soal nomor 1 terdapat satu indikator (1) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar tinggi berjumlah 3 siswa. Rata-rata indikator
(1) menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar
adalah 4 dari 3 siswa. siswa yang jawabannya benar tanpa ada kesalahan
ada 3 siswa. Sedangkan pada kelas kontrol dengan kemandirian belajar
tinggi berjumlah 5 siswa. Rata-rata indikator (1) menyajikan pernyataan
matematika secara lisan, tertulis, gambar adalah 3,8 dari 5 siswa. Siswa
yang jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 4 siswa,dan siswa yang
jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 1 siswa.
Soal nomor 2 terdiri dari satu indikator (4) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar tinggi berjumlah 3 siswa. Rata-rata indikator
(4) menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap beberapa solusi adalah 3,667 dari 3 siswa. siswa yang
jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 2 siswa, dan siswa yang
jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 1 siswa.
Sedangkan pada kelas kontrol dengan kemandirian belajar tinggi
berjumlah 5 siswa. Rata-rata indikator (4) menarik kesimpulan, menyusun
bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi adalah 3,4.
Siswa yang jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 2 siswa, dan siswa
yang jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 3 siswa.
Soal nomor 3 terdiri dari satu indikator (6) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian tinggi berjumlah 3 siswa. Rata-rata indikator (6)
memeriksa kesahihan suatu argumen adalah 3,333. siswa yang jawabannya
benar tanpa ada kesalahan ada 1 siswa, dan siswa yang jawabannya benar
tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 2 siswa. Sedangkan pada kelas
kontrol dengan kemandirian tinggi berjumlah 5 siswa. Rata-rata indikator
(6) memeriksa kesahihan suatu argumen adalah 3,4. Siswa yang
jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 2 siswa, dan siswa yang
jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 3 siswa.

75
Soal nomor 4 terdiri dari satu indikator (7) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar tinggi berjumlah 3 siswa. Rata-rata indikator
(7) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi adalah 3,333. siswa yang jawabannya benar tanpa ada
kesalahan ada 1 siswa, dan siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit
jawaban yang salah ada 2 siswa. Sedangkan pada kelas kontrol dengan
kemandirian belajar tinggi berjumlah 5 siswa. Rata-rata indikator (7)
menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi adalah 3. Siswa yang jawabannya benar tanpa ada kesalahan
ada 1 siswa, siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang
salah ada 3 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai
dengan sebagian besar kriteria ada 1 siswa.
Soal nomor 5 terdiri dari satu indikator (5) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar tinggi berjumlah 3 siswa. Rata-rata indikator
(5) menarik kesimpulan dari pernyataan adalah 3. siswa yang jawabannya
benar tetapi ada sedikit yang salah ada 3 siswa. Sedangkan pada kelas
kontrol dengan kemandirian belajar tinggi berjumlah 5 siswa. Rata-rata
indikator (5) menarik kesimpulan dari pernyataan adalah 2,6. Siswa yang
jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 1 siswa, siswa yang
jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 1
siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi salah semua ada 3 siswa.
3. Hasil Tes kemampuan Penalaran Matematis yang Memiliki
Kemandirian Belajar Sedang Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil tes kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki
kemandirian belajar sedang kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 15. Hasil Perhitungan Data Tes Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar
Sedang Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol
Deskripsi Skor
Kelas N
x́ S Xmax Xmin

76
Eksperimen 22 13,273 1,856 17 10
Kontrol 19 11,789 1,398 15 10

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil tes kemampuan


penalaran matematis siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang
pada kelas eksperimen memiliki skor maksimum adalah 17 dan kelas
kontrol memiliki skor maksimum adalah 15. Sedangkan skor minimum
pada kelas eksperimen adalah 10 dan kelas kontrol adalah 10. Kelas
eksperimen memiliki skor rata-rata 13,273 lebih besar dari kelas kontrol
yaitu 11,789. Berdasarkan data simpangan baku kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 1,856 dan 1,398 artinya kemampuan
penalaran matematis siswa di kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kemampuan penalaran matematis siswa kelas kontrol. Data tersebut
diperoleh dari 22 siswa kelas eksperimen yang memiliki kemandirian
belajar sedang dan 19 siswa kelas kontrol yang memiliki kemandirian
belajar sedang.
Untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa dengan
soal tes kemampuan penalaran matematis terdiri dari 5 soal. Deskripsi skor
rata-rata tiap indikator soal kemampuan penalaran matematis yang
memiliki kemandirian belajar sedang dapat dilihat pada diagram sebagai
berikut:
3.5
3 3.05
3
2.73
2.63 2.77
2.5 2.5
2.26 2.27
2 2.11
1.74 eksperimen
1.5 kontrol
1
0.5
0
1 2 3 4 5

Gambar 7. Deskripsi Rata-rata Skor Kemandirian Belajar Sedang

77
Soal nomor 1 terdapat satu indikator (1) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar sedang berjumlah 22 siswa. Rata-rata
indikator (1) menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis,
gambar adalah 3 dari 22 siswa. Siswa yang jawabannya benar tanpa ada
kesalahan ada 6 siswa, siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit
jawaban yang salah ada 10 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi
tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 6 siswa. Sedangkan pada
kelas kontrol dengan kemandirian belajar sedang berjumlah 19 siswa.
Rata-rata indikator (1) menyajikan pernyataan matematika secara lisan,
tertulis, gambar adalah 3,053 dari 19 siswa. Siswa yang jawabannya benar
tanpa ada kesalahan ada 5 siswa, siswa yang jawabannya benar tetapi ada
sedikit jawaban yang salah ada 11 siswa, siswa yang jawabannya ada
tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 2 siswa, dan siswa
yang jawabannya ada tetapi salah semua ada 1 siswa.
Soal nomor 2 terdiri dari satu indikator (4) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar sedang berjumlah 22 siswa. Rata-rata
indikator (4) menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan
atau bukti terhadap beberapa solusi adalah 2,727 dari 22 siswa. Siswa yang
jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 3 siswa, siswa yang
jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 11 siswa,
siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar
kriteria ada 7 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi salah semua
ada 1 siswa. Sedangkan pada kelas kontrol dengan kemandirian belajar
sedang berjumlah 19 siswa. Rata-rata indikator (4) menarik kesimpulan,
menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi
adalah 2,632. Siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban
yang salah ada 12 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi tidak
sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 7 siswa.
Soal nomor 3 terdiri dari satu indikator (6) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar sedang berjumlah 22 siswa. Rata-rata
indikator (6) memeriksa kesahihan suatu argumen adalah 2,773. siswa

78
yang jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 1 siswa, siswa yang
jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 16 siswa,
siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar
kriteria ada 4 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi salah semua
ada 1 siswa. Sedangkan pada kelas kontrol dengan kemandirian belajar
sedang berjumlah 19 siswa. Rata-rata indikator (6) memeriksa kesahihan
suatu argumen adalah 2,105. siswa yang jawabannya benar tetapi ada
sedikit jawaban yang salah ada 5 siswa, siswa yang jawabannya ada tetapi
tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 11 siswa, dan siswa yang
jawabannya ada tetapi salah semua ada 3 siswa.
Soal nomor 4 terdiri dari satu indikator (7) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar sedang berjumlah 22 siswa. Rata-rata
indikator (7) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk
membuat generalisasi adalah 2,5. siswa yang jawabannya benar tetapi ada
sedikit jawaban yang salah ada 11 siswa, dan siswa yang jawabannya ada
tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 11 siswa. Sedangkan
pada kelas kontrol dengan kemandirian belajar sedang berjumlah 19 siswa.
Rata-rata indikator (7) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis
untuk membuat generalisasi adalah 2,263. siswa yang jawabannya benar
tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 6 siswa, siswa yang jawabannya
ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 12 siswa, dan
siswa yang jawabannya ada tetapi salah semua ada 1 siswa.
Soal nomor 5 terdiri dari satu indikator (5) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar sedang berjumlah 22 siswa. Rata-rata
indikator (5) menarik kesimpulan dari pernyataan adalah 2,273. siswa
yang jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 6 siswa,
siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar
kriteria ada 16 siswa. Sedangkan pada kelas kontrol dengan kemandirian
belajar sedang berjumlah 19 siswa. Rata-rata indikator (5) menarik
kesimpulan dari pernyataan adalah 1,737. Siswa yang jawabannya benar
tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 1 siswa, siswa yang jawabannya

79
ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 12 siswa, siswa
yang jawabannya ada tetapi salah semua ada 6 siswa.
4. Hasil Tes kemampuan Penalaran Matematis yang Memiliki
Kemandirian Belajar Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil tes kemampuan penalaran matematis siswa yang memiliki
kemandirian belajar rendah kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 16. Hasil Perhitungan Data Tes Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar
Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol
Deskripsi Skor
Kelas N
x́ S Xmax Xmin
Eksperimen 4 10,5 1,732 12 8
Kontrol 5 9,6 2,074 13 8

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil tes kemampuan


penalaran matematis siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah
pada kelas eksperimen memiliki skor maksimum adalah 12 dan kelas
kontrol memiliki skor maksimum adalah 13. Sedangkan skor minimum
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 8. Kelas eksperimen
memiliki nilai rata-rata 10,5 lebih besar dari kelas kontrol yaitu 9,6.
Berdasarkan data simpangan baku kelas eksperimen lebih rendah daripada
kelas kontrol, yaitu 1,732 dan 2,074 artinya kemampuan penalaran
matematis siswa di kelas kontrol lebih tinggi daripada kemampuan
penalaran matematis siswa kelas eksperimen. Data tersebut diperoleh dari
4 siswa kelas eksperimen yang memiliki kemandirian belajar rendah dan 5
siswa kelas kontrol yang memiliki kemandirian belajar rendah.
Untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa dengan
soal tes kemampuan penalaran matematis terdiri dari 5 soal. Deskripsi skor
rata-rata tiap indikator soal kemampuan penalaran matematis yang
memiliki kemandirian belajar rendah dapat dilihat pada diagram sebagai
berikut:

80
3.5
3
2.5
2
eksperimen
1.5 kontrol
1
0.5
0
1 2 3 4 5

Gambar 8. Deskripsi Rata-rata Skor Kemandirian Belajar Rendah

Soal nomor 1 terdapat satu indikator (1) pada kelas eksperimen


dengan kemandirian belajar rendah berjumlah 4 siswa. Rata-rata indikator
(1) menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar
adalah 2,75 dari 4 siswa. siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit
jawaban yang salah ada 3 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi
tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 1 siswa. Sedangkan pada
kelas kontrol dengan kemandirian belajar rendah berjumlah 5 siswa. Rata-
rata indikator (1) menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis,
gambar adalah 3 dari 5 siswa. Siswa yang jawabannya benar tanpa ada
kesalahan ada 2 siswa, siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit
jawaban yang salah ada 1 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi
tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 2 siswa.
Soal nomor 2 terdiri dari satu indikator (4) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar rendah berjumlah 4 siswa. Rata-rata indikator
(4) menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap beberapa solusi adalah 2 dari 4 siswa. siswa yang jawabannya
ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 4 siswa.
Sedangkan pada kelas kontrol dengan kemandirian belajar rendah
berjumlah 5 siswa. Rata-rata indikator (4) menarik kesimpulan, menyusun

81
bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi adalah 2,4.
siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 2
siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian
besar kriteria ada 3 siswa.
Soal nomor 3 terdiri dari satu indikator (6) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar rendah berjumlah 4 siswa. Rata-rata indikator
(6) memeriksa kesahihan suatu argumen adalah 2,25. Siswa yang
jawabannya benar tanpa ada kesalahan ada 1siswa, siswa yang jawabannya
benar tetapi ada sedikit jawaban yang salah ada 1 siswa, dan siswa yang
jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 3
siswa. Sedangkan pada kelas kontrol dengan kemandirian belajar rendah
berjumlah 5 siswa. Rata-rata indikator (6) memeriksa kesahihan suatu
argumen adalah 1,4. siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan
sebagian besar kriteria ada 2 siswa, dan siswa yang jawabannya ada tetapi
salah semua ada 3 siswa.
Soal nomor 4 terdiri dari satu indikator (7) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar rendah berjumlah 5 siswa. Rata-rata indikator
(7) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi adalah 1,75. siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai
dengan sebagian besar kriteria ada 3 siswa, dan siswa yang jawabannya
ada tetapi salah semua ada 1 siswa. Sedangkan pada kelas kontrol dengan
kemandirian belajar rendah berjumlah 5 siswa. Rata-rata indikator (7)
menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi adalah 1,8. siswa yang jawabannya benar tetapi ada sedikit
jawaban yang salah ada 1 siswa, siswa yang jawabannya ada tetapi tidak
sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 2 siswa, dan siswa yang
jawabannya ada tetapi salah semua ada 2 siswa.
Soal nomor 5 terdiri dari satu indikator (5) pada kelas eksperimen
dengan kemandirian belajar rendah berjumlah 4 siswa. Rata-rata indikator
(5) menarik kesimpulan dari pernyataan adalah 1,75. siswa yang
jawabannya ada tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar kriteria ada 3

82
siswa, dan dan siswa yang jawabannya ada tetapi salah semua ada 1 siswa.
Sedangkan pada kelas kontrol dengan kemandirian belajar rendah
berjumlah 5 siswa. Rata-rata indikator (5) menarik kesimpulan dari
pernyataan adalah 1. siswa yang jawabannya ada tetapi tidak sesuai
dengan sebagian besar kriteria ada 1 siswa, siswa yang jawabannya ada
tetapi salah semua ada 3 siswa, dan siswa yang tidak ada jawaban ada 1
siswa.
5. Rata-rata tingkat penguasaan soal kemampuan penalaran matematis
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 17. Rata-rata tingkat penguasaan soal kelas eksperimen
Penguasaan
Indikator x́ max x́ ind Persentase Kategori
1 4 3,1 77,5% Sangat Tinggi
4 4 2,3 57,5% Tinggi
5 4 2,7 67,5% Tinggi
6 4 2,8 70% Tinggi
7 4 2,5 62,5% Tinggi
Total 2,7 67,5% Tinggi
(Arikunto 2012)
1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan
diagram.
4. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap beberapa solusi.
5. Menarik kesimpulan dari pernyataan
6. Memeriksa kesahihan suatu argument
7. Menemukan pola/sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi.
ST = Sangat Tinggi ( > 75%) R = Rendah ( < 25%)
T = Tinggi ( 50% - 75%) SR = Sangat Rendah (< 0,05%)
SD = Sedang ( 25% - 49%)
Jika dilihat dari tabel diatas, kelas eksperimen jumlah keseluruhan
siswa adalah 29 siswa, rata – rata tingkat penguasaan soal siswa kelas
eksperimen secara keseluruhan adalah 2,7 atau 67,5% dengan kategori

83
tinggi. Rata-rata indikator (1) 3,1 dan tingkat penguasaan soal siswa
77,5% dengan kategori tinggi. Rata-rata indikator (4) 2,3 dan tingkat
penguasaan soal siswa 57,5% dengan kategori tinggi. Rata-rata indikator
(5) 2,7 dan tingkat penguasaan soal siswa 67,5% dengan kategori tinggi.
Rata-rata indikator (6) 2,8 dan tingkat penguasaan soal siswa 70% dengan
kategori tinggi. Rata-rata indikator (7) 2,5 dan tingkat penguasaan soal
siswa 62,5% dengan kategori tinggi. Maka dapat disimpulkan siswa yang
diajarkan menggunakan model pembelajaran problem solving menguasai
kemampuan penalaran matematis.
Tabel 18. Rata-rata tingkat penguasaan soal kelas kontrol
Penguasaan
Indikator x́ max x́ ind Persentase Kategori
1 4 3,2 80% Sangat Tinggi
4 4 1,8 45% Sedang
5 4 2,7 67,5% Tinggi
6 4 2,2 55% Tinggi
7 4 2,3 57,5% Tinggi
Total 2,4 60% Tinggi
(Arikunto 2012)
1. menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan
diagram.
4. menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap beberapa solusi.
5. menarik kesimpulan dari pernyataan
6. memeriksa kesahihan suatu argument
7. menemukan pola/sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi.
ST = Sangat Tinggi ( > 75%) R = Rendah ( < 25%)
T = Tinggi ( 50% - 75%) SR = Sangat Rendah (< 0,05%)
SD = Sedang ( 25% - 49%)
Jika dilihat dari tabel diatas, kelas kontrol jumlah keseluruhan
siswa adalah 29 siswa, rata – rata tingkat penguasaan soal siswa kelas
kontrol secara keseluruhan adalah 2,4 atau 60% dengan kategori tinggi.

84
Rata-rata indikator (1) 3,2 dan tingkat penguasaan soal siswa 80% dengan
kategori sangat tinggi. Rata-rata indikator (4) 1,8 dan tingkat penguasaan
soal siswa 45% dengan kategori sedang. Rata-rata indikator (5) 2,7 dan
tingkat penguasaan soal siswa 67,5% dengan kategori tinggi. Rata-rata
indikator (6) 2,2 dan tingkat penguasaan soal siswa 55% dengan kategori
tinggi. Rata-rata indikator (7) 2,3 dan tingkat penguasaan soal siswa
57,5% dengan kategori tinggi. Maka dapat disimpulkan siswa yang
diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional menguasai
kemampuan penalaran matematis.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji
normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari uji
normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Sampel
Kemandiria D(α , n)
No Kelas N Dmax Keterangan
n Belajar
1 Eksperimen Keseluruhan 29 0,102 0,253 Normal
2 Kontrol Keseluruhan 29 0,095 0,253 Normal
3 Eksperimen Tinggi 3 0,383 0,785 Normal
4 Kontrol Tinggi 5 0,233 0,608 Normal
5 Eksperimen Sedang 22 0,097 0,29 Normal
6 Kontrol Sedang 19 0,139 0,312 Normal
7 Eksperimen Rendah 4 0,36 0,68 Normal
8 Kontrol Rendah 5 0,221 0,608 Normal
Sumber: lampiran 44 halaman 248
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai Dmax ≤ D( α , n)
sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal yaitu untuk
kelas eksperimen (VIII A) dan kelas kontrol (VIII C) ditinjau dari
kemandririan tinggi, sedang, rendah, dan keseluruhannya.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua data
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas

85
dapat dilakukan dengan uji F, dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut:
Jika Fhitung ≤ Ftabel berarti homogen
Jika Fhitung > Ftabel berarti tidak homogen

Hasil dari perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 20. Uji Homogenitas Sampel

Kemandirian Keteranga
Kelas Fhitung Ftabel
Belajar n
Eksperimen
Keseluruhan 1,096 1,88 Homogen
Kontrol
Eksperimen
Tinggi 2,023 19,25 Homogen
Kontrol
Eksperimen
Sedang 1,763 3,05 Homogen
Kontrol
Eksperimen
Rendah 1,434 9,12 Homogen
Kontrol
Sumber: dapat dilihat lampiran 45 halaman 251
Berdasarkan tabel 18 diperoleh bahwa nilai Fhitung ≤ Ftabel, maka
dapat disimpulkan bahwa kedua sampel secara keseluruhan maupun
ditinjau dari kemandirian belajar mempunyai varians yang homogen.

C. Pengujian Hipotesis
Sesuai dengan metodologi penelitian, karena data hasil tes kemampuan
penalaran matematis siswa berdistribusi normal dan variansinya homogen,
maka untuk melakukan uji hipotesis 1, 2, 3, dan 4 menggunakan rumus uji-t,
sedangkan hipotesis ke 5 menggunakan anova dua arah.
1. Uji Hipotesis 1
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21. Rekapitulasi Perhitungan Hipotesis 1
Kelas thitung ttabel
Eksperimen
1,748 1,673
Kontrol
Sumber: dapat dilihat lampiran 46 halaman 252

86
Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung = 1,748 > ttabel = 1,673
pada taraf signifikansi 0,05,maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan
demikian dapat dinyatakan kemampuan penalaran matematis yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving lebih baik
daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43
Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
2. Uji Hipotesis 2
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 22. Rekapitulasi Perhitungan Hipotesis 2
Kemandirian
Kelas thitung ttabel
Belajar
Eksperimen
Tinggi 1,036 1,943
Kontrol
Sumber: dapat dilihat lampiran 46 halaman 253
Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung = 1,036 < ttabel = 1,943
pada taraf signifikansi 0,05,maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian dapat dinyatakan kemampuan penalaran matematis dengan
kemandirian belajar tinggi yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Solving tidak lebih baik daripada pembelajaran
konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019.
3. Uji Hipotesis 3
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 23. Rekapitulasi Perhitungan Hipotesis 3
Kemandirian
Kelas thitung ttabel
Belajar
Eksperimen
Sedang 2,854 1,685
Kontrol
Sumber: dapat dilihat lampiran 46 halaman 255
Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung = 2,854 > ttabel = 1,685
pada taraf signifikansi 0,05,maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan
demikian dapat dinyatakan kemampuan penalaran matematis dengan
kemandirian belajar sedang yang diajar dengan menggunakan model

87
pembelajaran Problem Solving lebih baik daripada pembelajaran
konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019.
4. Uji Hipotesis 4
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 24. Rekapitulasi Perhitungan Hipotesis 4
Kemandirian
Kelas thitung ttabel
Belajar
Eksperimen
Rendah 0,693 1,895
Kontrol
Sumber: dapat dilihat lampiran 46 halaman 256
Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung = 0,693 < ttabel = 1,895
pada taraf signifikansi 0,05,maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian dapat dinyatakan kemampuan penalaran matematis dengan
kemandirian belajar rendah yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Solving tidak lebih baik daripada pembelajaran
konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019.
5. Uji Hipotesis 5
Hasil perhitungan hipotesis ke-5 digunakan rumus anova dua arah,
menggunakan output SPSS:
Tabel 25. Ringkasan Anova Dua Arah
Sumber
dk SS MS F
Varians
Baris (A) 1 11,435 11,435 4,040
187,61
Kolom (B) 2 93,809 33,142
9
Interaksi (AB) 2 0,719 0,359 0,127
147,18
Dalam sel 52 2,831
8
363,12
Corected total 57
1
Sumber: dapat dilihat lampiran 46 halaman 257
Untuk mendapatkan interaksi A X B diperoleh F hitung = 0,127 dan
Ftabel0,05(2,52) = 3,18 karena berdasarkan kriteria apabila F hitung < Ftabel maka

88
H0 diterima, dan apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak. Hasil perhitungan
didapatkan Fhitung < Ftabel atau 0,127 < 3,18 artinya H0 ditolak dan H1
diterima. Maka tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran ditinjau
dari kemandirian belajar dalam mempengaruhi kemampuan penalaran
matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019.
D. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 4 kali pertemuan. Pelaksanaan
pertemuan pertama hinggga pertemuan ketiga dilaksanakan dengan
memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana kelas
eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
problem solving, sementara kelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensional.
Pembahasan analisis data yang diperoleh untuk menjawab hipotesis
pertama, yaitu model pembelajaran problem solving dan pembelajaran
konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa dapat
disimpulkan menerima H1. Artinya kemampuan penalaran matematis yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving lebih baik
daripada pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan siswa pada kelas
eksperimen yang bekerjasama dalam proses pembelajaran, saling menukar ide
dan pikiran dalam menyelesaikan yang soal yang diberikan oleh guru sehingga
siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang relevan Hodiyanto (2017) bahwa “Model pembelajaran
problem solving lebih baik dari pada pembelajaran langsung”. Sedangkan
pada kelas kontrol siswa hanya menerima dan mempelajari materi yang
dijelaskan guru serta mengerjakan soal latihan yang diberikan, sehingga
pemahaman dalam soal kemampuan penalaran matematis tidak sebaik kelas
eksperimen.
Pada hipotesis kedua, yaitu model pembelajaran problem solving dan
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa
ditinjau dari kemandirian belajar tinggi dapat disimpulkan menerima H0.

89
Artinya, kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar tinggi
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving tidak
lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan pada
kelas eksperimen, siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi belum
terbiasa dengan model pembelajaran yang baru. Sedangkan pada kelas kontrol
dengan pembelajaran konvensional, siswa yang memiliki kemandirian tinggi
mampu memahami dan menyelesaikan soal penalaran matematis dengan baik,
sesuai dengan kelebihan pembelajaran konvensioanal menurut Subaryana
(2009:9) yaitu mudah disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
Hipotesis ketiga, yaitu model pembelajaran problem solving dan
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa
ditinjau dari kemandirian belajar sedang, dapat disimpulkan menerima H1.
Artinya, kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar sedang
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving lebih
baik daripada pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan siswa yang
memiliki kemandirian belajar sedang di kelas eksperimen mampu
menyelesaikan soal kemampuan penalaran matematis setelah dibimbing dan
belajar secara berkelompok dengan siswa lainnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Renaldi (2010:19) problem solving adalah upaya individu atau
kelompok untuk memecahkan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah
dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tidak
biasa. Sedangkan pada kelas kontrol siswa siswa hanya menerima materi yang
diberikan oleh guru dan tidak berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga pemahaman soal kemampuan penalaran matematis
tidak sebaik kelas eksperimen.
Hipotesis keempat, yaitu model pembelajaran problem solving dan
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa
ditinjau dari kemandirian belajar rendah, dapat disimpulkan menerima H0.
Artinya, kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar rendah
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving tidak
lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Sama halnya dengan siswa

90
yang memiliki kemandirian belajar tinggi, siswa yang memiliki kemandirian
belajar rendah di kelas kontrol mampu menyelesaikan soal kemampuan
penalaran matematis setelah menerima pembelajaran yang diberikan oleh
guru. Sedangkan pada kelas eksperimen, siswa dituntut mencari sendiri cara
menyelesaikan masalah dengan berdiskusi dalam kelompok kecil, setelah itu
dibahas bersama-sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Shoimin (2014,:1)
Problem solving adalah suatu model pembelajaran yag melakukan pemusatan
pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan
penguatan keterampilan. Sehingga pemahaman dalam soal kemampuan
penalaran matematis pada siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah
kelas eksperimen tidak lebih baik daripada kelas kontrol.
Pada hipotesis kelima tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
problem solving dengan tingkat kemandirian belajar dalam mempengaruhi
kemampuan penalaran matematis. Berdasarkan perhitungan dibantu dengan
menggunakan IBM SPSS 20 for windows, dari output diperoleh F hitung < F
tabel artinya kita bisa menerima H0. Karena tidak terdapat interaksi antara
model pembelajaran dan kemandirian belajar dalam mempengaruhi
kemampuan penalaran matematis maka tidak perlu melakukan analisis lebih
lanjut untuk mengetahui kombinasi mana sebenarnya berbeda dengan yang
lainnya.
Grafik interaksi kemandirian belajar dan model pembelajaran Problem
Solving dengan kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada gambar
berikut:

91
Gambar 9. Grafik Interaksi Kemandirian Belajar Dengan Model
Pembelajaran Problem Solving dan Pembelajaran
Konvensional

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dalam membandingkan hasil tes kemampuan
penalaran matematis dengan meninjau kemandirian belajar siswa, yaitu
dengan penerapan model pembelajaran problem solving dan pembelajaran
konvensional, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan penalaran matematis yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Solving lebih baik daripada pembelajaran
konvensional siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran
2018/2019.

92
2. Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar tinggi yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving tidak
lebih baik daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP
Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
3. Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar sedang
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving
lebih baik daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMP
Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
4. Kemampuan penalaran matematis dengan kemandirian belajar rendah
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving
tidak lebih baik daripada pembelajaran konvensional siswa kelas VIII
SMP Negeri 43 Merangin Tahun Pelajaran 2018/2019.
5. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran ditinjau dari
kemandirian belajar dalam mempengaruhi kemampuan penalaran
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 43 Tahun Pelajaran 2018/2019.

93
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran penulis
terkait penelitian ini, diantaranya:
1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan model
pembelajaran Problem Solving pada pokok bahasan lainnya, di mana siswa
dapat diberikan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa.
2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan pertimbangan dan masukkan dalam
penelitian terkait model pembelajaran Problem Solving, kemampuan
penalaran matematis, dan kemandirian belajar siswa.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
gambaran tentang perbandingan pengaruh model pembelajaran Problem
Solving dan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan
penalaran matematis, dengan meninjau kemandirian belajarsiswa.
4. Bagi STKIP YPM Bangko, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi pada perpustakaan STKIP YPM Bangko.
DAFTAR PUSTAKA

XArikunto, Suharsimi. 2009. dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Djamarah, dkk. 2014. Paradigma Pembelajaran Efektif. Jakarta: Pustaka


Gramedia.

Dewi, Ratna. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Media.

Fauzan, Ahmad. 2012. Kemampuan Matematika. Padang: Universitas Negeri


Padang

Gulo,W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo.

Harianto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hodiyanto. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap


Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau Dari Gender.
(http://jurnal.fkip.uns.ac.id)

Hanafy, M, Sain. 2014. Konsep Belajar dan Pembelajaran. Lendtera Pendidikan,


17(1):66-79

Irianto, Agus. 2014. statistik konsep dasar, aplikasi dan pengembangannya.


jakarta: Kencana Prenademedia Group.

Kardi. 2014. Perbandingan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran


Berbasis Masalah Terhadap Titik Jenuh Siswa Maupun Hasil belajar Siswa
dalam Pembelajaran Matematika. Education Vitae. 1:152

Mughiroh, Hayatul. 2014. Pengaruh Pendekatan Problem-Based Learning


Terhadap Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada
Mahasiswa Pendidikan Matematika. Disertasi Tidak Diterbitkan:STKIP
YPM Bangko

Musdika, Anggara. 2013. Guru Profesional. Jakarta: Pustaka Gramedia

Negoro, Sukerno dan Wijaya, Rahmen. 2008. Kemampuan Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik. Jakarta: Pustaka Gramedia.

Prawironegoro, pratiknyo. 1985. evaluasi hasil belajar khusus analisis soal untuk
bidang studi matematika. Jakarta:P2LPTK.

Poyla, G. 2002. How to Solve It. New Jerse. Princeton University Press
Riyono. 2013. Minat dan Motivasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Media.

Riduwan. 2009. Metode danTenkik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:


Alfabeta.

Sari, Evi Yulia. 2017. Eksperimentasi Model PBL dan Model GDL terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ditinjau dari Kemandirian
Belajar. (http://jurnal.fkip.uns.ac.id)

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media


Group

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-ruz Media.

Sugandi, Asep Ikin.2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan


Setting Kooperratif Jigsaw terhadap Kemandirian Belajar Siswa.(http://
jurnal.fkip.uns.ac.id)

Sumartini, Tina Tri. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matemtis Siswa


Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. (http://jurnal.fkip.uns.ac.id)

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif,


dan R & D. Bandung: Afabeta.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung: FMIPA UPI.

Sutikno, Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran "Upaya Kreatif dalam


Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil". Lombok: Holistica.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT


Renika Cipta.

Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Uno, Hamzah dkk. 2012. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Walpole, Ronald e. (1995). pengantar statistik (3rd ed.). jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai