Anda di halaman 1dari 7

Learning Objective

1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi TBC


2. Mahasiswa mampu mengetahui tanda gejala TBC
3. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi TBC
4. Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab TBC
5. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi TBC
6. Mahasiswa mampu mengetahui upaya pencegahan TBC
7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan TBC
8. Mahasiswa mampu mengetahui pengobatan TBC
9. Mahasiswa mampu mengetahui terapi komplementer TBC
10. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip-prinsip keluarga

Jawaban

1. Wella oktarama
Penyakit yang timbul karena faktor lingkungan salah satunya adalah penyakit
tuberkulosis (TB). Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi paling sering
menyerang jaringan paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
tuberkulosis (TB) paru ini dapat menyerang semua usia dengan kondisi klinis yang
berbeda-beda atau tanpa dengan gejala sama sekali hingga manifestasi berat.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Sampai
sekarang ini belum ada satu negara pun di dunia yang bebas dari tuberkulosis (TB)
SUMBER : Evin Kenedyanti1 , Lilis Sulistyorini2 mei 2017 ANALISIS
MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS DAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN
KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2

Tri cahyani :
Definisi TB adalah merupakan penyakit infeksi penting saluran pernafasan. Basil
mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli, sehingga terjadi infeksi primer (ghon) yang dapat menyebar ke
kelenjar getah bening dan terbentuklah primer kompleks (ranke).
SUMBER : MANAJEMEN PASIEN TUBERCULOSIS PARU , Idea Nursing Journal
Vol.II No.1

2. Wella oktarama
Tanda dan Gejala-gejala penderita TB diantaranya batuk-batuk, sakit dada, nafas pendek,
hilang nafsu makan, berat badan turun, demam,kedinginan dan kelelahan.
Sumber : Ulfasari Rafflesia, 2 Juli 2014 , Model Penyebaran Penyakit Tuberkulosis
(TBC) Jurnal Gradien Vol. 10

Tri cahyani :
Tanda dan gejala Tb : Penderita TB paru akan mengalami berbagai gangguan kesehatan,
seperti batuk berdahak kronis, demam, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak
napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan
produktivitas penderita bahkan kematian. Pasien TB paru juga sering dijmpai konjungtiva
mata atau kulit yang pucat karena anemia, badan kurus atau berat badan menurun.
Sumber : MANAJEMEN PASIEN TUBERCULOSIS PARU , Idea Nursing Journal Vol.II No.1
Yeni Septiani:
Gejala umum secara klínis mempunyai gejala sbb :
1) batuk selama lebíh darí 3 minggu,
2) demam,
3) berat badan menurun tanpa sebab,
4) berkeringat pada waktu malam,
5) mudah capai,
6) hilangnya nafsu makan.

Sedangkan Gejala khusus dapat digambarkan sbb:

1) tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar,
2) akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak, kalau
ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada,
3) bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah,
4) pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak dan disebut
sebagai menginitis (radang selaput otak), gejala adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Sumber: Jurnal Ekologi Kesehatan, FAKTOR-FAKTOR YANG
MEPENGARUHI KEJADIAN TB PARU DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA, Factors Affecting The Occurrence Of
PulmonaryTb And EfforG To Overcome Helper Sahat P Manalu

3. Wella oktarama
Penyebab TB paru yaitu Mycobacterium tuberculosis bersifat intraseluler
Sumber : Siti Thomas Zulaikhahx, Turijan**, PEMANTAUAN EFEKTIVITAS OBAT
ANTI TUBERKULOSIS BERDASARAKAN PEMERIKSAAN SPUTUM PADA
PENDERITA TUBERKULOSIS PARU jurnal kesehatan Vol.3, No.l.

Tri cahyani :
Etiologi Tb : disebabkan oleh Bakteri Mycobacterium tuberculosa yang kurang dari 5
mikron dan akan melayang-layang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil TB.
Sumber : MANAJEMEN PASIEN TUBERCULOSIS PARU , Idea Nursing Journal Vol.II No.1

4. Tri cahyani :
Factor penyebab Tb :
1. Faktor Sosial Ekonomi : Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan
hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk
dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan
penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak
dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Status gizi : Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi
dan Iain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan
terhadap penyakit termasuk TBparu. Keadaan ini merupakan faktor penting yang
berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
3. Umur : Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
produktif 15-50 tahun . Dengan terjadinya transisi demografi saat ini
menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut
lebih dari 55 tahun system imunolosis seseorang menurun, sehingga sangat rentan
terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-paru.
4. Jenis kelamin: Penderita TB-paru cenderung lebih, tinggi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Menurut Hiswani yang dikutip dari WHO, sedikitnya
dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal aicibat TB
paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi yang
sedang sakit dan memberi semangat agar tetap rajin berobat.
Sumber : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TB
PARU DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.

5. Yeni Septiani:
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut (Bahar, 2007):
a) Komplikasi dini dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Efusi pleura, pleuritis, empiema
Pada awalnya terjadi pleuritis karena adanya fokus pada pleura sehingga
pleura robek atau fokus masuk melalui kelenjar limfe, kemudian cairan
melalui sel mesotelial masuk kedalam rongga pleura dan juga dapat masuk
ke pembuluh limfe sekitar pleura. Proses penumpukan cairan pleura
karena proses peradangan. Bila peradangan karena bakteri piogenik akan
membentuk pus/ nanah sehingga terjadi empiema. Bila mengenai
pembuluh darah sekitar pleura dapat memyebabkan hemotoraks. Efusi
cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena bukan dari primer paru
seperti gagal jantung kongestif, sirosis, sindrom nefrotik dan sebagainya.
Efusi yang berbentuk eksudat karena proses peradangan yang
menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat
sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboid dan akhirnya
terjadi pengeluaran cairan ke rongga pleura.

b) Komplikasi lanjut dengan mekanisme sebagai


berikut:
2. Obstruksi jalan nafas
Komplikasi lanjut dari TB paru karena adanya peradangan pada sel-sel
otot jalan nafas. Dari keradangan yang kronis itu menyebabkan paralisis
silia sehingga terjadi statis mukus dan adanya infeksi kuman. Karena
adanya infeksi sehingga menyebabkan erosi epitel, fibrosis, metaplasi sel
skamosa serta penebalan lapisan mukosa sehingga terjadi obstruksi jalan
nafas yang irreversibel (stenosis). Dari Infeksi tersebut terjadi proses
inflamasi yang menyebabkan bronkospasme sehingga terjadi obstruksi
jalan nafas yang reversibel. Selain itu dari proses inflamasi tadi juga dapat
menyebabkan hipertrofi hiperplasi kelenjar mukus sehingga produksi
mukus berlebih akhirnya terjadi erosi epitel, fibrosis, metaplasi skuamosa
serta penebalan lapisan mukosa sehingga terjadi obstruksi jalan nafas yang
irreversibel. Dari obstruksi tadi juga dapat menyebabkan gagal nafas
(Antariksa, 2009).
2. CA paru
Pada awalnya terjadi karena adanya infeksi dari kuman TB yang masuk ke
dalam paru. Dalam tubuh infeksi tersebut ditangkap oleh sel stresor yang
nantinya akan diapoptosis. Jika imunitas seseorang itu baik maka orang
tersenut tidak sakit TB jika imun seseorang tersebut rendah maka kuman
tersebut akan menyebar ke seluruh tubuh sehingga menjadi sakit TB. Dari
dari sel stresor yang tidak mampu mengapoptosis kuman TB sel tersebut
bisa melakukan mutasi gen. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan
antara fungsi onkogen dan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh
kembangnya sel. Mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi
onkogen dan atau hilangnya fungsi gen suppresor yamng menyebabkan sel
tumbuh dan berkembang tak terkendali sehingga menjadi ca paru (PDPI,
2003).

3. Kor Pulmunal
Penyakit paru kronis menyebabkan: berkurangnya “vascularted” paru,
disebabkan oleh terdesaknya pembuluh darah pembuluh darah oleh
paruyang mengembang atau kerusakan paru, Asidosis dan hiperkapnia,
hipoksia alveolar yang merangsang vasokonstriksi pembuluh paru,
polisitemiadan hiperviskositas darah. Ke empat kelainan ini akan
menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal. Dalam jangka panjang
mengakibatkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan dan kemudia akan
berlanjut menjadi gagal jantung kanan (Harun, 2006).
Sumber: Jurnal DAGNOSIS TB DEWASA DAN ANAK
BERDASARKAN ISTC (Internatinoal Standard for TB Care), Fathiya
Safithri.

6. Wella oktarama
Menurut (Kemenkes, 2016) yang menyatakan bahwa upaya untuk pencegahan TB
dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara menjaga lingkungan sehat
dan menjalankan etika batuk secara benar. Tiga partisipan menjaga ventilasi udara yang
baik dengan cara membuka jendela kamar setiap pagi hari. Sesuai dengan (Kemenkes,
2016) yang menyatakan bahwa kuman TB sangat peka terhadap panas, sinar matahari
dan sinar ultra violet. Paparan terhadap sinar ultra violet secara langsung mengakibatkan
sebagian kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Sehingga penularan TB dapat
berkurang. Semua partisipan melakukan upaya pencegahan dengan mengunakan masker
saat berkomunikasi dengan keluarga dan tetangga. penelitian (Yuliastuti, Novita, dan
Narsih, 2013) bahwa penggunaan masker dapat diterapkan ketika akan berinteraksi
dengan klien TB paru yang dapat mencegah penularan. Selain itu penggunaan masker
sebaiknya satu kali pemakaian dalam sehari atau jika sudah tidak nyaman dalam waktu
satu hari bisa diganti. Droplet yang keluar dari klien TB saat berbicara, bersin, atau batuk
memiliki ukuran yang berbeda. Droplet yang besar akan menetap dan droplet yang kecil
akan tertahan di udara. Oleh karena itu penggunaan masker saat berinteraksi dengan
klien TB sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya penularan.
Sumber : RR Dian Tristiana, Richa Kumalasari and Makhfudli, Agustus 2019
INDONESIAN JOURNAL OF COMMUNITY HEALTH NURSING (Jurnal
Keperawatan Komunitas) Vol. 8, No. 1.
Yeni Septiani:
Adapun beberapa upaya yang dilakukan keluarga untuk pencegahan TB paru sebagai
berikut:
1) Menjauhkan anggota keluarga lain dari penderita TB Paru saat batuk,
2) Menghindari penularan melalui dahak pasien penderita TB Paru,
3) Membuka jendela rumah untuk pencegahan penularan TB Paru dalam keluarga,
4) Menjemur kasur pasien TB Paru untuk pencegahan penularan TB Paru dalam
keluarga (Jaji, 2010).
Sumber: JURNAL KEPERAWATAN, UPAYA KELUARGA UNTUK
MENCEGAH PENULARAN DALAM PERAWATAN ANGGOTA
KELUARGA DENGAN TB PARU, The Family‘s Effort to Prevent the
Transmission of the Disease among the Family Members with Lung TB

7. ....
8. Wella oktarama
Pengobatan TBC yaitu Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang diberikan pada tahap
intensif adalah kategori-l yang terdiri dari Isonisiamid ( H), Rifampisin (R), Pirasinamid
(Z) darr Etambutol (E). ,Isonisiamid (H) bersifat bakterisid yang dapat membunuh
populasi kuman dalam beberapa hari pengobatan,obat ini sangat efektif terhadap kuman
yang sedang berkembang. Rifampisin (R) dapat membunuh kuman semi dorman
(persisten). Pirasinamid (Z) bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berda dalam sel
dengan suasana asam. Etambutol (E) bersifat bakteriostatik yaitu menghambat
perkembangbiakan kuman. Resistensi obat sebagian besar terjadi terhadap isonisiamid
dan dikatakan resistensi ganda (MultiPle Drug Resistance). Kekurangnyamanan pengo-
batan merupakan faktor utama perkembangan resistensi obat selama pengobatan (Jawetz,
Melnick & Adelberg, 2002). Pengobatan terhadap TB paru membutuhkan jangka waktu
yang lama agar semua kuman dapat dibunuh
Sumber : Siti Thomas Zulaikhahx, Turijan**, PEMANTAUAN EFEKTIVITAS OBAT
ANTI TUBERKULOSIS BERDASARAKAN PEMERIKSAAN SPUTUM PADA
PENDERITA TUBERKULOSIS PARU jurnal kesehatan Vol.3, No.l.
9. ....
10. ...

Anda mungkin juga menyukai