CKB PDF
CKB PDF
KONSEP TEORI
A. Pengertian
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun
otak yang terjadi secara langsung atau tidak langsung atau efek sekunder
6
(misalnya konkusi); c). Tidak adanya intoksikasi alkohol atau obat
terlarang; d). Pasien dapat mengeluh sakit dan pusing; e). Pasien dapat
(konfusi, letargi, atau stupor); b). Konkusi; c). Amnesia pasca trauma;
fokal; d). Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium.
B. Anatomi Fisiologi
berada dalam kepala. Otak dilindungi oleh rambut, kulit, dan tulang.
Adapun pelindung otak yang lain adalah lapisan meningen, lapisan ini
yang membungkus semua bagian otak. , Lapisan ini terdiri dari duramater,
araknoid, piamater.
7
Tl. parietal Tl. frontal
Tl. Nasal
Tl. Oksipital Tl. Lakrimal
Tl. Etmoidal
Tl. Palatum
Tl. zygomatikum
Tl. Maksila
Tl. Mandibula
1. Tengkorak
dua bagian kranium yang terdiri dari tulang oksipital, parietal, frontal,
sebagai kubah tengkorak, yang licin pada permukaan luar dan pada
permukaan ini dilalui banyak lubang supaya dapat dilalui serabut saraf
8
1. Meningen
a) Duramater
9
Diantara duramater dan araknoid terdapat ruang yang
bebas , dan hanya terbatas oleh sawar falks serebri dan tentorium.
b) Araknoid
c) Piamater
10
2. Otak
Lobus perietalis
Batang otak
a) Cerebrum
11
1) Lobus frontalis
batang otak.
2) Lobus parietalis
pendengaran.
3) Lobus oksipitalis
4) Lobus Temporalis
12
Lobus Temporalis mencakup bagian korteks serebrum.
b) Cerebelum
granular dalam. Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari
c) Batang otak
13
menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi
3. Saraf kranial
otak;
14
e) Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V)
maksilaris;
15
h) Nervus Akustikus (Nervus Kranialis VIII)
otak.
2001).
16
C. Etiologi
1. Pukulan langsung
injury) atau pada sisi yang berlawanan dari pukulan ketika otak
2. Rotasi / deselerasi
intraserebral;
3. Tabrakan
4. Peluru
17
5. Oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak
atau vacum;
D. Patofisiologi
terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang dapat mengenai
otak dan seluruh sistem dalam tubuh. Bila trauma mengenai ekstra kranial
akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala dan pembuluh
perdarahan pada otak, kondisi ini dapat menyebabkan cidera intra kranial
18
mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas (Borley & Grace,
2006)
E. Manifestasi Klinik
cedera otak.
setelah cedera.
tingkah laku
atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
19
b. Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera
tersebut.
F. Penatalaksanaan
antara lain.
vasodilatasi.
c. Pemberian analgetik.
g. Pembedahan.
20
G. Komplikasi
Cidera kepala yang tidak teratasi dengan segera atau tidak optimal dalam
1. Edema paru
lanjut;
2007).
21
3. Fistel karotis-kavernosus
Ditandai oleh trias gejala yaitu eksolftamos, kemosis, dan bruit orbita,
4. Diabetes insipidus
a. Hematoma epidural
b. Hematoma subdural
22
cepat, karena tekanan jaringan otak sehingga darah cepat
darah besar seperti arteri dan sinus dapat juga terluka. Dalam
sangat tinggi
sakit kepala. Tanda dan gejala yang lain khas adalah perubahan
23
c. Subrachnoidalis Hematoma
otak menjadi pecah pula karena tekanan pada durameter bagian bawah
6. Gangguan Intestinal
24
H. Pengkajian Dan Pemeriksaan Penunjang
1. Pengakajian
b. Aktivitas / istirahat
c. Sirkulasi
bradikardi, disritmia)
d. Integritas Ego
dramatis)
depresi, impulsif
e. Eliminasi
25
f. Nutrisi
g. Neurosensori
h. Nyeri/ketidaknyamanan
biasanya lama
26
i. Pernapasan
j. Keamanan
k. Interaksi sosial
(Doengoes, 1999).
2. Pemeriksaan Diagnostik
(2007) yaitu
27
3. EEG untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis;
tulang;
28
29
I. Diagnosa Keperawatan
(Carpenito, 2006).
30
J. Intervensi Dan Rasional
3. Kaji respon motorik terhadap perintah Mengukur kesadaran secara keseluruhan dan
yang sederhana. (meremas dan melepas kemampuan untuk berespon pada rangsangan
tangan pemeriksa). eksternal.
4. Pantau TTV dan catat hasilnya. Untuk mengetahui status tekanan darah dan
adanya disritmia.
5. Anjurkan orang terdekat untuk berbicara Ungkapan keluarga yang menyenangkan klien
dengan klien. tampak efek relaksasi pada beberapa klien koma
yang menurunkan tekanan intra kranial.
Nyeri kepala b/d Rasa nyeri berkurang dengan 1. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, Mengidentifikasi karakteristik nyeri merupakan
peningkatan tekanan Kriteria hasil : lokasinya dan lamanya. faktor yang penting untuk menentukan terapi
intrakranial. 1. pasien mengatakan nyeri yang cocok serta mengevaluasi keefektifan dari
berkurang. terapi.
2. Pasien menunjukan
31
penurunan skala nyeri.
3. Ekspresi wajah klien rileks.
2. Catat kemungkinan patofisiologi yang Pemahaman terhadap penyakit yang
khas, misalnya adanya infeksi, trauma mendasarinya membantu dalam memilih
servikal. intervensi yang sesuai.
3. Berikan kompres dingin / hangat pada Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan
kepala. vasodilatasi.
4. Kolaborasi dalam pemberian analgetika. Analgetika dapat mengurangi rasa nyeri yang
dialami pasien.
Perubahan persepsi sensori Fungsi persepsi sensori kembali 1. Evaluasi secara teratur perubahan Fungsi cerebral bagian atas biasanya terpengaruh
b/ d penurunan kesadaran, normal dengan Kriteria hasil : orientasi, kemampuan berbicara, alam lebih dahulu oleh adanya gangguan sirkulasi,
peningkatan tekanan intra 1. mampu mengenali orang dan perasaan, sensori dan proses pikir. oksigenasi. Perubahan persepsi sensori motorik
kranial. lingkungan sekitar. dan kognitif mungkin akan berkembang dan
2. Mengakui adanya perubahan menetap dengan perbaikan respon secara
dalam kemampuannya. bertahap.
2. Kaji kesadaran sensori dengan sentuhan, Semua sistem sensori dapat terpengaruh dengan
panas/ dingin, benda tajam/ tumpul dan adanya perubahan yang melibatkan peningkatan
kesadaran terhadap gerakan. atau penurunan sensitivitas atau kehilangan
sensasi untuk menerima dan berespon sesuai
dengan stimuli.
3. Bicara dengan suara yang lembut dan Pasien mungkin mengalami keterbatasan
pelan. Gunakan kalimat pendek dan perhatian atau pemahaman selama fase akut dan
sederhana. Pertahankan kontak mata. penyembuhan. Dengan tindakan ini akan
membantu pasien untuk memunculkan
komunikasi.
32
4. Gunakan penerangan siang atau malam. Mengurangi kelelahan, kejenuhan dan
memberikan kesempatan untuk tidur REM
(ketidakadaan tidur REM ini dapat meningkatkan
gangguan persepsi sensori).
5. Kolaborasi pada ahli fisioterapi, terapi Pendekatan antar disiplin ilmu dapat menciptakan
okupasi, terapi wicara dan terapi kognitif. rencana panatalaksanaan terintegrasi yang
berfokus pada masalah klien
Gangguan mobilitas fisik Pasien dapat melakukan 1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan Mengidentifikasi kerusakan secara fungsional dan
b/d spastisitas kontraktur, mobilitas fisik dengan kriteria secara fungsional pada kerusakan yang mempengaruhi pilihan intervensi yang akan
kerusakan saraf motorik. hasil : terjadi dilakukan.
1. tidak adanya kontraktur,
footdrop.
2. Ada peningkatan kekuatan
dan fungsi bagian tubuh
yang sakit.
3. Mampu mendemonstrasikan
aktivitas yang
memungkinkan
dilakukannya
2. Pertahankan kesejajaran tubuh secara Penggunaan sepatu tenis hak tinggi dapat
fungsional, seperti bokong, kaki, tangan. membantu mencegah footdrop, penggunaan
Pantau selama penempatan alat atau tanda bantal, gulungan alas tidur dan bantal pasir dapat
penekanan dari alat tersebut. membantu mencegah terjadinya abnormal pada
bokong.
3. Berikan/ bantu untuk latihan rentang gerak Mempertahankan mobilitas dan fungsi sendi/
posisi normal ekstrimitas dan menurunkan
terjadinya vena statis.
4. Bantu pasien dalam program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat seringakli
penggunaan alat mobilisasi. Tingkatkan menyertai trauma kepala dan pemulihan fisik
33
aktivitas dan partisipasi dalam merawat merupakan bagian yang sangat penting.
diri sendiri sesuai kemampuan. Keterlibatan pasien dalam program latihan sangat
penting untuk meningkatkan kerja sama atau
keberhasilan program.
Resiko infeksi b/d jaringan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, Cara pertama untuk menghindari nosokomial
trauma, kerusakan kulit tindakan keperawatan infeksi pertahankan teknik cuci tangan yang baik infeksi.
kepala. tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda
infeksi (rubor, kalor, dolor,
tumor dan fungsio laesa)
2. Tanda-tanda vital normal
terutama suhu (36-370C)
2. Observasi daerah kulit yang mengalami Deteksi dini perkembangan infeksi
kerusakan, daerah yang terpasang alat memungkinkan untuk melakukan tindakan
invasi, catat karakteristik drainase dan dengan segera dan pencegahan terhadap
adanya inflamasi. komplikasi selanjutnya.
4. Kolaborasi pemberian atibiotik sesuai Terapi profilaktik dapat digunakan pada pasien
indikasi. yang mengalami trauma, kebocoran LCS atau
setelah dilakukan pembedahan untuk menurunkan
resiko terjadinya infeksi nosokomial.
34
Gangguan keseimbangan Ganguan keseimbangan cairan 1. Kaji tanda klinis dehidrasi atau kelebihan Deteksi dini dan intervensi dapat mencegah
cairan dan elektrolit b/d dan elektrolit dapat teratasi cairan kekurangan / kelebihan fluktuasi keseimbangan
haluaran urine dan dengan kriteria hasil : cairan.
elektrolit meningkat. 1. Menunjukan membran
mukosa lembab, tanda vital
normal haluaran urine
adekuat dan bebas oedema.
2. Catat masukan dan haluaran, hitung Kehilangan urinarius dapat menunjukan
keseimbangan cairan, ukur berat jenis terjadinya dehidrasi dan berat jenis urine adalah
urine. indikator hidrasi dan fungsi renal
3. Jaga keamanan saat memberikan makan Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi
pada pasien, seperti meninggikan kepala pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat
selama makan atatu selama pemberian meningkatkan kerjasama pasien saat makan
makan lewat NGT.
35
4. Kaji feses, cairan lambung, muntah darah. Perdarahan subakut/ akut dapat terjadi dan perlu
intervensi dan metode alternatif pemberian
makan.
Gangguan pola nafas b/d Tidak terjadi gangguan pola 1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman Perubahan dapat menunjukan komplikasi
obstruksi trakeobronkial, nafas dengan kriteria hasil : pernafasan. Catat ketidakteraturan pulmonal atau menandakan lokasi/ luasnya
neurovaskuler, kerusakan Memperlihatkan pola nafas pernafasan. keterlibatan otak. Pernafasan lambat, periode
medula oblongata. normal/ efektif, bebas sianosis apneu dapat menendakan perlunya ventilasi
dengan GDA dalam batas mekanis.
normal pasien.
2. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturan Untuk memudahkan ekspansi paru dan menjegah
posisi miring sesuai indikasi. lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas.
36
37