Metode komunikasi
Berbagai kota di Indonesia sedang dalam masa lockdown untuk mencegah penyebaran
Covid-19 yang mana lebih dari 250 jiwa dilarang keluar kota bahkan dihimbau untuk tetap
dirumah. Di berbagai belahan dunia, mereka yang dicurigai memiliki penyakit dengan ciri-ciri
sesak nafas, batuk, dan demam akan dikarantina di institusi medis yang telah disediakan atau
melakukan karantina mandiri. Dalam kondisi ini, media sosial berfungsi sebagai satu-satunya
cara yang dapat diandalkan bagi para korban virus ini untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Semua orang ingin menceritakan kisah mereka dan mendokumentasikan kehidupan
mereka sehari-hari dalam menghadapi penyakit mematikan ini. Hal ini khususnya berlaku
untuk orang-orang di lingkungan yang sangat terisolasi, seperti contoh kapal pesiar Diamond
Princess, kapal yang terinfeksi Covid-19 dimana pada bulan Februari lebih dari 3500 orang
terperangkap dengan diantaranya 700 pasien coronavirus. Para penumpang tidak diizinkan
untuk berbaur dan hanya sedikit yang dievakuasi. Dalam menghadapi kengerian ini, media
sosial menjadi satu-satunya cara bagi penumpang untuk tetap berhubungan dengan keluarga
mereka dan dunia. Mereka membuat vlog, blog, dan muncul di siaran langsung TV. Warga
China, khususnya mereka yang tinggal di Utara, menghindari berpergian dan menggunakan
media sosial dalam berkomunikasi untuk mengurangi risiko terinfeksi. Mereka dapat tetap
berhubungan dengan teman-teman mereka, saling bertukar kabar terbaru, dan bahkan memesan
makanan dari aplikasi online berkat media sosial.
Mendukung infrastruktur
Media sosial juga berperan penting dalam membantu memperbaiki situasi. Seperti
lahirnya penggalangan dana daring dimana penggalangan ini ditujukan untuk rumah sakit yang
sedang kesulitan dalam mengatasi melimpahnya korban Covid-19 dan mengapresiasi tenaga
medis. Media sosial juga turut berperan dalam kolaborasi ilmuwan-ilmuwan untuk saling
melakukan brainstorming solusi secara daring, berlomba-lomba mencari obat dan penyebab
pasti terjadinya wabah Covid-19 ini. Masyarakat dapat menggunakan media sosial untuk
memberikan dukungan moral kepada mereka yang terkena virus. Media sosial juga dipakai
menjadi ruang berduka dimana salah satu ilmuwan yang pertama kali menemukan virus
meninggal karena penyakit ini. Kematiannya memicu berbagai tanggapan tentang
keberaniannya melawan wabah tanpa pamrih (Aida, 2020).
Kesimpulan
Sementara cakupan pengaruh media sosial di masa pandemi ini sebagian besar terfokus
pada penyebaran informasi palsu/hoax yang mana tidak adil jika kita menyamaratakan peran
sosial media seperti itu. Jejaring sosial melakukan perannya dengan menciptakan alat-alat baru
untuk menjaring berita palsu dan teori konspirasi. Pada titik ini, mereka melakukan lebih
banyak hal baik daripada hal buruk untuk membantu korban-korban Covid-19. Peran sosial
media dalam menciptakan peluang penggalangan dana, kolaborasi ilmiah, dan tetap
menghubungkan antarsesama menjadi kekuatan yang tak terhentikan, terutama di saat krisis
seperti saat ini.
Referensi
Aida, N. R. (2020, Februari 7). Dokter Li, yang Pertama Kali Peringatkan Wabah Virus
Corona di China, Meninggal Dunia. Diambil kembali dari Kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/07/110345665/dokter-li-yang-pertama-
kali-peringatkan-wabah-virus-corona-di-china?page=all
Fadli, R. (2020, Maret 2). Virus Corona Masuk ke Indonesia, 2 Orang Positif di Depok.
Diambil kembali dari Halodoc: https://www.halodoc.com/virus-corona-masuk-ke-
indonesia-2-orang-positif-di-depok
Putri, G. S. (2020, Maret 12). WHO Resmi Sebut Virus Corona Covid-19 sebagai Pandemi
Global. Diambil kembali dari Kompas.com:
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2020/03/12/083129823/
who-resmi-sebut-virus-corona-covid-19-sebagai-pandemi-global