Tugas Gerontik
Tugas Gerontik
RHEMATOID ARTHRITIS
Disusun Oleh :
Nim : R.17.01.021
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia pada Tn K dengan Rhematoid
Arthritis” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini memiliki kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini, tidak lepas dari
dorongan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drs. H. Turmin, B.Sc, selaku Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada
Indramayu.
2. Heri Sugiarto, S.KM.,M.Kes selaku Ketua STIKes Indramayu.
3. M. Saefulloh, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKes Indramayu.
4. Kamsari S.Kep. Ns. M.Kep. selaku dosen Komunitas II STIKes
Indramayu.
5. Rekan – rekan seperjuangan.
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Komunita II semester V dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
para pembaca sehingga Insya Allah dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
A. Pengkajian .................................................................................................
B. Analisa Data ...............................................................................................
C. Diagnosa Prioritas ......................................................................................
D. Intervensi dan Implementasi Keperawatan ..................................................
E. Evaluasi ....................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan
penyakit rhematoid arthritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami nyeri akut.
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
hipertensi yang mengalami gangguan mobilitas fisik
c. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
rhematoid arthrtis dengan gangguan pola tidur
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjelaskan cara mengatasi penyebab kekambuhan rhematoid
arthritis seperti pola makan sehingga dapat digunakan sebagai kerangka
dalam mengembangkan terapi rhematoid arthritis non farmakologi agar tidak
meningkatkan nyeri pada lansia.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan khususnya mengenali nyeri pada lansia
terhadap tingkat kekambuhan pada pasien rhematoid arthritis.
3. Bagi lansia
Mampu mempersiapkan diri untuk meningkatkan manajemen kesehatannya
dengan bantuan keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
c. lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
d. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah
40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
senium) ialah 65 hingga tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato
Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun.
Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan
umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( >
80 tahun) (Efendi, 2009).
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia
meliputi perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan
psikososial, perubahan kognitif dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua
organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan integumen.
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-
lean body mass ratio dan berkuranya cairan tubuh.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang
elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa, kulit
pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah
ke kulit dan menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada
jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh, pada wanita usia > 60
tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis atau botak dan warna
rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun
3
4
1) Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya
aktifitas otot.
2) Sistem muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang,
pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos
tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac
output, berkurangnya heart rate terhadap respon stres, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, bertaTn. Sanjang
dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima bertambah tebal,
fibrosis.
4) Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%,
fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan
urin, BJ urin menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun
200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi berkemih
meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya
retensi urin meningkat, pembesaran prostat (75% usia di atas 65
tahun), bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya renal
blood flow, berat ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron
menurun, kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal
menurun.
5
5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli
ukurannya melebar dari biasa dan jumlah berkurang, oksigen arteri
menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya maximal oxygen
uptake, berkurangnya reflek batuk.
6) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
lambung menurun, peristaltik melemah sehingga dapat
mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, produksi
saliva menurun, produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.
7) Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap), berkurangnya
atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang
(berkurangnya luas pandangan, berkurangnya sensitivitas terhadap
warna yaitu menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru
pada skala dan depth perception).
9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran
timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan
serumen sehingga mengeras karena meningkatnya keratin,
perubahan degeneratif osikel, bertambahnya obstruksi tuba
eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.
10) Sistem syaraf
6
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa
pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri
untuk pensiun dengan menciptakan minat untuk memanfaatkan waktu,
sehingga masa pensiun memberikan kesempatan untuk menikmati sisa
hidupnya. Tetapi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-
duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau
sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri lingkungan
sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian
pasangan hidup.
e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang
membutuhkan kecepatan dan tugas tugas yang memerlukan memori
jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan
menetap bila tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
8
otot sekitar tenggorokan. Hal ini sering terjadi pada penderita stroke,
dimana terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll.
e. Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang
tinggal bersama lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya
yang berkaitan dengan aktivitas yang dibutuhkan penderita, tingkat sosial-
ekonomi. Hal ini sangat penting sebagai masukan untuk mendukung
program lain yang ahrus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang
tinggal dirumahnya banyak trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai
atau pindah kamar yang datar dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll.
f. Program Psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan
emosionalnya, yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya
apakah seorang yang tipe agresif, atau konstruktif, dll. Juga untuk
memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan, mau
berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya. Hal ini diperlukan pula dalam
pelaksanaan program lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.
g. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan
pendekatan hubungan individual antara seorang terapi dengan seorang
klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan
klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah
hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan
sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan
tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.
h. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar
terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi
perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit
11
1. Genetik
Terbukti bahwa seorang individu yang menderita artritis reumatoid, memiliki
riwayat keluarga artritis reumatoid, 2-3 kali lebih banyak dari populasi
normal.
3. Pengaruh hormonal
Lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki
4. Perkembangan virus
14
5. Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien artritis reumatoid
umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total
hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.
18
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada
pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa,
lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.
2) Protein C-reaktif biasanya positif
3) LED meningkat
4) Leukosit normal atau meningkat sedikit
5) Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamsi yang kronik
6) Trombosit meningkat
7) Kadar albumin serum turun dan globulin naik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia merupakan suatu yang dialami oleh setiap individu, yang dimana
individu tersebut mengalami penurunan dalam setiap proses Bio-Psiko-Sosial
Spiritual. Dalam hal ini lansia diberikan asuhan keperawatan sesuai dengan tahap
perkembangan lansia. Lansia kelolaan dengan rhematoid arthritis yang dalam hal
ini saya lakukan asuhan keperawatan didapatkan hasil diagnosa bahwa lansia ini
mengalami nyeri akut berhubungan dengan penurunan fungsi tulang, gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal,gangguan pola
tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.
B. Saran
a. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat
pada lansia sesuai dengan tahap perilaku dan perkembangannya sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan lansia.
b. Untuk Institusi
Diharapkan mampu menyediakan wadah bagi mahasiswa untuk melakukan
penelitian lebih lanjut untuk memberikan asuhan yang tepat pada lansia
c. Untuk Lansia/Masyarakat
Diharapkan mampu menjalani aktivitasnya sesuai kemampuan dengan
asuhan keperawatan yang sudah diberikan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN
Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton &
Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7.
Jakarta : EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar
Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI. Price, SA. Dan Wilson LM.,
1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2. Jakarta: EGC
LAMPIRAN-LAMPIRAN