Anda di halaman 1dari 2

Pancasila merupakan dasar negara, berdasarkan ketetapan MPR No.

11/MPR/1978 mengenai
Ekaprasetia Pancakarsa menguraikan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir
pengalaman sebuah pedoman praktis sebagai pelaksana Pancasila dikehidupan sehari –
harinya. Tetapi pada perkembangannya ke 36 butir pedoman tersebut diperbaharui, tepatnya
sejak tahun 2003 melalui Tap MPR No. I/MPR/2003, 36 butir pedoman ini telah diperbaharui
menjadi 45 butir butir Pancasila. Dimana dalam 45 butir butir pancasila ini adalah penjabaran
dari kelima sila pada Pancasila, yaitu:
1. Sila pertama dijabarkan menjadi 7 butir
2. Sila kedua dijabarkan menjadi 10 butir
3. Sila ketiga dijabarkan menjadi 7 butir
4. Sila keempat dijabarkan menjadi 10 butir
5. Sila kelima dijabarkan menjadi 11 butir
Butir Butir Pancasila Dalam Tap MPR No. I/MPR/2003:
Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Butir ketiga: Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Contoh Penerapan : Tidak membeda-bedakan antara suku, ras dan agama satu dan lainnya, karena
kita semua sama, yaitu warga Indonesia.

Negara Indonesia itu sendiri memiliki 17.504 pulau, 1.340 suku dan 546 bahasa. Hal ini tentu
merupakan suatu kebanggan bagi bangsa Indonesia, karena dengan begitu banyak pulau, suku dan
bahasa bangsa Indonesia tetap bersatu untuk terus menjaga keutuhan NKRI. Meskipun demikian,
tidak sedikit pula terjadi konflik-konflik antar suku bangsa. Seperti beberapa konflik besar antar suku
ataupun suku tertentu dengan suku lain yang menyebabkan perang saudara dan hal tersebut masih
menjadi ancaman bagi keutuhan NKRI kedepannya. Sebagai warga negara yang bertanggung jawab,
hendaknya setiap individu memiliki rasa persatuan yang besar sama seperti yang tertuang dalam sila
ketiga yaitu persatuan Indonesia. Untuk mencapai persatuan yang utuh, setiap warga negara harus
menyadari bahwa, tanpa persatuan itu tidak akan pernah terbentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Menjaga persatuan bukanlah hal yang mudah, dengan begitu banyak perbedaan banyak
sekali kemungkinan terjadi kesalahpahaman antara sesama Bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi
hal tersebut maka disepakatilah bahasa Persatuan yaitu bahasa Indonesia yang diharapkan dapat
meminimalisir kesalahpahaman saat dua orang dari suku yang berbeda sedang berkomunikasi.
Menjaga persatuan berdasarkan Bhineka Tunggal Ika yaitu menjaga persatuan bangsa dengan
melihat dari segi perbedaan yang ada ditengah-tengah bangsa Indonesia. Berbeda suku dan bahasa
bukan berarti tidak memiliki hak dan kewajiban, semua rakyat Indonesia memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Sebagai contoh kecil, seorang petugas kesehatan memiliki tanggung jawab untuk
melayani semua orang tanpa memandang suku atau etnis tertentu, tidak mementingkan
kepentingan pribadi diatas kepentingan pasien, dan lain sebagainya karena setiap warga Indonesia
memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan meskipun dari suku yang berbeda. Begitu pula
dalam hal pendidikan, tidak ada perbedaan antara suku A dan suku B dalam memperoleh
pendidikan. Semua orang yang menjadi warga negara Indonesia mempunyai hak dan kesempatan
yang sama untuk memperoleh pendidikan. Pada dasarnya, semua hal yang berkaitan dengan
persatuan Indonesia diterapkan dengan tidak menilai dari segi perbedaan tetapi menghargai
perbedaan itu sebagai suatu kekayaan dari bangsa Indonesia yang patut dijaga dan terus
dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai