Materi 1 Sejarah Pariwisata
Materi 1 Sejarah Pariwisata
Pariwisata telah dikenal di dunia sejak zaman prasejarah namun tentu saja
pengertian pariwisata pada zaman itu tidak seperti saat ini (modern). Sejak dahulu
kala bangsa-bangsa di dunia seperti Sumeria, Phoenisia, sampai dengan Romawi
sudah melakukan perjalanan, namun tujuannya masih untuk berdagang, menambah
pengetahuan ilmu hidup, ataupun ilmu politik. Selanjutnya setelah modernisasi
meluas di segala penjuru dunia, khususnya setelah terjadinya revolusi industri di
Inggris, maka muncul traveller – traveller yang secara bergantian melakukan
perjalanan pariwisata seperti yang kita kenal saat ini.
Memasuki awal abad ke XVII perjalanan memulai babak baru dimana pada
masa itu terjadi arus migrasi yang dahsyat terutama dataran Inggris (Eropa) dan
daratan China dimana banyak dari mereka yang berpindah ke Amerika dan Australia
untuk tinggal menetap, banyak dari mereka yang sampai di tanah harapan akhirnya
sukses atau mampu secaraa financial disaat seperti itu timbul keinginan mereka
untuk keluar dari rutinitas kehidupan dengan bepergian ke tempat yang jauh untuk
bersenang senang dan mengisi waktu luang. Fenomena inilah yang kemudian
menjadi cikal bakal pariwisata seperti yang kita lihat sekarang ini.
Jika anda sudah membaca sejarah pariwisata dunia, kini saatnya untuk mengetahui
sejarah pariwisata di Indonesia, pariwisata sesungguhnya bukanlah hal yang baru bagi
Indonesia, jika kita berbicara tentang pariwisata di Indonesia kita akan kembali ke masa
tahun 1910 saat penjajah kolonial Belanda masih menginvasi Indonesia, pada tahun 1910an
pemerintah hindia Belanda mendirikan VTV (Vereeneging Toeristen Verkeer) atau badan
pariwisata Belanda yang berkedudukan di Batavia atau Jakarta sekarang.
Badan pemerintah ini juga sekaligus bertindak sebagai tour operator atau travel
agent yang secara gencar mempromosikan Indonesia khususnya wilayah Pulau Jawa dan
Bali. Pada tahun 1926 juga berdiri Cabang dari Lislind (Lissonne Lindeman) di Jakarta yang
pada tahun 1928 berubah menjadi Nitour (Nederlandsche Indische Touriten Bureau) sebagai
anak perusahaan pelayaran Belanda (KPM). KPM inilah yang secara rutin melayani
wisatawan melalui pelayaran yang menghubungkan Batavia, Surabaya, Bali dan Makasar.
Pariwisata yang dibentuk oleh Belanda hanya memprioritaskan pada Wisatawan kulit putih
saja, sedangkan bagi pribumi sendiri diberikan pembatasan seperti dilakukan di sektor-
sektor lainnya.
Masa penjajahan Jepang, pada masa ini kondisi kepariwisataan terlantar karena
adanya perang Duni II yang disusul dengan penjajahan tentara Jepang. Dapat dikatakan
bahwa orang-orang tidak ada gairah atau kesempatan untuk mengadakan perjalanan. Objek-
objek wisata terbengkalai, jalan-jalan rusak karena ada penghancuran jembatan-jembatan
untuk menghalangi musuh masuk. Perhotelan sangat menyedihkan karena banyak hotel
yang diambil oleh pemerintah Jepang untuk dijadikan rumah sakit, dan asrama sebagai
tempat tinggal perwira-perwira Jepang. Setelah jatuhnya bom di Hiroshima dan Nagasaki,
inflasi terjadi diberbagai wilayah yang mengakibatkan keadaan ekonomi rakyat tambah
parah.
Setelah kemerdekaan, perhotelan mendapat perhatian dari pemerintah, sehingga
dikeluarkanlah Surat Keputusan Wakil Presiden RI (DR.Moch. Hatta) tentang pendirian suatu
badan yang bertugas untuk melanjutkan perusahaan hotel bekas milik Belanda. Badan ini
bernama HONET (Hotel National & Tourism). Semua hotel yang berada di bawah manajemen
HONET diganti namanya menjadi Hotel MERDEKA.
Tahun 1949 HONET dibubarkan dan dibentuklah badan hukum milik Indonesia
sendiri yang bergerak dalam bidang pariwisata yaitu NV HONET. Pada tahun 1953
dibentuklah organisasi yang bernama Serikat Gabungan Hotel dan Tourisme Indonesia
(SERGAHTI) yang beranggotakan hampir seluruh hotel di Indonesia namun keberadaan
badan ini tidak berlangsung lama karena tidak terlihat kemungkinan penerobosan dari
peraturan pengendalian harga. Pada tahun 1955 didirikan PT. Natour Ltd (Nastional Hotel &
Tourism Corp) oleh Bank Industri Negara. Natour memiliki anggota antara lain Hotel
Transaera (Jakarta), Hotel Bali dan Sindhu Beach, Kuta Beach, dan Jayapura Hotel.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pariwisata merupakan sumber devisa yang
tidak akan pernah habis. Makin digali potensinya, justru makin berkembang dan akan
menyumbangkan devisa yang lebih banyak. Pariwisata di indonesia mulai diperhatikan
dengan serius dengan dibangunnya sarana dan prasarana pariwisata dan didirikan sekolah-
sekolah pariwisata agar dapat menyediakan sumber daya manusia yang siap menangani
pariwisata di Indonesia. Dengan teknologi digital, akses pariwisata dapat dijangkau lebih
mudah dan lebih cepat. Sarana promosi pun lebih cepat sehingga perkembangan pariwisata
di Indonesia makin meningkat.
Sumber: Buku Kepariwisataan Kelas X;Penulis Sri Rejeki, S.Pd., S.Tr.Par dan Darti Purwo
Ariyanti, S.Pd,MM.
Tugas:
1. Setelah membaca materi sejarah pariwisata diatas maka anak-anak silahkan berikan
kesimpulan dan pendapat kalian tentang sejarah pariwisata! Dan kesimpulan tentang
hubungan jurusan tata boga dengan mapel kepariwisataan
2. Selamat mengerjakan tetap semangat