Anda di halaman 1dari 5

Nama : Meyling Abubakar

kelas : ll B

Prodi : D3 keperawatan

A. Induksi sputum

PENGERTIAN

Induksi sputum adalah prosedur noninvasif menggunakan nebuliser


untuk mengeluarkan sputum agar dapat dilakukan pemeriksaan
mikrobiologis berbagai organisme termasuk Mycobacterium
tuberculosis dan Pneumocystis carinii. Induksi sputum adalah
prosedur alternatif selain bronchoaveolar lavage untuk mendapatkan
diagnosis yang cepat dan penting untuk terapi yang tepat dan cepat.
I. TUJUAN
1. Untuk mendapatkan sputum secara noninvasif dengan nebuliser.
2. Untuk mengkonfirmasi diagnosis.
3. Untuk menila efikasi terapi obat pada pasien yang telah didiagnosis
dan diterapi.
II. KONTRAINDIKASI
1. Anak dalam serangan asma akut
2. Terdapat tanda distres napas
3. Terdapat wheezing
4. Tanda vital abnormal
5. Epistaksis
6. Pneumotoraks
7. Fraktur iga atau trauma toraks
8. Baru menjalani prosedur pada mata
9. Riwayat penyakit dengan kejang
III. INTERVENSI PADA EFEK SIMPANG
Jika bronkospasme terjadi, prosedur segera dihentikan, dan segera
mendaptkan bronkodilator.
IV. PENGENDALIAN INFEKSI
1. Petugas kesehatan menggunakan masker dan sarung tangan sekali
pakai.
2. Pasien berada berlawanan dengan arah angin.
V. PERALATAN
1. Salbutamol nebul 2,5 mg/2cc
2. Masker untuk petugas medis
3. Larutan NaCl 3%
4. Ekstraktor mukus dengan reservoir
5. Alat saturasi oksigen
6. Tabung oksigen
7. Nebuliser
8. Wadah steril yang telah diberi label
9. Sarung tangan sekali pakai
10. Desinfektan
11. Formulir laboratorium yang telah dilengkapi identitas pasien
VI. PERSIAPAN PASIEN
1. Puasa ± 4 jam sebelum prosedur.
2. Pemeriksaan darah rutin sebelum prosedur
VII. PROSEDUR
1. Tenaga kesehatan yang melakukan minimal seorang perawat
terlatih.
2. Anak diberikan premedikasi dengan inhalasi salbutamol 2,5 mg/2cc
untuk mencegah bronkokonstriksi.
3. Inhalasi larutan NaCl 3% 5 cc selama 10 menit dengan nebulisasi.
4. Dada bagian anterior dan posterior ditepuk-tepuk (vibrasi/perkusi)
5. Pengumpulan sampel sputum setelah ekspektorasi spontan atau
melakukan suction naso-orofaring.
6. Induksi sputum dilakukan selama 2 hari berturut-turut.
7. Spesimen langsung diantarkan ke laboratorium.
8. Spacer dan nebuliser harus disterilisasi setelah digunakan setiap
pasien.
VIII. PASCAPROSEDUR
1. Menilai pernafasan pasien, adanya mengi, atau komplikasi
prosedur.
2. Kosongkan air dari cangkir nebuliser dan membuang semua barang
sekali pakai di kontainer limbah medis yang terletak didalam kamar
pasien.
3. Bersihkan nebuliser dengan desinfektan.

B. Tes tuberkulin

Pengertian

Tes Mantoux adalah pemeriksaan diagnostik dengan menyuntikkan PPD secara


intra dermal/intra cutan untuk mengetahui adanya pemajanan terhadap
Mycobacterium Tuberculosis

Tes Mantoux positif menandakan infeksi basil tuberkel masa lalu atau saat ini
dan mengindikasikan perlunya pemeriksaan lebih lanjut sebelum menegakkan
diagnosa TBC.

Reaksi positif terjadi bila terdapat indurasi 10 mm atau lebih, reaksi meragukan
bila indurasi 5 – 9 mm, dan reaksi negative bila indurasi kuran dari 5 mm.

Tujuan

1. Mendeteksi / mengidentifikasi adanya infeksi Tuberculosis.

2. Membantu dalam menegakkan diagnosa Tuberculosis.

Kebijakan

Standar Operasional Prosedur Tindakan Keperawatan RSUD Ulin Banjarmasin


Tahun 2014

Prosedur

Persiapan Alat :

1. Spuit tuberculin dengan jarum No. 25 G atau yang lebih kecil.

2. PPD (Purified Protein Derivative)

4. Handscoen bersih.
5. Alat tulis : spidol atau pulpen.

Persiapan Klien :

1. Menjelaskan prosedur dan tujuan dilakukannya tes Mantoux.

2. Menjaga privacy klien.

3. Membebaskan lokasi injeksi.

Prosedur Pelaksanaan :

1. Mencuci tangan.

2. Memakai handscoen.

3. Memilih area yangb akan dilakukan penyuntikan : 1/3 lengan bawah bagian
atas / tengah (3-4 jari dibawah antekubiti atau 5 jari diatas pergelangan tangan).

4. Mengambil tuberculin PPD dan hisap kedalam spuit sebanyak 0,1 cc.

5. Mengatur posisi yang nyaman dengan lengan diregangkan dan disanggah


pada permukaan yang datar.

6. Memebersihkan kulit (bagian dalam lengan) dengan kapas alkohol, dimulai


dari tengah dengan gerakan melingkar kearah luar sirkular ± 5 cm. Biarkan
sampai kering.

7. Meregangkan kulit, dekatkan spuit injeksi tuberkulin ke arah kulit dan


suntikkan dengan hati-hati dengan sudut 5-15 ° (teknik injeksi intra cutan).
Masukkan jarum ke epidermis sampai dengan ± 3mm dibawah permukaan
kulit. Ujung jarum dapat dilihat melalui permukaan kulit.

8. Memasukkan obat 0,1 cc secara perlahan sehingga membentuk gelembung


berwarna terang seperti gigitan nyamuk dengan diameter ± 6-10 mm dan akan
menghilang secara bertahap. Tidak perlu diaspirasi, karen ada dermis relatif
avaskuler.
9. Mencabut jarum sambil memberi kapas alkohol pada area penyuntikan.
Jangan melakukan masase pada area penyuntikan.

10. Memberi tanda pada lokasi penyuntikan.

11. Memperhatikan waktu penyuntikan.

12. Merapihkan klien dan merapikan alat-alat.

13. Membuka handscoen dan mencuci tangan.

Evaluasi

1. Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama dan sesudah prosedur.

2. Membaca hasil tes 48 – 72 jam setelah penyuntikan dilalukan.

Dokumentasi

1. Mencatat nama klien, tanggal pelaksanaan prosedur, tanggal membaca


hasil, hasil, lokasi dan jam.

2. Mencatat segmen dada yang difisioterapi.

3. Mencatat respon serta toleransi klien selama dan sesudah prosedur

Anda mungkin juga menyukai