BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sulit memahami konsep tentang sel, keterkaitan, serta fungsi sel (Lukitasari &
Herawati, 2014). Saptono dkk. (2013) juga berpendapat bahwa masih banyak
ditemukan mahasiswa yang tidak mampu memahami materi yang terdapat dalam
pembelajaran Biologi Sel. Hal ini disebabkan karena mahasiswa tidak mampu
mengembangkan kemampuan berpikir untuk menjawab suatu permasalahan.
Mahasiswa lebih banyak menghafalkan konsep-konsep yang terjadi dalam sel
daripada menemukan keterkaitan antara organel sel dengan fungsi organel sel.
Pendidik seharusnya membimbing mahasiswa secara aktif membangun hubungan
antara konsep-konsep Biologi Sel dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-
hari, misalnya untuk masalah kesehatan (contohnya kelainan sel pada organel
mitokondria, lisosom, dan Aparatus Golgi) (Shupnik, 1999). Dalam hal
pembahasan, pemahaman, penguasaan, mengapa dan bagaimana proses yang
terjadi pada Biologi Sel diperlukan kemampuan proses berpikir, di antaranya
kemampuan representasi mikroskopis dan penalaran ilmiah.
Representasi mikroskopis adalah kemampuan seseorang untuk
menggambarkan sesuatu yang dilihat dalam ukuran mikroskopis (Suprapto, 2012).
Kemampuan representasi mikroskopis sangat diperlukan dalam Biologi Sel.
Kemampuan representasi mikroskopis pada pembelajaran Biologi Sel dapat
dilakukan dengan membuat sayatan tipis objek dan menggunakan preparat
awetan, kemudian diamati menggunakan mikroskop dan menggambar hasil
pengamatan dengan menggunakan aplikasi komputer ebeam capture. eBeam
capture merupakan perangkat lunak yang lebih efektif dan efisien untuk membuat
suatu materi pembelajaran (Resmiyanto, 2011). eBeam Capture adalah sistem
papan tulis interaktif yang dikembangkan oleh Luidia, Inc. yang mengubah papan
tulis standar atau permukaan lain menjadi tampilan dan permukaan tulisan yang
interaktif. Perangkat lunak eBeam Capture memungkinkan seorang menulis teks,
membuat gambar dan video untuk ditampilkan di layar laptop atau notebook dan
dapat ditayang ulang, di mana style atau penanda interaktif dapat digunakan untuk
menambahkan catatan, mengakses menu kontrol, memanipulasi gambar dan
membuat diagram dan gambar (Resmiyanto, 2011). Menurut Suprapto (2012),
keterampilan pemilihan bahan, keterampilan menyayat bahan dan keterampilan
membuat preparat serta keterampilan menggunakan mikroskop sangat
3
pendengaran sekitar 30% dan indera lainnya sekitar 20%. Penggunaan drawing-
based modelling memungkinkan semua indera terlibat aktif sehingga proses
menstimulasi kemampuan representasi mikroskopis dan penalaran ilmiah pada
pembelajaran Biologi Sel dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya pada pemodelan
berbasis menggambar, siswa membuat gambar sendiri untuk pertama kalinya
kemudian membandingkan gambar mereka dengan siswa lain untuk dievaluasi
(Joolingen dkk. 2012). Kombinasi gambar yang dibuat oleh siswa mengarah ke
pendekatan pembelajaran yang disebut pendekatan pemodelan berbasis
menggambar (Joolingen dkk. 2010). Siswa dapat membuat sendiri gambar tanpa
membutuhkan latar belakang pemahaman matematika. Pemodelan berbasis
menggambar menggunakan aplikasi komputer lebih baik daripada gambar
langsung menggunakan pena dan kertas, dengan alasan memungkinkan siswa
untuk mengubah gambar, yang memungkinkan mereka untuk menyampaikan
gagasan yang lebih kompleks dan dapat dimengerti untuk mengamati perubahan
gambar yang dibuat. Selama belajar berlangsung siswa dapat memanipulasi serta
mengkonstruksi model gambar yang mereka buat (Frigg & Hartmann, 2009).
Aplikasi menggunakan komputer dapat memberikan informasi dan menjadi bukti
yang akurat, serta dengan komputer dapat memperjelas proses kegiatan
pembelajaran (Frigg & Hartmann, 2009). Semua ini adalah alasan mengapa
digunakan aplikasi komputer berupa eBeam Capture dalam pendekatan
pembelajaran Drawing Based Modelling.
Menggunakan aplikasi komputer dalam pembelajaran dengan pendekatan
Drawing Based Modelling dianggap bermanfaat bagi peserta didik dan pendidik.
Aplikasi komputer memungkinkan peserta didik untuk memanipulasi variabel
eksperimental dengan kemudahan dan menghasilkan hasil yang lebih dapat
diprediksi dan lebih mudah untuk divisualisasikan (Rutten dkk. 2012). Membuat
model gambar dengan menggunakan aplikasi komputer adalah cara bagi peserta
didik untuk melakukan penelitian seperti yang dilakukan oleh ilmuwan, yang
mungkin merangsang mereka untuk menggunakan pola representasi dan penalaran
ilmiah (Frigg & Hartmann, 2009). Untuk pendidik, aplikasi komputer relatif
mudah diterapkan di kelas, karena tidak ada peralatan lain yang dibutuhkan selain
9
dkk. 2008). Duschl dan Gitomer (dalam Furtak dkk. 2008) mengungkapkan
bahwa perbaikan pendidikan tersebut melibatkan perkembangan berpikir,
bernalar, dan keterampilan memecahkan masalah untuk mempersiapkan siswa
berpartisipasi dalam membuat serta mengevaluasi klaim pengetahuan, penjelasan,
model, dan desain eksperimen ilmiah. Hal tersebut juga tampak pada upaya
perbaikan pendidikan Indonesia melalui kurikulum 2013 dan kurikulum Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang menekankan pada proses berpikir
dan pengalaman belajar siswa saat memperoleh konsep-konsep ilmiah, sehingga
paradigma pendidikan yang memusatkan pembelajaran pada guru atau guru
sebagai sumber ilmu kini bergeser. Guru dituntut untuk semakin kreatif
menciptakan lingkungan serta kegiatan belajar yang dapat memfasilitasi siswa
untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya, termasuk keterampilan
penalaran ilmiah. Kemampuan penalaran ilmiah siswa dapat diidentifikasi melalui
outputnya yakni keterampilan berargumen (Mercier, & Heintz, 2014).
Pada saat bernalar, siswa menghasilkan dan mengevaluasi alasan yang
akan memperkuat argumennya untuk menyakinkan orang lain. Siswa juga harus
mengungkapkan bukti-bukti yang kuat sehingga argumennya dapat diterima.
Vygotsky (dalam Bekiroglu & Eskin, 2012) mengungkapkan bahwa penalaran
pada siswa biasanya terlihat saat mereka berdebat dengan orang lain. Pada saat
berdiskusi, misalnya, seorang siswa mungkin memiliki penjelasan yang sama atau
berbeda dengan siswa lainnya. Mereka mengajukan penjelasan masing-masing
disertai dengan alasan dan bukti yang mereka miliki, sehingga rasionalitas sains
ditemukan pada kemampuan untuk mengkonstruk argumen yang mengajak dan
meyakinkan penjelasan teori dengan data hasil observasi (Duschl and Osborne
2002, dalam Yang & Tsai, 2010). Kebiasaan bernalar ilmiah penting dalam
kehidupan sehari-hari karena penalaran tersebut berperan dalam membuat
keputusan yang benar dan logis mengenai isu yang bersifat kontroversial (Yang &
Tsai, 2010). Oleh karena itu karakteristik kunci dalam penalaran ilmiah adalah
argumentasi dalam membuat suatu keputusan dan kesimpulan.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh beberapa ahli (Jensen dkk. 2011;
Kilic dkk. 2014; Thoron dkk. 2012; Acar dkk. 2012; Malik dkk. 2011; Strom dkk.
2011; Wojcikowski dkk. 2013; Muthivi, 2012; Beaty dkk. 2012; Laius dkk. 2011;
11
Chen dkk. 2015; Evan dkk. 2013; Gutteridge dkk. 2013; Zheng dkk. 2015; Knight
dkk. 2013; Kim dkk. 2013) menunjukkan bahwa kemampuan penalaran dapat
ditingkatkan melalui aplikasi beberapa model pembelajaran seperti inkuiri, PBL,
berbasis ICT, bermain peran dan diskusi kelompok. Pada penelitian sebelumnya,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Joolingen dkk. (2015) tentang memahami
astronomi dasar dengan membuat model berbasis menggambar, tujuan penelitian
ini untuk melihat kemampuan siswa menggambar model tata surya pada usia
siswa 7-15 tahun menggunakan aplikasi simsketch. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa siswa pada usia 7-15 tahun mampu menciptakan model gambar sistem tata
surya dan dapat menggunakan simsketch untuk menunjukkan kejadian gerhana.
Penelitian yang dilakukan oleh Bollen and Joolingen (2016) adalah tentang
SimSketch: Simulasi Multi-Agent berbasis gambar sketsa pada Pendidikan Sains.
Tujuan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan simulasi Multi-Agent untuk
membuat gambar sketsa fenomena pada Pendidikan Sains. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan pendekatan Multi-Agent menggunakan simsketch
dapat menafsirkan simulasi dan mengeksekusi model, sehingga membangun
lingkungan belajar yang intuitif, membangun dan mengeksplorasi simulasi
fenomena ilmiah pada pendidikan sains. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menggunakan pendekatan Drawing-based Modelling pada perkuliahan Biologi
Sel dengan berbantuan aplikasi komputer berupa eBeam Capture ini bertujuan
untuk menstimulasi representasi mikroskopik dan keterampilan penalaran ilmiah
serta memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan kualitas pembelajaran
Biologi Sel.
Antara kemampuan representasi mikroskopik dan penalaran ilmiah tentu
saja sangat berkaitan, yaitu kemampuan representasi mikroskopik dan
kemampuan penalaran ilmiah dapat distimulasi dengan fasilitas sebuah media
bahan ajar, strategi dan model pembelajaran. Menurut Mackey (2015) penalaran
ilmiah merupakan suatu ciri dari pemikiran manusia yang dapat mendukung
proses penemuan yang mengarah pada apa yang diketahui atau gambaran
(representasi), sehingga berujung pada pola pikir yang terarah dan kompleks.
Penalaran ilmiah merupakan keterampilan berpikir yang terlibat dalam proses
inkuiri, eksperimen, penilaian (evaluasi) bukti, penarikan kesimpulan dan
12
8. Biologi Sel merupakan mata kuliah dengan pokok bahasan struktur sel dan
organel sel, membran sel, transportasi zat, metabolisme sel, pembelahan sel,
dan kelainan sel menurut Bruce Alberts (2004, 2009, 2014).